Anda di halaman 1dari 24

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama adalah hewan yang merusak tanaman dan menyebabkan kerugian

ekonomik. Penyebab hama tanaman dapat berupa serangga dan hewan vertebrata

(seperti tikus, burung, babi hutan), tungau, dan moluska. Serangga adalah salah

satu kelas avertebrata di dalam filum arthropoda yang memiliki exoskeleton

berkitin, tubuh yang terbagi tiga bagian (kepala, thorax, dan abdomen), tiga

pasang kaki yang pangkalnya menyatu, mata majemuk, dan sepasang antena.

Serangga termasuk salah satu kelompok hewan yang paling beragam, mencakup

lebih dari satu juta spesies dan menggambarkan lebih dari setengah organisme

hidup yang telah diketahui. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangga sangat

beragam, tergantung beberapa faktor, seperti faktor makanan, iklim, musuh alami

dan manusia sendiri. Sehubungan Indonesia terletak di daerah tropis, maka

masalah gangguan serangan hama tanaman hampir selalu ada sepanjang tahun, hal

ini disebabkan faktor lingkungan yang sesuai bagi perkembangan populasi hama.

Selain itu juga karena tanaman inangnya hampir selalu ada sepanjang waktu

(Pracaya, 2008).

Penyebab hama sebagian besar adalah berasal dari golongan serangga,

namun demikian serangga yang berperan sebagai hama ternyata hanya 1-2% saja,

sedangkan sisanya yang 98-99% merupakan serangga berguna yang dapat

berperan sebagai parasitoid, predator, penyerbuk, pengurai dan serangga industri.

Serangga-serangga ini pada umumnya mengganggu, sehingga perlu

dikendalikan.Salah satu cara mengendalikan serangga adalah dengan

menggunakan pestisida. Pestisida merupakan senyawa kimia yang digunakan


2

untuk mengendalikan serangga. Untuk itu kita perlu mengetahui jenis - jenis

pestisida sehingga kita dapat mengaplikasikan pestisida dengan baik sesuai

dengan kebutuhan yang digunakan dalam pengendalian serangga tersebut

(Widyastuti, 2012).

Pengertian secara umum dari penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan

atau penyimpangan dari rangkaian proses fisiologi penggunaan energi yang

mengakibatkan hilangnya koordinasi fisiologi di dalam tubuh tumbuhan, termasuk

gangguan aktivitas seluler yang ditunjukan oleh perubahan morfologi dan

menimbulkan kerusakan (kerugian). Penyakit pada tanaman dapat disebabkan

karena adanya jamur, bakteri dan virus (Djafarudin, 2001).

Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati. Biasanya berbentuk

benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin,

selulosa atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof, absortif dan

membentuk beberapa macam spora. Berdasarkan jumlah sel per

individunya,jamur dibedakan menjadi dua golongan yakni jamur dengan satu sel

atau khamir dan jamur beneng atau hanya disebut jamur saja. Bagian vegetatif

parasit biasanya berupa benang-benang disebut hifa dan kumpulan dari hifa

disebut miselium. Miselium kebanyakan jamur adalah hialin (tidak berwarna).

Jika berwarna, maka ini mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam

mirip dengan melanin yang kebanyakan terikat pada dinding sel. Hifa yang

membentuk konidium atau yang melindungi alat-alat perkembangbiakan

kebanyakan berwarna kelam (Effendi dan Baehaki, 2009).

Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal, tidak

berklorofil, dan berkembangbiak dengan cara membelah diri. Sebenarnya bakteri


3

termasuk tanaman tetapi tidak berklorofil, tidak berplastida, dan bersel satu

berukuran kurang lebih 0.0003-0.025 milimikron, dengan kemampuan

berkembangbiak yang sangat tinggi. Bentuknya bermacam-macam ada yang bulat

berupa kokus, diplokokus, streptokokus, tetrakokus dan stafilokokus. Batang

berupa basilus, diplobasilus, dan streptobasilus, bulat panjang, koma dan spiral.

Kulitnya lunak terdiri dari selulosa dan kitin seperti tanaman. Pada bakteri yang

menimbulkan kerusakan pada benda-benda hidup dinamakan pathogen atau

penyebab sakit. Bakteri pathogen umumnya hanya hidup dalam bentuk sel

tubuhnya yang dapat masuk kedalam tubuh tanaman melalui luka-luka. Untuk

bakteri yang memanfaatkan benda mati disebut bakteri saprofit yang bias

mengeluarkan racun agar bias mengurangi benda tersebut menjadi humus, dan

dimanfaatkan oleh tanaman hidup. Adapun bakteri yang kerjasama (simbiose)

dengan tanaman adalah bakteri rhizobium yang membentuk bintil-bintil akar

(Kurniawati, 2015).

Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu

atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks.

Asam nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan

memanfaatkan mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan

substansi viral (asam nukleat dan protein). Virus merupakan agen penyebab

penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop

electron. Hasil pengamatan mikroskop electron, virus dapat dibedakan menjadi 3

bentuk yaitu berbentuk batang kecil, benang dan bola. Virus hanya dapat

bertambah banyak dalam sel yang hidup. Oleh karena hal tersebut maka virus

dapat dimasukkan sebagai parasit yang biotrof (Habazar dan Yaherwandi, 2006).
4

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di

sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit

tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian

nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,

burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai

substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan

tanaman atau bagian-bagian tanaman (Thamrin dan Asikin, 2005).

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama dan

cara pembuatan insektarium, untuk mengetahui morfologi dan taksonomi ordo

orthoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, coleopteran, dipteral, hymenoptera,

untuk mengetahui penyebaran dan perkembangbiakan penyakit penting pada

tanaman hortikultura serta untuk mengetahui gejala serangan-serangan hama

yang terdapat pada tanaman dan untuk mengetahui jenis-jenis herbisida dan

penggunaannya.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Cara Pembuatan Insektarium

Insektarium adalah suatu hewan yang diawetkan dengan mengunakan

bahan kimia yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi

dan sistematika hewan dengan membuat media pendidikan sendiri. Adapun tahap-

tahap membuat insektarium yaitu :

- Kegiatan mematikan hewan, yaitu dengan cara memasukkan larutan aseton ke

dalam tubuh hewan melalui suntik. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan

yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu.

- Dilakukan fiksasi. Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein

penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti

kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah

formaldehyde, ethanol, asam asetat.

- Pengawetan, hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan

mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri

dan jamur (Winarno, 2000).

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan

spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama

untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat

berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam

bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya

mengeluarkan organ-organ dalamnya. Pengawetan Bioplastik merupakan

pengawetan spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan
6

sebagai media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu

ataupun tujuan tertentu (Patty, 2012).

Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki

beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan

praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek

asli tidak bisa disentuh/diraba, karena observasi hanya mengandalkan penglihatan

saja (Rosba dan Moralita, 2015).

Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat dilakukan pada

bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk

mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus

hidupnya (Sianipar dkk, 2015).

Gejala Serangan Hama

1. Ordo Orthoptera

Gejala serangan hama ini menyerang tanaman muda dan tua dengan

merusak tanaman pada bagian daun dan pucuk. Kadang-kadang pada musim

kering dapat menyebabkan kerusakan parah. Daun yang dimakan menjadi

berlubang-lubang, tulang daun dan urat-urat daun tidak dimakan. Gejalanya

kadang-kadang sulit dibedakan dengan gejala lubang-lubang kerusakan daun oleh

serangan ulat daun. Lubang akibat serangan belalang tepinya bergerigi kasar tidak

beraturan, sedangkan akibat serangan ulat lebih halus. Tanaman inang lainnya,

antara lain adalah kapas, jati, kelapa, kopi, cokelat, jarak, wijen, ketela, waru,

kapuk, nangka, karet, jagung, dan pisang (Masyifah dkk, 2014).


7

2. Ordo Hemiptera

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar

anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan. Namun beberapa di antaranya

ada yang bersifat predator yang menghisap cairan tubuh serangga lain. Beberapa

contoh serangga ordo hemiptera ini adalah : Walang sangit, kepik hijau, bapak

pucung. Gejala serangan pada ordo ini adalah biji hitam, busuk, kulit biji keriput

dan bercak-bercak cokelat kadang-kadang polong kempes dan gugur. Daun bintik-

bintik, bekas isapan berwarna cokelat. Bila serangan hebat, tanaman menjadi

kering, pada padi bulir padi tampak kecokelatan, hampa dan bila masih berisi,

kualitasnya rendah, pada daun kangkung muda bintik-bintik hitam atau

kecokelatan, pada daun teh muda bercak-bercak cokelat kehitaman., pada buah

kakao tua terdapat bercak-bercak hitam, pada buah muda terdapat bercak hitam,

keriput, kadang-kadang buah gugur (Aminah dan Hadi, 2012).

3. Ordo Homoptera

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo

Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi

sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Serangga anggota ordo

Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng

coklat, kutu putih daun kelapa, kutu loncat lamtoro. Gejala serangan yang

dilakukan pada ordo ini adalah : pada tanaman padi tampak seperti terbakar

karena cairan tanaman diisap pada bagian pangkal batang, daun padi tampak

bercak-bercak cokelat. Serangan berat pada tanaman muda menyebabkan daun

kering dan akhirnya mati, daun keriting warna lebih tua, kadang-kadang

kemerahan dan rontok pada keluarga Malvaceae, Solanaceae dan Leguminoseae,


8

daun salah bentuk menjadi keriting atau keriput, warna pucat, kadang-kadang

bunga dan buah gugur pada tanaman kapas, kentang, cabai, apel, bawang merah,

jeruk, tomat, dan lain-lai, daun menguning, kemudian cokelat, akhirnya

mengering dan mati pada tanaman kacang-kacangan, kapas, tembakau, dan lain-

lain (Untung, 2006).

4. Ordo Coleoptera

Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun

ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.

Beberapa contoh anggotanya adalah: Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L),

kumbang janur kelapa (Brontispa longissima gestr), kumbang buas

(Coccinella sp). Gejala Serangan yang dilakukan pada ordo ini adalah : daun

muda seperti digunting berbentuk segi tiga atau huruf V Pelepah daun kadang

kadang dimakan sehingga patah. Bila menyerang titik tumbuh, tanaman kelapa

akan mati pada tanaman kelapa, bila uret menyerang akar, tanaman merana

Serangan uret pada kulit batang, menyebabkan tanaman mati pada tanaman Padi,

jagung, tebu, pisang, kacang-kacangan, jeruk, dan lain-lain (polifag, terdapat

bercak tembus cahaya pada daun. Pada serangan berat tinggal tulang daun saja

pada tanaman Kentang, kedelai, tembakau, dan kangkung, permukaan ubi bercak-

bercak cokelat kehitaman. Bila ubi dibelah, terdapat terowongan-terowongan

berwarna cokelat kehitaman dan mengeluarkan bau yang khas pada ubi jalar,

beras atau biji jagung bolong-bolong dan pada serangan berat biji-bijian hancur

atau menjadi bubuk (Rahmansyah dkk, 2014).


9

5. Ordo Lepidoptera

Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai

hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Beberapa jenisnya antara

lain : penggerek batang padi kuning, kupu gajah, ulat grayak pada tembakau.

Gejala Serangan : Daun berlubang-lubang, pada serangan berat tinggal tulang

daun saja pada tanaman kubis, bunga kol, lobak, dan sawi, krop pada tanaman

kubis berlubang-lubang, tanaman muda terpotong, layu terkulai, dan mati pada

tanaman kubis, bawang, seledri, melon, padi, dan lain-lain, daun bolong-bolong,

kadang-kadang tinggal tulang daun saja pada tanaman tembakau, kedelai, kubis,

tanaman kacang-kacangan, daun muda menggulung, berwarna kuning

kecokelatan, mudah dicabut, pangkalnya terdapat bekas gigitan ulat (sundep).

Malai berwarna putih, berdiri tegak, hampa, mudah dicabut, pangkalnya terdapat

bekas gigitan ulat (beluk). Tampak jalur-jalur putih tembus cahaya karena hijau

daun dimakan pada tanaman padi, buah muda berlubang sebagian badan ulat

sering tampak di bagian luar buah yang diserang pada tanaman kapas, tomat,

jagung, dan lain-lain (Enge, 2013).

6. Ordo Diptera

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,

pengisap darah, predator dan parasitoid. Beberapa contoh anggotanya adalah :

lalat buah (Dacus spp), lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota, lalat rumah

(Musca domestica), lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis). Gejala serangan

:daun muda berubah bentuk seperti tabung mirip daun bawang merah dengan

warna putih ungu pada tanaman padi, jaringan daun membesar, timbul bisulbisul

bulat berwarna hijau, hijau kecokelatan atau keunguan. Di dalamnya sering


10

terdapat tempayak pada mangga, terdapat bintik-bintik putih dan alur lengkung

pada kotiledon, daun pertama atau daun kedua, akhirnya tanaman layu dan mati

pada tanaman kacang-kacangan, jagung, dan padi, terdapat bintik-bintik putih dan

alur lengkung pada daun muda. Bila batang dibelah terdapat bekas gerekan hama

berwarna cokelat, tanaman kerdil. Pucuk tampak layu kemudian mati (2-3 ruas).

Bila bagian pucuk dibelah, terdapat bekas gerekan hama berwarna cokelat pada

tanaman kedelai, bentuk buah kurang baik, benjol-benjol, busuk dan mudah

rontok; di dalamnya terdapat tempayak pada tanaman mangga, pisang, pepaya,

jambu biji, jeruk, dan lain-lain (Untung, 2006).

7. Ordo Thysanoptera

Gejala serangan: Terdapat putih perak pada daun, akhirnya cokelat dan

mati pada jambu biji, mangga, jambu monyet, salam, dan lain-lain (polifag),

timbul warna putih perak, lalu daun gugur pada tanman polifag, terutama kina,

timbul warna putih perak pada daun; tangkai bunga kerdil; mahkota bunga rontok

pada anggrek, timbul warna putih perak, kadang-kadang mengeriting ke atas.

Buah berubah bentuk, terdapat goresan cokelat muda pada kulit buah pada

bawang merah, cabai, kentang, kacang- kacangan, tembakau, tomat, dan lain-lain

(Pracaya, 2008).

Pengenalan Pestisida

Pestisida kimia adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan

populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) secara cepat hama akan mati.

Misalnya: roudup dan gramaxone. Sedangkan pestisida nabati adalah bahan

oerganik yang digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman. Misalnya

ekstrak EM4 dan Super Biota Plus (Tarumingkeng, 2008).


11

Pestisida dapat digolongkan menjadi 6 golongan berdasarkan sasarannya

yaitu a) insektisida yang merupakan pestisida untuk memberantas serangga,

seperti nyamuk, kecoak, kutu busuk, rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan

sebagainya; b) herbisida merupakan pestisida untuk mencegah dan mematikan

gulma atau tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan alang-

alang ; c). nematisida adalah pestisida untuk memberantas hama cacing hama ini

sering merusak akar atau umbi tanaman; d) fungisida adalah pestisida untuk

memberantas jamur (fungi); e) rodentisida adalah pestisida untuk memberantas

binatang pengerat, misalnya tikus; f) bakterisida yaitu pestisida yang digunakan

untuk memberantas bakteri. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pestisida

kimia yaitu: Kekurangan pestisida kimia: Hama menjadi kebal (resisten),

peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil

panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh

residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh

alami hama tanaman dan matinya organisme yang berguna. Sedangkan

kelebihanya adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat

bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan

lama untuk disimpan dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi

serangga) (Dalimartha, 2004).

Beberapa cara dalam aplikasi pestisida yaitu dengan penyemprotan,

pengabutan dan penaburan, dalam pengaplikasian pestisida harus tepat dosis, tepat

konsentrasi, tepat sasaran, tepat cara dan tepat waktu agar pengaplikasiannya

efektif dan efisien. Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis)

yang dapat mempengaruhi suatu organisme secara biologis makin besar kadarnya,
12

makin besar pula dosisnya untuk pengaplikasian pestisida maka diperlukan dosis

yang tepat, konsentrasi yaitu pencampuran formulasi bahan aktif suatu pestisida

dengan air atau kebutuhan pestisida per liter dalam pengaplikasian harus

memperhatikan konsentrasi bahan aktif pestisida tersebut, untuk pengaplikasian

pestisida harus memperhatikan waktu yang tepat agar pengaplikasian pestisida

tersebut efektif dan tepat sasaran, waktu yang tepat untuk pengaplikasian pestisida

yaitu pada saat pagi hari, sore dan pada waktu tidak hujan (Masfiyah dkk, 2014).
13

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Dasar Perlindungan Tanaman di Laksanakan pada

Bulan Oktober Sampai November pada Hari Jumat Pukul 14.30 s.d Selesai. Di

Laksanakan di Laboratorium Kebun Percobaan dan Peternakan Universitas

Pembangunan Panca Budi Medan.

Alat Dan Bahan

Alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah :

1. Cara pembuatan insectarium adalah suntik, Styrofoam, bingkai,

mikroskop, cawan petri dan pinset.

2. Pengenalan gejala hama adalah buku gambar, pinsil, stip dan lup.

3. Pengenalan pestisida adalah keep solo/ pompa dam masker.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Cara pembuatan insectarium adalah hama yang menyerang tanaman,

formalin 5-10 % dan aseton.

2. Pengenalan jenis hama adalah tanaman yang akan diteliti.

3. Pengenalan pestisida adalah Round Up, Decis dan Gromoxon.

Prosedur kerja

Cara Pembuatan Insektarium

 Dilemaskan atau dimatikan hama yang akan diamati dngan dengan

disuntik aseton

 Diletakkan hama yang telah di suntik pada cawan petri, ditunggu sampai

mati
14

 Diamati hama yang telah mati menggunakan mikroskop dan dilihat bagian

tubuh, tipe mulut dan telinga lalu digambar dan dijelaskan

 Diawetkan hama yang telah diamati dengan menggunakan formalin

 Diletakkan label pada hama yang telah diawetkan dan dibuat keterangan

hama tersebut

 Diberi label dan keterangan dibuat kedalam bingkai.

Pengenalan Gejala Hama

 Diamati tanaman yang terserang hama dengan menggunakan lup

 Digambar dan dijelaskan hama apa yang menyerang tanaman tersebut.

Pengenalan Pestisida

 Dimasukkan pestisida yang mau dipakai kedalam keep solo sesuai takaran

 Ditambahkan air sebanyak 12 liter

 Diaduk hingga merata

 Disemprotkan ketanaman yang terserang gulma dan hama.


15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Praktikum

1. Pembuatan Insektarium

Gbr 1. Hama yang digunakan Gbr 2. Hama di suntik dengan aseton


Sumber : Foto Sendiri Sumber : Foto Sendiri

Gbr 3. Hama diteliti dengan mikroskop Gbr 4. Hama diawetkan dengan formalin
Sumber : Foto Sendiri Sumber : Foto Sendiri

Gbr 5. Pengeringan pada hama Gbr 6. Hama didesign pada bingkai


Sumber : Foto Sendiri Sumber : Foto Sendiri
16

2. Pengenalan Gejala Hama

Gbr 1. Daun terkena kutu putih Gbr 2. Daun terkena ulat grayak
Sumber : Foto Sendiri Sumber : Foto Sendiri

Gbr 3. Daun terkena belalang Gbr 4. Daun terkena ulat jagung


Sumber : Foto Sendiri Sumber : Foto Sendiri

3. Pengenalan Pestisida

Gbr 1. Sebelum di beri pestisida Gbr 2. Setelah diberi Pestisida


Sumber : Foto Sendiri Sumber : Foto Sendiri
17

Pembahasan

Berdasarkan praktikum kali ini hama vertebrata dan gejala serangan pada

pada beberapa tanamana. adapun hama yang digunakan yaitu :

Belalang termasuk filum artharopoda yaitu kelompok hewan yang

mempunyai kaki beruas-ruas, tubuh bilateral simetrsis dan dilapisi oleh kutikula

yang keras disebut juga exoculeton. Hal ini sesuai dengan literatur Aminah (2012)

yang menyatakan bahwa belalang adalah salah satu hama yang bersifat polifag

dan memiliki banyak tanaman inang. Kisaran inang yang luas disertai keperidian

yang relative tinggi mendukung perkembangbiakan hama ini, sehingga hama ini

cukup sulit untuk dikendalikan. Salah satu musuh alami yang ditemukan dialam

adalah lalat parasitoid family Sarchopagidae. Beelalang mempunyai 3 bagian

tubuh utama yaitu kepala, dada (thorax) dan perut abdomen. Belalang juga

mempunya 3 pasang kaki sendi, 2 pasang sayap dan sepasang antena.

Burung pipit adalah burung kecil pemakan biji-bijian yang menyebar

diwilayah tropis Burung pipit mempunyai bentuk tubuh yang kecil dengan ukuran

sekitar 8-12 cm dan mempunyai berat 8-14 g, kepala burung pipit jantan lebih

besar disbanding dengan kepala betina. Dengan demikian sesuai dengan literatur

Sianipar (2015) yang menyatakan bahwa Warna burung pipit bermacam-macam,

yang dering ditemui disawah adalah jenis burung bondol peking, bondol coklat

dan bondol jawa. Musim hujan merupakan musim yang baik untuk masa kawin

burung pipit. Disaat bertelur burung pipit mengerami telurnya hinggga menetas

membutuhkan waktu selama sekitar 12-15 hari.

Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (Paniculae)

dan juga cairan buah padi yang masih pada tahap masak sehingga menyebabkan
18

tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis) dan perlahan-lahan melemah.

Nama hewn ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya yaitu mengeluarkan

aroma yang menyengat dihidung (sehingga dinamanakan sangit). Dengan

demikian sesuai dengan literatur Rosba (2015) menyatakan bahwa Sebenarnya

tidak hanya walang sangit yang mengeluarkan aroma ini, tetapi juga banyak

anggota Alydidae lainnya.

Lalat menjadi hama dikarenakan kebiasaannya sebagai pembawa kuman

berbagai penyakit yang dapat dipindahkan kepada manusia dan hewan. Hal ini

sesuai dengan literatur Andriani (2007) mengatakan bahwa memiliki 2 pasang

sayap dimana sepasang sayapnya untuk terbang dan sepasang sayap lainnya tidak

berkembang namun hanya untuk alat keseimbangan. Diperkirakan ada 85.000

spesies lalat terdapat didunia. Jenis mlutnya berfungsi sebagai alat penghisap,

larvanya disebut monggot. Lalat memiliki habitat misalnya diair, tanaman,

ditanah, dibawah kulit kayu atau batu dan binatang yang busuk.

Kumbang merupakan hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit

di Indonesia, khusunya areal peremajaan kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan

literatur Rahmansah (2014) mengatakan bahwa Kumbang ini menggerek pucuk

kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik

tumbuh sehingga mematikan tanaman. Kumbang ini berukuran 40-50 mm,

berwarna coklat kehitaman. Pada bagian kepala terdapat tanduk kecil pada ujung

perut yang betina terdapat bulu-bulu halus sedangkan pada yang jantan tidak

berbulu.

Tikus adalah makhluk yang sangat merugikan perekonomian karena

menghabiskan atau merusak makanan dan tanaman petani dan bahkan merusak
19

bangunan kediaman manusia. Hal ini sesuai dengan literatur Masfiyah (2014)

mentakan bahwa Tikus dapat pula menyebabkan berbagai jenis penyakit. Tikus

dapat dikatakan sebagai hewan yang paling dekat dengan manusia, karena mereka

tinggal disekitar bahkan serumah dengan manusia. Oleh karena itu, tikus perlu

diberantas supaya tidak menimbulkan penyakit dan kerugian material.

Ulat jagung adalah salah satu hama utama pertanaman jagung yang

menyerang bagian batang maupun bagian pangkal tongkolnya. Hal ini sesuai

dengan literatur Patty (2012) mengatakan bahwa larvanya juga membuat saluran-

saluran didalam batang selagi menggerogoti jaringan untuk makanannya, sehingga

ia disebut juga penggerek batang jagung (asian corn born). Penyebutan “asia”

digunakan untuk membedakannya dari penggerek batang jagung dikawasan

beriklim sedang.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan penyakit tumbuhan

adalah kelaianan proses fisiologi tumbuhan yang disebabkan faktor abiotik

maupun biotik yang dapat menimbulkan kerugian baik secara kualitas, kuantitas

maupun ekonomis. Penyakit tanaman lebih sering di klasifikasikan oleh gejala

mereka daripada oleh agen penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti

bakteri tanggal hanya dari 19%. Penyebab penyakit pada tanaman antara lain :

Jamur, bakteri, virus, nematode (Djafarudin, 2001).

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan herbisida merupakan

suatu senyawa kimia yang dapat meracuni gulma. Efek atau pengaruhnya akan

cepat terlihat dalam mengendalikan gulma. Tetapi penggunaannya harus

disesuaikan dengan sifat dan macam gulma yang dikendalikan. Hal ini sesuai

dengan literatur Dalimartha (2004) yang mengatakan bahwa aplikasi herbisida


20

akan berfungsi degan baik jika tepat sasaran yaitu pada gulma yang dikendalikan.

Herbisida meiliki kemampuan untuk meracun tanaman yang berbeda sesuai

dengan jenisnya. Dari hasil percobaan dapat dilihat perbedaan antara pemakaian

herbisida gramoxone dan herbisida rooun-up, hal ini terlihat dari ciri fisik yang

nampak dan dari selang waktu perubahan terjadi. Pada lahan pertama

(gramoxone), selang waktu perubahan yang terjadi adalah selama satu hari,

sedangkan pada lahan kedua (round-up), selang waktu perubahan yang terjadi

adalah selama tiga hari namun hasil yang didapatkan lebih baik dibandingkan

dengan lahan pertama.

Herbisida sistemik bersifat non selektif sedangkan herbisida sistemik dan

nonselektif untuk mengendalikan gulma dan tumbuhan yang ada disekitarnya.

Herbisida selektif (gramoxone) menunjukkan bahwa herbisida ini beracun untuk

tanaman yang terkena larutan herbisida. Herbisida yang selektif merupakan

herbisida beracun bagi jenis tumbuhan tertentu. Proses kering atau matinya gulma

pada kedua lahan membuktikan bahwa pemakaian herbisida mampu merusak

senyawa kimia tumbuhan. Herbisida bekerja menganggu proses anabolisme

senyawa penting tumbuhan, seperti pati, asam lemak, asam amino, melalui

kompetisi deengan senyawa yang normal (Andriani, 2007).


21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hama adalah suatu organisme yang aktifitasnya dapat menimbulkan kerugian baik

dalam segi kualitas maupun kuantitas hasil produksi. Hama ini memiliki cara

merusak tanaman berbeda-beda antara lain yaitu menghisap, menusuk, menggigit

dan mengunyah.

2. Pengelompokan hama yang sering digunakan adalah membagi hama menurut

kisaran bahaya yang diakibatkannya yaitu : hama utama, hama minor, hama

potensial, hama migran.

3. Hama pengganggu tanaman dibedakan berdasarkan ordonya, serangga meiliki 6

ordo yaitu : ordo orthoptera, ordo hemiptera, ordo homoptera, ordo coleopteran,

ordo Lepidoptera, ordo diptera

4. Cara pengendalian hama secara umum yaitu dengan cara pengendalian hama

terpadu, cara ini adalah hanya mengurangi jumlah hama dalam taraf toleransi

5. Penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan atau penyimpangan dari rangkaian

proses fisiologi penggunaan energi yang mengakibatkan hilangnya koordinasi

fisiologi di dalam tubuh tumbuhan. Penyakit tanaman dapat disebabkan oleh

adanya virus, jamur, dan bakteri

6. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang

digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Pestisida dapat terbagi lagi yaitu

: insektisida, herbisida, nematisida, fungisida, rodentisida, bakterisida.


22

Saran

Saran yang dapat disampaikan agar pada praktikakum selanjutnya para

praktikan dapat menjaga ketertiban didalam ruangan sehingga praktikum dapat

berjalan dengan baik dan tenang.


23

DAFTAR PUSTAKA

Aminah. dan M. Hadi. 2012. Keragaman Serangga dan Peranannya di Ekosistem


Sawah. J. Sains dan Matematika. 20(3) : 54-57.

Andriani. 2007. Pemberantasan Serangga dan Penyebab Penyakit Tanaman Liar


dan Penggunaan Pestisida. Proyek pembangunan pendidikan sanitasi
pusat. Pusdiknas Depkes RI.

Dalimartha, Indra. 2004. Pengawasan Pupuk dan Pestisida. Jakarta.

Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta

Effendi., dan S. Baehaki. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman


Padi Dalam Perspektif Praktek Pertanian yang baik (Good Agricultural
Practices). Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(1): 68-78.

Enge. M. C. H. 2013. Menghitung Kerusakan Akibat Gangguan Hama, RPP


(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Habazar. T, dan Yaherwandi. 2006. Pengendalian Hayati Hama dan Penyakit


Tumbuhan. Andalas University Press. Hal 203-204.

Kurniawati, N. 2015. Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama pada


Habitat Padi yang Dimanipulasi dengan Tumbuhan Berbunga. Ilmu
Pertanian. 18 (1) .

Masfiyah., S. Karindah., dan R.D. Puspitarini. 2014. Asosiasi Serangga Predator


Parasitoid dengan Beberapa Jenis Tumbuhan Liar Di Ekosistem Sawah.
HPT. 2(2).

Patty. 2012. Kajian Populasi dan Intensitas Kerusakan Hama Utama Tanaman
Jagung di Desa Waeheru, Kecamatan Bagual Kota Ambon. Budidaya
Pertanian. 8(1).

Pracaya, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman: Edisi Revisi. Penerbit Swadaya.
Jakarta.

Rahmansyah, S., Retno D.P., dan Rina R. 2014. Kelimpahan Populasi dan Jenis
Kumbang Coccinellid pada Tanaman Cabai Besar. HPT. 2(3) : 82-91.

Rosba, E. dan Moralita C. 2015. Pengaruh Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap


Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunb.) Pada Tanaman Padi. Penelitian
Pendidikan IPA. 1(2).
24

Sianipar, M. S., L. Djaya, dan D. P. Simarmata. 2015. Keragaman dan


Kelimpahan Serangga Hama Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Dataran
Rendah Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Agrin. 19 (2) : 89-96

Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian


Bogor.

Thamrin, M. dan S. Asikin. 2005. Strategi Pengendalian Penggerek Batang Padi


Tanpa Insektisida Sintetik di Lahan Pasang Surut. Prosiding Seminar
Nasional ”Inovasi Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan
Pengendalian Pencemaran Lingkungan”.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. P251-260.

Untung, K. 2006.Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Cetakan kedua.


Yogyakarta: UGM Press.

Widyastuti. 2012. Peran Serangga Sebagai Vektor Penyakit Karat Puru Pada
Sengon. Argon. Indonesia. 40(1).

Winarno, B. 2000.Pengantar Praktis Pengelolaan Hama Terpadu. Malang:


Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai