Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemaju an teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur


mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi,
namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk
menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak
perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi
kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang
khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang
disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan-
pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan
adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh
faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu
merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan
ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan
konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas
yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai
tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor
waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.
Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi,
dengan memberikan komponen produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat
yang tepat. Operasi JIT memproduksi komponen produksi tepat pada waktu
memenuhi kebutuhan produksi, sedangkan Operasi Tradisional memproduksi
komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk mengantisipasi

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Just In Time?


2. Apa prinsip dasar Just In Time?
3. Apa saja kritik terhadap Just In Time?
4. Apa manfaat Just In Time?
5. Bagaimana persyaratan Just In Time?
6. Bagaimana perumusan Just In Time?
7. Apa hubungan Just In Time dengan Total Quality Management?
8. Bagaimana strategi implementasi Just In Time?
9. Apa keuntungan pembelian dengan konsep Just In Time?
10. Apa keuntungan produksi dengan konsep Just In Time?
11. Apa persediaan Just In Time?
12. Apa saja sistem Just In Time?
13. Apa keuntungan dan kelemahan Just In Time?
14. Apa perbandingan sistem JIT dengan sistem tradisional?

1 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


C. Tujuan

1. Mengetahui tentang definisi Just In Time.


2. Mengetahui tentang prinsip dasar Just In Time.
3. Mengetahui tentang kritik terhadap Just In Time.
4. Mengetahui tentang manfaat Just In Time.
5. Mengetahui tentang persyaratan Just In Time.
6. Mengetahui tentang perumusan Just In Time.
7. Mengetahui tentang hubungan Just In Time dengan Total Quality
Management.
8. Mengetahui tentang strategi implementasi Just In Time.
9. Mengetahui tentang keuntungan pembelian dengan konsep Just In Time.
10. Mengetahui tentang keuntungan produksi dengan konsep Just In Time.
11. Mengetahui tentang persediaan Just In Time.
12. Mengetahui tentang sistem Just In Time.
13. Mengetahui tentang keuntungan dan kelemahan Just In Time.
14. Mengetahui tentang perbandingan sistem JIT dengan sistem tradisional.

2 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


BAB II
PEMBAHASAN

A. FILOSOFI DAN DEFINISI JUST IN TIME (JIT)

Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk
mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan
untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT
adalah memproduksi produk yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh
pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses
dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien
melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus – menerus
(contionous process improvement).
Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi
berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja
sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT
disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final
assembly line yang menerima jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja
yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari subkuens
operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1 )
menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun kerja 2 ),
kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang
tepatdengan spesifiksai yang tepat pula. Dalam kasus seperti ini, stasiun kerja
2sering disebut sebagai stasiun kerja pengguna (using work station). Apabila
stasiun kerja pengguna itu menghentikan produksi untuk suatu waktu tertentu,
secara otomatis satisun kerja pemasok (supplying wotk station) akan berhenti
memasok produk, karena tidak menerima pesanan produksi.
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan
pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu
organisasi. JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa
harus di eliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya
yang tidak perlu, misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.
Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan
waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan
pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan
pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti


misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak
awal tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik
Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering

3 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


disebut sebagai bapak JIT, Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-jenis
barang yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How much) dan pada saat
dibutuhkan (When) oleh konsumen.
Just In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi
manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku
cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah
untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.
Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai:
Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan,
komponen, tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai
tambah suatu produk.
Dalam bahasa sederhanya pengertian pemborosan adalah segala sesuatu tidak
memberi nilai tambah itulah pemborosan.
Ada 7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena:
1. Over produksi (Over Production)
2. Waktu menunggu (Waiting)
3. Transportasi (Transportation)
4. Pemrosesan (Process Production)
5. Tingkat persediaan barang (Unnecessary Inventory)
6. Gerak (Unnecessary Motion)
7. Cacat produksi (Defects)

Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi


atau opersi dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak
menembah nilai bagi suatu produk.
 Just in Time (JIT) mendasarkan pada
delapan kunci utama, yaitu
 :
1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
permintaan.
2. Memproduksi dengan jumlah kecil
3. Menghilangkan pemborodan
4. Memperbaiki aliran produksi
5. Menyempurnakan kualitas produk
6. Orang-orang yang tanggap
7. Menghilangkan ketidakpastian
8. Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.

Dalam pelaksanaan konsep JIT terdapat empat hal pokok yang harus
dipenuhi: pertama, Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang
dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang
diperlukan. kedua, Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara
otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses
berikutnya. ketiga, Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah
jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan. keempat, Berpikir kreatif,
inovatif serta selalu menerima masukan atau saran dari karyawan

Untuk mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan


metode sebagai berikut:
a. Sistem Kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).

4 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


b. Metode kelancaran dan kecepatan produksi untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan permintaan.
c. Optimalisasi waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
d. Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja
yang fleksibel.
e. Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran
untuk meningkatkan skills tenaga kerja.
f. Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu
ke seluruh bagian perusahaan

Sedangkan elemen-elemen Just In Time (JIT) adalah:


 Pengurangan waktu set up
 Aliran produksi lancar (layout)
 Produksi tanpa kerusakan mesin
 Produksi tanpa cacat
 Peranan dan support operator produksi
 Hubungan yang harmonis dengan pemasok
 Penjadwalan produksi yang stabil dan terkendali
 Sistem Kanban

B. PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT )

Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus
dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi,
yaitu:

1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk


Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan
produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah
tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat
waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja (Just in
Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang
diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk
menghindari terjadinya stock serta untuk menekan biaya penyimpanan
(holding cost).

2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size)


Yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang
kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas
aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan
untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi
terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.

3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)


Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi
yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam
kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal
yang diperlukan untuk mencapai target produksi.

5 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus
(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah
menghilangkan proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua
kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain)
yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.

5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)


Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam
sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero
Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap
langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa
diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.

6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)


Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja
akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan
mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau
harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu
stasiun kerja tertentu.

7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate


Contigencies)
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi
demand yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru
akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula
rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti
halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan
terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh
karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat
dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan
ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam
pertimbangan dan formulasi model peramalannya.
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di
atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam
jangka waktu pendek, melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan
merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi
justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses
terbentuknya kurva belajar.

Selain prinsip dasar just in time, berikut adalah urutan penerapan teknik
just in time:

 Menerapkan 5S – dasar untuk perbaikan: Dasar perbaikan ditempat


kerja adalah konsep 5S yang terdiri dari Seiri (Pemilihan), Seiton
(Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan), dan
Shitsuke (Kebiasaan).
 Penerapan produksi satu potong untuk mencapai pengimbangan lini.

6 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


 Pelaksanaan produksi ukuran lot kecil dan perbaikan metode
penyiapan.
 Penerapan operasi baku.
 Produksi lancer dengan merakit produk sesuai dengan kecepatan
penjualan
 Autonomasi (“jidoka”)
 Penggunaan kartu kanban.

C. KRITIK TERHADAP JIT

a. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani


pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan
sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.
b. Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang
bahan bakunya impor.
c. Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya
memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus.
d. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk
tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.
e. Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi
komoditi terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang
sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih; teknologi dan
metode kerja tidak begitu mudah diganti.
f. Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan
ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi
mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.

D. MANFAAT JIT

a. Waktu set-up gudang dapat dikurangi. Mengatur waktu secara signifikan


berkurang dalam gudang yang akan memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan bottom line mereka untuk melihat lebih banyak waktu efisien
dan fokus menghabiskan di daerah lain.
b. Aliran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja
akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat. Arus
barang dari gudang ke rak ditingkatkan. Memiliki karyawan difokuskan
pada area-area tertentu dari sistem akan memungkinkan mereka untuk
proses barang lebih cepat daripada harus mereka rentan terhadap
kelelahan dari melakukan terlalu banyak pekerjaan sekaligus dan
menyederhanakan tugas-tugas di tangan.
c. Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih
efisien. Karyawan yang memiliki multi-keterampilan yang digunakan lebih
efisien. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan
pekerja dalam situasi di mana mereka dibutuhkan bila ada kekurangan
pekerja dan permintaan yang tinggi untuk produk tertentu.

7 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


d. Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten.
Konsistensi yang lebih baik dari penjadwalan dan konsistensi dari jam kerja
karyawan yang mungkin. Hal ini dapat menghemat uang perusahaan
dengan tidak harus membayar pekerja untuk pekerjaan tidak selesai atau
bisa minta mereka fokus pada pekerjaan lain di sekitar gudang yang belum
tentu dilakukan pada hari normal.
e. Adanya peningkatan hubungan dengan suplyer. Peningkatan penekanan
pada hubungan pemasok / suplyer dicapai. Tidak ada perusahaan yang
ingin istirahat dalam sistem persediaan mereka yang akan menciptakan
kekurangan pasokan sementara tidak memiliki persediaan duduk di rak-
rak. Persediaan terus sekitar jam menjaga pekerja produktif dan bisnis
terfokus pada omset. Memiliki manajemen berfokus pada pertemuan
tenggat waktu akan membuat karyawan bekerja keras untuk memenuhi
tujuan perusahaan untuk melihat manfaat dalam hal kepuasan kerja,
promosi atau lebih tinggi bahkan membayar.
f. Perputaran Persediaan. Kecepatan dengan perputaran terjadi melibatkan
sumber daya perusahaan cair: tunai, akan ada peningkatan laba bersih.
Semakin pendek selang waktu antara penerimaan bahan baku dan
penggabungan dari mereka dalam proses manufaktur, semakin besar
profitabilitas. Filosofi persediaan diputar pada merancang sistem
persediaan yang sempurna memadukan dasar-dasar meminimalkan biaya
dan memaksimalkan keuntungan. Fundamental ini adalah laki-laki,
material dan mesin sering disebut 3ms operasi manufaktur atau
persediaan, jika hasil seimbang baik dalam filsafat JIT bisa diterapkan.

Kecerdasan, lebih relevan berguna bahwa manajer keuangan di ujung jari


mereka tentang bisnis mereka, pelanggan, pemasok atau mitra dan operasi
mereka akan memotivasi organisasi mereka untuk membuat keputusan yang lebih
baik dan meningkatkan keunggulan kompetitif mereka dengan menerapkan
konsep JIT ke persediaan atau manufaktur. JIT merupakan suatu konsep yang
dapat diterapkan pada banyak aspek dari bisnis selain persediaan atau
manufaktur.
Sebagai alat inventaris, dapat diawasi oleh manajer keuangan untuk
memonitor biaya dalam rantai nilai. JIT merupakan paradigma baru dari strategi
bisnis bergeser dari manajemen persediaan tradisional ke manajemen rantai
pasokan berbasis web yang meningkatkan perputaran persediaan dan
mengurangi memegang persediaan.

E. PERSYARATAN – PERSYARATAN JUST IN TIME ( JIT )

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT:


a. Organisasi Pabrik: Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur
layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk
membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
b. Pelatihan/Tim/keterampilan: JIT memerlukan tambahan pelatihan yang
lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi
pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahanyang dilakukan
dari system tradisional dan bagaimana cara kerja JIT yaitu:

8 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


Membentuk Aliran/Penyederhanaan: Idealnya suatu lini produksi yang
baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi,
menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.

 Kanbal Pull System: Kanbal merupakan system manajemen suatu


pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan
yang perlu diperhatikan.
 Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.
 Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat
dibutuhkan.
 Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.
 Meratakan beban produksi.
 Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning.
 Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

c. Visibiltas/ pengendalian visual: Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya


yang merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam
system tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir
mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak rute produksi yang
saling bersilangan.
d. Eliminasi Kemacetan: Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup
maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang
melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen,
seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya
yang relevan.
e. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup: Ukuran lot yang ideal
bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini
pendekatan ini esuai bila nesin-mesin digunakan untuk menghasilkan
berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses
berikutnya dalam tahap produksi.
f. Total Productive Maintance: TPM merupakan suatu keharusan dalam
sisitem JIT. Mesi-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin,
biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.
g. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan
Berkesinambungan.

Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada


dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus
bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt tidak
ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi
mesin harus bekerja dengan prima.

F. PERUMUSAN JUST IN TIME (JIT)

Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah


metode Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk
meminimalkan biaya persediaan karena menggunakan metode JIT setiap

9 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


pemesanan dari konsumen akan langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan
persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga
penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.
Rumusan JIT yang digunakan adalah:

Dimana:
X1 : Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu.
I : Laba sebelum pajak penghasilan
F1 : Total biaya tetap
X2 : Jumlah kuantitas berbasis nonunit
V2 : Biaya variable berbasis nonunit
P : Harga jual perunit
V1 : Biaya variable perunit

G. HUBUNGAN JUST IN TIME ( JIT ) DENGAN TQM

Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya sistem total quality


secara keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen
dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi
melaksanakan JIT, tetapi organisasi secara keseluruhan tidak mengupayakan
TQM, maka personil departemen produksi akan menghadapi hambatan yang
besar. Selain itu JIT juga mensyaratkan perubahan, sehingga sering kali
timbul penolakan dari departemen uang memiliki komitmen untuk berubah.
Kaizen atau perbaikan secara terus menerus selalu beriringan dengan Total
Quality Management (TQM).
Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu
dapat dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat
dilaksanakan sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini adalah
usaha yang melekat pada filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa juga
merupakan suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi.
Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan
sebagai perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen
nerupakan suatu kesatuan pandangan yang komperhensif dan terintegrasi
yang meliputi:
 Berorientasi pada pelanggan.
 Pengendalian mutu secara menyeluruh
 Robotic
 Gugus kendali mutu
 Sistem saran
 Otomatisasi
 Disiplin di temapt kerja
 Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh
 Kanban
 Penyempurnaan perbaikan mutu, tepat waktu tanpa cacat
 Kegiatan kelompok-kelompok kecil hubungan kerja sama dengan
manajer dan karyawan
 Pengembangan produk baru

10 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-
menerus dan berkesinambungan dengan berpedoman pada semangat, hari
ini harus lebih dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini,
tidak boleh ada hari tanpa ada perbaikan. Adapun hirarki dalam kaizen
adalah:
a. Manajemen Puncak Manajemen Madya Supervisor Karyawan
b. Mengkomunikasikan kaizen sebagai strategi perusahaan
c. Menyebarluakan dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai
penghargaan manajemen puncak melalui menyebarluaskan
kebijakan
d. Menggunakan kaizen dalam peranan fungsi
e. Melibatkan diri dalam sistem sasaran dan aktivitas kelompok kecil

H. STRATEGI IMPLEMENTASI JUST IN TIME ( JIT )

Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam


perusahaan, antara lain:
 Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua
pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya
dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIt
tidak dapat terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah cara
mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang
dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali
untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan
atau proses produksi perubahan kita.
 Startegi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem
produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak
mungkin pemborosan. Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini
produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua
kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini
produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan
sebagainya. JIT bukan hanya sekedar metode pengedalian persediaan,
tetapi juga merupakan sistem produksi system produksi yang saling
berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.

I. PEMBELIAN DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )

Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan


barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan
segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat
mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian
dengan cara:
a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi
sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.

11 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai
tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem


akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga
banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga
beli secara individual
e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

J. PRODUKSI DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )

Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk


yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh
tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan
pelanggan. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan
cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap
workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep
persediaan nol).
b. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi
(konsep waktu tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi
biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk
(workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas
produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan


efisiensi dalam bidang:
a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
c. Waktu perpindahan
d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
e. Ruangan pabrik
f. Biaya mutu
g. Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem


akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.

12 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk
aktivitas tidak langsung.
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya
tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”.

K. PERSEDIAAN JUST IN TIME (JIT)

Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan


dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just
In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi
pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu
produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan:
bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan
ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan
perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat
melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu
beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya.
Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga
sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus
kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana
sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena
sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan itu
sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time merupakan
upaya untuk mengurangi atau menghilangkan persedian.
Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke proses produksinya
mestilah merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan kejadian -
kejadian yang memicu proses Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa
yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih
besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang
sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi
apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi
apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan
dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan
biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan
lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba
dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian
biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

L. MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

a. Sistem Produksi Barat


Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang
berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut dikenal sebagai
sistem produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi ini antara lain:

13 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


 Melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi,
 Melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan
bahan, penentuan kebutuhan mesin, pekerja, dll.
 Terdapatnya departemen pengendalian kualitas,
 Terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai
penyimpan persediaan, dll.

Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur


probabilistik dalam melakukan keputusan untuk masalah-masalah sistem
produksi. Filosofi dasar dari sistem produksi western adalah bagaimana
mengoptimalkan unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal ini
memungkinkan karena negara-negara barat waktu itu masih memiliki
resources yang cukup banyak.
Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat
mempengaruhi industri-industri barat sebagai consumer terbesar.
Sedangkan Jepang tidak begitu terpengaruh krisis tersebut karena Jepang
sudah biasa hemat dalam menggunakan resources khususnya minyak
bumi. Akibatnya industri-industri barat mengalami kemerosotan sedangkan
sebaliknya di Jepang justru mulai muncul.
Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkan
keunggulan-keunggulannya sedangkan barat justru baru mulai
merekonstruksi dan merestrukturisasi sistem produksinya baik melalui
teknik-teknik produksinya maupun manajemennya. Pada tahun 1990-an
Jepang nampak berkembang pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupun
Amerika.

b. Sistem Produksi Jepang


Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi
Tepat-Waktu (Just In Time). Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT)
adalah memperkecil ke mubadziran (Eliminate of Waste). Bentuk
kemubadziran antara lain adalah:
 Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur
(idle time), mesin yang menganggur, waktu transport dalam pabrik tidak
efisien, jadwal produksi yang tidak ditepati, keterlambatan material,
lintasan produksi yang tidak seimbang sehingga terjadi bottle-neck,
terlambatnya pengiriman barang, banyak-nya karyawan yang absen,
dsb.
 Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan
(scraps, chips) akibat proses produksi, banyak terjadi kerusakan
material atau material dalam proses, banyaknya material yang hilang,
material yang usang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama
disimpan, dll.
 Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan
kantor, banyak terjadi mis-informasi antar departemen, banyaknya
overlapping dalam penugasan, pelaksanaan tugas yang tidak efektif,
sulit dalam koordinasi, dll. Jepang melakukan eliminate of waste karena
jepang tidak punya resources yang cukup. Jadi dalam setiap melakukan
pengambilan keputusan terutama untuk masalah produksi selalu
menganut kepada prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas.

14 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi
sebagai berikut:
a. Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan.
b. Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan.
c. Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.

M. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SISTEM JUST IN TIME

 Keuntungan JIT antara lain:


a. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih
efisien.
b. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan
para stafnya.
c. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur
kembali.
d. Kertas kerja dapat lebih simple.
e. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat
profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi
tambahan.

 Kelemahan JIT
Satu kelemahan sistem JIT adalah tingkatan order ditentukan oleh
data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata
perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi
tingkat pelayanan konsumen.

N. PERBANDINGAN SISTEM JUST INTIME DENGAN SISTEM TRADISIONAL

JIT TRADISIONAL

1. Sistem tarikan 1. Sistem dorongan


2. Persediaan tidak signifikan 2. Persediaan signifikan
3. Basis pemasok sedikit 3. Basis pemasok banyak
4. Kontrak jangka panjang 4. Kontrak jangka pendek
dengan pemasok dengan pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur 5. Pemanufakturan berstruktur
seluler departemen
6. Karyawan berkeahlian 6. Karyawan terspesialisasi
ganda 7. Jasa tersentralisasi
7. Jasa terdesentralisasi 8. Keterlibatan karyawan
8. Keterlibatan karyawan rendah
tinggi 9. Gaya manajemen sebagai
9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
penyedia fasilitas 10. Acceptable quality level
10. Total quality control (TQC) (AQL)

15 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


 Sistem tarikan dibanding sistem dorongan
Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas
berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun
konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan
permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas
produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.System
dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan
aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas
pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi
mendorong aktivitas penjualan.

 Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan


Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi
persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan
mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena
menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan
sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi,
jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu
adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika
permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang
digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.

 Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak


JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk
mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah,
memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan
system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh
harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-
aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih
murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan
mutu yang rendah.

 Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek


JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa
pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling
menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan
berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan
tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan
tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak
pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam
jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.

 Struktur seluler dibanding struktur departemen


Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin
dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf
“U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan
pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan.
Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau
pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat
mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai

16 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen
adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi
sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa
departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi.
Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu
dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.

 Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi


System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas”
harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar
berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-
bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup,
inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan
terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya
departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen
jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan
pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada
aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan
penyempurnaan.

 Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi


System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi
sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa.
Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing
struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi
tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung
mendukung produksi si struktur selulernya.

 Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah


Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan
perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat
memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau
member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen
organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan
keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi
biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat
keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.

 Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah


System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen
sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para
karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT
memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan,
maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah
sebagai pemberi perintah.

 TQC dibanding AQL


TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan
pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara

17 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar
tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah
dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan
ketidakpuasan konsumen.AQL (Accepted Quality Level) dalam system
tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan
atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi
tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

18 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Just In Time merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk


mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan
untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Dalam system Just In Time (JIT), aliran
kerja dikendalikan oleh operasi berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station)
menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system
tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima
jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier)
menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain,
stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1) menerima pesananproduksi dari stasiun
kerja berikutnya (stasiun kerja 2), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas
kebutuhan pada waktu yang tepatdengan spesifiksai yang tepat pula.

19 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN


DAFTAR PUSTAKA

Dalci, Ihran & Veyis Naci. 2006.The Effect and Implementation of Just In time
System From A Cost Management Acciunting Perspective. Sosyal Enstitusu
Dergisi.

Hansen, Don.R. & Maryanne M. Mowen. 1995. Akuntansi Manajemen. Jakarta:


Erlangga.

Kusumawati, Ratna. 2009. Studi Just In Time untuk Meningkatkan Kinerja


Produktivitas perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 4 (8).

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Supriyono, R.A. 1999. Manajemen Biaya-Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Wicaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://tholibpoenya.blogspot.com/2014/12/just-in-time-jit.html

20 JUST IN TIME | RISET AKUNTANSI MANAJEMEN

Anda mungkin juga menyukai