ِْي الس
ِلم
ِ ُُ
لوا فدخُْوا ا
منََ آ
ِين َّ ها
الذ َيَُّ َ
يا أ
ُم
ْ ه َلك
ُنَِّ
إ ۚ َ
ِانْط ُو
َاتِ الشَّي ُط
ُوا خ
ِعَّب
تت َ َال ًَّ
ة وَافك
ِين
مبُ ٌّ
دو َُ
ع
Yang artinya : “Hai orang-orang beriman Masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan
nyata bagimu.”
Figure yang saya ceritakan adalah seorang Filoshof yang sufi beliau adalah : “ABU HAMID
dengan sebutan IMAM GHOZALI beliau menjadi orang yang sangat alim karena barokah dari
orang tuanya yang sangat amat menghormati, memuliakan dan mencintai Ulama’.
Ayah beliau bernama Muhammad bin Muhammad yang berprofesi sebagai penenun sekaligus
penjahit, akan tetapi penghasilan yang diperolehnya setelah untuk kebutuhan keluarganya tercukupi,
selebihnya diberikan kepada kyai semua. Beliau di sela-sela kesibukanya, selalu menyempatkan
mengaji dan sowan kyai seraya memberikan hadiah. Begitulah dan begitulah aktivitas yang
pulang dari pondok pesantren akan mengajar Ilmunya di kampong halamanya. Namun secara tiba-
tiba beliau langsung di sambut dan di jemput oleh baginda raja untuk di boyong ke Istana, karena
niat baik sang Raja, beliau tak punya kemampuan untuk menolaknya.
Sesampainya di Istana, ternyata sudah disediakan sebuah yayasan yang akan mengelola
pendidikan mulai tingkat PAUD hingga perguruan tinggi, bahkan setelah perguruan tinggi masih
Beliau diberi mandate untuk mengelola semua pendidikan yang ada di yayasan tersebut,
mengenai fasilitas berupa rumah, kendaraan dan lain-lain sudah amat terpenuhi, tentang gaji lebih
besar dari pada gaji sang raja, jadi kehidupan beliau serba mewah dan bergelimang harta.
Pokoknya tahu-tahu beliau dihadapkan dengan fakta yang sama sekali tak pernah terlintas di
benak hatinya, yaitu bergelimang dengan harta, dihormati dan di muliakan oleh raja, para pejabat
Namun Imam Ghozali bukan tipe orang yang gila harta , jabatan atau suka dihormati maupun
dipuji, dalam keadaan seperti itu, beliau malah mengalami tekanan batin yang luar biasa. Hati
kecilnya berkata “ Lho kok ngglethek, ilmu saya kok malah dapat harta dunia yang hina dan fana ini
Akhirnya Imam Ghozali memutuskan untuk meninggalkan yayasan yang penuh dengan
kemewahan tapi meresahkan itu. Lantas Pergi untuk mencari ketenangan batin dan mencari jati diri
tanpa membawa sepeserpun uang maupun bekal lainya, beliau berjalan kaki melewati jalan setapak.
Tempat yang dituju adalah Masjidil Aqsho Palestina. Setelah sampai disana beliau masuk masjid,
Tak lama kemudian berbondong-bondong orang datang ke masjid untuk mengaji dengan alim
ulama’ palestina. Setelah pengajian dimulai Imam Ghozali terkejut ternyata kitab yang dibaca
adalah karangan beliau. Sepontanitas beliau berfikir : “ wah ini kalau saya tetap disini, lambat laun
pasti konangan, kemudian saya disuruh mengaji dan dihormati banyak orang lagi kalau gitu saya
harus segera pergi dari sini.”. Akhirnya Imam Ghozali mencari tempat yang jauh dari keramaian di
situ beliau mengarang kitab Ihya’ulumudin kitab yang hingga sekarang di pakai acuan oleh ulama’
sedunia, bahkan sudah di setujui oleh ulama’ dunia sebagai kitab paling sempurna urutan nomer
Sebenarnya cerita ini belum selesai namun karena di batasi oleh waktu saya akhiri sampai
disini dulu.
Kesimpulan cerita :
1. Manusia kalau sudah beragama secara total tak akan tertarik dengan gemerlapnya harta
2. Bilamana orang tua menginginkan anaknya menjadi sholih sholihah, maka harus
menghormati serta memuliakan para Kyai dan Ustadz-Ustadzah dengan hati yang tulus,
Sekian ..
Ketiban cerita