Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari panca indra yang paling penting,
dari mata kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan dengan
optimal. Mata merupakan jendela otak karena 90% informasi yang di peroleh
otak berasal dari mata. Jika pada sistem penglihatan mengalami gangguan
maka akan berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari. WHO
memperkirakan 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia, dan 4 orang
diantaranya berasal dari asia tenggara. Bila dibandingkan dengan angka
kebutaan Negara-negara di regional Asia Tenggara angka kebutaan di
Indonesia (1,5%) adalah yang tertinggi (India 0,7%,Thailand 0,3%). Menurut
Badan Penelitian dan Pengembanga Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2008).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana laporan pendahuluan penyakit katarak ?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit katarak dari pengkajian
sampai evaluasi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui laporan pendahuluan mulai dari anatomi sampai tanda dan
gejala.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
katarak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Anatomi dan Fisiologi Mata


Mata adalah organ penglihatan. Suatu
struktur yang sangat khusus dan
kompleks, menerima dan
mengirimkan data ke korteks
serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukkan khusus untuk
menerjemahkan citra visual. Ada 7
saraf otak (SO) memiliki hubungan
dengan mata, yaitu :
 Untuk penglihatan (SO II)
 Gerakan mata (SO III, IV,
dan VI)
 Reaksi pupil (SO III)
 Pengangkatan kelopak mata (SO III)
 Penutupan kelopak mata (SO VII)
Hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Bola mata
dan struktur yang berhubungan dilindungi dan dilingkupi dalam tulang berongga
bulat dinamakan orbita. Bola mata yang menempati bagian kecil dari orbita,
dilindungi dan dilapisi oleh lemak yang terletak di belakang bola mata. Saraf dan
pembuluh darah mensuplai nitrisi dan mentransmisi implus ke otak juga berada
dalam orbita. Melekat di bagian luar bola mata adalah otot yang terorganisasi
dengan baik, dipersarafi oleh SO III, IV, dan VI. Otot ekstraokuler tersebut
bekerja bersama untuk mengkoordinasi gerakan mata.
Orbita merupakan rongga berpotensi untik terkumpulnya cairan, darah dan
udara karena letak anatominya yag dekat dengan sinus dan pembuluh darah.
Pendesakan komponen lain ke lengkungan orbita dapat menyebabkan perrgeseran,
penekanan atau protrusi bola mata dan struktur di sekitarnya.
Anatomi lensa mata

2
Mata adalah indra penglihatan dibentuk untuk menerima rangsangan, berkas-
berkas cahaya pada retina dengan perantara serabut-serabut nervous options
mengalihkan rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak, bagian mata berfungsi
memfokuskan rangsangan cahaya keretina adalah lensa (pearce, 2002).
Fisiologi lensa mata
Lensa mata adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan
belakang) yang dipertahankan pada tempatnya oleh ligament siliaria atau zinnia,
organ fokus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul. Jadi
lensa mata berbentuk bikonveks tidak mengandung pembuluh darah.

2.1 Pengertian
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh (Sidarta, 2006). Ilyas (2001) mengatakan bahwa, katarak adalah suatu
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau
denaturasi lensa. Mansjoer, 2001 katarak adalah setiap keadaan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya. Bisanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak adalah
suatu opasaifikasi dari lensa yang normalnya transparan seperti Kristal, jernih.
(Baughman, D.C.2000:319).
Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri yang
berangsur-angsur penglihatan kabr dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
(Doengoes,2000).

2.2 Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata (Ilyas, 2003).
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
 Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua(lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa, sehingga dapat mengakiatkan katarak baik pada
orang yang fisiknya semakin tua atau karena sakit.
3
 Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat
paparan sinar ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan
katarak.
 Usia
Dengan bertambahnya seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan
mengakibatkan katarak. Katarak yang didapatkan karena faktor usia tua
biasanya berkembang secara perlahan. Penglihatan kabur dapat terjadi setelah
trauma dari gejala awal dapat berkembang kehilangan penglihatan. Hilangnya
penglihatan tergantung pada lokasi dan luasnya kekeruhan.
 Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang
disebabkan oleh virus. Maka infeksi virus tersebut akan mempengaruhi tahap
pertumbuhan janin. Missal ibu yang sedang mengandung menderita rubella.
 Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis (Ilyas 2002).

2.3 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, bentuk
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada serabut
halus multiple (zunula) yang memanjang dari bahan selier kesekitar daerah diluar
lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghanbat jalan cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influx air kedalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda,
dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat
bersifat congenial dan dapat diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa
dapat menyebabkan amblyopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang

4
paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B,
obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu lama.

2.4 Tanda dan gejala klinis


2.4.1 Gejala klinis
Gejala klinis pasien katarak antara lain :
a. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh.
b. Penglihatan akan berkurang secara perlahan
c. Pada pupil terdapat bercak putih.
d. Bertambah besar nucleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa.
e. Penglihatan kabur.
f. Rasa nyeri pada mata
Katarak hipermatur akan menimbulkan penyakit, mata menjadi merah
disertai rasa sakit yang kemudian akan berakhir dengan kebutuhan. Secara
klinis proses ketuaan sudah tampak dalam pengurangan kekuatan akomodasi
lensa, akibat mulai terjadinya sclerosis lensa yang dimanifulasikan dalam
bentuk presbiopi.
Selain itu gejala berupa keluhan penurunan ketajaman penglihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative (-). Bila dibiarkan akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa
glaucoma dan uveitis. Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu
penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glukoma dan
uvesiti.
2.4.2 Gejala umum
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalagi objek.
 Peka terhadap sinar dan cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata.
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

5
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Selain itu, katarak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium insipen, imatur,
matur, dan hipermatur. Saat memasuki stadium insipen kekeruhan tidak teratur
seperti bercak-bercak di korteks anterior/posterior sehingga menimbulkan
keluhan pollopia. Pada stadium yang lebih lanjut terjadi kekeruhan yang lebih
tebalttapi belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian jernih
lensa. Pada stadium ini terjadi penumpukan cairan dan disintegrasi serabut
akibatnya lensa mencenbung yang menimbulkan keluhan miopi dan
menyebabkan iris terdorong ke depan serta bilik mata lebih sempit akibatnya
terjadi penyulit glukosa dan uveitis. Apabila degenerasi tersebut berlanjut,
terjadilah katarak matur dimana terdapat pengeluaran air bersama-sama hasil
disintegrasi kapsul sehingga terjadi pengapuran menyeluruh Karen deposit
kalsium lensa berwarna putih. Hal ini menebankan terjadinya katarak
hipermatur. Pada stadium ini, korteks lensa mencair sehingga lensa mengkerut
berwarna kuning, lalu menyebabkan iris terdorong ke depan dan bilik mata
menjadi sempit dan bias timbul penyulit yang sama denga stadium matur tadi.
(Ilyas 2002).

2.5 Pemeriksaan diagnostik


a. Kartu nama snellen / mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akvesus atau vitresus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan keretina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan. Penurunan disebabkan oleh cairan cerebo vaskuler, massa
tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologi arteri serebral, gloukoma.
c. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (TIO) normalnya 12-25
mmHg.
d. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papilledema, pendarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi
dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
e. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED). Menunjukkan anemia sistemik atau
infeksi.
f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
6
g. Tes toleransi glukosa (FBS). Menunjukan adanya atau kontrol diabetes.
(Marilyn E. Doenges, 2000).

2.6 Penatalaksana
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan
yang terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering
dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anesthesia
lokal. Macam pembedahannya ada 2 macam yaitu :
1. Esktraksi katarak intra kapsuler
Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi katarak ekstra kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) mengeluarkan lensa dengan merobek
kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.
Fakoemulsifikasi merupakan penemua terbaru pada EKEK, tehnik ini
memerlukan penyembuhan yang paling pendek dan penurunan insidensi astigmatisme
pasca operasi. Kedua tehnik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi dapat
mempertahankan kapsula posterior yang nantinya digunakan untuk penyangga IOL.
Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengansalah satu dari 3 metode : kacamata
apakia, lensa kontak, implant IOL, (Brunner & suddarth, 2005).
Penanganan tindakan pembedahan dengan mengangkat lensa merupakan
penanganan katarak yang sering dilakukan, biasanya disertai dengan pemasangan
lensa intraokuler. Jika pemasangan lensa intraokuler tidak dilakukan, pasien perlu
menggunakan kacamata dengan lensa yang tebal untuk menggantikan fungsi lensa
yang sudah diangkat tersebut. Perkembangan dramatis telah terjadi dalam operasi
pengangkatan lensa pada saat sekarang ini. Karena tindakan ini merupakan prosedur
bedah untuk pasien rawat jalan dan dapat dikerjakan selama 3-4 jam. Ada 2 jenis
ekstraksi lensa yaitu intracapsuler extraction adalah pengangkatan keseluruhan lensa
dan extracapsuler extraction adala pengangkatan lensa tanpa kapsul
2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit katarak ini adalahsebagai berikut :
a. Glaucoma

7
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekana intra okuler didalam
bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata
menurun.
b. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini dapat terjadi setelah pasca bedah, akibat ada robekan
pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau terjadi
penimbunan eksudat di bawah retina sehingga retian terangkat.
c. Infeksi
Ini bias terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak
edekuat.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian.
Pemeriksaan fsik :
 Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
 Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
 Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak
kekuningan.
 Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin melaporkan dapat melihat
lebih baik pada cahaya suram dari pada terang karena pada saat dilatasi klien
dapat melihat dari sekeliling kekeruhan.
 Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
 Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut
terdapat area putih keabu-abuan.
Pada pengkjian ini akan didapatkan kecemasan dan ketakutan kehilangan
pandangan.
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
2. Makan dan minum
Gejala : mual / muntah
3. Neurosensori

8
Gejala :
 Gangguan penglihatan (kabur / tidak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan periper, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat / merasa diruang gelap.
 Perubahan kacamata atau pengobatan untuk tidak memperbaiki
penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
 Peningkatan air mata
1. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan / mata berair
2. Penyuluhn / pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga gloukoma, diabetes, gangguan sistem
vaskuler, terpajan pada radiasi, steroid tau toksisits fetotiazin.
(doenges, 2000).

2. Diangnosa Yang Mungkin Muncul


Pra-operasi
1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan.
2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan penurunan fungsi ketajaman penglihatan.
3. Ganggua body image berhubungan dengan kekeruhan lensa.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan kesehatan, interaksi.

Pasca operasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma, TIO, inflamasi tidakan bedah.
2. Resiko tinggi terjdinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (bedah
pengangkatan).
3. Cemas berhubungan dengan kerusakan sensori, dan kurang pemahaman mengenai
perawatan pasca operasi.

9
INTERVENSI DAN RASIONAL
No Diagnosa Tujuan Kreteria hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan Setelah 1. Dengan 1. Orientasikan 1. Orientasikan
persepsi dilakukan penglihatan yang pasien terhadap pasien terhadap
sensori visual intervensi terbatas klien lingkungan lingkungan
/ penglihatan keperawatan mampu melihat aktifitas. aktifitas.
berhubungan selama 3x24 lingkungan
dengan jam diharapkan semaksimal
penurunan klien tidak mungkin. 2. Bedakan 2. Bedakan
ketajaman mengalami 2. Mengenal kemampuan kemampuan
penglihatan. gangguan perubahan lapang pandang lapang pandang
persepsi stimulus yang diantara kedua diantara kedua
sensori positif dan negatif mata. mata.
3. Observasi tanda
3. Mengidentifikasi 3. Observasi tanda disorientasi
kebiasaan disorientasi dengan tetap
lingkungan. dengan tetap berada di sisi
berada di sisi pasien.
pasien. 4. Dorong klien
4. Dorong klien untuk
untuk melakukan
melakukan aktivitas
aktivitas sederhana
sederhana seperti
seperti menonton tv,
menonton tv, radio, dll.
radio, dll. 5. Anjurkan pasien
5. Anjurkan pasien menggunakan
menggunakan kacamata
kacamata katarak, cegah
katarak, cegah lapang pandang
lapang pandang periper dan catat
periper dan catat terjadinya bintik

10
terjadinya bintik buta.
buta. 6. Posisi pintu
6. Posisi pintu harus tertutup
harus tertutup terbuka, jauhkan
terbuka, jauhkan rintangan.
rintangan.
2 Nyeri Setelah  Nyeri berkurang, 1. Bantu klien 1. Membantu
berhubungan dilakukan skala nyeri ringan dalam pasien
dengan intervensi  Klien tidak mengidentifikasi menemukan
trauma, TIO, keperawatan menunjukkan tindakan tindakan yang
inflamasi selama 3x24 perilaku distraksi penglihatan nyeri dapat
tindakan jam diharapkan  Klien tidak yang efektif. menghilangkan
bedah nyeri dapat tamoak meringis atau
berkurang atau  Klien tamapak mengurangi
terkontrol rileks nyeri yang
efektif.
2. Jelaskan bahwa 2. Nyeri dapat
nyeri dapat terjadi sampai
terjadi samapai anestesi lokal
beberapa jam habis,
setelah memahami hal
pembedahan. ini dapat
membantu
menguragi
kecemasan
yang
berhubungan
dengan yang
tidak
diperkirakan.
3. Lakukan 3. Latihan nyeri
tindakan dengan
mengurangi menggunakan

11
nyeri dengan tindakan yang
cara : non
- Posisi farmakologi
tinggikan memungkinkan
bagian kepala klien untuk
tempat tidur, memperoleh
ganti posisi dan rasa control
tidur pada sisi terhadap nyeri.
yang tidak
dioperasi
- Distraksi
- Latihan
relaksasi
4. Berikan obat 4. Analgetik
analgetik sesuai dapat
program menghambat
Laporan dokter jika reseptor nyeri.
nyeri tidak hilang Tanda ini
setelah ½ jam menunjukkan
pemberian obat, peningkatan
jika nyeri disertai tekanan intra
mual. ocular atau
komplikasi lain.
3 Resiko tinggi Setelah  Tanda-tanda 1. Tingkatkan
terjadinya dilakukan infeksi tidak penyembuhan
infeksi intervensi terjadi luka dengan :
berhubungan keperawatan  Penyembuhan - Beri dorongan o Nutrisi dan
dengan selama 3x24 luka dalam untuk hidrasi yang
prosedur jam diharapkan rentang waktu mengikuti diet optimal
invasif tidak terjadi minimal seimbang dan meningkatkan
(bedah infeksi. asupan cairan kesehatan secara
pengangkata yang adekuat keseluruhan,
n). - Instruksikan meningkatkan

12
klien untuk penyembuhan
tetap menutup luka
mata sampai pembedahan.
hari pertama o Memakai
setelah operasi pelindung mata
atau sampai meningkatkan
diberitahukan penyembuhan
2. Gunakan tehnik dan menurunkan
aseptic untuk kekuatan iritasi
meneteskan tetes kelopak mata
mata : terhadap jahitan
- Cuci tangan luka.
sebelum
memulai
pegang alat
penetes agak
jauh dari mata.
- Ketika
meneteskan
hindari kontak
antara mata
dengan tetesan
dan alat
penetes
3. Gunakan tehnik o Tehnik aseptic
aseptic untuk minimalkan
membersihkan masuknya
mata dari dalam mikrooganisme
keluar dengan dan mengurangi
tisu basah / bola infeksi.
kapas untuk tiap
usapan, ganti
balutan dan

13
memasukkan
lensa bila
menggunakan.
4. Tekanan o Tehnik asptic
pentingnya tidak menurunkan
menyentuh / resiko
menggaruk mata penyebaran
yang dioperasi. infeksi / bakteri
dan kontaminasi
silang.

5. Observasi tanda o Mencegah


dan gejala kontaminasi dan
infeksi seperti : kerusakan sisi
kemerahan, operasi.
kelopak mata
bengkak,
o Deteksi dini
drainase
infeksi
purulent, injeksi
memungkinkan
konjungtiva
penanganan yang
(pembuluh darah
cepat untuk
menonjol),
meminimalkan
peningkatan
keseriusan
suhu.
infeksi.
6. Anjurkan untuk
mencegah
ketegangan pada
jahitan dengan
cara :
menggunakan
kacamata
o Ketegangan pada
protektif dan
jahitan dapat
perlindungan
menimbulkan

14
mata pada interupsi,
malam hari. menciptakan
7. Kolaborasi obat jalan masuk
sesuai indikasi : untuk
- Antibiotika mikroorganisme.
(topical,
parental, atau o Sediaan topical
sub digunakan secara
konjungtiva) profilaksis,
- steroid dimana terapi
lebih agresif
diperlukan bila
terjadi infeksi
menurunkan
inplamasi.

15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN KATARAK
A. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Apakah penah menderita penyakit diabetes mellitus ?
b. Apakah sebelumnya ada anggota keluarga yang menderita penyakit katarak ?
3. Data bio-psiko-sosial
a. Aktivitas
Gejala : perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
Tanda : penurunan penglihatan dengan kerusakan pada kornea, lensa, akvesus
atau vitreus humor.
b. Makan
Gejala : mual / muntah
Tanda : kehilangan nafsu makan
c. Neurosensori
Gejala :
 Gangguan penglihatan (kabur / tidak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan periper, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat / merasa diruang gelap.
 Perubahan kacamata atau pengobatan untuk tidak memperbaiki
penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
 Peningkatan air mata
3. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan / mata berair
4. Penyuluhn / pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga gloukoma, diabetes, gangguan sistem
vaskuler, terpajan pada radiasi, steroid tau toksisits fetotiazin.
(doenges, 2000).

16
B. Diagnose keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori / penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma, inflamasi tindakan bedah.
3. Resiko tinggi terjadinya infeski berhubungan dengan prosedur invasif.

C. Intervensi
No Diagnosa Noc Nic
1 Gangguan Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu klien agar dapat
persepsi sensori / keperawatan selama 3x24 jam melihat lingkungan
penglihatan b/d diharapkan klien tidak dengan maksimal.
penurunan mengalami gangguan 2. Bantu klien membedakan
ketajaman persepsi sensori, dengan lapang pandang antara
penglihatan. kreteria hasil : kedua mata
1. Dengan penglihatan yang 3. Observasi tanda
terbatas klien mampu disorientasi dengan tetap
melihat lingkungan berada di sisi klien.
semaksimal mungkin.
2. Mengenal perubahan
stimulus yang positif dan
negatif.
3. Mengidentifikasi kebiasaan
lingkungan.

17
2 Nyeri b/d Setelah dilakukan intervensi 1. bantu klien dalam
trauma, keperawatan selama 3x24 jam mengidentifikasi tindakan
inflamasi diharapkan nyeri dapat yang efektif
tindakan bedah berkurang atau terkontrol, 2. jelaskan bahwa nyeri
dengan kreteria hasil : dapat terjadi sampai
1. nyeri berkurang, skala beberapa jam setelah
nyeri ringan pembedahan
2. klien tidak menunjukkan 3. lakukan tindakan
perilaku distraksi mengurangi nyeri
3. klien tidak tampak 4. berikan obat analgetik
meringis sesuai program
4. klien tampak rileks

3 Resiko tinggi Setelah dilakukan intervinsi 1. Tingkat penyembuhan


terjadinya keperawatan selama 3x24 jam luka
infeski b/d diharapkan tidak terjadi 2. Gunakan tehnik aseptic
prosedur invasif. infeski, dengan kreteria hasil : untuk meneteskan tetes
1. Tanda-tanda infeksi tidak mata
terjadi
2. Penyembuhan luka dalam
rentang waktu minimal.

18
D. Implementasi
No Hari, Diagnosa Implementasi Ttd
Tanggal, Jam
1 Senin, 25 Gangguan  Mengobservasi keadaan pasien
februari 2019 persepsi  Mengukur ttv
08:00 sensori /  Mengorientasikan kepada klien
penglihatan b/d terhadap lingkungan seperti orang
penurunan lain dan arenya
ketajaman  Mengatur posisi yang nyaman bagi
penglihatan. pasien
 Mendekatkan barang-barang yang
dibutuhkan pasien
2 Selasa, 26 Nyeri b/d  Mengkaji skala nyeri dan lokasinya
februari 2019 trauma,  Mengatur posisi dengan melakukan
08:00 inflamasi tehnik relaksasi
tindakan bedah  Mengatur posisi yang nyaman bagi
pasien
 Memberikan kompres dingin
 Mengatur tingkat pencahayaan
 Menganjurkan pasien menggunakan
kacamata hitam
3 Rabu, 27 Resiko tinggi  Mengkaji tanda-tanda infeksi
februari 2019 terjadinya  Menganjurkan pasien untuk tidak
08:00 infeski b/d menyentuh atau mengaruk mata
prosedur yang dioperasi
invasif.  Membersihkan lingkungan dan
ruangan pasien
 Membersihkan luka dengan menjaga
kesterilan
 Memberikan antibiotik

19
E. Evaluasi
No Hari, Diagnosa Catatan Perkembangan Ttd
Tanggal, Jam
1 Kamis, 28 Gangguan S : pasien mengatakan penglihatan
februari 2019 persepsi sensori / mata sebelah kanan kabur
06:00 penglihatan b/d O : mata sebelah kanan terdapatluka
penurunan operasi
ketajaman A : masalah belum selesai
penglihatan. P : Intervensi dilanjutkan
08:00 Nyeri b/d S : pasein mengatakan nyeri pada
trauma, mata kanan
inflamasi O : mata kanan dipasang verban
tindakan bedah A : masalah belum selesai
P : Intervensi dilanjutkan
10:00 Resiko tinggi S : pasein mengatakan mata sebelah
terjadinya kanan terasa gatal
infeski b/d O : pada mata sebelah kanan terdapat
prosedur invasif. luka iris
A : masalah tidak timbul
P : Intervensi dipertahankan

20
Pendidikan kesehatan
Katarak kini masih menjadi penyakit paling dominan pada mata dan penyebab paling
utama kebutaan. Paling sedikit 50% dari semua kebutaan disebabkan oleh katarak, dan 90%
diantaranya terdapat di Negara berkembang. Tidak terkecuali Indonesia, dimana berdasarkan
hasil survei kesehatan indra penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, prevalensi
kebutaan mencapai 1,5% dan lebih dari sepenuhnya disebabkan oleh katarak yang belum
dioperasi. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata lokal manahun. Pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan mata masih memprihatinkan. Kekurang
pahaman tersebut bias menyebabkan kurangnya akses informasi mengenai penyebab dan
pengobatan katarak. Penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan prilaku terhadap katarak
dan pengelolaannya telah dilakukan di Negara lain. Sedangkan di Indonesia penelitian seperti
ini belum pernah dilakukan. Karena itu penelitian ini dilakukan, dan bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap operasi katarak pada pasein
katarak.

Trend dan issu


A. Kerusakan Mata Isu Global
Sebanyak 39 juta orang di dunia mengalami kebutaan, tetapi 80% dari kebutaan
tersebut dapat dicegah, baik melalui perawatan maupun operasi. Setiap menit seorang
anak menjadi buta dan 60% dari anak-anak buta tersebut meninggal dunia dalam
waktu satu tahun. Jika tidak dilakukan tindakan tepat, jumlah orang dengan kebutaan
di dunia akan meroket hingga 76 juta orang di 2020. Sebanyak 145 juta orang yang
mengalami cacat penglihatan disebabkan oleh penyimpangan pembiasan mata (cacat
mata minus atau plus) Dua per tiga dari orang dengan kebutaan di seluruh dunia
adalah kaum perempuan dewasa dan anak-anak. Sebanyak 80% dari mereka hidup di
negara-negara berkembang. Laki-laki dua kali lipat lebih mudah mendapat akses
perawatan mata dibandingkan perempuan Sekitar 1,4 juta anak di bawah 15 tahun
diperkirakan mengalami kebutaan di seluruh dunia, satu juta di antaranya berada di
Asia dan 300.000 lainnya berada di Afrika

21
B. Mengapa Kebutaan Menjadi Isu Serius?
Tiga penyebab kebutaan terbesar di dunia adalah katarak, trachoma. dan glaucoma,
yang menyumbang lebih dari 70% dari semua kasus kebutaan. Katarak tetap menjadi
penyebab utama dari kebutaan secara global, kecuali di banyak negara maju. Katarak menjadi
penyebab utama bagi sekitar 39,1% dari kasus kebutaan di dunia atau menyerang sekitar 17,6
juta orang. Dampak biaya yang akan muncul dari produktivitas yang hilang akibat kebutaan
yang dapat dicegah diperkirakan sekitar USD 200 milyar per tahun. Tanpa tindakan nyata,
biaya tersebut dapat melambung hingga USD 300 milyar per tahun pada 2020
C. Kondisi Kebutaan di Indonesia
Di Indonesia terdapat sekitar 3,5 juta orang (sekitar 1,47% dari populasi) mengalami
kebutaan pada kedua belah mata. Sekitar 50--60% atau 1,5 juta orang mengalami kebutaan
yang disebabkan oleh katarak. Indonesia menempati urutan ke-4 dalam daftar negara dengan
tingkat kebutaan tertinggi di dunia. Penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah: katarak,
glaucoma, dan penyimpangan pembiasan mata (refractive errors). Tingkat kebutaan di
Indonesia: 1,5% (angka ini termasuk tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia
Tenggara lainnya). Prevalensi kebutaan dipengaruhi faktor sosial ekonomi.
D. Kebutaan Bisa Dicegah
Mencegah kebutaan menjadi salah satu upaya kesehatan paling efektif dan biayanya
terjangkau. Biaya yang dapat dihemat secara global dengan mencegah kebutaan sebesar USD
223 miliar selama jangka waktu 20 tahun. Sekitar 1,4 juta anak berumur di bawah 15 tahun
mengalami kebutaan. Faktanya, sekitar setengah dari kebutaan sejak kecil dapat dihindari
dengan perawatan sejak dini dan penyembuhan cacat penglihatan sejak lahir, seperti pada
katarak dan glaucoma. Secara global, sekitar 314 juta orang mengalami cacat penglihatan
karena berbagai penyebab; 153 juta orang mengalami cacat mata (mata minus, mata plus,
astigmatism). Hampir semua orang yang mengalamai masalah mata ini dapat memiliki
penglihatan normal dengan bantuan kacamata, lensa kontak atau operasi mata. Program
pencegahan kebutaan dapat membantu mewujudkan tujuan yang telah dicanangkan dalam
Millennium Development Goals (MDG), termasuk MDG 1 (memerangi kemiskinan); MDG 2
dan 3 (akses terhadap pendidikan dan persamaan gender); MDG 4 (kematian anak), serta
MDG 6 (memerangi penyakit)

22
Peran dan fungsi perawat
1. Perawat sebaiknya mengetahui dan meningkatkan ilmu mengenai katarak.
2. Perawat mampu melakukan pengkajian dengan cermat untuk memantau
karakteristik tahap awal penyakit katarak.
3. Perawat memeriksa fungsi neurologic dan memantau tingkat kesadaran.
4. Perawat memantau ttv klien dan asupan cairan dan elektrolit pada klien katarak.
5. Perawat harus menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai katarak baik
bagaimana pengobatan, dan komplikasi lanjut.
6. Perawat juga mampu meningkatkan keahlian yang dimiliki dalam memberikan
kenyamanan pasien saat menerima pengobatan.
7. Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien
katarak.
8. Perawat mampu beredukasi tentang penyakit katarak pada keluarga atau
masyarakat lain.
9. Perawat lebih sensitif mengenai kenyamanan yang ada pada diri pasien pada saat
pasien merasakan nyeri.
10. Perawat dapat memberikan fasilitas yang dibutuhkan pasien dan menjaga
lingkungan untuk menurunkan stimulus dan lingkungan, demi meningkatkan
kesembuhan pasien.
11. Perawat harus bisa melakukan tindakan secara individu, dengan team maupun
berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam melakukan perawatan untuk
pasien katarak.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
lensa, denaturasi protein lnsa atau akibat kedua-duanya yang biasanya mengenai
kedua mata.
3.2 Saran
 Pendidikan kesehatan sebaiknya diberikan kepada klien dan keluarga dengan
harapan klien dan keluarga mampu mempertahankan status kesehatan.
 Diharapkan klien secara rutin memeriksakan kesehatan dan dapat menjaga pola
hidup sehat.
 Diharapkan kepada klien agar makan obat secara teratur dan tetap control
walaupun sudah pulang dari rumah sakit
 Diharapkan kepada klien dan keluarga agar mau mengikuti anjuran dokter dan
perawat yang ada dirumah sakit agar penyakit yang didetira klien tidak terulang
lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, dkk.2001.keperawatan medikel bedah.ol. 3, edisi 8.jakarta:EGC
Marilynn E. Doenges, dkk.200.rencana asuhan keperawatan,,edisi 3.jakarta: EGC
Saferi andra & yessie mariza, 2013. Keperawatan medical bedah 1. Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai