Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang


menjadi idaman semua orang. Bentuk tubuh yang ideal adalah bentuk tubuh
yang diinginkan oleh kaum wanita dan laki-laki, khususnya pada kaum
wanita di kalangan remajaputri, sebagian para remaja putri menginginkan
bentuk tubuh yang ideal. Bentuktubuh ramping dan langsing adalah bentuk
tubuh ideal.Karena mempunyai bentuk tubuh ideal merupakan kecantikan
didalam dirinya, namun berbeda halnya dengan mereka yang mempunyai
bentuk tubuh obesitas.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan
energi sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-
rata wanitamemiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.
Perbandingan yangnormal antara lemak tubuh dengan berat tubuh adalah
sekitar 25-30% pada wanitadan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak
tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap
mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi
dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normaldianggap mengalami
obesitas.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI juga
mencatat dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000,
jumlah penduduk yang overweightdiperkirakan 76.7 juta (17.5 %) dan pasien
obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta.
Obesitas saat ini merupakan permasalahan yang mendunia. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik
global. Menurut Lembaga Obesitas Internasional di London Inggris dalam
Wandansari (2007) diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 1
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
mengalami kelebihan berat badan. Prevalensinya meningkat tidak hanya di
negara-negara maju, tetapi juga di negara – negara berkembang termasuk
Indonesia.
Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak
dalam tubuh. Umumnya, obesitas dapat ditentukan menggunakan indeks
massatubuh (IMT)/ Body Mass Index (BMI), yaitu perbandingan berat badan
(dalamkilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Pada usia 0-20
tahun, indeks massa tubuh ditentukan dengan memplot IMT menggunakan
grafik indeksmassa-tubuh CDC 2000, yaitu di atas persentil ke-95.
Sedangkan pada usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria WHO untuk
kawasan Asia Pasifik, obesitas ditentukan jika IMT > 25. Penelitian di
Indonesia tentang obesitas masih sedikitdibandingkan dengan di luar negeri.
Hal ini disebabkan penelitian di Indonesialebih banyak difokuskan dengan
masalah gizi kurang dibandingkan dengan masalah gizi lebih. Menurut
Survey Kesehatan Nasional pada tahun 1989 sebanyak 0,77% anak
mengalami obesitas dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 1,26% dan
meningkat lagi menjadi 4,58% pada tahun 1999.
Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan
diantaranya dengan pengaturan pola makan, merubah gaya hidup, pemberian
obat pelangsing, dan pembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat
lemak sebagian di dalam usus yang biasa dikenal dengan sebutan sedot
lemak. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung
berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong,
sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria
biasanya lemak menimbun disekitar perut, sehingga memberikan gambaran
seperti buah apel.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian atau definisi obesitas ?
2. Bagaimana metode pengukuran obesitas ?
3. Bagaimana klasifikasi obesitas pada anak dan remaja ?
1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,
Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 2
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
4. Apakah penyebab obesitas pada anak dan remaja ?
5. Apakah gejala obesitas pada anak dan remaja ?
6. Bagaimana komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas pada anak dan
remaja?
7. Bagaimana penanganan obesitas pada anak dan remaja ?
8. Bagaimana pravalensi obesitas pada anak dan remaja di Indonesia ?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi obesitas.
2. Untuk mengetahui metode pengukuran obesitas.
3. Untuk mengetahui klasifikasi obesitas pada anak dan remaja.
4. Untuk mengetahui penyebab obesitas pada anak dan remaja.
5. Untuk mengetahui gejala obesitas pada anak dan remaja.
6. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas pada anak
dan remaja.
7. Untuk mengetahui penanganan obesitas pada anak dan remaja.
8. Untuk mengetahui pravalensi obesitas pada anak dan remaja di
Indonesia.

I.4 Manfaat Penulisan

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian atau definisi obesitas.


2. Pembaca dapat mengetahui metode pengukuran obesitas.
3. Pembaca dapat mengetahui klasifikasi obesitas pada anak dan remaja.
4. Pembaca dapat mengetahui penyebab obesitas pada anak dan remaja.
5. Pembaca dapat mengetahui gejala obesitas pada anak dan remaja.
6. Pembaca dapat mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas
pada anak dan remaja.
7. Pembaca dapat mengetahui penanganan obesitas pada anak dan remaja.
8. Pembaca dapat mengetahui pravalensi obesitas pada anak dan remaja di
Indonesia.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 3
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Obesitas dan overweight, adalah dua istilah yang sering digunakan untuk
menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya
mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas didefinisikan sebagai suatu
kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh
secara berlebihan. Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan
berat ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau
nonlemak, misalnya pada seorang atlet binaragawan, kelebihan berat badan dapat
disebabkan oleh hipertrofi otot.

II.1 Cara Menentukan Obesitas


Obesitas tidak hanya berkaitan dengan berat badan total, namun juga
distribusi lemak yang tersimpan didalam tubuh. Secara klinis obesitas dapat
dengan muda dikenali antara lain:
 Wajah membulat
 Pipi tembem
 Dagu rangkap
 Leher relatif pendek
 Dada membusung dengan payudara yang membesar mengandung
jaringan lemak
 Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.
Banyak teknik yang digunakan untuk menentukan akumulasi lemak
yang ada didalam tubuh seseorang, antara lain:
a) Mengukur dan mengubungkan berat badan dengan tinggi badan
menggunakan Body Mass Index (BMI) / Index Massa Tubuh (IMT)
b) Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit
c) Variasi lingkar badan, biasanya merupakan rasio dari pinggang dan
panggul

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 4
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Untuk menentukan seseorang menderita obesitas atau tidak cara yang
paling banyak digunakan adalah dengan IMT. IMT ditunjukkan dengan
perhitungan kilogram per meter kuadrat (kg/m2), berkorelasi dengan lemak
yang terdapat dalam tubuh. Rumus menetukan IMT adalah:

Berat Badan (kg)


IMT =
[Tinggi Badan (m)]2

Klasifikasi Obesitas untuk orang dewasa menurut kriteria Asia Pasifik


tertuang pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada orang
dewasa Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Underweight <18,5
Normal 18,5-22,9
Overweight >23,0-24,9
Obesitas I 25,0-29,9
Obesitas II >30,0

Untuk anak-anak pada usia kembang, penentuan obesitas ditentukan


menggunakan grafik CDC 2000. Dengan memasukkan data kegrafik dapat
ditentukan posisi persentilny. Untuk persentil 86-94 dikategorikan dalam
overweight dan untuk persentil ≥ 95 dikategorikan dalam obesitas.grafik CDC
dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut ini

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 5
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Grafik 2.1 Grafik Penentuan IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 Untuk Anak Laki-Laki.
Sumber: Pravalensi Obesitas FK-UI 2009

II.2 Etiologi Obesitas


Obesitas merupakan penyakit dengan etiologi yang sangat kompleks
dan belum sepenuhnya diketahui. Keadaan obesitas terjadi jika makanan

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 6
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
sehari-harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang
bersangkutan (positive energy balance). Pada umunya, berbagai faktor yang
menetukan keadaan obesitas seseorang seperti :
a. Herediter
Anak yang obes biasanya berasal dari keluarga penderita obesitas. Bila
kedua orangtua obes, sekitar 80% anak-anak mereka akan menjadi obes.
Bila salah satu orang tua obes kejadiannya menjadi 40% dan bila kedua
orang tua tidak obes maka prevalens obesitas akan turun menjadi 14%.
Peningkatan resiko menjadi obesitas tersebut kemungkinan disebabkan
oleh pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga.
b. Pola makan
Peran nutrisi dimulai sejak masa gestasi. Perilaku makan mulai terkondisi
dan terlatih sejak bulan-bulan pertama kehidupan yaitu saat diasuh orang
tua. Pemberian susu botol pada bayi mempunyai kecenderungan diberikan
pada jumlah yang berlebihan sehingga resiko menjadi obesitas lebih besar
daripada ASI saja. Akibatnya anak akan terbiasa untuk mengkonsumsi
makanan melebihi kebutuhan dan berlanjut ke masa prasekolah, masa usia
sekolah, sampai masa remaja.
Peranan diet terhadap terjadinya obesitas sangat besar, terutama
diet tinggi kalori yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Masukan energi
tersebut lebih besar daripada energi yang digunakan. Anak-anak usia
sekolah mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji (junk
food dan fast food), yang umumnya mengandung energi tinggi karena 40-
50% nya berasal dari lemak.
Kebiasaan lain adalah mengkonsumsi makanan cemilan yang
banyak mengandung gula sambil menonton televisi. Pilihan jenis makanan
dapat dipengaruhi oleh iklan ditelevisi.
Penelitian yang dilakukan oleh Vanelli dkk (2005) menemukan
bahwa melewatkan makan pagi pada anak-anak dapat meningkatkan risiko
overweight dan obesitas. Pada anak-anak yang melewatkan makan pagi
dilaporkan 27,5% overweight dan 9,6% obes (p=0,01 dan p=0,04 berturut-

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 7
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
turut) dibandingkan anak-anak yang makan pagi (9,1% dan 4,5% berturut-
turut). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Dubois dkk (2006)
ditemukan bahwa melewatkan makan pagi meningkatkan resiko
overweight hampir dua kali lipat dengan odss ratio= 1,9 (1,2-3,2).
c. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik sehari-hari dipercaya menjadi salah satu faktor
munculnya obesitas pada seseorang. Suatu data menunjukkan bahwa
aktivitas fisik anak-anak cenderung menurun. Anak-anak lebih banyak
bermain di dalam rumah dibandingkan di luar rumah, miasalnya bermain
games komputer maupun media elektrolit lain dan menonton televisi.
Sebaliknya menonton televisi akan menurunkan aktivitas dan
keluaran energi, karena mereka menjadi jarang atau kurang berjalan,
bersepeda, naik turun tangga. Suatu penelitian kohort mengatakan bahwa
menonton televisi lebih dari lima jam meningkatkan prevalens dan angka
kejadian obesitas pada anak 6-12 tahun (18%), serta menurunkan angka
keberhasilan sembuh dari terapi obesitas sebanyak 33%.
d. Gangguan hormonal
Walaupun sangat jarang, ada kalanya obesitas disebabkan oleh
endocrine disorder, seperti pada Sindroma Cushing, hiperaktivitas,
adrenokortikal, hipogonadisme, dan penyakit hormon lain.

II.3 Tatalaksana Komprehensif Obesitas


Tata laksana komprehensif obesitas meliputi penanganan obesitas dan
dampak yang muncul. Prinsip penatalaksanaanya adalah mengurangi asupan
energi dan meningkatkan pengeluaran energi. Caranya dengan pengaturan
diet, peningkatan aktivitas fisik, memodifikasi perilaku, dan ayng terpenting
adalah keterlibatan keluarga dalam proses terapi.
Dalam pengaturan kalori yang perlu diperhatikan adalah :
 Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal
 Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%,
dan protein 15-20%

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 8
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
 Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui
jalur intrinsik, hormonal dan kolonik.
Terapi bedah jika BB > 200% BB ideal. Prinsipnya ada dua, yaitu :
 Gastric –banding dan verical-banded gastroplasty untuk
mengurangi asupan makanan dan memperlambat pengosongan
lambung.
 Membuat gastric bipass dari lambung ke bagian akhir usus halus.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 9
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
BAB III

ISI

III.1 Definisi Obesitas

Obesitas oleh orang awam diidentikan sebagai kelebihan berat badan


atau kegemukan. Namun secara medis, obesitas didefinisikan memiliki
kelebihan lemak di dalam tubuh. Obesitas meningkatkan risiko penyakit
lain, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Penyakit obesitas adalah penyakit yang paling umum dialami oleh
manusia. Peningkatan kesejahteraan kehidupan ternyata tidak menutup
kemungkinan penyakit memasuki tubuh manusia, namun malah
menyebabkan penyakit lain muncul. Salah satunya adalah penyakit obesitas.
Obesitas adalah keadaan dimana tubuh mengalami penimbunan lemak
berlebihan sehingga mengalami kelebihan berat badan.
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya
ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan
kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan
antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga
terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto,
2009).
Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan
rangka dan fisik, sebagai akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh
(Dorland, 1995).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan,
terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya
(Misnadierly, 2007).
Menurut para ahli dan pakar kesehatan, definisi obesitas ada beberapa
macam. Namun, secara umum, dapat dikatakan bahwa definisi obesitas
adalah kelebihan berat badan akibat penimbunan lemak di dalam tubuh.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 10
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Dari definisi obesitas itu sendiri, kita dapat menyimpulkan bahwa
kelebihan lemak dalam tubuh bukanlah kondisi yang baik. kelebihan lemak
dalam tubuh dapat memicu berbagai resiko kesehatan.
Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya
masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan
aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini
terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga
obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang
melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.

III.2 Metode Pengukuran

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi


berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang
dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).

Rumus menentukan IMT :

IMT = BB
TB²

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT


Status Gizi IMT
KKP I < 16
KKP II 16,0 –16,9
KKP III 17,0 –18,4
Normal 18,5 –24,9
Obesitas I 25,0 –29,9
Obesitas II 30,0 –40,0
Obesitas III >40
Sumber: Maurice ES et al edisi VIII, Lea & Febinger, 1994 dalam Arisman, 2007

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 11
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Adapun cara menentukan derajat obesitas yang paling sering
dipakai adalah dengan mengukur Body Mass Index atau BMI, yaitu dengan
mengukur tinggi badan (dalam meter) dan berat badan (dalam kilogram),
kemudian membagi berat badan dengan kuadrat dari tinggi badan. Lihat
Rumus dibawah ini:

BMI = Berat Badan / ((Tinggi Badan (m)) x (Tinggi Badan (m)))

Contoh seseorang dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan 160 cm,
maka didapatkan

BMI = 70 / (1.6 x 1.6) = 27.3 (Gemuk)

Menurut WHO, BMI orang normal adalah 18,5 – 24,9. BMI kurang
dari 18,5 dikatakan kurus. Sedangkan BMI 25 keatas disebut obesitas, yang
dibagi pula dalam obesitas derajat satu (BMI 25 – 29,9), obesitas derajat dua
(BMI 30 – 39,9), dan obesitas derajat tiga atau morbid / severe obesity (BMI
40 atau lebih). Untuk lebih rincinya, berikut adalah table klasifikasi obesitas
menurut WHO dan umum:

Klasifikasi BMI
Obesitas Populer / umum (kg/m2)
Underweight Kurus < 18,5
Healthy weight Normal 18,5 – 24,9
Obesitas derajat 1 Overweight / Gemuk 25 – 29,9
Obesitas derajat 2 Obesitas 30 – 39,9
Obesitas derajat 3 Obesitas Morbid / Berat > 40

Berat badan yang sehat, normal, atau ideal (Healthy Weight) adalah
berat badan yang bukan Underweight, bukan pula Overweight (Kegemukan)
atau obesitas, berarti BMI 20 – 25, lingkar pinggang dibawah 88 cm untuk
wanita dan di bawah 102 cm untuk pria.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 12
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Ada beberapa macam cara pengukuran yang bisa menentukan apakah
berat badan orang itu normal atau obesitas, juga dapat dipakai untuk melihat
bagaimana distribusi lemak di tubuh. Misalnya, pengukuran lemak tubuh,
lingkar pinggang, atau dengan menentukan BMI.

Body Mass Index

Cara menentukan derajat obesitas yang paling sering dipakai adalah


dengan mengukur (Body Mass Index) atau BMI, yaitu dengan mengukur
tinggi badan (dalam meter) dan berat badan (dalam Kg), kemudian membagi
berat badan kuadrat dari tinggi badan. (Di sisi kanan artikel ini, ada
semacam program simulasi sederhana untuk mengukur BMI tubuh kita,
yang disertai dengan grafik.)
Menurut WHO, BMI orang normal adalah 18,5 – 24,9. BMI kurang
dari 18,5 dikatakan kurus, sedangkan BMI 25 ke atas disebut obesitas, yang
dibagi pula dalam obesitas derajat 1 (BMI 25 – 29,9), obesitas derajat 2
(BMI 30 -39,9) dan obesitas derajat 3 atau morbid/severe obesity (BMI 40
atau lebih).
Untuk lebih mudahnya, kita memakai angka 20,25, dan 30. Bila BMI
di bawah 20 disebut kurus, BMI 25 ke atas dikatakan gemuk, dan BMI 30
atau lebih dinamakan obesitas. Sedangkan di antara kategori kurus dan
gemuk dimasukkan kelompok berat badan normal.
Pengukuran BMI ini tidak akurat bila dipakai orang tertentu, misalnya
body builder atau atlet (otot mempunya berat lebih daripada lemak), anak,
orang tua, wanita hamil, atau orang dewasa yang pendek (tinggi badan
kurang dari 5 feet atau 150 cm) BMI kurang tepat bila dipakai untuk
mengukur obesitas anak. The International Obesity Task Force pada tahun
1997 menggunakan BMI Percentle Chart, dengan batas 85 dan 95 centile.
Batas rendah setara dengan anak yang gemuk, batas yang tinggi adalah anak
obesitas. Jadi batas centiles itu adalah kira-kira batas BMI 25 dan 30 bagi
orang usia 18 tahun.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 13
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Waist Circumference (Lingkar Pinggang)

Cara lain menentukan obesitas adalah dengan mengukur lingkar


pinggang. Orang yang akan diukur harus berdiri dan rileks, baju dinaikkan,
perlahan-lahan mengeluarkan nafas, kemudian lingkarkan pita pengukur di
pinggang, minta bantuan orang itu memegang salah satu ujung pita atau
melingkarkan pita pengukurnya. Pita itu harus tepat melewati titik di
samping tubuh, di antara ujung bawah tulang iga dan ujung atas tulang
panggul, serta di titik tengah tubuh, 1 cm di bawah pusar. Bila setiap kali
mengukur lingkar pinggang dilakukan oleh pengukur yang sama, hasilnya
akan lebih dapat dipercaya.
Lingkar pinggang yang normal atau sehat adalah di bawah 88 cm (35
inches) untuk wanita dan di bawah 102 cm (40 inches) untuk pria. Di Asia,
kita memakai criteria obesitas sentral >= 90 cm untuk lingkar pinggang pria
dan >= 80 cm untuk wanita.

Waist-HIP Ratio (WHR)

Perbandingan dari ukuran lingkar pinggang (waist circumference) dan


ukuran lingkar panggul (hip circumference) disebut sebagai waist-hip ratio.
Bila WHR 0,95 atau lebih pada pria dan 0,8 atau lebih pada wanita, maka
orang tersebut masuk kategori obesitas.
LP dan WR erat hubungannya dengan kecenderungan seorang terkena
diabetes. Semakin tinggi ukuran LP dan WHR seseorang, maka semakin
mudah ia menjadi pengidap diabetes.

Berat badan yang sehat/normal

Berat yang sehat atau ideal adalah berat badan yang bukan
underweight, bukan pula overweight / obesitas, yaitu BMI 20 -25, lingkar
pinggang di bawah 88 cm untuk wanita dan di bawah 102 cm untuk pria.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 14
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
III.3 Klasifiksi Obesitas

Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan dalam


beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu :
1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel
yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-
selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-
anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa
anak-anak akan lebih sulit.
2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih
besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi
pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan lebih
mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik, kegemukan tipe ini terjadi karena
jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai
pada masa anak -anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa.
Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang
paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit,
seperti penyakit degeneratif.
Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas
yaitu:
a) Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan
pertumbuhanlemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu
sekitar dada, pundak, leher, dan muka.Tipe ini pada umumnya dialami
pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk
adalah lemak jenuh.
b) Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada
bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini
banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah
lemak tidak jenuh.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 15
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan
energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan
adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan
lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%
dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai
tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok.
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%. Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun,
tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak
tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.
Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong,
sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria
biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran
seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang
mutlak; kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa
wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan
lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan
dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah
pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu
cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau
seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul.
Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 16
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115
cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio
pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul
lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.

III.4 Penyebab Obesitas pada Anak dan Remaja

Secara ilmiah, obesitas teradi akibat mengkonsumsi kalori lebih


banyak yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya
ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum
jelas. Salah satu cabang dari beberapa gangguan makan adalah obesitas
remaja. Obesitas adalah suatu kondisi dimana persentase lemak dari seorang
anak adalah lebih dari 32% untuk Anak perempuan dan 35% untuk anak
laki-laki atau ketika berat badan anak lebih dari sebesar 20% dari berat
badan ideal mereka sesuai dengan tinggi badan mereka. Hal ini tidak selalu
terkait dengan gangguan makan, tetapi gangguan makan seperti Bulimia
Nervosa dan Pesta Makan dapat dikaitkan dengan obesitas. Juga, sedangkan
obesitas dapat menjadi masalah pada berbagai tahap kehidupan (misalnya,
bahkan seorang anak berumur 7 tahun dapat digolongkan sebagai obesitas),
gangguan makan yang paling terkait dengan tahun-tahun remaja.

Obesitas di kalangan anak adalah salah satu masalah Kesehatan yang


berkembang untuk orangtua di seluruh dunia dan ini risiko kesehatan
tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan. Penelitian menunjukkan
bahwa kebanyakan anak obesitas tumbuh menjadi orang dewasa gemuk.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan obesitas. Berikut adalah


beberapa penyebab utama obesitas:

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 17
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
1. Fisik tidak aktif (malas bergerak):

Ini adalah salah satu penyebab terbesar dari obesitas remaja.


Dengan remaja menghabiskan sebagian besar waktu mereka di
depan televisi, bermain game komputer atau di ponsel dengan
teman-teman mereka dan kurangnya minat dalam kegiatan ekstra
kurikuler sekolah atau kuliah setelah dan kurang olahraga adalah
beberapa penyebab utama obesitas remaja.
Menonton televisi dan kegiatan lainnya tanpa ada
pergerakan badan yang aktif akan menurunkan aktivitas dan
keluaran energi, karena mereka menjadi jarang atau kurang
berjalan, bersepeda, naik turun tangga. Suatu penelitian Kohort
mengatakan bahwa menonton televisi lebih dari lima jam
meningkatkan pravalens dan angka kejadian obes pada anak 6-12
tahun (18%), serta menurunkan angka keberhasilan sembuh dari
terapi obesitas sebanyak 33%.

2. Kebiasaan makan yang buruk (pola makan):

Peran nutrisi dimulai sejak masa getasi. Perilaku makan


mulali terkondisi dan terlatih sejak bulan-bulan pertama kehidupan
yaitu saat diasuh orangtua. Pemberian susu botol pada bayi
mempunyai kecenderungan diberikan pada jumlah yang
berlebihan sehingga resiko menjadi obesitas menjadi lebih besar
daripada ASI saja. Akibatnya anak akan terbiasa mengkonsumsi
makanan melebihi kebutuhan dan berlanjut ke masa prasekolah,
masa sekolah dan masa remaja.
Alasan lain besar untuk obesitas remaja adalah kebiasaan
makan yang buruk. Lonjakan konsumsi makanan berlemak tinggi
seperti burger, keripik, minuman bersoda dan kentang goreng telah
dikutuk dan diperlakukan sebagai salah satu penyebab utama
obesitas anak. Peranan diet terhadap terjadinya obesitas sangat

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 18
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
besar, terutama diet tinggi kalori yang berasal dari karbohidrat dan
lemak. Masukan energi tersebut lebih besar daripada energi yang
digunakan. Anak-anak usia sekolah mempunynai kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji (junk foods and fast foods),
yang umumnya mengandung energi tinggi karena 40-50% nya
berasal dari lemak.
Kebiasaan lain adalah mengkonsumsi makanan camilan
yang banyak mengandung gula sambil menonton televisi. Pilihan
jenis makan camilan bisa dipengaruhi oleh iklan di televisi.
Penelitian yang dilakukan oleh Vanelli dkk (2005) menemukan
bahwa melewatkan makan pagi pada anak-anak dapat
meningkatkan resiko overweigth dan obesitas. Pada anak-anak
yang melewatkan makan pagi dilaporkan 27,5% overweigth dan
9,6% obes (p=0,01 dan p=0,04 berturut-turut) dibandingkan anak-
anak yang makan pagi (9,1% dan 4,5% berturut-turut). Sedangkan
menurut penelitian yang dialakukan oleh Dubois dkk (2006)
ditemukan bahwa melewatkan makan pagi meningkatkan resiko
overweigth hampir dua kali lipat dengan odds ratio = 1,9 (1,2-3,2)

3. Genetik Pola Perilaku (Herediter) & Keluarga:

Anak yang obes biasanya berasl dari keluarga penderita


obesitas. Bila kedua orang tua obes, sekitar 80% anak mereka akan
menderita obesitas. Bila salah satu orang tuanya obes kejadiannya
akan menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obes maka
pravalensi obesitas akan turun menjadi 14%. Peningkatan resiko
menjadi obesitas tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruh
gen atau faktor lingkungan dalam keluarga.
Pola genetik dan perilaku keluarga juga penyebab penting
dari obesitas dan sulit untuk memisahkan keduanya. Sementara
kemungkinan orang tua obesitas memiliki anak obesitas adalah
sekitar 30%, benar juga bahwa orang tua obesitas sering memiliki
1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,
Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 19
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
kebiasaan makan yang buruk dan gizi keluarga miskin
mengampuni, sehingga anak-anak kelebihan berat badan.

4. Kimia atau ketidakseimbangan hormon:

Lain alasan utama untuk obesitas, terutama di kalangan


remaja, adalah perubahan hormonal. Remaja mengalami
perubahan hormonal yang signifikan setelah mereka mencapai
pubertas, yang dapat memicu keinginan untuk makanan tertentu
atau over-konsumsi makanan. Walaupun sangat jarang,
adakalanya obesitas disebabkan oleh endocrine disorder, seperti
pada Sindroma Cushing, hiperaktivitas adrenokortikal,
hipogonadisme, dan penyakit hormon lainnya.

5. Metabolisme yang lebih rendah:

Beberapa remaja memiliki kecenderungan untuk


mempertahankan atau menghemat energi tubuh dan sifat ini
mudah terlihat dari anak usia dini, di mana pertumbuhan tonggak
pada anak tampaknya lebih cepat dari biasanya.

6. Teman Dekat

Teman adalah seseorang yang berpengaruh dalam


kelangsungan hidup kita, karena tidak sedikit pola hidup kita
dengan teman dekat memiliki kesamaan. Misalnya, ketika teman
mengajak makan malam bersama meskipun kita dalam keadaan
tidak lapar, kita tidak bisa menolak tawaran itu.

7. Insomnia

Insomnia atau kebiasaan sulit tidur. Karena kurang tidur


meningkatkan rasa lapar dan nafsu makan yang memicu terjadinya
peningkatan berat badan.
1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,
Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 20
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Keterbatasan penelitian dalam menggunakan data sekunder antara
lain banyak data missing dan variabel yang tersedia tidak lengkap
(terbatas). Prevalensi obesitas (persentil >95) pada anak usia 5-15 tahun
sebesar 8,3%. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan obesitas anak
usia 5-15 tahun adalah tingkat pendidikan anak setelah dikontrol oleh
variabel jenis kelamin, riwayat obesitas ayah, kebiasaan olah raga dan
merokok serta asupan protein. Perlunya menanamkan pendidikan
kesehatan pada anak sejak usia dini, melalui peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE), seperti gerakan anti rokok, gerakan cinta
serat (sayur dan buah), budayakan aktivitas fisik dan lain-lain. Penelitian
lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel lain yang berhubungan
dengan obesitas anak seperti aktifitas fisik (termasuk kebiasaan olah raga,
nonton TV dan main games) serta variabel kebiasaan jajan, konsumsi junk
food dan makanan cepat saji.1

III. 5 Gejala Obesitas pada Anak dan Remaja

 Memiliki pipi yang tembam


 Wajah membulat (bentuk wajah tidak proporsional).
 Dagu berlipat (terlihat ganda)
 Leher yang pendek
 Hidung dan mulut terlihat kecil
 Bibir atas berbentuk segitiga
 Perut buncit, disertai dinding perut yang berlipat-lipat.
 Tinggi tidak sesuai dengan usia dan biasanya pada anak laki-laki
kerap terjadi pembesaran payudara (Gynecomastia).
 Pada anak perempuan yang mengalami obesitas dapat terjadi haid
pertama yang timbul lebih cepat atau dikenal dengan istilah early
menarch.
 Sedangkan pada anak laki-laki mempunyai kecenderungan memiliki
alat kelamin yang kecil, sehingga tidak sedikit orangtua membawa
anak laki-lakinya ke dokter anak dan mengeluhkan hal tersebut.
1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,
Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 21
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Dalam hal ini, alat kelamin terlihat kecil karena jaringan lemak di
daerah tersebut menebal, sehingga penisnya terbenam (burried penis).
 Kedua tungkai umumnya berbentuk X, dengan kedua pangkal paha
serta pergelangan kaki bagian dalam saling menempel dan
bergesekan. Akibatnya, timbullah lecet (edema).
 Sering timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun hanya
melakukan aktivitas yang ringan dapat juga mengalami sleep apnea
 Panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan
keringat yang lebih banyak.
 Paha dan lengan terlihat besar namun jari tangan sangat runcing.
 Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada remaja awal tetapi
pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga mempunyai
tinggi badan relatif lebih pendek dari anak sebaya.

III.6 Komplikasi Obesitas pada Anak dan Remaja

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 22
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Obesitas pada anak dan remaja bisa mempunyai komplikasi baik secara fisik
maupun secara mental.

A. Komplikasi pada fisik


1) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 pada anak merupakan kondisi kronis yang
mempengaruhi metabolisme dan gula darah. Diabetes tipe 2 bisa
disebabkan karena pemilihan jenis makanan yang tidak sehat, dan
sangta jarang olahraga (bahkan tidak pernah olahraga). Jika saat anak
sudah terkena diabetes, maka makanan dari anak harus dikendalikan.
Makanan harus sangat dibatasi, baik dari nasi, portein ataupun yang
dapat memperburuk kondisi diabetesnya. Sungguh sangat kasihan jika
anak mengalami diabetes diusia yang sangat muda. Jika seseorang
terkena diabetes disaat sudah senja, maka sangat dapat dimaklumi.
Akan tetapi saat terkena diabetes disaat masa anak-anak, yang
seharusnya bisa mengkonsumsi makanan apa saja, menjadi tidak boleh
makan apa saja. Karena apabila orang tua nekad memberi kalori pada
anak dalam jumlah yag berlebihan, gula darah akan naik dan
komplikasi dari gula darah inilah yang akan dapat membuhnuh seorang
anak (serangan jantung dan sebagainya). Ketika anak sudah divonis
menderita obesitas, maka orang tua dari anak obes harus
memperjuangkan agar berat badan anak tersebuta agar kembali normal.
2) Metabolic syndrome
Metabolisme sindrom sebenarnya bukan suatu penyakit. Tetapi
suatu kondisi yang meletakkan anak pada resiko terkena penyakit
jantung, diabetes dan masalah kesehatan lainnya. Penyakit-penyait ini
termasuk tingginya tekanan darah dan tingginya kolesterol serta lemak
perut yang sangat besar dan tidak sehat.
3) Tingginya koleserol dan tekanan darah
Bila pemilihan jenis makanan pada anak salah, yang terjadi adalah
menaikkan resiko terkena penyakit tekanan darah tinggi dan kolesterol
tinggi pada anak. Kolesterol tinggi akan membentuk plak di pembuluh

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 23
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
darah. Plak ini lama-kelamaan akan menjadi lebar dan mengeras. Bila
mengeras maka aliran darah menjadi sulit, dan tekanan darah menjadi
tinggi, akibatnya jantung bekerja terlalu keras. Inilah yang bisa
menyebabkan jantung dan stroke (bila terjadi penyumbatan pembuluh
darah di otak).
4) Asma dan masalah dalam pernapasan
Berat badan extra pada anak dapat menyebabkan kesehatan paru-
paru anak menjadi terganggu. Yang biasanya menyebabkan sesak nafas,
asma dan mendengkur.
5) Sulit tidur
Sleep apnea adalah kondisi dimana anak mungkin mendengnkur
atau mempunyai interval waktu bernapas yang tidak normal. Sering
terjadi tiba-tiba jalan nafas seperti tertutup karena tidak bisa bernafas,
sehingga anak menjadi terbangun. Bila tidur lagi, beberapa saat
kemudian mengalami hal yang sama. Bila kondisinya parah, anak akan
sulit untuk tidur bahkan takut untuk tidur, padahal anak butuh istirahat
banyak selama dalam masa pertumbuhan.
6) Puber awal atau menstruasi
Menjadi obesitas dapat membuat kondisi hormon menjadi tidak
seimbang untuk anak. Perkembangan hormon kadang terlalu cepat.
Pada wanita, anak akan menstruasi sebelum umurnya. Saat ini anak
sekarang, telah mengalami menstruasi di usia SD. Padahal secara umur
dan perkembangan otak, belum waktunya untuk menstruasi. Obesitas
bisa mempercepat keadaan ini. Atau bahkan sebaliknya, pada beberapa
kasus perempuan dengan obesitas sulit untuk menstruasi, atau jika
sudah menstruasi akan acak waktunya dan tidak bisa ditebak.
7) Kapasitas Otak
Untuk setiap pon berat yang berlebih pada tubuh, otak akan
semakin mengecil. Semakin besar tubuh seseorang yang mengalami
obesitas, semakin berkurang pula jaringan otak di kepalanya.
Kebanyakan jaringan yang hilang adalah jaringan pada bagian depan

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 24
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
dan temporal lobe yang berfungsi sebagai pembuat keputusan,
menyimpan memori dan kegiatan kognitif lainnya yang ujung-ujungnya
bisa memicu penyakit Alzheimer.
8) Kulit leher dan pelipatan
Obesitas juga dapat menyebabkan kulit sering lecet karena
gesekan, anak merasa gerah atau panas, sering disertai biang keringat,
maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
9) Paru
Obesitas pada bayi berisiko terjadinya infeksi saluran pernafasan
bagian bawah karena terbatasnya kapasitas paru-paru.
10) Ginjal
Anak yang mengalami obesitas, memiliki risikonya terkena
diabetes dengan komplikasi sakit ginjal di kemudian hari.
11) Genitalia
Obesitas akan mengalami penurunan dan penyusutan sistem organ
yang lebih cepat, termasuk juga masalah impotensi dan infertilitas dan
hal-hal lainnya yang dikira orang tidak ada hubungannya langsung
dengan obesitas.
12) Tulang kaki
Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan tulang
pada kaki yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya
tulang paha yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau tergelincirnya
lutut. Di samping itu dapat juga mengakibatkan kelainan pada tulang
dan sendi seperti kaki pengkor ke arah dalam.
Disamping komplikasi obesitas pada semua anggota tubuh, obesitas
juga mempengaruhi faktor kejiwaan pada anak yakni sering merasa
kurang percaya diri, bahkan kalau anak berada pada masa remaja dan
mengalami obesitas, biasanya menjadi pasif dan depresi, karena sering
tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya.
Gangguan kejiwaan ini dapat sebagai penyebab obesitas menjadi lebih
parah karena anak melampiaskan stres yang dialaminya ke makanan.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 25
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
B. Komplikasi Obesitas pada Sosial Emosional Anak
1) Rendah diri dan mudah terjadi Bullying
Anak sering merasakan penganiayan (bullying) jika mereka
mengalami obesitas. Sehingga bukannya melawan, anak akan semakin
terpendam dalam rasa rendah diri dan deprresi akut.
2) Masalah di sekitar lingkungan
Saat SD/SMP anak yang memiliki kelebihan berat badan cenderung
memiliki banyak kecemasan dan keterampilan sosial yang lebih buruk
dibanding dengan anak yang memiliki berat badan normal. Di satu sisi,
masalah ini dapat menyebabkan anak kelebihan berat badan akan
bertindak “nakal” dan mengganggu kelas mereka (karena merasa
memiliki badan yang lebih besar). Di sisi lain saat usia menginjak
remaja (SMA), anak yang memiliki kelebihan berat badan lebih banyak
mundur dalam kegiatan sosial (karena malu). Stres dan kecemasan juga
mengganggu belajar. Obesitas dan sekolaha akan selalu berhubungan.
Rasa cemas dan tidak percaya diri akan membuat prestasi di sekolah
bisa menurun.
3) Depresi
Rendah diri dapat membuat perasaan menjadi kosong dan tidak
berpengharapan (pada beberapa anak obesitas). Ketika anak kehilangan
harapan, anak menjadi depresi. (Saat usia remaja-SMA-disatu sisi ingin
punya pacar, disisi lain tidak percaya diri sehingga berujung pada
depresi yang dapat mengganggu nilai akademik). Bila diteruskan akan
menjadi depresi akut yang membuat anak menarik diri dari lingkungan.

Berikut ini merupakan komlpikasi medis yang berhubungan dengan obesitas


secara umum:

Sistem Komplikasi Obesitas


Kolelitiasis, pankreatitis, hernia
Gastrointestinal
abdomen, GERD.
Metabolic syndrome, resistensi insulin,
Metabolik-Endokrin toleransi glukosa terganggu, DM tipe II,
dislipidemia, sindrom ovarium polikistik.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 26
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Hipertensi, penyakit jantung koroner,
gagal jantung kongestif, aritmia, cor
Kardiovaskuler
pulmonale, stroke iskemik, thrombosis
vena dalam, emboli paru.
Abnormalitas fungsi paru, obstructive
Respirasi sleep apnea, sindrom hipoventilasi
obesitas.
Osteoarthritis, gout arthritis, low back
Muskuloskeletal
pain.
Ginekologi Menstruasi abnormal, infertilitas.
Genitourinania Urinary stress incontinence
Ophtalmologi Katarak
Hipertensi intrakranial idiopatik
Neurologi
(pseudotumor cerebri)
Esophagus, kolon, empedu, prostat,
Kanker
payudara, uterus, serviks, ginjal.

III.7 Penanganan Obesitas pada Anak dan Remaja

1. Pengaturan diet

 Belajarlah mengenai kebutuhan nutrisi pada anak-anak.


Berkonsultasilah pada ahli gizi sehingga bisa didapat tatanan diet yang
tepat
 Atur kalori yang masuk dan sesuaikan dengan kebutuhan anak. Diet
pada anak bukan untuk menurunkan berat badan tetapi lebih pada
menghentikan atau memperlambat laju pertambahan berat badan
sehingga si anak dapat tumbuh sesuai dengan berat badannya secara
bertahap. Namun jika obesitas sudah berlebihan dan berat badan anak
harus diturunkan, berkonsultasilah pada dokter atau ahli gizi anak agak
penurunan berat badan tidak sampai mengganggu pertumbuhan anak.
 Gali motivasi anak dan dapatkan kesepakatan bersama.
 Biasakan anak mengomsumsi makanan berserat, seperti sayuran dan
buah-buahan
 Kurangi asupan kalori dari makanan tambahan berkalori tinggi seperti
es krim, cokelat, atau minuman ringan

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 27
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
2. Pengaturan kegiatan fisik

 Mulai dengan membatasi nonton TV dan bermain computer.


 Dorong anak untuk melakukan kegiatan fisik yang membakar kalori
dan menggunakan berbagai kelompok otot yang berbeda misalnya main
lari-larian, berenang, main sepeda, main sepatu roda. Kegiatan fisik
yang bagus akan menaikkan kecepatan detak jantung dan mengeluarkan
keringat secukupnya. Anak-anak tidak boleh sampai terlalu capai atau
terlalu berkeringat bahkan sampai kehabisan napas.
 Jangan lupa untuk minum air putih untuk menggantikan cairan yang
hilang melalui keringat.
 Ajak anak untuk terlibat dalam kegiatan olahraga di sekolah atau di
sekitar rumah.

3. Modifikasi kebiasaan makan

Orang tua perlu mengembangkan kebiasaan makan yang baik untuk


membantu anak-anaknya memiliki berat badan yang sehat misalnya
dengan :
 Jangan memberi makan di luar jam makan yang seharusnya
 Jangan memburu-buru waktu makan. Orang cenderung makan lebih
banyak jika terburu-buru.
 Jangan gunakan makanan sebagai hadiah atau reward.
 Jangan gunakan makanan penutup sebagai hadiah jika menghabiskan
makanan
 Jangan makan di restoran cepat saji lebih dari 1 kali seminggu.
 Pastikan bahwa makanan yang dibeli di luar rumah seperti di kantin
sekolah memiliki gizi seimbang
 Berikan air putih jika anak-anak haus. Hindari minuman berkarbonasi
dan minuman yang manis

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 28
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Selain berupa penanganan untuk menghadapi obesitas pada anak dan
remaja, dapat pula dilakukan pencegahan agar tidak terjadi obes pada masa
anak dan remaja, yaitu :
1. Mulai dengan ASI Eksklusif
Pencegahan kegemukan bisa dimulai dari pemberian ASI secara
eksklusif. Sebab pemberian ASI tidak akan membuat asupan susu si
kecil menjadi berlebihan. Sementara itu, jika balita diberi susu
formula, orang tua cenderung akan memaksa menghabiskan semua
susu yang sudah ada dalam botol.
2. Makanan sehat yang seimbang
Biasakan anak mengonsumsi makanan berserat, seperti sayur
dan buah-buahan.
3. Ubah kebiasaan makan
Batasi kebiasaan makan diluar rumah, terutama bila yang
dikonsumsi makanan jenis cepat saji. Beri porsi yang kecil untuk
anak saat mengkonsumsi makanan cepat saji. Hindari asupan kalori
tambahan dalam jumlah besar dengan mengonsumsi es krim atau
minuman ringan setelah makan.
4. Lakukan kegiatan fisik
Biasakan anak melakukan kegiatan fisik diluar sekolah selama
20-30 menit per hari.

Perilaku dan kebiasaan makan yang baik merupakan cara terapeutik


yang dianjurkan untuk menghindari obesitas. Secara umum farmakoterapi
untuk obesitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekanan nafsu makan
misalnya sibutramin, penghambat arbsorpsi zat-zat gizi misalnya orlistat,
dan kelompok lain-lain termasuk leptin, ocreotide, dan metformin. Belum
tuntasnya penelitian tentang jangka panjang penggunaan farmakoterapi
obesias pada anak, menyebabkan belum ada satupun farmakoterapi tersebut
diatas yang diizinkan pemkaiannya pada anak oleh U.S Food and Drug
Administration sampai saat ini.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 29
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman dan guru telah terbukti
efektif dalam penurunan berat badan atau keberhasilan pengobatan. Peran
tersebut dapat berupa menyediakan nutrisi yang sesuai dengan petunjuk ahli
gizi, berpartisipasi mendukung program diet, atau memberikan pujian bila
anaknya berhasil menurunkan berat badannya.

III.8 Pravalensi Obesitas pada Anak dan Remaja di Indonesia

Obesitas pada anak merupakan salaha satu masalah kesehatan publik


yang cukup serius pada abad 21. Masalah ini secara global terus-menerus
mempengaruhi banyak negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah dan
menengah, terutama pada daerah perkotaan. Pravalensnya meningkat sangat
cepat. Pada tahun 2007 diperkirakan 22 juta anak di bawah usia lima tahun
menderita overweight. Lebih dari 75% anak-anak overweigth dan obes
tinggal di negara-negara yang tingkat pendapatannya rendah dan menengah.

Pravalens obesitas pada anak-anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat


dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%.
Pravalens pada anak usia 6-8 tahun di Rusia adalah 10%, di Cina 3,4%, di
Inggris 10-17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin. Pravalens
obesitas pada anak-anak usia sekolah di Singapura meningkat dari 9-19%.
Pravalens obesitas pada anak usia 5-12 tahun di Thailand meningkat dari
12,2% menjadi 15-16% hanya dalam dua tahun.

Prevalensi obesitas pada penelitian ini 35,1 %. Pada remaja obesitas


kontribusi energi, protein dan lemak fast food (287,13±25,89 kkal),
(40,92±6,57 gr) dan (31,45±2,12 gr) sedangkan remaja tidak obesitas
kontribusi energi, protein dan lemak fast food (245,01±15,01 kkal),
(34,41±9,52 gr) dan (22,18±3,91 gr). Sebanyak 92,3% remaja obesitas
dengan aktivitas ringan. Uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kontribusi asupan energi fast food dengan obesitas . Ada hubungan
antara kontribusi asupan protein fast food dengan obesitas . Ada hubungan

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 30
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
antara kontribusi asupan lemak fast food dengan obesitas . Ada hubungan
antara tingkat aktivitas fisik dengan obesitas Uji regresi linier ganda
menunjukkan kontribusi asupan protein dan lemak fast food berhubungan
dengan obesitas.2
Di Indonesia, pravalens obesitas pada balita menurut Susenas
meningkat baik di desa maupun di perkotaan. Pada tahun 1992, pravalens
obesitas pada daerah perkotaan didapatkan 6,3% pada laki-laki dan 8% pada
perempuan. Di tahun 1995, pravalens obesitas di 27 provinsi adalah 4,6%.

Di DKI Jakarta, pravalens obesitas, meningkat dengan bertambahnya


umur. Pada umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak
remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%, dan pad umur 17-18 tahun 11,4%.
Pada penelitian oleh Djer (1998) pravalens obesitas pada sebuah Sekolah
Dasar Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%. Penelitian oleh
Meilany (2002), menunjukkan pravalens obesitas anak di tiga SD swasta di
kawasan Jakarta Timur sebesar 27,5%. Menurut data rekam medik, kasus
baru obesitas yang datang di poliklinik Gizi Anak Bagian IKA FKUI-
RSCM dalam periode tahun 1995-2000 adalah 100 pasien, dan 35%
diantaranya adalah balita.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 31
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Simpulan

1. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang


ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.

2. Menurut WHO, BMI orang normal adalah 18,5 – 24,9. BMI kurang dari
18,5 dikatakan kurus. Sedangkan BMI 25 keatas disebut obesitas, yang
dibagi pula dalam obesitas derajat satu (BMI 25 – 29,9), obesitas
derajat dua (BMI 30 – 39,9), dan obesitas derajat tiga atau morbid /
severe obesity (BMI 40 atau lebih).

3. Obesitas dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan kondisi selnya, yaitu


hiperplastik, hipertropik, hiperplastik dan hipertropik. Sedangkan
berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, obesitas dibagi atas 2
tipe, yaitu tipe apel dan tipe pear.

4. Obesitas pada anak dan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti faktor genetik, fisik yang tidak aktif, pola makan yang buruk,
ketidakseimbangan hormon, metabolisme yang rendah dan insomnia.

5. Gejala umum anak atau remaja yang menderita obesitas terlihat secara
fisik yaitu terjadinya penumpukan lemak dibeberapa tempat dalam
tubuhnya seperti pipi, dagu, perut dan sebagainya.

6. Obesitas pada anak dan remaja dapat menyebabkan banyak komplikasi


pnyakit lainnya seperti diabetes tipe 2, hipertensi, asma, puber lebih
awal, dan gangguan psikis lainnya.

7. Penanganan dan pencegahan obesitas pada anak dan remaja dapat


dilakukan dengan berbagai macam cara dengan bantuan dan dukungan

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 32
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
dari keluarga atau orang tua seperti melakukan diet sehat dan pemberian
ASI ekslusif.

8. Pravalensi obesitas pada anak dan remaja umumnya banyak terjadi di


negara-negara besar dengan teknologi yang menyebabkan semua serba
instan. Di Indonesia, pravalensi obesitas pada anak dan remaja
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

IV.2 Saran

 Sebaiknya orang tua menghindari pemberian susu formula serta menunda


pemberian makanan tambahan pada bayi karna hal tersebut dapat
memicu terjadinya obesitas dini.
 Dalam rumah tangga sebaiknya meminimalisir konsumsi junk food dan
fast food yang umumnya mengandung energi tinggi karena 40-50% nya
berasal dari lemak.

1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,


Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 33
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85
1 R.A.D.Sartika, ‘Risk Factors of Obesity in Children 5-15 years old’, Capricorn,
Healthy, vol.15, no.1, June 2011:37-43 Page 34
2
E.A. Vandewater et al. / Journal of Adolescence 27 (2004) 71–85

Anda mungkin juga menyukai