Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang lahir tidak langsung dapat hidup mandiri. Ada beberapa proses yang harus
dilalui. Diantara-Nya, belajar berbicara, berjalan, berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya.
Dengan akal, manusia bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk. Maka akal perlu di didik
dalam pendidikan. Agar kemampuan akal yang luar biasa dapat dikendalikan dengan baik dalam
rambu-rambu kehidupan.

Adapun dalam proses pendidikan atau pencarian ilmu bisa diperoleh dalam lembaga
pendidikan formal seperti, pondok pesantren, sekolah, mardasah. Atau juga lembaga pendidikan non
formal seperti dalam keluarga. Tidak hanya itu, ilmu juga dapat diambil melalui pendidikan informal
seperti, kursus dan pelatihan. Sehingga akan terjadi perbedaan antara orang yang berilmu atau
berpendidikan, dengan orang yang tidak berilmu.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu guna memenuhi tugas Mata Pelajaran Akidah Akhlak ,
dan juga menambah pengetahuan penulis tentang “Pentingnya Berilmu”.

C. Rumusan Masalah

rumusan masalah dalam penulisannya Makalah yang berjudul “ Pentingnya Berilmu “ adalah sebagai
berikut :

1. Apa definisi Ilmu ?

2. Apa Kedudukan llmu dalam Islam ?

3. Apa pentinya ilmu ?

4. Dalil Naqli yang menjelaskan tentang keharusan menuntut ilmu

5. Perbedaan antara orang berilmu dan tidak berilmu

BAB II
LANDASAN TEORI

Akhlak Terpuji Pada Diri Sendiri “ Berilmu ”

Manusia yang lahir tidak langsung dapat hidup mandiri. Ada beberapa proses yang harus
dilalui. Diantara-Nya, belajar berbicara, berjalan, berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya.
Dengan akal, manusia bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk. Maka akal perlu di didik
dalam pendidikan. Agar kemampuan akal yang luar biasa dapat dikendalikan dengan baik dalam
rambu-rambu kehidupan.

Adapun dalam proses pendidikan atau pencarian ilmu bisa diperoleh dalam lembaga
pendidikan formal seperti, pondok pesantren, sekolah, mardasah. Atau juga lembaga pendidikan non
formal seperti dalam keluarga. Tidak hanya itu, ilmu juga dapat diambil melalui pendidikan informal
seperti, kursus dan pelatihan. Sehingga akan terjadi perbedaan antara orang yang berilmu atau
berpendidikan, dengan orang yang tidak berilmu.

Allah SWT telah berjanji dalam AL-Qur’an, bahwa orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan akan diangkat derajatnya disisinya. Seperti yang tertuang dalam Q.S. AL-Mujaddalah:11
yang berbunyi,

‫اا الاعذيفن فءافمانوُا عمرناكرم فوُالاعذيفن اأوُاتوُا ارلععرلفم فدفرفجاَ ت‬


‫ت‬ ‫فيررففع ا‬
‫ع‬

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-
orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)

Dulu Umat Islam pernah memegang mahkota peradaban selama kurang lebih 800 tahun. Yang
sebelumnya dipegang Bangsa Romawi dan Yunani. Sekarang yang memegang mahkota adalah Bangsa
Barat. Memang peradaban manusia hanya disukai oleh orang yang menguasai ilmu pengetahuan.

Berilmu atau mempunyai ilmu pengetahuan berarti orang yang mempunyai ilmu. Dalam
kehidupan orang Jawa dikatakan sebagai orang yang alim. Artinya orang yang lebih tahu. Orang yang
berilmu di ibaratkan seperti pohon padi. Semakin berisi, semakin merunduk. Dengan ilmu, kita tidak
boleh menyombongkan diri. Tetapi menyadari bahwa ilmu yang kita dapatkan adalah sedikit dari
ilmu yang telah diberikan Allah. Dan hanya Allah yang menjadi Shohibul Ilmi, yang mempunyai ilmu
laksana banyaknya air di lautan atau banyaknya pasir di pantai. Tidak ada orang yang bisa
menghitungnya. Dan ilmu yang dimiliki dimanfaatkan untuk kepentingan agama, nusa, dan bangsa.

Untuk lebih jelanya, cermati uraian-uraian berikut ini.

A. Pengertian Berilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui, pandai atau tidak bodoh, cerdas atau pintar. Dalam bahasa Inggeris
Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam
bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu
Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami
pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :

“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

“Science is knowledge arranged in a System, especially obtained By observation and testing of fact
(And English reader’s dictionary)

“Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” N (Webster’s


super New School and Office Dictionary)

Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan,
tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh
Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu”.

Lebih spesifik lagi, Berilmu adalah sikap perilaku yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Orang yang berilmu adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan,
dan mau menggunakan akal sehatnya untuk berpikir. Ilmu merupakan pintu gerbang yang
menghantarkan seseorang meraih kesuksesan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

(‫خفرعة فففعلفريعه عباَرلععرلعم فوُفمرن اففرافد اهفماَ فففعلفريعه عباَرلععرلعم )روُاه البخاَرى‬
‫فمرن اففرافد الددرنفياَ فففعلفريعه عباَرلععرلعم فوُفمرن اففرافد ارلف ع‬

“Barangsiapa yang berharap akan (kebahagiaan) dunia, hendaknya (diraih) dengan ilmu. Barangsiapa
berharap kebahagiaan akhirat hendaknya diraih dengan ilmu, dan barangsiapa berharap kebahagiaan
dari keduanya, hendaknya juga diraih dengan ilmu”(H.R. Bukhari).

B. Kedudukan Ilmu menurut Islam

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat
dari banyaknya ayat AL qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia
disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut
ilmu.

Didalam Al qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadinya di gunakan lebih dari 780 kali , ini
bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL qur’an sangat kental dengan nuansa
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam
sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Mahadi Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap
masalah ilmu (sains), Al Quran dan Al –sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan
mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat tinggi’’

Allah s.w.t berfirman dalam AL qur;’an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya:

“Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”

Ayat di atas dengan jelas menunjukkan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan
menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi
pendorong untuk menuntut Ilmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa
kecilnya manusia di hadapan Allah ,sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal
yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan firman Allah:

“sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba –hambanya hanyalah ulama (orang
berilmu) ; (surat faatir:28)

Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat
istimewa, AL qur’an juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seperti
tercantum dalam AL qur’an surat Thaahaa ayat 114 yang arti nya “dan katakanlah, tuhanku
,tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan “. dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai
salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting, dan islam telah sejak awal menekankan
pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al
Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artinya:

“bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia

telah menciptakan Kamu dari segumpal darah .

Bacalah, dan tuhanmulah yang paling pemurah.

Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala .

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”

Ayat –ayat tersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak
pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi di hadapan Allah
akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas
kehidupan manusia untuk melakukan amal Shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang
dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) menyebutkan
bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah
menengahi antara iman dan amal.

Di samping ayat –ayat AL Qur’an, banyak nyajuga hadis yang memberikan dorongan
kuat untuk menuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaami’u Ashogir (Jalaludin-
Asuyuti, t. t :44 ) :

“Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetiap
muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).
“Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
muslim . sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa
yang dia tuntut “(hadist riwayat Ibnu Abdil Bar).

Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana
menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah,

C. Pentingnya berilmu

Ilmu memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia. Ilmu dapat membantu manusia
melakukan sesuatu dengan mudah. Ilmu juga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Hidup
berilmu itu penting agar tidak tersesat dan terasa berat, sebab dengan berilmu kita akan terbantu
dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Dengan ilmu kita dapat melakukan apa saja, dan dapat
berjalan kemana saja tanpa ada rasa takut, sebab ilmu itu nur (cahaya) yang dapat menunjukkan
jalan yang tepat.

D. Dalil tentang berilmu

1. Dalil Naqli

1) QS. AZ-Zumar : 9

‫قارل فهرل فيرسفتعوُيِ الاعذيفن فيرعفلاموُفن فوُالاعذيفن لف فيرعفلاموُفن إعانفماَ فيفتفذاكار اأوُالوُ الفرلفباَ ع‬
‫ب‬
Artinya: “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Az-
Zumar:9)

2) QS. AL-Mujaddalah : 11

‫اا الاعذيفن فءافمانوُا عمرناكرم فوُالاعذيفن اأوُاتوُا ارلععرلفم فدفرفجاَ ت‬


‫ت‬ ‫فيررففع ا‬
‫ع‬
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-
orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)

Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan
ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan
bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah
(yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah.
(Fathul Baarii 1/141)

3) QS. Thaahaa : 114


Allah juga mewajibkan hambanya untuk meminta tambahan kepadanya. Seperti firman Allah Ta'ala
yang memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:
َ‫ب عزردعنيِ ععرلمما‬
َ‫فوُقارل فر ب‬
Artinya: “Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu (agama)." (Thaahaa:114)

Allah Subhaanahu Wa Ta'ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk
meminta tambahan dari sesuatu kecuali meminta tambahan dari ilmu dan ilmu yang dimaksudkan di
sini adalah ilmu syar'i yang akan menjadikan seorang hamba mengenal Rabbnya Subhaanah dan
mengetahui apa-apa yang diwajibkan atas seorang mukallaf dari perkara agamanya dalam ibadah
dan muamalahnya. (Fathul Baarii 1/141)

4) QS. AL-Baqarah : 269

Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan memberikan kepada mereka kebaikan yang
umum dan menyeluruh sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:

‫حركفمفة فففقرد اأوُعتفيِ فخريمرا فكعثيمرا فوُفماَ فياذاكار إعلا اأوُالوُ الفرلفباَ ع‬
‫ب‬ ‫ت ارل ع‬ ‫ايرؤعتيِ ارل ع‬
‫حركفمفة فمرن فيفشاَاء فوُفمرن ايرؤ ف‬

Artinya: “Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-
Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-
benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran." (Al-Baqarah:269)

Berkata Mujahid: Allah menganugerahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan pemahamannya. (Akhlaaqul
'Ulamaa`, Al-Imam Abu Bakr Al-Ajurriy hal.9)

5) QS. Muhammad : 19

Demikian juga di antara dalil-dalil yang menguatkan akan pentingnya ilmu dan keharusan mencarinya
adalah firman Allah Ta'ala yang berbunyi:

‫ففاَرعلفرم افانه ف لل إعللفه عاالاا فوُرسفترغعفرر لعفذرنعب ف‬


‫ك فوُالعرلاﻤرﺆعمعنريفن فوُارلاﻤرﺆعملن ع‬
‫ت‬
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak diibadahi) melainkan
Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan." (Muhammad:19)

Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana dikatakan oleh Al-
Imam Al-Bukhari. (Shahiihul Bukhari, Kitabul 'Ilmi, Baabul 'Ilmi Qablal 'Amal).

6) QS. Fathiir : 28

Adapun ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mempunyai buah yang agung, dan yang paling
menonjolnya adalah adanya rasa khasy-yah kepada Allah Subhaanah dari pemiliknya. Maka ulama
adalah manusia yang paling takut kepada Rabbnya, karena apa yang telah mereka pelajari dari ilmu
yang akan menambah pengetahuan mereka kepada Rabbnya dan akan mengokohkan keimanan yang
ada pada hati-hati mereka. Allah Ta'ala berfirman:
‫إعانفماَ فيرخفشىَ ا‬
‫اف عمرن ععفباَعدعه ارلاعلففماَاء‬
Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama."
(Faathir:28)

7) QS. AL-‘Ankabuut : 43

Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang
mendalam, Allah Ta'ala berfirman:
‫س فوُفماَ فيرععقلافهاَ إعلا ارلفعاَلعاموُفن‬ ‫ك الفرمفثاَال فن ر‬
‫ضعرابفهاَ عللاناَ ع‬ ‫فوُعترل ف‬
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)

8) QS. AL-‘Imran : 18
‫ل‬
‫ ف للعاللفه عاالاهفوُارلفععزريعزارلفحعكايام‬٬‫فوُارلفﻤللعﺌفﻜعة فوُااوُالوُاارلععرلعم فقلاَعﺋمﻤاَ عباَرلعقرسعط‬٬ُ‫فشعهفداا افننه ف للعاللفه عاالاهفو‬
Artinya:” Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (QS. AL-‘Imran: 16)

9) QS. AT-Taubah: 122


‫فوُفماَ فكاَفن ارلامرؤعمانوُفن لعفينعفاروُرا فكآَافمة فففلروُلف فنفففر عمن اكبَل عفررفقتة بَمرناهرم فطآَعﺋففةة لبَفيفتففاقاهوُرا عفيِ البَديعن فوُلعاينعذاروُرا فقروُفماهرم إعفذا فرفجاعوُرا إعفلريعهرم فلفعلااهرم فيرحفذاروُفن‬
﴿۲۲۱﴾
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."

10) QS. Al Israa: 36

٦٣﴿‫ل‬ ‫صفر فوُارلفافؤافد اكدل اأوُلعﺋ ف‬


‫ك فكاَفن فعرناه فمرساؤوُ م‬ ‫ك عبعه ععرلةم إعان الاسرمفع فوُارلفب ف‬
‫س فل ف‬ ‫﴾فوُلف فترق ا‬
‫ف فماَ فلري ف‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya."

2. Dalil Aqli

Terdapat kitab-kitab yang mengandung beratus-ratus hadits yang mulia, di mana dalam hadits-hadits
tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada ilmu dan menganjurkan
atasnya serta menerangkan kedudukan ulama dan kemuliaannya dan apa-apa yang selayaknya
dimiliki oleh mereka agar berakhlak dengannya dan bersemangat atasnya.
Di dalam Shahiihul Bukhari, misalnya, terdapat lebih dari seratus hadits yang menjelaskan masalah
ilmu, mencarinya dan anjuran atasnya, dan sungguh Al-Imam Al-Bukhari telah menyendirikan
pembahasan ilmu dengan membuat satu kitab khusus (yaitu Kitabul 'Ilmi) dalam Shahih-nya dan
beliau tempatkan setelah Kitabul Iman.

Demikian juga kitab-kitab Sunnah lainnya yang padanya terdapat sejumlah hadits yang banyak dari
hadits-hadits yang marfu' dan atsar-atsar yang mauquf kepada sahabat dan tabi'in, yang semuanya
mengisyaratkan kepada kedudukan yang agung yang kembalinya kepada ulama, dan kedudukan yang
tinggi yang Allah muliakan penuntut ilmu dengannya.

Di antara hadits-hadits tersebut adalah:

1) Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

‫فمرن ايعرعد اا عبعه فخريمرا ايففبَقرهاه عفيِ البَدريعن‬


Artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia
tentang agama(nya)." (Muttafaqun 'alaih)

Pemahaman terhadap agama merupakan di antara kebaikan yang terbesar yang Allah berikan kepada
hamba-hamba-Nya. Dan orang yang tidak mau tafaqquh fiddiin (mempelajari dan memahami
agamanya) berarti telah diharamkan dari berbagai kebaikan.

2) Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:

"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan yang banyak yang
menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu
menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang
dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka
bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan
itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak
pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah
dan orang yang mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan
mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama
sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (HR. Al-
Bukhari)

Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar bersemangat
terhadap ilmu dan belajar, yaitu beliau shallallahu 'alaihi wa sallammemberikan perumpamaan
terhadap apa yang beliau bawa dengan hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan
memanfaatkan air hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakan orang yang mendengar ilmu yang beliau
bawa dengan bumi atau tanah yang bermacam-macam yang air hujan turun padanya:

 Di antara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada yang
lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada
dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput-rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang
lainnya.

 Di antara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu
tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa
mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia
sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia
dapat mengambil manfaat darinya.

 Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak
beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti
tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.

Tidaklah dikumpulkan dalam perumpamaan tersebut antara dua kelompok yang pertama kecuali
karena kebersamaan mereka dalam kemanfaatan dari ilmu yang mereka miliki walaupun derajat
kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan disendirikanlah kelompok ketiga yang tercela karena tidak
adanya kemanfaatan darinya. (Fathul Baarii 1/177)

Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang yang menempuh
jalannya ilmu lalu dia memberikan manfaat pada dirinya dan manusia pun mengambil manfaat
darinya dan antara orang yang rela dengan kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia
tidak mendapat bagian sedikit pun dari warisannya para Nabi.

3) Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

‫ضاع أفرجعنفحفتفهاَ لعفطاَلع ع‬


‫ فوُإعان ارلفعاَلعفم فلفيرسفترغعفار فلاه‬٬‫ب ارلععرلعم‬ ‫ فوُإعان ارلفملفعﺋفكفة فلفت ف‬٬‫طارعق ارلفجانعة‬ ‫ك اا عبعه فطعرريمقاَ عمرن ا‬ ‫ فسفل ف‬٬َ‫ب عفريعه ععرلمما‬‫ك فطعرريمقاَ فيرطلا ا‬
‫فمرن فسفل ف‬
‫ف‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ف‬ ‫ف‬
‫ضعل الفقفمعر لريلة الفبردعر فعلىَ فساَعﺋعر‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ر‬
‫ضفل الفعاَلععم فعلىَ الفعاَعبعد فكفف ر‬ ‫ر‬
‫ فوُإعان فف ر‬٬‫ف الفماَعء‬ ‫حريفتاَان عفيِ فجروُ ع‬ ‫ر‬
‫ فوُال ع‬٬‫ض‬ ‫ف‬
‫ت فوُفمرن عفيِ الرر ع‬ ‫فمرن عفيِ الاسفمفوُا ع‬
‫ فففمرن أففخفذها أففخفذ عبفحظظ فوُاعفتر‬٬‫ إعانفماَ فوُاراثوُا ارلععرلفم‬٬َ‫ فوُإعان الفرنعبفياَفء فلرم ايفوُبَراثروُا عدريفناَمرا فوُلف عدررفهمما‬٬‫ فوُإعان ارلاعفلفماَفء فوُفرفثاة الفرنعبفياَعء‬٬‫ب‬‫ارلفكفوُاعك ع‬
Artinya: “Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat
benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang
penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang
di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan
sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti
keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah
pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka
hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah
mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan
isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)

Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang akan didapatkan oleh
penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuknya sebagai sikap tawadhu'
dan penghormatan kepadanya, demikian juga makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di
bumi maupun di lautan dan makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali
Allah Subhaanah, semua makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut ilmu dan
mendoakan kebaikan untuknya.

Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah orang yang
sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia meninggalkan ahli dunia
terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pencintanya di mana
mereka sibuk dengan perhiasannya dan berebutan kepadanya.

4) Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:

‫ب امفبلاةغ أفروُفعىَ عمرن فساَعمتع‬


‫ ففار ا‬٬‫ضفر اا ارمفرمءا فسعمفع عماناَ فشريمﺋاَ فففبلافغاه فكفماَ فسعمفعاه‬
‫فن ا‬
Artinya: “Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadang-kadang orang
yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang yang mendengarnya." (HR. At-Tirmidziy
no.2659 dan isnadnya Shahih, lihat Jaami'ul Ushuul 8/18)

Keutamaan ini, tidak diragukan lagi merupakan keutamaan yang besar bagi penuntut ilmu, di mana
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo ‘akannya dengan kemuliaan dan kecerdasan karena
apa yang dia lakukan dari mempelajari ilmu, menghafal hadits, mengajarkannya dan
menyampaikannya kepada yang lainnya, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang
disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena
dia telah menjaganya dan menyampaikannya dengan jujur.

5) Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

‫ أفروُ فوُفلتد ف‬٬‫ أفروُ ععرلتم ايرنفتففاع عبعه‬٬‫صفدفقتة فجاَعرفيتة‬


‫صاَلعتح فيرداعروُ فلاه‬ ‫ت اربان آفدفم ارنفقفطفع فعفملااه إعلا عمرن فثلف ت‬
‫ ف‬:‫ث‬ ‫إعفذا فماَ ف‬

Artinya: "Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari
tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo
‘akannya." (HR. Muslim no.1631)

Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan
kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus
selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama
kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri.

Dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah
kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka
mengambil manfaat terhadap ilmunya tersebut.

E. Manfaat Berilmu

Manfaat ilmu amat besar bagi kehidupan manusia di dunia, antara lain sebagai berikut.

a. Bagi diri sendiri

1) Orang yang mempunyai ilmu atau pandai akan mempunyai kedudukan yang
terhormat baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah Swt.

2) Dengan mencari ilmu kita akan mengetahui apa yang belum pernah diketahui
sebelumnya.

3) Dapat melaksanakan ajaran-ajaran agama secara benar.

4) Semakin giat mencari ilmu akan memotivasi kita untuk terus dan terus mempelajari
ilmu.

5) Dengan banyak ilmu kita akan menjadi pandai atau cerdas sehingga selalu bisa
menyelesaikan permasalahan hidup dengan baik.

6) Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya di sisi Allah Swt.

7) Dengan ilmu akan menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.
b. Bagi orang lain

1) Memberi jalan terang dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan saran.

2) Tempat orang bertanya dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

3) Dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seorang yang berilmu dapat berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan baik. Hendaknya ia
melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Orang berilmu juga memiliki rasa tanggung jawab diri kepada Tuhannya, karena dia merasa bahwa
dia hanya seorang hamba, orang yang berilmu juga mampu berperilaku dan bergaul terhadap
sesama manusia dengan baik, seorang yang berilmu juga sangat antusias dalam memperjuangkan
dan membela agamanya.

Allah SWT pun memberikan Kemuliaan kepada Orang yang Berilmu yaitu : Derajat Tinggi Di Sisi Allah
SWT, Rasa Takut Pada Allah SWT, Lebih Mulia Daripada Malaikat, Keberadaannya Seperti Cahaya,
Masuk Golongan Orang Yang Baik,Mudah Menuju Surga.

B. SARAN

Berikut saran-saran yang penulis tuaikan dalam tulisan ini sebagai evaluasi penulis sendiri dan
semoga bermanfaat bagi para pembaca. Saran yang penulis ajukan yaitu: kita sebagai pelajar harus
dapat memanfaatkan waktu yang singkat ini guna menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, seperti
pepatah mengatakan “ Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri Cina “ filosofi itu menandakan bahwa selagi
kita masih mampu mencari ilmu gapailah walaupun ilmu yang kita cari berada jauh dari jangkauan
kita.
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas individu yang berjudul "PENTINGNYA BERILMU”
Semoga tugas ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna
dalam proses pembelajaran. Dari lubuk hati yang paling dalam,
sangat disadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna.

Anda mungkin juga menyukai