Anda di halaman 1dari 6

Definisi Malpraktek

Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara
harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek” mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan,
sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian
tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam
rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari
seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama.

Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau
mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau
keterbukaan,dalam arti, harus menceritakan secarajelas tentang pelayanan yang diberikan kepada
konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.

Dalam memberikan pelayanan wajib bagi pemberi jasa untuk menginformasikan kepada konsumen
secara lengkap dan komprehensif semaksimal mungkin. Namun, penyalah artian malpraktek biasanya
terjadi karena ketidaksamaan persepsi tentang malpraktek. Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik
sebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan
pengetahuannya di dalam memberikan pelayanah pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien
yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah
yang sama.

Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari
kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang
menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.

Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitannya dengan malpraktik yaitu
kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan sesuatu dibawah standar yang
ditetapkan oleh aturan/hukum guna, melindungi orang lain yang bertentangan dengan tindakan-
tindakan yaag tidak beralasan dan berisiko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay,
1998).

Malpraktik sangat spesifik dan terkait dengan status profesional dan pemberi pelayanan dan standar
pelayanan profesional. Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya, dokter dan perawat)
untuk melakukan praktik sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena
memiliki keterampilan dan pendidikan (Vestal, K.W, 1995). Malpraktik lebih luas daripada negligence
karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang
dilakukan dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar undang-undang. Di dalam arti
kesengajaan tersirat adanya motif (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau
pidana.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah :

1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan;

2. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya (negligence); dan

3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

B. Malpraktek Dalam Keperawatan

Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Malpraktik lebih spesifik dan
terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum. Vestal,
K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila penggugat dapat
menunujukkan hal-hal dibawah ini :

1. Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban mempergunakan
segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban
penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.

Hubungan perawat-klien menunjukkan bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar keperawatan.

2. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang
dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh pelanggaran yang terjadi
terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai
kebijakan rumah sakit.

3. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kerusakan (damage) yang dapat dituntut secara
hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran. Kelalaian nyeri, adanya
penderitaan atau stres emosi dapat dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait dengan cedera
fisik.

4. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan cedera yang dialami


pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran kewajiban
perawat terhadap pasien).

Sebagai penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada setiap elemen dari keempat
elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat dibuktikan, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
malpraktik dan perawat berada pada tuntutan malpraktik.

Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakukan Kesalahan :

Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat berisiko
melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment errors), perencanaan
keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan (intervention errors). Untuk lebih
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Assessment errors, termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara
adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan
laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera. Kegagalan
dalam pengumpulan data akan berdampak pada ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut
akan mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini,
perawat seharusnya dapat mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan mendasar.

2. Planning errors, termasuk hal-hal berikut :

ü Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana keperawatan.

ü Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang telah dibuat, misalnya
menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak dimahami perawat lain dengan pasti.

ü Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang disebabkan kurangnya


informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.

ü Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk mencegah kesalahan
tersebut, jangan hanva menggunakan perkiraan dalam membuat rencana keperawatan tanpa
mempertimbangkannya dengan baik. Seharusnya, dalam penulisan harus memakai pertimbangan yang
jelas berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data
baru yang terkumpul. Rencana harus realistis berdasarkan standar yang telah ditetapkan, termasuk
pertimbangan yang diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan
tulisan. Lakukan tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi yang ada. Setiap
pendapat perlu divalidasi dengan teliti.

3. Intervention errors, termasuk kegagalan menginteipretasikan dan melaksanakan tindakan


kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan mengikuti/mencatat
order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi
adalah kesalahan dalam membaca pesan/order, mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan
tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh
kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan pemberian obat. Oleh karena itu, perlu
adanya komunikasi yang baik di antara anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan
keluarganya.

Untuk menghindari kesalahan ini,, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program pendidikan
berkelanjutan (Continuing Nursing Education).

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang
dilanggar, yaitu :

1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan
tersebut memenuhi rumusan delik pidana, yaitu :

ü Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.

ü Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional) misalnya
melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat
keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Kecerobohan (reklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed
consent. Atau kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi.

Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan
oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada badan yang memberikan sarana
pelayananjasa tempatnya bernaung.

2. Civil malpractice

Seorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban
atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga
jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :

ü Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

ü Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.

ü Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.

ü Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan. Pertanggungjawaban civil
malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan
principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini maka badan yang menyediakan sarana jasa dapat
bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya selama orang tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice

Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala orang tersebut telah
melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah
mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang
persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kena, Surat Ijin Praktek),
batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga
kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
C. Contoh Malpraktek Keperawatan Dan Kajian Etika Hukum

Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang perawatan. Perawat tidak membuat
rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien dengan memasang
penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada
waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai

Dari kasus diatas, perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah dituangkan dalam kode etik
keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam Musyawarah Nasionalnya
di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 1989 khususnya pada Bab I, pasal 1, yang menjelaskan tanggung
jawab perawat terhadap klien (individu, keluarga dan masyarakat) dimana perawat tersebut tidak
melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan guna
memantau dan mempertahankan kemanan pasien dengan tidak memasang penghalang tempat tidur.

Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pasal V, yang bunyinya mengutamakan perlindungan
dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungan dengan
keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan kliennya sehingga mengakibatkan kliennya
terjatuh dari tempat tidur dan mengalami patah tungkai. Disamping itu perawat juga tidak
melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam hal Memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar
profesi/batas kewenangan.

Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian seperti patah
tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek yang termasuk ke dalam criminal
malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat hukum antara lain :

1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau luka-
luka berat.Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati :Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun.

2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:Ayat (1) Barangsiapa karena kealpaannya
menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau kurungan paling lama satu tahun.Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan
orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan
pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam de¬ngan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya: dokter,
bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya
hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih berat pula.Pasal 361
KUHP menyatakan:Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini di-lakukan dalam menjalankan suatu
jabatan atau pen¬caharian, maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut
haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat
memerintahkan supaya putusnya di-umumkan.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal
malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang
lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :

(1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melak-sanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

(2). Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai