Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA

GENETIKA MANUSIA DAN DERMATOGLIFI

OLEH:
RAFANI AZIZ
1514121027

ASISTEN :
LUTFI KURNIATI BAROKAH

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Genetika berasal dari bahas latin genos yang berarti suku bangsa atau asal usul. Dengan
demikian genetika berarti ilmu yang mempelajari bagaimana sifat keturunan
(hereditas) yang diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul
didalamnya. Genetika berlaku juga pada manusia. Genetika yang mempeljari
bagaimana hereditas itu diwariskan pada manusia disebut genetika manusia (Pai,
1987).
Genetika manusia membahas fakta menarik perilaku manusia, kepribadian
karakteristik, tubuh fisik dan karakteristik wajah semua konsekuensi dari gen yang
diwarisi dari orang tua. Sebagai contoh, bentuk hidung, mulut dan telinga, warna mata
dan rambut, dan letak telinga pada manusia semua ditentukan oleh gen yang diperoleh
pada tahap embrio. Hal ini juga berlaku untuk beberapa karakteristik lain seperti lesung
pipi di pipi dan dagu dan pembentukan gurat-gurat pada jari dan telapak tangan dan
kaki (Goodenough, 1988).
Genetika manusia penting dipelajari karena dengan hal inilah manusia dapat
mengetahui sifat-sifat keturunan manusia itu sendiri serta setiap makhluk yang hidup
dilingkungan manusia, mengetahui kelainan atau penyakit keturunan serta usaha untuk
menanggulanginya juga menjajagi sifat keturunan seseorang. Misalnya, golongan
darah yang kemungkinan diperlukan dalam penelitian warisan harta dan kriminalitas
(Elvita, et al, 2008).
Pewarisan sifat untuk manusia didasarkan pada model pewarisan sifat Gregor
Mendel. Mendel memperkirakan pewarisan sifat yang terjadi dikarenakan suatu unit,
yang disebut gen. Gen yang berikatan dengan kromosom tubuh disebut autosom,
sedangkan yang berikatan dengan kromosom kelamin disebut gonosom. Pada manusia
terjadi pewarisan yang diakibatkan aleh autosom dominan dan autosom resesif. Pada
autosom dominan, jika satu saja orang tua memilikinya maka hal ini cukup untuk
menyebabkan sifat ini muncul pada generasi berikutnya. Autosom resesif biasanya
merupakan pola pewarisan untuk penyakit yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Karena memerlukan dua kopian sifat untuk menampilkan ciri sifat
tersebut, maka banyak yang menjadi pembawa sifat (carier) daripada penderita
(Campbell, 2005).

Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan pada
trimester pertama kehamilan. Pembentukannya terjadi selama masa embrio dan tidak
pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan akibat luka-luka,
terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar pada jari dan telapak tangan
(Elvayandri, 2002).

Pola sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dengan


predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari
diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir
seperti geografi, ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang paling bermanfaat
untuk menentukan hubungan mendasar dalam kehidupan. Sejumlah gen yang
ditemukan pada sindrom kelainan kromosom, ternyata juga ditemukan keabnormalan
pada pola sidik jari atau dermatoglifinya (Fuller, 1973).

Menurut penelitian yang dilakukan di New Delhi oleh Chintamani (2007)


dikatakan bahwa pola sidik jari atau dermatoglifi pada pasien kanker payudara
memiliki beberapa cirri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya
6 atau lebih pola melingkar (whorl) disidik jarinya, juga ditemukan pola whorl
meningkat di jari telunjuk kanan dan jari kelingking kanan dibandingkan control
(Fuller, 1973).
Untuk mengetahui bagaimana pola-pola hereditas yang diwariskan kepada
seseorang serta mengetahui sifat-sifat yang dominan dan resesif yang ada pada
manusia, penting dilakukan sebuah praktikum yang berhubungan dengan variasi
genetik dan dermatoglifi. Pola sidik jari yang terdapat pada manusia dapat
mengidentifikasi penyakit tertentu dan kelainan kromosom.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengenal dan mengidentifikasi pola-pola sidik jari serta perhitungan


jumlah sulur pada populasi manusia.
2. Untuk melatih keterampilan dalam mengumpulkan data populasi dan
menentukan frekuensi alel dalam populasi serta menganalisisnya secara
genetik.
3. Untuk mengidentifikasi berbagai karakter fisik manusia dan sifat pewarisannya
serta menganalisis secara statistik sesuai konsep genetika.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genetika Manusia

Genetika manusia sangat penting dipelajari karena adanya pola-pola pewarisan sifat
pada manusia. Prinsip genetika perlu dikuasai untuk mempelajari sifat kejiwaan
seseorang yang ditentukan oleh sifat keturunan, misalnya kelebihan satu jenis
kromosom yang ada hubungannya dengan kelainan jiwa bersifat asosial dan kriminal
(Elvita, et al, 2008).
Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetik yang ada. Dalam ilmu
genetika, batas-batas ini disebut kelompok gen. Variasi menyebabkan semua
karakteristik yang ada didalam kantung gen (Hall, et al, 1994). Jenis kelamin (seks)
merupakan salah satu karakter fenotip kita yang lebih nyata, meskipun perbedaan
anatomis dan fisiologis antara pria dan wanita banyak. Namun, dasar kromosom
seksnya sedikit lebih sederhana. Seperti pada kebotakan, kebotakan dapat disebabkan
oleh faktor eksternal seperti makanan dan gangguan penyakit pada kulit kepala.
Namun, dapat juga disebabkan oleh faktor genetik. Gen pembawa sifat botak adalah
salah satu gen yang dipengaruhi jenis kelamin (Campbell, 1998).

Adapun variasi–variasi genetika pada manusia yaitu: 1.Telinga, cuping telinga


bebas/lepas dibentuk oleh gen dominan terhadap cuping telinga yang tidak bebas atau
lengket. Kondisi ini diwariskan sebagai gen autosomal dengan suatu penetrasi yang
tidak lengkap dan ekspresi (pemunculan) yang bermacam–macam (Suryo, 2001).
2.Hidung, ada sejumlah karakteristik hidung yang menunjukkan pewarisan sifat
sederhana seperti tulang hidung yang cembung memperlihatkan karakter dominan
daripada karakter tulang hidung yang lurus atau cekung. 3.Mulut, bibir berbentuk
lubang saluran pada mulut dan sangat menentukan bagaimana wajah seseorang. Ketika
bibir dibentuk pada embrio genesit selama dua bulan proses perkembangan, proses ini
membentuk bibir atas secara normal. 4.Mata, pada kebanyakan pada keluarga yang
kedua orang tuanya bermata biru atau abu–abu semua anaknya bermata biru atau abu-
abu bersifat resesif alami. Kelainan hereditas yang sangat umum pada mata adalah
rabun dekat. Kondisi ini memperlihatkan hereditas yang dipengaruhi oleh gen
autosomal resesif (Lewis, 2001). 5.Jari, kebanyakan gen yang mempengaruhi jari
tangan juga mempengaruhi jari kaki. Sifat hereditas yang mempengaruhi jari adalah
seperti ada atau tidaknya bulu rambut pada ruas jari. 6.Tinggi, orang tua yang pendek
terkadang mempunyai anak yang tinggi, ada beberapa gen yang menyebabkan epistasis
(penutupan oleh gen yang berbeda alel) pada seluruh kelompok multipel gen yang
mempengaruhi tinggi pada kebanyakan orang (Suryo, 2001). 7. Rambut, warna rambut
memperlihatkan bahwa karakter ini dipengaruhi oleh multipel gen. Bentuk rambut
tergantung pada bentuk pindah silang. Rambut berombak, keriting, kribo menunjukkan
derajat progressif (Freeman,1860).

2.2 Dermatoglifi

Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-jari tangan dan
kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki (Syahrum, et al., 1993). Dermatoglifi pada
setiap orang tidak mungkin persis sama, tetapi bersifat sangat stabil dan tidak berubah
sepanjang hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah hingga lapisan sub
dermis (Ramelan, 1999; Hidayati, et al., 1980).
Gambaran sulur-sulur dermal ditentukan oleh banyak gen yang saling berpengaruh dan
mungkin beberapa diantaranya bersifat dominan dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar
sesudah lahir, misalnya geografik, ekonomi, dan lain-lain (Rafi’ah, et al, 1980). Sidik
jari merupakan objek yang menarik untuk diselidiki dan telah digunakan baik untuk
keperluan identifikasi, hubungan keturunan, maupun membantu diagnosis (Suryadi,
1999).

Sidik jari ditemukan pada manusia dan beberapa hewan dan sangat unik untuk tiap
individu karena tidak ada dua jari yang memiliki pola yang persis sama, tidak ada dua
orang yang memiliki pola yang sama, tidak berubah seumur hidup. Bentuk menetap
sejak fetus berusia 4 bulan dalam kandungan dan hanya bertambah dalam ukuran saja
sesuai pertambahan usia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa konfigurasi sidik jari
kemungkinan dibentuk oleh multiple gen pada multiple kromosom sehingga menarik
untuk diteliti dibandingkan dengan kelainan genetik yang bersifat monogenik. Sidik
jari bisa tetap diamati dengan cara menggulirkan jari ke permukaan kertas dengan
memberi cat atau tinta ke permukaan jari dan dicetak ke permukaan kertas.
Sampai saat ini ditemukan 4 tipe pokok sidik jari pada masyarakat yang
distribusinya sangat bervariasi tergantung dengan ras dan jari-jari yang berbeda. Tipe
itu adalah loop urnal dan radial, whorl, arch dan tented arch. Tipe arch, garis dimulai
dari satu sisi jari ditengah sedikit meninggi dan dan keluar pada sisi yang berlawanan.
Tented arch didapati paling tidak ada satu atau lebih garis lengkung yang membentuk
sudut 45^. Pola whorl minimal ditemukan satu garis melingkar 360^ dibagian tengah
pola sidik jari. Untuk pola loop terlihat satu atau lebih garis yang membentuk garis
lengkung yang berawal dan berakhir pada sisi yang sama. Pada pola sidik jari dapat
kita temukan adanya gambaran triradius. Adapun yang dimaksud dengan triradius
adalah titik pertemuan tiga garis dari asal yang berbeda. Pada pola arch tidak ditemukan
adanya pola melainkan hanya garis lengkung sehingga tidak ada titik triradius dan bila
mau dilakukan penghitungan garis-garis jumlahnya adalah nol. Tipe loop hanya
mempunyai satu triradius, dekat titik pusat, untuk menghitung jumlah garis yang
dibentuk oleh pola tertentu dengan menghubungkan pada triradius. Pola whorl ada dua
triradius dan penghitungan jumlah garis bisa dilakukan dua arah dimana biasanya
jumlah garis berbeda pada masing-masing sisi (Washington, 2003).

Tahun 1686, Marcello Malphigi, professor anatomi di Universitas Barcelona pertama


kali dalam sejarah meneliti sidik jari dibawah mikroskop (Campbell, 1998;
Washington, 2003). Ditemukan perbedaan antara loop ulnar dan radial, sedangkan pada
whorl ada perbedaan bentuk whorl dengan lingkaran konsentris dan bentuk seperti
spiral. Ada juga pola peacock eye yang merupakan gabungan pola loop dan whorl
(gambaran pola loop dengan bentuk mata ditengahnya. Bentuk composite dikenal
didalam textbook FBI sebagai double loop whorl. Sedangkan bentuk compound atau
peacock’s eye dikenal juga sebagai a central pocket loop whorl (Barret, 1998;
Campbell, 1998).

Menurut Penrose (1971), rata-rata jumlah semua sulur pada jenis kelamin laki-
laki lebih banyak dari perempuan. Distribusi dermatoglifi berbeda oleh jenis kelamin
maupun ras. Pria memiliki lebih banyak pola whorl daripada wanita dan wanita
memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria (Jones, 1993). Pola guratan-guratan
sidik jari tidak hanya bermanfaat untuk identifikasi tetapi juga bisa bermanfaat untuk
menemukan adanya abnormalitas dermatoglifi yang khas yang seringkali berhubungan
dengan banyak kelainan kromosom (Graham dan Brown, 2005).

Memeriksa sidik jari dan gurat telapak tangan serta telapak kaki. Sidik jari dan
gurat telapak ada standarnya bagi orang normal. Penderita kelainan keturunan,
terutama karena aberasi kromosom, memiliki dermatoglifi yang khas. Dengan
pemeriksaan dermatoglifi ini, banyak dapat didiagnosa berbagai penyakit atau cacat
keturunan, seperti sindrom down, klinefelter, edward, parau dan turner. Bahkan
seorang ibu yang anaknya menderita down, sedang ia sendiri normal akan ada
memperlihatkan sidik dan gurat yang khas, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk
genetic counseling (Yatim, 1980).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum genetika manusia dan dermatoglifi dilaksanakan pada hari Senin, 08


September 2014 di Laboratorium Teaching IV, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah penggaris, busur, pensil, bantalan tinta,
timbangan, meteran dan kaca pembesar. Adapun bahan yang digunakan adalah tissue,
data genetika manusia Jurusaan Ilmu Politik dan kartu rekaman sidik jari.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Genetika Manusia

Dilakukan pengamatan kepada 30 responden dari Jurusan Ilmu Politik angkatan 2014
dan seluruh praktikan dengan melakukan pengamatan seperti jenis kelamin, suku,
umur, berat badan, tinggi, bentuk lidah, telinga, lesung pipi ada atau tidak, pusar kepala
searah jarum jam atau berlawana arah jarum jam, bentuk kening kepala, rambut pada
ruas jai tangan ada atau tidak dan bentuk dagu membelah atau lurus. Setelah itu data
tersebut dibandingkan dan dilakukan perhitungan frekuensi gen berdasarkan hukum
Hardy-Weinberg.

3.3.2 Dermatoglifi

Dibuat sudut jari tangan kanan dan tangan kiri dengan cara menekan jari pada bantalan
tinta, lalu ditempelkan pada kertas, kemudian dibuat sudut ATD dengan menekan
telapak tangan pada bantalan dan ditempelkan pada kertas. Kemudian untuk sudut jari
tentukan pola sidik jari, jumlah sulur, jumlah triradius, sedangkan untuk sudut ATD,
tentukan sudut ATD yang dibentuk oleh triradius pada telapak tangan. Titik A triradius
dibawah jari telujuk, titik T triradius dibawah pergelangan tangan dan titik D.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Genetika Manusia


Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Frekuensi Karakter Dominan Dan Resesif Pada Manusia pada ahasiswa
Sistem Komputer 2014
No. Karakter Dominan ∑ P Resesif ∑ q
1. Lidah menggulung Bisa 5 0,17 Tidak 25 0,83
2. Pelekatan telinga Lepas 12 0,40 Lengket 18 0,16
3. Lesung pipi Ada 6 0,20 Tidak ada 24 0,80
4. Pusar kepala Searah jarum 19 0,63 Berlawanan 11 0,37
jam
5. Bentuk kening Widow peak 2 0,07 Lurus 28 0,93
kepala
6. Ibu jari Dapat ditekuk 8 0,27 Tidak bisa 22 0,73
7. Rambut Keriting 2 0,07 Lurus 28 0,93
8. Rambut pada ruas Ada 28 0,93 Tidak ada 2 0,07
jari
9. Bentuk dagu Membelah 1 0,03 Lurus 29 0,97
10. Lidah melipat Tidak 4 0,13 Melipat 26 0,87

Hasil yang didapatkan pada praktikum genetika manusia yang diobservasi pada
mahasiswa baru jurusan Sistem Komunikasi tahun 2014 sangat beragam. Untuk bentuk
kepala widow peak hanya ditemukan pada dua orang mahasiswa. Untuk yang memiliki
belahan dagu hanya satu orang saja. Frekuensi karakter dominan tertinggi adalah
adanya rambut pada ruas jari dengan nilai 0,93 dan yang terendah adalah bentuk dagu
membelah dengan nilai 0,03. Sedangkan frekuensi karakter resesif yang paling tinggi
adalah bentuk dagu lurus dengan nilai 0,97 dan yang terendah adalah tidak adanya
rambut pada ruas jari dengan nilai 0,07.
Pada mahasiswa Sistem Komputer tahun 2014 sifat resesif yang paling banyak
ditemui adalah bentuk dagu dan bentuk kening. Sedangkan sifat dominan yang paling
banyak ditemui adalah rambut pada ruas jari begitupun dengan praktikan kelompok II
ganjil. Menurut Safro (1994), dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi
dengan ciri–ciri yang berbeda satu sama lain. Secara genetika tidak ada dua individu
dalam satu spesies memiliki karakter yang persis sama. Apalagi faktor–faktor
lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap munculnya karakteristik sebagai fenotip.
Perbedaan ciri yang tampak pada spesies ini menyebabkan keanekaragaman dalam
spesies.
Dalam genetika dikenal istilah pewarisan dominan dan resesif. Pewarisan
dominan merupakan pewarisan sifat yang disebabkan oleh gen dominan dan pewarisan
resesif yaitu pewarisan sifat yang disebabkan oleh gen resesif. Namun dalam
kehidupan sehari-hari pewarisan secara dominan jarang ditemukan dibandingkan
pewarisan resesif. Beberapa contoh kelainan yang diwariskan secara dominan adalah
penyakit Anonikia, yaitu suatu kelainan dimana beberapa atau semua kuku jari dan
kuku kaki tidak terbentuk atau rudimenter (Roberts dan Marcus, 1995).

Tabel 2. Frekuensi Karakter Dominan Dan Resesif Pada Manusia pada Praktikan
Kelompok II Ganjil
No. Karakter Dominan ∑ P Resesif ∑ q
1. Lidah menggulung Bisa 3 0,5 Tidak 3 0,5
2. Pelekatan telinga Lepas 4 0,67 Lengket 2 0,33
3. Lesung pipi Ada 1 0,17 Tidak ada 5 0,83
4. Pusar kepala Searah jarum 4 0,63 Berlawanan 2 0,33
jam
5. Bentuk kening Widow peak 2 0,33 Lurus 4 0,67
kepala
6. Ibu jari Dapat ditekuk 3 0,5 Tidak bisa 3 0,5
7. Rambut Keriting 2 0,33 Lurus 4 0,67
8. Rambut pada ruas Ada 6 1 Tidak ada 0 0
jari
9. Bentuk dagu Membelah 0 0 Lurus 6 1
10. Lidah melipat Tidak 5 0,83 Melipat 1 0,17

Hasil yang didapatkan pada praktikum genetika manusia yang diobservasi pada
praktikan kelompok II ganjil juga sangat beragam. Untuk bentuk kepala widow peak
hanya ditemukan pada dua orang mahasiswa. Frekuensi karakter dominan tertinggi
adalah adanya rambut pada ruas jari dengan nilai 1 dan yang terendah adalah bentuk
dagu membelah dengan nilai 0. Sedangkan frekuensi karakter resesif yang paling tinggi
adalah bentuk dagu lurus dengan nilai 1 dan yang terendah adalah tidak adanya rambut
pada ruas jari dengan nilai 0.
Karakter dominan yang diobservasi berupa lidah bisa menggulung, daun telinga
lepas, adanya lesung pipi, pusar kepala searah jarum jam, bentuk kening kepala widow
peak, ibu jari dapat ditekuk, rambut keriting, rambut pada ruas jari ada, dagu membelah
dan lidah dapat melipat. Sedangkan sifat resesif yang diamati adalah lidah tidak dapat
menggulung, daun telinga lengket, tidak ada lesung pipi, pusar kepala berlawanan
jarum jam, bentuk kening kepala lurus, ibu jari tidak dapat ditekuk, rambut lurus,
rambut pada ruas jari tidak ada, dagu licin dan lidah tidak bisa melipat. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh Suryo (2001) bahwa lidah menggulung, telinga bebas, lesung pipi,
pusar kepala searah jarum jam, bentuk kening widow peak, ibu jari bisa melekuk,
rambut lurus, adanya rambut pada ruas jari dan bentuk dagu membelah
merupakan sifat yang ditentukan oleh gen dominan. Tidak semua sifat ditentukan oleh
gen dominan, bahkan ada sifat yang lebih banyak ditentukan oleh gen resesif seperti
tidak adanya lesung pipi, bentuk kening lurus, dan dagu lurus.
Crown hair whorl adalah arah tumbuhnya rambut pada kepala di bagian yang
berbentuk pusaran rambut. Crown hair whorl ditentukan oleh dua alel. Alel C untuk
mendeskripsikan genotip sifat pusaran tumbuh rambut di kepala searah jarum jam. Alel
c untuk mendeskripsikan genotip sifat pusaran tumbuh rambut di kepala berlawanan
arah jarum jam. Tongue rolling adalah kemampuan suatu individu untuk secara
sederhana membentuk huruf u atau membentuk tabung ke arah sumbu anterior tubuh.
Kemampuan tongue rolling dimiliki oleh individu dengan ciri genotip homozigot
dominan TT atau heterozigot dominan Tt. Attached ear lobe adalah sifat suatu individu
yang dicirikan dengan fenotip cuping telinga yang melekat. Attached ear lobe
merupakan sifat dominan yang dinotasikan dengan F. Attached ear lobe, dengan sifat
homozigot dominan dilambangkan dengan FF dan heterozigot dominan dilambangkan
dengan Ff. Widow’s peak adalah sifat suatu individu yang dicirikan dengan garis
rambut bagian meruncing ke depan. Widow’s peak dipengaruhi oleh alel
dominan W. Individu dengan sifat widow’s peak memiliki kemungkinan memiliki alel
homozigot dominan WW atau alel heterozigot dominan Ww (McDonald 2011).
Salah satu faktor yang menyebabkan adanya variasi antara individu dalam suatu
spesies adalah jenis kelamin. Variasi jenis kelamin berhubungan dengan kromosom X
dan Y, betina diberi istilah kelamin homogenetik dan yang jantan heterogenetik
(Goodenough, 1988). Contoh faktor lingkungan yang menyebabkan variasi adalah
suku (tergantung pada daerah atau tempat asal keluarga). Berat tubuh dan tinggi tubuh
bisa berubah akibat variasi diet yang dilakukan. Hal ini tidak menunjukkan tidak semua
variasi yang ditemukan disebabkan oleh faktor keturunan (Kimball,1993).
4.2 Dermatoglifi
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil, yaitu:
Tabel 2. Pola Dermatoglifi Pada Praktika Kelompok II Ganjil
No Nama Pola Sidik Jari Jumlah Jumlah Sudut ATD
. A LU LR W Triradius Sulur LH RH
1. Fici Engliani 2 7 - 1 10 112 50˚ 48˚
2. Zicka Mulyawati - 6 - 4 14 102 40˚ 40˚
3. Bayu Afnovandra 1 7 1 - 9 105 45˚ 43˚
4. Yul Amaria - 10 - - 10 137 50˚ 39˚
5. Rizki Sekar Arum - 7 - 3 13 122 45˚ 38˚
6. Nindy Ladyfandela - 8 - 2 12 149 43˚ 42˚

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan beragam pola sidik jari. Pola sidik
jari yang umum didapatkan adalah pola loop urnal, sedangkan pola sidik jari yang
jarang didapatkan adalah loop radial dan arch. Setiap pola sidik jari yang diciptakan
tidak memiliki bentuk yang sama. Pola sidik jari arch biasanya mengindikasikan down
syndrome pada seseorang. Campbell (1998) mengatakan bahwa pola loop dan whorl
lebih sering dijumpai pada sidik jari seseorang. Untuk pola tipe tented sering dijumpai
pada telapak tangan. Bila ada kekurangan satu diantara tiga dari lima tipe pola yang
sering dijumpai, menyatakan suatu predisposisi terjadinya beberapa efek kongential.
Tipe pola sidik jari pada masing-masing praktikan sangat berbeda. Pada
praktikan yang bernama Fici memiliki 2 arch, 7 loop ulnar dan 1 whorl. Pada Zicka
memiliki tipe pola 6 loop ulnar dan 4 whorl. Pada Bayu memiliki tipe pola 1 arch, 7
loop ulnar, I loop radial dan 1 whorl. Yul memiliki tipe pola semuanya (10) loop ulnar.
Rizki Sekar memiliki 7 loop ulnar dan 3 whorl dan Nindy memiliki 8 loop ulnar dan 2
whorl. Sedangkan untuk jumlah sulur pada Fici totalnya 112, Zicka totalnya 102, Bayu
totalnya 105, Yul totalnya 137, Rizki Sekar totalnya 122 dan pada Nindy totalnya 149
sulur.
Hasil dari praktikum menunjukkan jumlah sulur laki-laki lebih sedikit
dibandingkan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan Penrose (1971) yang mengatakan
bahwa jumlah sulur laki-laki sebenarnya lebih banyak dibandingkan jumlah sulur pada
perempuan. Jumlah sulur pada loop umumnya berkisar antara 8-10, sedangkan pada
whorl berkisar antara 13-15. Besar sudut ATD yang didapatkan >30˚. Besar sudut yang
paling tinggi adalah 50˚ dan yang paling rendah adalah 38˚. Campbell (1998)
menyatakan bahwa sudut ATD dibawah 30˚ mengindikasikan penyakit trisomi. Sudut
ATD umumnya berkisar 45˚.
Berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan tiga pola dasar dari bentuk jari
yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk loop dan bentuk lingkaran atau whorl. Jumlah
rigi dari sidik jari seseorang akan tetap pada waktu kira-kira minggu keduabelas setelah
konsepsi dan tidak akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Klasifikasi dari bentuk
sidik jari tersebut didasarkan atas banyaknya tiradius, yaitu titik-titik darimana rigi-rigi
menuju ketiga arah dengan sudut kira-kira 120o. Frekuensi dari berbagai pola sidik jari
sangat bervariasi dari satu jari dengan jari lainnya. Kira-kira 5% dari bentuk sidik jari
pada ujung jari adalah tipe lengkung. Bentuk loop kira-kira 65-70% dan kira-kira 25-
30% adalah tipe whorl (Suryo, 2001).
Penderita kelainan keturunan, terutama karena aberasi kromosom, memiliki
dermatoglifi yang khas. Dengan pemeriksaan dermatoglifi ini, banyak dapat didiagnosa
berbagai penyakit atau cacat keturunan, seperti sindrom down, klinefelter, edward,
parau dan turner. Bahkan seorang ibu yang anaknya menderita down, sedang ia sendiri
normal akan ada memperlihatkan sidik dan gurat yang khas, sehingga dapat dipakai
sebagai bahan untuk genetic counseling (Yatim, 1980).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Tipe pola sidik jari yang banyak dimiliki oleh praktikan kelompok 2 A adalah
pola loop urnal dan whorl. Sedangkan yang paling sedikit adalah pola radial
loop dan arch. Rata-rata sulur yabg ditemukan adalah berjumlah 121.
2. A) Frekuensi alel dominan pada mahasiswa baru Sistem Komputer 2014
yang tertinggi adalah rambut pada ruas jari (0,93) dan terendah adalah dagu
membelah (0,03). Sedangkan untuk frekuensi alel resesif yang tertinggi
adalah dagu lurus (0,97) dan terendah adalah tidak ada rambut pada ruas jari
(0,07).
B) Frekuensi alel dominan pada praktikan kelompok II A yang tertinggi adalah
rambut pada ruas jari (1,00) dan terendah adalah dagu membelah (0,00).
Sedangkan untuk frekuensi alel resesif yang tertinggi adalah dagu lurus
(1,00) dan terendah adalah tidak ada rambut pada ruas jari (0,00).
3. Karakter yang diperhatikan dalam pendataan Genetika Manusia adalah lidah
(menggulung atau melipat), telinga (lepas atau menempel), pusar kepala, lesung
pipi, bentuk kening kepala, ibu jari, rambut pada ruas jari dan bentuk dagu.
DAFTAR PUSTAKA

Bridges, C.H. 1963. Practical Finger Prints. Illionis University: Illionis.

Campbell, Neil A., Jane B.Reece, Lawrene G. Mitchell. 2005. Biologi, Edisi Kelima,
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Campbell. 1998. Fingerprints and Palmar Dermatoglyphics.


http://www.dermatoglyphic.com. Diakses 10 September 2014.

Dwijosaputro, D. 1997. Pengantar Genetika. Bharatara: Jakarta

Elvita, A., Peldi, W., et al. 2008. Genetika Dasar. University of Riau: Pekanbaru.

Freeman. 1860. Principle of Human Genetics Wh.Freeman and Company: San


Fransisco

Fuller C. 1973. A Diagnostic Aid. Journal of Medical Genetic Dermatoglyphic.

Goodenough, V. 1988. Genetika. Soemartono Adisoemarto (penerjemah). Erlangga.


Jakarta.

Graham R dan Brown B.T. 2005. Lecture Notes Dermatology. Ed VIII. Jakarta :
Erlangga Medical Series, pp : 1-9.

Hidayati RS, Rafi’ah RtSt, Kamajaya, Satmoko, Suryadi R, dan Sidiarto Lily, 1980.
Dermatoglifi Penderita Sindrom Down : Penelitian Pola Triradius Garis
Simian pada Telapak Tangan Anak-anak Penderita Sindrom Down di
Sumber Asih Jakarta. Maj Kedokt Indon, 30 : 202-206.

Jones dan Christopher. 1993. Fingerprint Patterns Probably Inherited. Osney, Oxford
OX2 0BA : Cheirological Society.

Kimball, J.W. 1993. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta.


Lewis,R. 2001. Human Genetic Concept and Application Second Edition. The
University et Ebony Careflet Medical Group. Secret Body: New York.

Naffah J. 1977. Dermatoglyphic analysis : anthropological and medical aspects.


Bulletin of The New York Academy of Medicine
Pai, A.C. 1987. Dasar-Dasar Genetika. Ilmu Untuk Masyarakat Edisi Ke-2. ITB:
Erlangga.

Penrose LS, 1971. Finger-Prints, Palm and Chromosome. In : Levine L (ed). Papers
On Genetics, A book of Reading. St. Louis : The CV Mosby comp, pp. 208-
209.

Rafi’ah Rt. St, Satmoko, Suryadi R., Ramelan W., Yusuf, Yuniar, Lutfiah SN, Tajuddin
MK, dan Syahrum MH. 1980. Pola TRC dan TTC jari-jari kelompok
khusus sarjana dan kelompok umum. Majalah Kedokteran Indonesia. 8 :
198-201.

Ramelan W, 1999. Perkembangan Genetika Manusia dalam Hubungan dengan


Reproduksi. Maj Kedokt Indon, 49(6) : 228-239.

Safro,A.S. 1994. Keanekaragaman Genetika. Andi Offset: Yogyakarta.

Suryadi R, 1999. Pola Sidik Jari dan Jumlah Jalur Total Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Maj Kedokt Indon, 43(12) : 751-754.

Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University press: Yogyakarta.

Suryo. 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada Univeristy Press. Yogyakarta.

Syahrum MH, Suhana, Warrouw ED, 1993. Dermatoglifi Telapak Tangan pada
penderita Diabetes Mellitus. Maj Kedokt Indon, 9 : 501-505.
University et Ebony Careflet Medical Group. Secret Body: New York.

Washington, A.J., 2003. Do Family Members Have a Similar Fingerprints?.


http://www.dermatogltphic.com. Diakses pada 10 September 2014.

Yatim, W. 1980. Genetika. Torsito: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai