Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Aspek Ibadah
- Membaca Al-Qur’an (Praktek)
Cara Baca Alqur’an :
1. Tartil/ Mujawad : Yang biasa untuk MTQ, Tenang, Ada tingkatan suara, lagu lengkap
2. Tadwir/ Murathal : Seperti tadarus saat ramadhan, Imam yang baca Al-fatihah, Tidak berlagu,
lebih cepat
3. Tahdir/Muthala’ah : Tidak berlagu, seperti pidato , khutbah jum’at
4. Tahqiq : Membaca setepat2nya, mengeja sejelas2nya, seperti mengeja , untuk pemula
- Shalat 5 Waktu
Bacaan shalat dan maknanya
Penekanan :
1. Duduk antara 2 sujud :
"Ya Alloh, ampunilah dosaku, belas kasihinilah aku dan cukupkanlah segala kekuranganku dan angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku, dan
berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku.
2. Tahiyat Awal
At-tahiyyaatul-mubaarakaatush-shalawaatuth-thayyibaatu lillaah.
As-salaamu `alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as-salaamu `alainaa wa `alaa `ibaadillaahish-shaalihiin.
Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah.
Allaahumma shaili ‘alaa-sayyidinaa Muhammad.
"Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu kepunyaan Alloh.Keselamatan atas mu wahai Nabi Muhammad, dmikian pula-rahmat
Alloh dan berkah-Nya
KEselamatn dicurahkan pula untuk kami & atas seluruh hamba Alloh yang sholaeh-sholeh.
Aku brsaksi bahawa tak ada Tuhan melainkan Alloh.
Dan aku brsaksi bhw Nabi Muhammad adalah utusan Alah.
Ya Alloh! Limpahilah rahmat kpd Nabi-Muhammad SAW.”
- Shalat Jenazah
1. Posisi Jenazah
a. Laki-laki : searah dengan kepala
b. Perempuan : searah di tengah badan
2. Bacaan
- Shalat sir : Memelankan bacaan : Zuhur, Ashar
- Shalat jahar : Subuh, Maghrib, Isya
Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan sholat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga“.
Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka saya tidak
pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah
mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru
bin Aus. (HR. Muslim no. 728).
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda, “Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya“. Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku
cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)
Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka“.
(HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)
Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah sholat rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-
Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan
dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat
sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh“. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh membaca surat Al
Kaafirun ( )الكافرون أيها يا قلdan surat Al Ikhlas ()أحد هللا هو قل.” (HR. Muslim no. 726)
Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat
sunnah sebelum subuh dirakaat pertamanya membaca: (( )إلينا أنزل وما باهلل آمنا قولواQS. Al-Baqarah: 136), dan dirakaat keduanya membaca: (بأنا واشهد باهلل آمنا
( )مسلمونQS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim no. 727)
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat pada
sholat sunnah sesudah maghrib:” surat Al Kafirun ( )الكافرون أيها يا قلdan surat Al Ikhlas ()أحد هللا هو قل. (HR. At-Tarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat
hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166)
5. Apakah Sholat Rawatib 4 Rakaat Qobiyah Dzuhur Dikerjakan dengan Sekali Salam atau Dua Kali Salam?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sunnah Rawatib terdapat di dalamnya salam, seseorang yang sholat rawatib empat rakaat
maka dengan dua salam bukan satu salam, karena sesungguhnya nabi bersabda: “Sholat (sunnah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua
rakaat salam”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/288)
As-Syaikh Muammad bin Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada sunnah rawatib sebelum dan sesudah sholat ashar, namun disunnahkan sholat
mutlak sebelum sholat ashar”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/343)
As-Syaikh Abdul ‘Azis bin Baz rahimahullah berkata: “Tidak ada sunnah rawatib sebelum sholat jum’at berdasarkan pendapat yang terkuat di antara
dua pendapat ulama’. Akan tetapi disyari’atkan bagi kaum muslimin yang masuk masjid agar mengerjakan sholat beberapa rakaat semampunya” (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Bin Baz 12/386&387)
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan sholat
jum’at, maka sholatlah sesudahnya empat rakaat“. (HR. Muslim no. 881)
As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata, “Adapun sesudah sholat jum’at, maka terdapat sunnah rawatib sekurang-kurangnya dua rakaat dan maksimum
empat rakaat” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Bin Baz 13/387)
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam didalam safar senantiasa mengerjakan sholat sunnah rawatib sebelum
shubuh dan sholat sunnah witir dikarenakan dua sholat sunnah ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah, dan tidak ada riwayat bahwasannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sholat sunnah selain keduanya”. (Zaadul Ma’ad 1/315).
As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata: “Disyariatkan ketika safar meninggalkan sholat rawatib kecuali sholat witir dan rawatib sebelum subuh”.
(Majmu’ Fatawa 11/390).
Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari sholat-sholat
dan jangan jadikan rumah kalian bagai kuburan“. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777)
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seyogyanya bagi seseorang untuk mengerjakan sholat rawatib di rumahnya….
meskipun di Mekkah dan Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram maupun masjid An-Nabawi; karena saat
Nabi shallallahu a’alihi wasallam bersabda sementara beliau berada di Madinah….. Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan melakukan sholat
sunnah rawatib di masjidil haram, dan ini termasuk bagian dari kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/295)
Ibnu Qudamah berkata: “Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat fardhu dikerjakan,
dan sholat rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat fardhu tersebut “. (Al-Mughni 2/544)
Dari Anas radiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang lupa akan sholatnya maka sholatlah ketika dia
ingat, tidak ada tebusan kecuali hal itu“. (HR. Bukhori no. 597, Muslim no. 680)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan hadits ini meliputi sholat fardhu, sholat malam, witir, dan sunnah rawatib”. (Majmu’ Fatawa
Ibnu Taimiyah, 23/90)
Ibnu Qoyyim berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meng-qodho’ sholat ba’diyah dzuhur setelah ashar, dan terkadang melakukannya terus-
menerus, karena apabila beliau melakukan amalan selalu melanggengkannya. Hukum mengqodho’ diwaktu-waktu terlarang bersifat umum bagi nabi dan
umatnya, adapun dilakukan terus-menerus pada waktu terlarang merupakan kekhususan nabi”. (Zaadul Ma’ad 1/308)
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang belum mengerjakan dua rakaat
sebelum sholat subuh, maka sholatlah setelah matahari terbit“. (At-Tirmdzi 423, dan dishahihkan oleh Al-albani)
Dan dari Muhammad bin Ibrahim dari kakeknya Qois, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar rumah mendatangi sholat kemudian
qomat ditegakkan dan sholat subuh dikerjakan hingga selesai, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling menghadap ma’mum, maka beliau
mendapati saya sedang mengerjakan sholat, lalu bersabda: “Sebentar wahai Qois apakah ada sholat subuh dua kali?“. Maka saya berkata: Wahai rasulullah
sungguh saya belum mengerjakan sholat sebelum subuh, Tasulullah bersabda: “Maka tidak mengapa“. (HR. At-Tirmidzi). Adapun pada Abu Dawud dengan
lafadz: “Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam (terhadap yang dilakukan Qois)”. (HR. At-tirmidzi no. 422, Abu Dawud no. 1267, dan Al-Albani
menshahihkannya)
As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang masuk masjid mendapatkan jama’ah sedang sholat subuh, maka sholatlah
bersama mereka. Baginya dapat mengerjakan sholat dua rakaat sebelum subuh setelah selesai sholat subuh, tetapi yang lebih utama adalah mengakhirkan
sampai matahari naik setinggi tombak” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim 2/259 dan 260)
15. Jika Sholat Subuh Bersama Jama’ah Terlewatkan, Apakah Mengerjakan Sholat Rawatib Terlebih Dahulu atau Sholat Subuh?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sholat rawatib didahulukan atas sholat fardhu (subuh), karena sholat rawatib qobliyah
subuh itu sebelum sholat subuh, meskipun orang-orang telah keluar selesai sholat berjama’ah dari masjid” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsatimin 14/298)
As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila didalam sholat itu terdapat rawatib qobliyah dan ba’diyah, dan sholat rawatib qobliyahnya
terlewatkan, maka yang dikerjakan lebih dahulu adalah ba’diyah kemudian qobliyah, contoh: Seseorang masuk masjid yang belum mengerjakan sholat
rawatib qobliyah mendapati imam sedang mengerjakan sholat dzuhur, maka apabila sholat dzuhur telah selesai, yang pertamakali dikerjakan adalah sholat
rawatib ba’diyah dua rakaat, kemudian empat rakaat qobliyah”. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/283)
17. Mengqodho’ Sholat Rawatib yang Banyak Terlewatkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Diperbolehkan mengqodho’ sholat rawatib dan selainnya, karena merupakan sholat sunnah yang
sangat dianjurkan (muakkadah)… kemudian jika sholat yang terlewatkan sangat banyak, maka yang utama adalah mencukupkan diri mengerjakan yang wajib
(fardhu), karena mendahulukan untuk menghilangkan dosa adalah perkara yang utama, sebagaimana “Ketika Rasulullah mengerjakan empat sholat fardhu
yang tertinggal pada perang Khondaq, beliau mengqodho’nya secara berturut-turut”. Dan tidak ada riwayat bahwasannya Rasulullah mengerjakan sholat
rawatib diantara sholat-sholat fardhu tersebut.…. Dan jika hanya satu atau dua sholat yang terlewatkan, maka yang utama adalah mengerjakan semuanya
sebagaimana perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat sholat subuh terlewatkan, maka beliau mengqodho’nya bersama sholat rawatib”. (Syarh
Al-‘Umdah, hal. 238)
As-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata: “Apabila seseorang masuk masjid diwaktu sholat rawatib, maka ia bisa mengerjakan sholat
dua rakaat dengan niat sholat rawatib dan tahiyatul masjid, dengan demikian tertunailah dengan mendapatkan keutamaan keduanya. Dan demikian juga sholat
sunnah wudhu’ bisa digabungkan dengan keduanya (sholat rawatib dan tahiyatul masjid), atau digabungkan dengan salah satu dari keduanya”. (Al-Qawaid
Wal-Ushul Al-Jami’ah, hal. 75)
19. Menggabungkan Sholat Sebelum Subuh dan Sholat Duha Pada Waktu Dhuha
As-Syaikh Muhammad Bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Seseorang yang sholat qobliyah subuhnya terlewatkan sampai matahari terbit, dan waktu
sholat dhuha tiba. Maka pada keadaan ini, sholat rawatib subuh tidak terhitung sebagai sholat dhuha, dan sholat dhuha juga tidak terhitung sebagai sholat
rawatib subuh, dan tidak boleh juga menggabungkan keduanya dalam satu niat. Karena sholat dhuha itu tersendiri dan sholat rawatib subuh pun juga
demikian, sehingga tidaklah salah satu dari keduanya terhitung (dianggap) sebagai yang lainnya. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin, 20/13)
Dari Jabir bin Abdullah radiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kami sholat istikhorah ketika menghadapi
permasalahan sebagaimana mengajarkan kami surat-surat dari Al-Qur’an”, kemudian beliau bersabda: “Apabila seseorang dari kalian mendapatkan
permasalahan, maka sholatlah dua rakaat dari selain sholat fardhu…” (HR. Bukhori no. 1166)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Jika seseorang berniat sholat rawatib tertentu digabungkan dengan sholat istikhorah maka terhitung
sebagai pahala (boleh), tetapi berbeda jika tidak diniatkan”. (Fathul Bari 11/189)
Dari Abu Huroiroh radiyallahu ‘anhu, dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat
kecuali sholat fardhu“. (HR. Muslim bi As-syarh An-Nawawi 5/222)
An-Nawawi berkata: “Hadits ini terdapat larangan yang jelas dari mengerjakan sholat sunnah setelah iqomah sholat dikumandangkan sekalipun sholat
rawatib seperti rawatib subuh, dzuhur, ashar dan selainnya” (Al-Majmu’ 3/378)
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Apabila sholat telah ditegakkan dan ada sebagian jama’ah sedang melaksanakan sholat tahiyatul
masjid atau sholat rawatib, maka disyari’atkan baginya untuk memutus sholatnya dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat fardhu, berdasarkan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat kecuali sholat fardhu..“, akan tetapi seandainya sholat
telah ditegakkan dan seseorang sedang berada pada posisi rukuk dirakaat yang kedua, maka tidak ada halangan bagi dia untuk menyelesaikan sholatnya.
Karena sholatnya segera berakhir pada saat sholat fardhu baru terlaksana kurang dari satu rakaat”. (Majmu’ Fatawa 11/392 dan 393)
23. Apabila Mengetahui Sholat Fardhu Akan Segera Ditegakkan, Apakah Disyari’atkan Mengerjakan Sholat Rawatib?
As-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sudah seharusnya (mengenai hal ini) dikatakan: “Sesungguhnya tidak dianjurkan mengerjakan sholat
rawatib diatas keyakinan yang kuat bahwasannya sholat fardhu akan terlewatkan dengan mengerjakannya. Bahkan meninggalkannya (sholat rawatib) karena
mengetahui akan ditegakkan sholat bersama imam dan menjawab adzan (iqomah) adalah perkara yang disyari’atkan. Karena menjaga sholat fardhu dengan
waktu-waktunya lebih utama daripada sholat sunnah rawatib yang bisa dimungkinkan untuk diqodho'”. (Syarh Al-‘Umdah, hal. 609)
24. Mengangkat Kedua Tangan Untuk Berdo’a Setelah Menunaikan Sholat Rawatib
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Sholat Rawatib: Saya tidak mengetahui adanya larangan dari mengangkat kedua tangan setelah
mengerjakannya untuk berdo’a, dikarenakan beramal dengan keumuman dalil (akan disyari’atkan mengangkat tangan ketika berdo’a). Akan tetapi lebih utama
untuk tidak melakukannya terus-menerus dalam hal itu (mengangkat tangan), karena tidaklah ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengerjakan demikian, seandainya beliau melakukannya setiap selesai sholat rawatib pasti akan ada riwayat yang dinisbahkan kepada beliau.
Padahal para sahabat meriwayatkan seluruh perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan rasulullah baik ketika safar maupun tidak. Bahkan seluruh
kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radiyallahu ‘anhum tersampaikan”. (Arkanul Islam, hal. 171)
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Sholat rawatib dikerjakan setelah kedua sholat fardhu dijama’ dan tidak boleh dilakukan di antara keduanya. Dan
demikian juga sholat rawatib qobliyah dzuhur dikerjakan sebelum kedua sholat fardhu dijama'”. (Shahih Muslim Bi Syarh An-Nawawi, 9/31)
Dewan Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Saudi: “Disyariatkan bagi kaum muslimin jika mendapatkan nasihat (kultum) setelah sholat fardhu
hendaknya mendengarkannya, kemudian setelahnya ia mengerjakan sholat rawatib seperti ba’diyah dzuhur, maghbrib dan ‘isya” (Fatawa Al-Lajnah Ad-
Daimah LilBuhuts Al-‘Alamiyah Wal-Ifta’, 7/234)
27. Mendahulukan Menyempurnakan Dzikir-dzikir setelah Sholat Fardhu Sebelum Menunaikan Sholat Rawatib
As-Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah ditanya: “Apabila saya mengerjakan sholat jenazah setelah maghrib, apakah saya langsung mengerjakan
sholat rawatib setelah selesai sholat jenazah ataukah menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian sholat rawatib?
Jawaban beliau rahimahullah: “Yang lebih utama adalah duduk untuk menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian menunaikan sholat rawatib. Maka
perkara ini disyariatkan baik ada atau tidaknya sholat jenazah. Maka dzikir-dzikir yang ada setelah sholat fardhu merupakan sunnah yang selayaknya untuk
dijaga dan tidak sepantasnya ditinggalkan. Maka jika anda memutus dzikir tersebut karena menunaikan sholat jenazah, maka setelah itu hendaknya
menyempurnakan dzikirnya ditempat anda berada, kemudian mengerjakan sholat rawatib yaitu sholat ba’diyah. Hal ini mencakup rawatib ba’diyah dzuhur,
maghrib maupun ‘isya dengan mengakhirkan sholat rawatib setelah berdzikir”. (Al-Qoul Al-Mubin fii Ma’rifati Ma Yahummu Al-Mushollin, hal. 471)
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Pada dasarnya seseorang terkadang mengerjakan amal yang kurang afdhol (utama)
kemudian melakukan yang lebih afdhol (yang semestinya didahulukan) dengan adanya sebab. Maka seandainya seseorang tersibukkan dengan memuliakan
tamu di saat adanya sholat rawatib, maka memuliakan tamu didahulukan daripada mengerjakan sholat rawatib”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin
Sholih Al-Utsaimin 16/176)
29. Sholatnya Seorang Pekerja Setelah Sholat Fardhu dengan Rawatib Maupun Sholat Sunnah lainnya.
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Adapun sholat sunnah setelah sholat fardhu yang bukan rawatib maka tidak boleh. Karena
waktu yang digunakan saat itu merupakan bagian dari waktu kerja semisal aqad menyewa dan pekerjaan lain. Adapun melakukan sholat rawatib (ba’da sholat
fardhu), maka tidak mengapa. Karena itu merupakan hal yang biasa dilakukan dan masih dimaklumi (dibolehkan) oleh atasannya”.
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Perkataan sebagian ulama’: (Sesungguhnya meninggalkan sholat rawatib termasuk fasiq),
merupakan perkataan yang kurang baik, bahkan tidak benar. Karena sholat rawatib itu adalah nafilah (sunnah). Maka barangsiapa yang menjaga sholat fardhu
dan meninggalkan maksiat tidaklah dikatakan fasik bahkan dia adalah seorang mukmin yang baik lagi adil. Dan demikian juga sebagian perkataan fuqoha’:
(Sesungguhnya menjaga sholat rawatib merupakan bagian dari syarat adil dalam persaksian), maka ini adalah perkataan yang lemah. Karena setiap orang yang
menjaga sholat fardhu dan meninggalkan maksiat maka ia adalah orang yang adil lagi tsiqoh. Akantetapi dari sifat seorang mukmin yang sempurna
selayaknya bersegera (bersemangat) untuk mengerjakan sholat rawatib dan perkara-perkara baik lainnya yang sangat banyak dan berlomba-lomba untuk
mengerjakannya”. (Majmu’ Fatawa 11/382)
2. Pemahaman tentang islam
- Visi, Misi, dan Tujuan Ajaran Islam
Salah satu dari visi dan misi ajaran islam ini yaitu sama dengan diturunkanya atau diutusnya Rasulullah SAW yang bertujuan untuk menyempurnakan ahlak
manusia.
Salman Al-Farisi berkata,“Telah berkata kepada kami orang-orang musyrikin, ‘Sesungguhnya Nabi kamu telah mengajarkan kepada kamu segala sesuatu
sampai buang air besar!’ Jawab Salman, ‘benar!” (Hadits Shohih riwayat Muslim). Semua ini menunjukkan sempurnanya agama Islam dan luasnya petunjuk
yang tercakup di dalamnya, yang tidaklah seseorang itu butuh kepada petunjuk selainnya, baik itu teori demokrasi, filsafat atau lainnya; ataupun ucapan Plato,
Aristoteles atau siapa pun juga.
Nabi Muhammad SAW berdakwah untuk menyempurnakan ahlak yang mulia, membangun manusia mulia dan bermanfaat dengan cara memberikan
teladan yang baik dan menyampaikan ajaran dari Allah SWT kepada manusia[4]
Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam hadistnya :
االخلق صالح ألتم بعثت إنما
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman
dan Hakim).
Dari hadist yang tersebut di atas saja sudah dapat kita peroleh hal yang jelas tentang visi ajaran islam. Rasulullah SAW bertujuan untuk merubah ahlak
umatnya ke jalan yang lebih terarah. Hanya saja Rasulullah tidak menjelaskan secara rinci, namun beliau mempraktikan ahlak mulia tersebut kepada sahabat-
sahabatnya yang kemudian sampai kepada kita. Meskipun kita tak pernah melihat secara langsung bagaimana ahlak Rasulullah tersebut, tetapi kita yakin bahwa
kita harus mampu untuk meniru apa yang Rasulullah lakukan.
Secara komperehensif atau secara luas, visi dan misi ajaran islam meliputi segala sesuatu yang manusia lakukan. Ketentuan – ketentuan yang berdasarkan
atas perintah maupun larangan yang Allah SWT berikan kepada hambanya melalui Rasul dan malaikat – malaikat-Nya..
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa ajaran islam merupakan susunan atau tata cara bagaimana menjalani hidup. Agar mendapatkan keselamatan di
dunia dan akhirat.
Visi dan misi ajaran islam yang ingin mengubah dan memperbaiki ahlak manusia dan juga kehidupan untuk menjadi yang lebih baik lagi kedepan, mungkin
bukanlah hal yang mudah. Karena, jika dilihat dari perkembangan zaman yang semakin maju nan mustahil untuk menghindarinya ini, manusia akan semakin
mudah untuk terpedaya oleh dunia dan seisinya. Tanpa memperdulikan lagi untuk apa sebenarnya dan apa kewajiban manusia dilahirkan di muka bumi ini.
Islam telah mengajarkan kepada kita tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh untuk dilakukan, termasuk dalam kehidupan sehari – hari. Dalam
ajaran islam, tidak ada larangan untuk mencari kebahagiaan di dunia, namun bukan berarti manusia bisa sesukahati untuk hanya menyibukkan diri dengan aktifitas
duniawi, karena dalam konsep ajaran islam segala sesuatunya itu lebih baik seimbang.
Orang yang memiliki segala sesuatu di dunia namun tidak menghiraukan tentang bagaimana ia di akhirat kelak maka dia lah orang yang rugi, dan orang yang
hanya mementingkan akhiratnya saja tetapi tidak memikirkan atau tidak membahagiakan dirinya di dunia, maka hidupnya akan kurang sempurna.
Maka Rasulullah bersabda yang artinya “bekerjalah untuk duniamu seakanengkau hidup selamanya, dan bekerjalah engkau untuk akhiratmu seakan esok
hari kau tiada”. Dari hadist tersebut jelas lah, bahwa dalam ajaran islam kita harus menyeimbangkan antara bekerja untuk dunia dan untuk akhirat.
Islam telah mengajarkan bagaimana gaya hidup sehat, namun banyak orang pada zaman sekarang lebih suka mendengarkan perkataan – perkataan dari orang
– orang yang bukan dari kalangan islam. Padahal jika kita mengetahui bahwa mereka yang meniru dan mengambil suatu ilmu itu berdasarkan konsep islami.
Misalkan dalam bidang kesehatan, yang mana Allah telah jelas – jelas memberikan penjelasan di dalam Al-Qur’an bahwa ada penawar atau obat – obatan
alami seperti madu, buah zaitun dan sebagainya.
Namun karena kebanyakan dari kita malas untuk membaca Al-Qur’an dan lebih suka mendengarkan perkataan yang sebenarnya telah lebih dulu Allah SWT
menjelaskannya di dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW melalui hadist – hadistnya.
Dalam persoalan makan pun Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya
D. Hubungan Ajaran Islam dengan Perdamaian Umat
Ajaran islam sangat erat kaitannya dengan perdamaian. Karena islam tidak pernah memberikan paksaan atau pun membuat kerusakan. Segala masalah dapat
diselesaikan jika dengan menggunakan ajaran – ajaran islam.
Dengan menjalankan syari’at islam di dunia, tentu dapat menumbuhkan rasa damai dan kasih sayang antar sesama umat manusia. Ajaran islam sesuai dengan
hakekatnya yaitu “Rahmatan Lil ‘Alamiin”, yaitu rahmat bagi seluruh alam.
Tujuan Islam :
"Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."(Q.S Al Anbiyaa : 107)
"Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepda (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (Syurga)
dan limpahan karunia-Nya. Dan sesungguhnya mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya." (Q.S An Nisaa : 175)
Dari kedua ayat Alquran tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menurunkan Islam sebagai rahmat kepada alam semesta, khususnya umat manusia. Islam sebagai rahmat (karunia
Allah yang mendatangkan manfaat) bagi umat manusia karena tujuan Islam adalah agar umat manusia memperoleh Ridho Allah, bahagia dunia - akhirat.
Tujuan Islam tersebut akan tercapai bila semasa hidupnya, manusia beriman kepada Allah SWT dan berpegang kepada agama-Nya (Islam).
Manusia yang berpegang teguh kepada Islam, tentu akan senantiasa bertauhid (Lihat Q.S Al Ikhlash : 1-4; Al Anbiyaa : 25; dan Al Baqarah : 255).
Kata fitrah secara harfiyah berarti keadaan suci. Adapun yag mengartikan bahwa fitrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya kekuasaan
yang menguasai dirinya dan alam jagat raya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, ternyata bukan hanya fitrah beragama saja melainkan juga fitrah
keingintahuan terhadap sesuatu, fitrah menyukai dan mencintai seni. Dengan fitrah beragama manusia menjadi orang yang berTuhan dan berakhlak mulia, dengan
fitrah keingintahuan manusia menjadi orang yang berilmu pengetahuan, dan dengan fitrah seni manusia menjadi halus dan menyukai yang indah.
b. Keseimbangan
Manusia terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani. Jasmani berasal dari tanah atau bumi yang melambangkan kerendahan, adapun rohani berasal dari
Tuhan dan bahkan ia merupakan unsur keTuhanan yang terdapat dalama diri manusia yang melambangkan ketinggian. Hidup yang seimbang adalah hidup yang
memperhatikan kepentingan jasmani dan rohani, namun kekuatan rohani harus mengarahkan kekuatan jasmani. Selain itu kehidupan yang seimbang juga
berkaitan dengan usaha manusia dalam mempersiapkan bekal untuk hidup di dunia dan di akhirat.[19] Dunia yang ada ditangan seseorang harus digunakan
dengan visi transedental, yakni dunia tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan dan harus digunakan dalam rangka meraih kebahagiaan hidup
di akhirat.[20]
a.
. Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat
Islam adalah agama akhir zaman, setelah itu tidak ada lagi agama yang diturunkan oleh Allah SWT. Dengan sifatnya yang demikian itu maka, Islam
berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya akan terus berlaku sepanjang zaman.[21] Walaupun sumber ajaran Islam itu
Al-Qur’an dan al-Hadits, namun dalam pemahaman dan implementasinya mengalami penyesuaian perbedaan yang disesuaikan dengan keadaan perkembangan
masyarakat. Namun demikian, perbedaan ini tidak sampai mengubah teks Al-Qur’an dan Al-hadits serta menolak hal-hal yang bersifat qat’i yakni, dalam hal
aqidah, ibadah, dan akhlakul karimah.[22]
d. Tidak menyusahkan manusia
Ajaran Islam turun dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat, memberi rahmat, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada terang benderang,
dan dari kebiadaban menjadi beradab. Ajaran Islam juga memberikan toleransi kepada umatnya dalam hal ibadah, shalat, puasa, dan makanan. Adanya berbagai
kemudahan atau dispensasi tersebut menunjukan bahwa Islam tidak mempersulit manusia, jikalau itu terjadi maka hal ini bertentangan dengan visi, misi, dan
tujuan ajaran islam itu sendiri yakni untuk memelihara jiwa, agama, akal, harta, dan keturunan.
e. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Islam adalah agama satu-satunya yang sejak kelahirannya mewajibkan setiap orang untuk membaca, karena dengan membaca kita akan mudah untuk
mendapatkan informasi yang sedang terjadi atau yang sedang membuming dizamannya, selain itu dengan membaca kita akan mendapatkan ilmu, dengan ilmu
manusia akan memperoleh kemudahan dan kecepatan dalam mencapai tujuan agama tersebut. Ibnu Ruslan dalam kitab zubad halaman 68 mengatakan “ setiap
orang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan, maka amalnya ditolak, tidak diterima.
Berbasis pada penelitian
Penelitian merupakan pengembangan ilmu pengetahuan, mengumpulkan fakta dan data untuk membuktikan keberadaan tentang sesuatu yang disusun
secara sistematis dalam buntuk teori. Ajaran Islam berbasis pada hal tersebut serta sikap kehati-hatian dalam menentukan sebuah kebijakan, sehingga kebijakan
ini tidak hanya cukup didasarkan pada dugaan atau asumsi belaka, atau bahkan karena ikut-ikutan pada orang lain tanpa mengetahui sebabnya[23].
' Berorientasi pada masa depan
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada penganutnya agar masa depan keadaannya lebih baik dari masa lalu dan sekarang. Dengan berorientasi ke
masa depan seseorang akan lebih kreatif, optimis, dan tidak mengagung-agungkan masa lalu hanya untuk menghibur diri atau menutup kemalasan dimasa
sekarang. Kemudian seeorang akan berusaha meningkatkan mutu hasil kerjanya, sehingga akan tetap berguna dan mampu bersaing secara sehat.[24]
. Kesederajatan
Prinsip ajaran Islam tentang kesederajatan ini penting dilakukan selain mendatangkan manfaat juga akan menimbulkan sikap saling menghormati,
menghargai, akan menghilangkan praktek penjajahan dan beragai tindakan kedzaliman manusia yang satu dengan yang lainnya, serta akan membangun citra
ajaran Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.
Keadilan
Dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan seseorang atas orang lain yang didasarkan atas perasaan memberi kesempatan yang sama, seimbang, profesional,
sesuai dengan peran, tugas, tanggungjawab, dan prestasi yang dicapainya.[25]
Musyawarah
Dengan adanya musyawarah ini, maka berbagai gagasan dan pikiran-pikiran dari berbagai pihak akan dapat ditampung, sehingga berbagai kemungkinan
terjadinya ketidakpuasan yang dapat menimbulkan unjuk rasa, demontrasi, dan sebagainya dapat dihindari.[26]
Persaudaraan
Prinsip persaudaraan dalam Islam didasarkan pada pandangan, walaupun manusia memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun mereka memiliki
unsur persamaan dari segi asal usul, proses, kebutuhan hidup, tempat kembali, dan nenek moyang. Hal tersebut merupakan dasar atau landasan bagi terbangunnya
konsep persaudaraan yang bersifat kemanusiaan.
Keterbukaan
Suatu sikap yang meyakini kebenaran suatu agama atau ideologi dan berusaha mempertahankan dan mengamalkannya, namun dalam waktu yang bersamaan
ia mau menerima masukan dari luar, serta menghargainya. Dengan kata lain, bahwa yang dimaksud keterbukaan bukanlah sikap menerima semua yang berasal
dari luar penelitian dan penyaringan, melainkan mau menerima informasi atau kebenaran dari manapun datangnya, dengan tetap waspada, hati-hati, dan
menyesuaikannya dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits.[27]
3. Kedokteran Islami
- Rambu-rambu kedokteran islam
Ilmu kedokteran yang dewasa ini berkembang, umumnya bersifat universal atau digunakan secara umum. Karena itu, bagi kaum Muslimin perlu menyeleksinya, dipilih
hanya yang sesuai dengan norma dan kaidah Islam. Sejak dulu kaum Muslimin, dengan disemangati oleh gerakan islamisasi maka seluruh sendi kehidupan Muslim
dijadikan sebagai bagian pengamalan agama, untuk itu maka dicarilah pijakan-pijakan islamis, juga dalam praktek pengobatan, atau lebih spesifik dokter.
Meski dalam prakteknya dan dikaitkan dengan asal sistem atau metode pengobatan bersifat universal, namun dalam Islam terdapat nilai-nilai yang mesti dijunjung
tinggi, khususnya dikaitkan dengan praktek kedokteran, sehingga dikenal dengan kedokteran Islami.
Jika merujuk pada karya klasik, seperti yang terdapat dalam buku al-Qanun fi al- Thibb karya Ibnu Sina, sarna sekali tidak menyinggung soal kedokteran Islam ini.
Menurut analisis 'Abdul Hamid, karena pada masa lalu etika kedokteran tidak mungkin terpisah dari ajaran umum al-Quran dan Sunnah Nabi. Dengan kata lain, kedua
sumber itu senantiasa berlaku sebagai pembimbing dalam segala aspek kehidupan umat Islam termasuk bagi dokter dan pasiennya.
Konsep tentang dokter muslim ini terkait pula dengan etika kedokteran, menurut Dr Ahmad Elkandi, salah seorang pendiri Himpunan Kedokteran Islam Amerika Serikat
dan Kanada, bahwa etika dianggap sebagai persyaratan penting untuk menjadi dokter. Sumpah Hippocrates yang terkenal telah menekankan fakta ini dan sumpah ini
masih berlaku sebagai basis bagi undang-undang yang dibuat untuk kode etik profesionaI.
1. Karaktertstik DokterMuslim
Banyak rumusan tentang dokter muslim telah dikemukakan oleh berbagai kalangan. Menurut Ja'far Khadim Yamani, Ilmu kedokteran dapat dikatakan islami,
mempersyaratkannya dengan 9 karakteristik, yaitu: Pertama, dokter harus mengobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan al-
Quran. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau dicampur dengan unsur haram. Ketiga,dalam pengobatan tidak boleh berakibat mencacatkan tubuh pasien,
kecuali sudah tidak ada alternatif lain. Keempat, pengobatannya tidak berbau takhayyul, khurafat, atau bid'ah. Kelima, hanya dilakukan oleh tenaga medis yang
menguasai di bidang medis. Keenam, dokter memiliki sifat-sifat terpuji, tidak pemilik rasa iri, riya, takabbur, senang merendahkan orang lain, serta sikap hina
lainnya. Ketujuh, harus berpenampilan rapih dan bersih. Kedelapan, lembagalembaga pelayan kesehatan mesti bersifat simpatik Kesembilan, menjauhkan dan menjaga
diri dari pengaruh atau lambanglambang non-islamis.
Dalam kode etik kedokteran (Islamic code of Medical Ethics), yang merupakan Hasil dari First International Conferene on Islamic Medicine yang diselenggarakan pada 6-
10 Rabi' al-Awwal 1401 H. di Kuwait dan selanjutnya disepakati sebagai kode etik kedokteran Islam, dirumuskan beberapa karakterrstik yang semestinya dimiliki oleh
dokter muslim. lsi Kode Etik Kedokteran Islam tersebut terdiri atas duabelas pasal, Rinciannya disebutkan:
Pertama, definisi profesi kedokteran. Kedua, ciri-ciri para dokter. Ketiga, hubungan dokter dengan dokter. Keempat, hubungan dokter dengan pasien. Kelima, rahasia
profesi. Keenam, peranan dokter di masa perang. Ketujuh, tanggungjawab dan pertanggungjawaban. Kedelapan, kesucian jiwa manusia. Kesembilan, dokter dan
masyarakat. Kesepuluh, dokter dan kemajuan biomedis modern. Kesebelas, pendidikan kedokteran. Keduabelas, sumpah dokter.
Semua butir di atas, khususnya terhadap diri sendiri juga dengan pasien, antara lain disebutkan bahwa seorang dokter muslim di samping sebagai seorang yang
bertakwa juga harus berakhlak mulia, seperti harus bijaksana, ramah, baik hati, pemaaf, pelindung, sabar, dapat dipercaya, bersikap baik tanpa membedakan tingkat
sosial pasien, bersikap tenang, dan menghormati pasien. Secara teologis dokter muslim harus menyadari bahwa soal kematian berada sepenuhnya di tang an Tuhan
dan fungsi dokter hanya sebagai penyelamat kehidupan, berfungsi mempertahankan dan memelihara sebaik dan semampu mungkin. Di samping itu, dokter muslim
harus dapat menjadi suri tauladan yang baik juga harus prefesional, dengan tetap pada prinsip ilmiah danjujur. Lebih dari itu semua, dokter muslim juga diharuskan
memiliki pengetahuan tentang undang-undang, caracara beribadah dan pokok-pokok fikih sehingga dapat menuntun pasien untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Ditekankan pula, dalam keadaan bagaimana pun, dokter muslim harus erusaha menjauhkan diri dari praktek-praktek yang bertentangan dengan ajaran
Islam. Hal lain yang disarankan, dokter muslim harus rendah hati, tidak sombong, serta bersikap tercel a lainnya. Dalarn bidang pengetahuan, dokter muslim diharuskan
tetap menggali dan mencari pengetahuan agar tidak ketinggalan dalam bidang kemajuan ilmiah, dan upaya itu harus diyakini sebagai bentuk ibadah.
Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter Islam atas tiga hal. Pertama, percaya akan adanya kematian yang tidak terelakkan seperti banyak ditegaskan dalam al-Quran
dan hadits Nabi. Untuk mendukung prinsip ini ia mengutip pernyataan Ibnu Sina yang menyatakan, yang harus diingat bahwa pengetahuan mengenai pemeliharaan
kesehatan itu tidak bisa mernbantu untuk menghindari kematian maupun membebaskan diri dari , penderitaan lahir. Ia juga tidak memberikan cara-cara untuk '
memperpanjang usia agar hidup selamanya. Dengan pemahaman demikian, tidak berarti dokter muslim menentang teknologi biomedis bila berarti upaya
mempertahankan kehidupan dengan memberikan pasien suatu pernapasan at au alat lain yang sejenis. Sebab, berupaya menyelamatkan hidup adalah tugas mulia,
siapa yang menyelamatkan hidup seorang manusia, seolah dia menyelamatkan hidup seluruh manusia. Ini sejalan dengan penegasan ayat al-Quran:
Artinya. :
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seorang manusia semuanya. (QS. Al Maidah 5 : 32)
Kedua, menghormati pasien, diantaranya berbicara dengan baik kepada pasien tidak membocorkan rahasia dan perasaan pasien, dan tidak melakukan pelecehan
seksual, itulah sebabnya disarankan pasien didampingi orang ketiga. Dokter tidak memberati pasien, dan lain-lain.
Ketiga, pasrah kepada Allah sebagai Dzat Penyembuh. Ini tidak berarti membebaskan dokter dari segala upaya diagnosis dan pengobatan. Dengan kepasrahan
demikian, maka akan menghindarkan perasaan bersalah jika segala upaya yang dilakukannya mendapatkan kegagalan.
Etika / adab yang harus dimiliki oleh dokter muslim menurut Dr. Zuhair Ahmad al-Sibai dan Dr. Muhammad 'Ali al-Bar dalam karyanya Al-Thabib, Adabuh wa
Fiqhuh (Dokter, Etika dan Fikih Kedokteran), antara lain dikemukakan bahwa dokter muslim harus berkeyakinan atas kehormatan profesi, menjernihkan nafsu, labih
mendalami ilmu yang dikuasainya, menggunakan metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang, benar dan jujur, rendah hati, bersahaja dan mawas diri.
1. Kesimpulan
Dalam muktamar itu juga disusun program penyembuhan terhadap berbagai penyakit yang tidak bisa diobati. Dan pada 1986, program tersebut
telah diaplikasikan di beberapa kota, di antaranya Panama, Florida, dan Dubai (Uni Emirat Arab).
Globalnews.co.id ( Jakarta ) — Salah satu ilmuwan Muslim yang hidup di Abad ke-9 adalah ar-Razi. Ia seorang pembelajar yang pada akhirnya melabuhkan diri
di dunia kedokteran.
Lelaki Persia bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi rahimahullah lahir di Kota Rayy yang terletak di kawasan lembah di sebelah selatan
Dataran Tinggi Alborz, pada 251 H/865 M. Rayy yang terkenal sebagai kota ilmu pengetahuan mendukung perkembangan intelektualnya. Sejak belia ia telah
memelajari filsafat, kimia, matematika, dan sastra. Seni musik juga mendapat perhatian besar darinya. Sejak kecil ia gemar bermain musik dan pernah bercita-
cita menjadi musisi.
Sebelum melabuhkan diri di dunia kedokteran, ia mendalami ilmu kimia dan rajin melakukan percobaan. Hingga pada suatu ketika matanya terkorban oleh
percobaan yang ia lakukan. Setelah matanya cacat, ia mencari dokter untuk mengobatinya. Sejak bertemu dokter itulah ia mulai tekun memelajari ilmu kedokteran.
Ilmu kedokteran rupanya mampu memikat hati ar-Razi. Ia pun lantas menekuni dunia tersebut hingga berhasil menelorkan sejumlah hal yang selanjutnya dipakai
di dunia kedokteran di masa-masa setelahnya, bahkan hingga saat ini. Beberapa temuan di bidang kimia, kedokteran, dan farmasi, berhasil ia sumbangkan untuk
peradaban umat manusia. Karya-karya tulisnya juga menjadi rujukan para ilmuwan setelahnya, baik di dunia Islam maupun Barat. Dengan kapasitas demikian,
ia sempat mengemban amanah sebagai kepala rumah sakit di Baghdad dan Rayy.
Saat itu sepeninggal Khalifah al-Muktafi, Ar-Razi memutuskan untuk meninggalkan Baghdad dan kembali ke Rayy. Di kampung halamannya, selain menjadi
dokter ia juga menjadi pengajar dan memiliki banyak murid.
Ar-Razi banyak mendapat pujian dari kalangan ilmuwan Muslim, namun sebaliknya ia juga dinilai memiliki pemikiran yang menyimpang. Dalam ilmu filsafat,
pemikirannya tentang jiwa ditengarai banyak dipengaruhi oleh ide Plato. Hal itu dapat dibaca lewat karyanya, ath-Thibb ar-Ruhani.
Betapapun itu, Ar-Razi tetaplah seorang ilmuwan Muslim yang sangat banyak berjasa bagi kemajuan dunia. Sejumlah temuan telah disumbangkannya. Di dunia
kimia ia menemukan alkohol dan menciptakan asam sulfur. Di kedokteran ia menjadi orang pertama yang mengupas secara luas tentang penyakit cacar. Ia juga
memelopori bedah saraf dan bedah mata.
Karyanya, Al-Judari wa al-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah kitab pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Kitab
ini kemudian diterjemahkan ke Bahasa Latin dan bahasa-bahasa lainnya. Analisis tentang cacar oleh ilmuwan yang di Barat dikenal dengan nama Razhes ini
sempat mendapat pujian dari Encyclopedia Britanica.
Jasa Ar-Razi lainnya di dunia kedokteran adalah menemukan penyakit alergi asma sekaligus sebagai ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.
Ia juga ilmuwan pertama yang menjelaskan tentang demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri. Perhatiannya terhadap musik sejak kecil ternyata
juga berguna bagi dunia kedokteran. Ia menemukan bahwa musik berpengaruh pada penyembuhan.
Dalam dunia farmasi, Ar-Razi juga punya karya. Ia mencipta beberapa macam peralatan medis dan mengembangkan obat-obatan dari merkuri.
Sebagai dokter beriman, ar-Razi tak meluputkan persoalan adab kedokteran. Ia sangat peduli pada kaum miskin dan orang sakit. Sampai-sampai ia tak memungut
biaya pengobatan. Dalam melayani pasien, ia sangat memerhatikan aspek psikis. Ia senantiasa berusaha membangkitkan harapan mereka untuk sembuh.
Menurutnya, seorang dokter harus menjadi dokter tubuh dan dokter jiwa sekaligus.
Ar-Razi menegaskan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik kepada sesama, bahkan kepada musuh sekalipun. Ia sangat menyayangkan adanya
praktik dokter jalanan palsu dan tukang obat keliling yang bekerja demi uang. Kepada para dokter, ia menyarankan untuk terus menimba ilmu. Dan kepada pasien,
hendaknya mengindahkan nasihat dokter. Ia pun mengungkap bahwa keluarga kerajaan suka tidak mengindahkan nasihat dokter. Hal ini membuatnya merasa
kasihan kepada para dokter kerajaan.
Manusia adalah makhluk yang penuh keterbatasan, tak mungkin luput dari kesalahan. Begitupun Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi rahimahullah.
Banyak ilmu bermanfaat dan temuan yang berguna telah ia sumbangkan, walau di sisi lain dirinya dinilai punya pemikiran yang menyimpang.
Ar-Razi wafat dalam usia 62 tahun, yakni pada 313 H/925 M. Ia telah tiada, namun karya-karyanya masih digunakan oleh umat manusia. Ilmu pengetahuan pun
terus berkembang dari masa ke masa, karena berbagai temuan dan teori tak terungkap bersamaan. Temuan dan teori baru lahir silih berganti dari hari ke hari.
Maka tugas generasi Muslim kini adalah terus menimba ilmu dan melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Itu adalah tanggung jawab kaum Muslim sepanjang
zaman dalam majukan peradaban. Wallahu a’lam. [IB
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu Sina lahir pada 980 M di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang
wilayah Uzbekistan (kemudian Persia). Ia berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang
disampaikan oleh ayahnya. Orang tuanya adalah seorang pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Ia dibesarkan di Bukharaja serta
belajar falsafah dan ilmu-ilmu agama Islam.
Saat berusia 10 tahun dia banyak mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil menghafalAl-Qur'an. Ia dibimbing oleh Abu Abdellah Natili, dalam
mempelajari ilmu logika untuk mempelajari buku Isagoge dan Prophyry, Eucliddan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu dia juga mendalami ilmu
agama dan Metaphysics Plato dan Arsitoteles.
Suatu ketika dia mengalami masalah saat belajar ilmu Metaphysics dari Arisstoteles. Empat Puluh kali dia membacanya sampai hafal setiap kata
yang tertulis dalam buku tersebut, namun dia tidak dapat mengerti artinya. Sampai suatu hari setelah dia membaca Agradhu kitab ma waraet
thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia
mendapat kunci bagi segala ilmu Metaphysics.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Ia mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya. Meskipun secara teori dia belum matang, tetapi ia banyak melakukan keberhasilan dalam mengobati orang-orang
sakit. Setiap kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk, maka didalam tidurnya Allah memberikan
pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapinya.
Suatu ketika saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita sakit keras. Mendengar tentang kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu Sina, akhirnya dia
diminta datang ke Istana untuk mengobati Amir Nuh Bin Nasr sehingga kesehatannya pulih kembali. Sejak itu, Ibnu Sina menjadi akrab dengan
Amir Nuh Bin Nasr yang mempunyai sebuah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku yang sangan lengkap di daerah itu. Sehingga membuat
Ibnu Sina mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan istana yang terlengkap yaitu Kutub Khana.
Berkat perpustakaan tersebut, Ibnu Sina mendapatkan banyak ilmu pengetahuan untuk bahan-bahan penemuannya. Pada suatu hari
perpustakaan tersebut terbakar dan orang-orang setempat menuduh Ibnu Sina bahwa dirinya sengaja membakar perpustakaan tersebut, dengan
alasan agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari perpustakaan itu.
Ibnu Sina lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu
pengetahuan dari Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak
diterjemahkan dan dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam.
Pengembangan ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan di masa ini meliputi
matematika, astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada zaman Dinasti Samayid dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan
Dinasti Buyid dibagian barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti
Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahun dunia Islam.
Saat berusia 22 tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Pemerintahan Samanid menuju keruntuhan. Masalah yang terjadi dalam pemerintahan
tersebut akhirnya membuatnya harus meninggalkan Bukhara. Pertama ia pindah ke Gurganj, ia tinggal selama 10 tahun di Gurganj. Kemudia ia
pindah dari Gurganj ke Nasa, kemudian pindah lagi ke Baward, dan terus berpindah-pindah tempat untuk mempelajari ilmu baru dan
mengamalkannya.
Shams al-Ma’äli Qäbtis, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibnu Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun
(1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ia sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan,
dekat Laut Kaspi, ia bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri di mana Ibnu Sina belajar logika dan
astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini, dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu
dia tinggal di Hyrcania.
Baca juga: Biografi Thomas Alva Edison Penemu Bola Lampu.
Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab
berbagai persoalan filsafat yang masih belum terjawab sebelumnya. Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya
di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa.
Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis
penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia
Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filsafat besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat
metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Selain karya filsafatnya tersebut, Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair. Beberapa esainya yang terkenal adalah :
1. Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
2. Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
3. Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina memperoleh penghargaan yang tinggi hingga masa modern. Ia
adalah satu-satunya filsafat besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem yang
telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad. Kehidupan Ibnu Sina dihabiskan untuk urusan negara dan menulis. Pada
usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran
di zamannya.
Note :
Fi = Fitrati dan Ilmiyati (Ilmu)
Ja = Jamali dan Amali (Amal)
Ada3 kata dalam Al-qur’an yang bias diartikan sebagai manusia, yaitu al-basyar, an-nas, al-insan, istilah yang dipergunakan berbeda-beda itu mengandung arti
yang berbeda-beda pula.
1. Basyar
Basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia
dalam pengertian ini terdapat dalam Al-qur’an sebanyak 35 kali di berbagaisurat. Dari pengertian-pengertian tersebut, 25 kali diantaranya berbicara tentang
“kemanusian” para rasul dan nabi, 13 ayat diantaranya menggambarkan polemic para rasul dan nabi dengan orang-orang kafir yang isinya keengganan orang-
orang kafir terhadap apa yang dibawa para rasul dan nabi, karena menurut mereka para rasul itu adalah manusia seperti mereka juga. Sejumlah ayat yang
mengandung pengakuan bahwa memang rasul-rasul itu adalah manusia yang sama seperti manusia-manusia lainnya.
2. Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka
bermain-main,
3. (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: “Orang Ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua)
seperti kamu, Maka apakah kamu menerima sihir itu[951], padahal kamu menyaksikannya?”
Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan; sesungguhnya Saya ini adalah seorang manusia seperti kamu juga, kamu datang kepada saya untuk berpekara;
barangkali sebagian kamu lebih pandai mengemukakan alat bukti dan sebagian alat yang lain, lalu aku putuskan perkara tersebut sesuai dengan keterangan
yang saya terima. (HR. Bukhari dan Muslim dari Ummu Salamah).
2. An-naas
Sebutan An-Naas didalam Al-qur’an terdapat sebanyak 240 kali dengan keterangan yang jelas menunjukkan pada korps atau kumpulan, yaitu seluruh umat
manusia sebagai keturunan Nabi Adam AS. Misalnya, yang terdapat dalam Surat Al-Hujuraat (49):13.
13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kata Al-Ins senantiasa dipertentangkan dengan kata Al-Jinn, yakni sejenis makhluk hidup diluar alam manusia. Sedangkan kata Al-Insan mengandung
pengertian makhluk Mukallaf (ciptaan tuhan yang dibebani tangung jawab), pengemban amanah dan Khalifah Allah di atas bumi.
Sebutan Al-Insan dalam pengertian ini didapati pada 65 tempat dalam Al-Qur’an. Penjelasan tersebut menunjukkan keistimewaan dan cirri-ciri manusia dalam
pengertian Al-Insan. Dalam ayat pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW, yaitu Surat AL-Alaq, terdapat tiga kali menyebutkan Al-Insan,
yaituL1) yang menceritakan bahwa manusia itu diciptakan dari (segumpal darah); (2) Manusia dikatakan memiliki keistimewaan, yaitu ilmu; dan (3) Allah SWT
menggambarkan bahwa manusia dengan segala keistimewaannya telah melampaui batas karena telah merasa puas dengan yang ia punyai.
Perhatikan firman Allah di QS Al-Alaq (96):1-5:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
1. Al-Insan
Asal kata dari Insan berasal dari kata ‘’al-uns’’, Dan sebanyak 65 kali disebutkan dan tersebar di dalam 43 surat. Insan dapat diartikan lemah lembut, harmonis,
tampak, atau pelupa. Kata ini digunakan dalam Al-Qur’an untuk menyampaikan tentang manusia yang kemanusiaannya secara totalitas Jiwa dan raga. Manusia
yang telah sampai pada segi insan yang sempurna yakni ‘’kamil’’, bermakna: ‘’manusia sempurna’’, yang memang susah ditemukan. Karena umumnya manusia
seperti ini memilih menepi meninggalkan segala hiruk pikuk dunia.
Dalam penjelasan di Al-Quran ada pada surat Al-Insan ayat 1
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”
Maksud dari ayat ini adalah dibicarakan perihal penciptaan dan cobaan kepada umat manusia yang berpotensi untuk bersyukur kepada Allah atau mengingkari-
Nya. Balasan yang akan diberikan kepada orang-orang kafir, dalam surat ini, dibicarakan secara global. Sementara mengenai kenikmatan-kenikmatan yang
Allah karuniakan kepada orang-orang Mukmin dipaparkan secara lebih rinci. Surat ini kemudian mengkhususkan pembicaraan kepada Rasulullah saw. yang
dikaruniai al-Qurann. Rasul diperintahkan agar bersabar dan selalu melakukan ketaatan. Surat ini juga memuat peringatan bagi mereka yang mencintai
kehidupan dunia dengan tidak mempedulikan akhirat. Dibicarakan pula mengenai ayat-ayat yang dapat dijadikan sebagai nasihat dan peringatan dengan
kehendak Allah. Sesungguhnya rahmat dan azab Allah akan diberikan sesuai dengan kehendak dan kemahakuasaan-Nya. Sungguh, manusia telah melewati
suatu masa sebelum ditiupkan ruh ke dalam dirinya. Ketika itu, manusia adalah sesuatu yang tak bernama dan belum diketahui akan diperlakukan apa. (Tafsir
Quraish Shihab)
2. Al-Basyar
Manusia dengan gelar ‘’basyarun’’ disebutkan sebanyak 36 kali, dan tersebar di dalam 26 surah. Secara etimologi ‘’basyar’’ berarti kulit kepala, wajah, dan
tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya segala macam rambut. Selain itu, ayat ini menjelaskan bila manusia dipenuhi dengan keterbatasan termasuk
membutuhkan makan dan minum. Berikut ayat yang menjelaskan tentang basyarun, dikisahkan oleh Muhammad SAW, yakni manusia yang terdiri dari berbagai
organ tersebut sangat rentan melakukan persekutuan kepada Allah SWT’’.
صال ِمن بَش ًَرا خَا ِلق ِإنِي ِلل َم ََلئِ َك ِة َربُّكَ قَا َل َو ِإذ َ َمسنُون َح َمإ ِمن
َ صل
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk,”
Manusia terbuat dari tanah kering dan tidak dapat memungkirinya. Dan diatas kulit-kulit yang terbuat dari tanah, tumbuh segala macam rambut. (Tafsir Jalalayn)
3. Bani Adam
Al-Qur’an menyebutkan tentang Bani Adam sebanyak 9 kali. Aspek Bani Adam lebh ditekakan pada kehidupan manusia dari segi amaliah, juga sebagai upaya
mengenal diri sendiri atau memahami tingkatan kita dalam Al-Qur’an sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu dilakukan.
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan"
Dari penjelasan tafsir tersebut dapat diambil maknanya bahwa, anak cucu Nabi Adam diberikan kemuliaan yang amat sangat banyak dari Tuhannya, Allah
SWT. Semua yang ada di bumi adalah rezeki yang bisa diolah menjadi sesuatu hal yang baik bagi keidupan anak cucu adam. Dari segala kenikmatan tersebut
diharapkan manusia dapa mengenal dirinya sebagai makhlu Allah yang harusnya patut untuk mensyukuri nikmatnya, tidak kufur dan tidak mendustakan nikmat
Allah. Dan sifat syukur dapat diimplementasikan pada setiap aktivitas-aktivitas manusia dalam menjalani kehidupannya untuk hablum minannas dan hablum
minallah.
4. An-Nas
Untuk manusia dengan sebutan An-nas, 241 kali disebutkan di dalam 55 surah. Sebutan An-Nas merupakan paling banyak diungkapkan, seakan memberikan
pesan bahwa manusia dari macam inilah yang banyak ditemukan. Dalam al-Qur’an keterangan yang jelas menunjukkan pada jenis keturunan nabi Adam as.
kata an-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk social dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah
(kerusakan).
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
Dalam surat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk kembali dan berlindung kepada-Nya dalam mencegah kejahatan yang besar, yang tidak
terlihat oleh kebanyakan manusia. Sebab, kejahatan tersebut datang kepada mereka dari hawa nafsunya sehingga mereka terjerumus dalam apa yang dilarang.
Itulah kejahatan bisikan setan yang tersembunyi dari penglihatan mata, atau yang terlihat dan tersembunyi dalam tipu muslihat. Katakanlah, aku berlindung
kepada Tuhan manusia, dan pengatur segala urusannya. (Tafsir Quraish Shihab)
Berarti dalam surat ini dijelaskan, bahwa manusia memiliki nafsu yang baik dan jahat. Maksud nafsu yang baik adalah nafsu yang dilakukan untuk beribadah,
nafsu yang dilakukan di jalan Allah. Sedangkan nafsu yang jahat atau buruk adalah nafsu yang merujuk pada jalan maksiat, jalan keburukan. Contohnya nafsu
untuk berzina, mabuk-mabukan dan lainnya yang kelakuan dilarang sama Allah, tetapi manusia melanggarnya. Maka dalam surat ini, manusia disuruh kembali
pada jalan yang benar, disuruh berlindung kepada penciptanya, yaitu Allah.
5. Hukum-Hukum Islam
- Kondisi hukum islam di Indonesia
- Tokoh – tokoh hukum islam yang popular sejak dahulu yang menjadi panutan (biografi?, sepak terjang?, mazhab yang dipakai )
- Ciri-ciri mazhab
6. Osteoporosis
- Gerakan shalat yang membantu penderita oesteoporosis (Fi’liyah dan Qalbiyah)
- Hikmah dalam shalat untuk menanggulangi osteoporosis
7. Eutanasia
- Sejarah munculnya euthanasia (Negara yang paling sering?, Eutanasia aktif dan pasif?, Pandangan/hukum islam tentang euthanasia, Kasus euthanasia)
9. Klonning
- Klonning Manusia
- Klonning bukan manusia
Dokter akan dikenal sebagai dokter bintang 5 apabila,minimal memiliki hal hal sebagai berikut :
1. Care provider
Sebagai penyedia layanan kesehatan yang tidak pandang bulu,tua - muda,kaya - miskin,besar - kecil,dewasa – anak anak, semua dilayani dengan baik adil dan
merata dengan mengedepankan kualitas yang sama .
Penyelengara pelayanan kesehatan
1. Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas,
lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam
wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai.
2. Pelayanan terhadap pasien berasaskan kekeluargaan,manusiawi,dapat di audit sewaktu waktu dan segala tindakannya dapat dipertanggung jawabkan.
2. Decision maker
1. Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan
mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien sepenuhnya.
2. Mampu mebuat keputusan keputusan klinis yang benar dan tepat tanpa meninggalkan rasa simpati dan empati
3. Communicator
1. Mampu memperkenalkan cara dan pola hidup sehat,dengan landasan keilmuan yang benar,pemanfaatan teknologi kesehatan yang sesuai,obat obatan yang
rasional dan mampu merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya tindakan preventive daripada kuratif.
2. Dapat memicu komunitas untuk hidup sehat
4. Community leader
1. Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan
nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat.
2. Mampu menjadi panutan atau teladan masyarakat dan komunitas
5. Manager
1. Mampu memimpin dan menyelaraskan antara sistem kesehatan yang ada dan system kesehatan yang baru demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan
komunitas
2. Mampu menjadi pemimpin yang baik,yang dapat mensinkronisasikan antar perawat,dokter maupun staff para medis lainya.
Apabila semua dokter di Indonesia memiliki hal hal seperti diatas,maka tidak ada kata mustahil untuk bangsa kita mendapat predikat sebagai bangsa dengan kualitas
kesehatan bintang 5
MORAL
• Secara bahasa berasal dari kata mores (latin) yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus moral diartikan sebagai penentuan baik dan buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan.
• Istilah: moral merupakan istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, yang secara layak dapat dikatakan benar, salah,
baik, atau buruk.
• Acuan moral adalah system nilai yang hidp dan diberlakukan dalam masyarakat.
• Persamaan antara moral dan etika terletak pada objeknya yaitu: perbuatan manusia.
• Perbedaan keduanya terletak pada tolok ukur penilaian perbuatan. Etika menggunakan akal sebagai tolok ukur, sedangkan moral menggunakan norma
yang hidup dalam masyarakat.
SUSILA
• Berasal dari bahasa Sanskerta, Su: artinya baik, dan susila: artinya prinsip, dasar, atau aturan.
• Susila atau kesusilaan diartikan sebagai aturan hidup yang lebih baik, sopan, dan beradab.
• Kesusilaan merupakan upaya membimbing, memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma/nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
AKHLAK
• Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخالقا – يخلق – اخلقartinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata
khuluq. Dasarnya adalah:
12. Pola-pola penyebab penyakit manusia dan sumbernya (Disertai hadist,), Tidur minimal 6 jam kenapa ?
Solusi ?
23. LGBT
-Pengertian
-Sejarah
-Hukum
-Solusi