Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kelautan Tropis Maret 2016 Vol.

19(1):43–47 ISSN 0853-7291

Produksi Garam Dan Bittern Di Tambak Garam

Nur Taufiq Syamsudin Putra Jaya*, Retno Hartati, Widianingsih

Departement Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH. Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275
Email: taufiqspj_1999@yahoo.com

Abstract

Rembang Regency could be named as Salt City because they have very high
production after Pati Regency. Along the road of Juwana (Pati) - Rembang, salt
pond could be seen as square salt sea equipped with windmill to take the sea water
from the channel into the pond and is processed into salt. Although salt
localproduction is sufficient enough for raw material of industry, therefore best
practical technology it is needed. The objective of present work are to improve
directly the process of salt production and basic technique for diversiificatio of salt
production, i.e. salt and bittern. The result of present works as follows. Getrape type
salt pond is applied, where young water embankment is located upstream and the
down to seed pond 1, 2, 3, then distributed to cristalization pan. Seawater is taken
through primary dykes to pump at elevation of 1.5 m, so still full of water during high
tide. On cristalization pan (size of 200 m2) sea water will be settled during 7–10 days
until its cristalized. Salt cristal was located under bittern solution could be scrap and
collected in collection point. The left-after bittern of 29–30° Be could be flowed back
into seed pan uo be collected in bitter collection point.

Keywords: Rembang, salt, bittern

PENDAHULUAN tahunnya cukup tinggi setelah kabupaten


Pati. Sepanjang jalan Juwana (Pati) -
Kebutuhan garam nasional semakin Rembang, pertambakan garam bisa
meningkat dari tahun ke tahun. Garam dilihat dengan membentuk hamparan
dibagi atas 2 macam yaitu: (1) garam luas berbentuk segi empat yang dilengkap
iodisasi atau garam konsumsi, adalah dengan alat untuk mengambil air yang
garam yang digunakan sebagai bahan akan diolah menjadi garam. Walaupun
baku produksi bagi industri garam produksi garam lokal mampu mencukupi
konsumsi beryodium (garam meja). Jenis kebutuhan bahan baku industri empat
garam ini untuk aneka pangan yang perusahan garam konsumsi lokal sekitar
memilki kadar NaCl minimal 94,7 % dan 22.820 ton per tahun, namun produksi ini
garam untuk pengasinan ikan; (2) Garam dapat ditingkatkan lagi dengan sentuhan
non-iodisasi atau garam industri adalah teknologi tepat guna. Adapaun luas
garam yang digunakan sebagai bahan tambak garam di Kabupaten Rembang
baku bagi industri bahan dasar garam sebesar 1.465,14 Ha dengan tingkat
dengan kadar NaCl diatas 97 %. Garam produksi rata-rata 89 ton per tahun per
industri belum banyak diproduksi di dalam hektar.
negeri sehingga sebagian besar berasal
dari impor. Sementara garam rakyat Tujuan kegiatan adalah untuk
sendiri belum memnuhi kriteria kualitas membuat perbaikan secara langsung
garam konsumsi yakni 94,7 %. tentang cara-cara produksi garam rakyat
dan memberikan teknik dasar dalam
Kota Rembang bisa disebut sebagai diversifikasi tambak garam untuk dua
kota garam karena produksi garam per kegiatan produksi : garam dan bittern.

*) Corresponding author Diterima/Received : 17-11-2015, Disetujui/Accepted : 27-12-2015


www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2016 Vol. 19(1):43–47

Manfaat kegiatan adalah untuk tekstil dan penyamakan kulit, CAP (Chlor
memberikan nilai tambah pada tambak Alkali Plant) industrial salt yang digunakan
garam untuk multi fungsi produksi garam untuk proses kimia dasar pembuatan soda
dan bittern serta menaikkan pendapatan dan chlor, dan pharmaceutical salt
petani tambak garam dengan menaikkan (Supriyo, 2002).
kualitas garam sekaligus pemanfaatan
bittern secara komersial. Menurut penggunaannya, garam
dapat digolongkan menjadi garam
proanalisis (p.a), garam industri, dan
MATERI DAN METODE garam konsumsi. Garam proanalisis
adalah garam untuk reagent (tester)
Berdasarkan permasalahan dan pengujian dan analisis di laboratorium,
tujuan yang ada maka metode juga untuk keperluan garam farmasetis di
penyelesaian masalah yang dilakukan industri farmasi, garam industri yaitu untuk
dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut bahan baku industri kimia dan
membuat design tata letak peralatan pengeboran minyak, sedangkan garam
produksi proses produksi garam, yang konsumsi untuk keperluan garam konsumsi
diikuti dengan pengaturan peralatan dan industri makanan ssrta garam
sesuai dengan urutan proses produksi pengawetan untuk keperluan
garam . Kemudian melakukan uji coba pengawetan ikan. Garam proanalisis dan
proses produksi dengan desain tata letak garam farmasi, mempunyai kandungan
baru, kemudian menghitung prosentase NaCl > 99%, garam konsumsi mempunyai
peningkatan produktifitas garam yang kandungan NaCl > 94% dan garam untuk
dihasilkan dengan tenaga kerja tetap. pengawetan memiliki kandungan NaCl >
Kegiatan selanjutnya adalah 90%. Semakin besar kandungan NaClnya,
menghilangkan kotoran - kotoran garam akan semakin kompleks dan rumit proses
yang menempel pada kristal garam pada produksi dan pemurniannya (Yuniarti,
umunya flokulan (Ramsol) sehingga 1998).
kotoran-kotoran yang menempel pada
kristal garam akan terendapkan, sehingga Garam dapur yang dikonsumsi
garam menjadi putih bersih. masyarakat Indonesia ada tiga jenis yaitu
Garam konsumsi yang diproduksi PN
Garam, garam ini diawasi dan dibina
HASIL DAN PEMBAHASAN seksama oleh pemerintah sehingga yang
beredar di pasaran adalah garam yang
Secara fisik, garam adalah benda telah memenuhi syarat dan standar mutu
padatan berwarna putih berbentuk kristal untuk konsumsi garam dapur. Jenis garam
yang merupakan kumpulan senyawa yang diimpor dari luar negeri merupakan
dengan bagian terbesar Natrium klorida garam yang dipasok dari luar negeri
(>80 %) serta senyawa lainnya seperti hanya dalam jumlah kecil dan
Magnesium klorida, Magnesium Sulfat, pengimpornya dilakukan bila produksi
kalsium klorida dan lain-lain. Garam dalam negeri tidak memenuhi kebutuhan
mempunyai sifat / karakteristik yang masyarakat, misalnya karena musim hujan
mudah menyerap air, density (tingkat berkepanjangan atau kesulitan teknik
kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur lainnya dan garam rakyat produksi
pada tingkat suhu 801oC (Supriyo, 2002). pengrajin garam, merupakan garam
rakyat yang mutunya sebagian besar
Pengelompokan garam di Indonesia belum memenuhi standar industri bagi
berdasarkan SNI adalah garam konsumsi garam konsumsi karena cara
dan garam industri. Kelompok kebutuhan pengolahannya masih sederhana
garam konsumsi antara lain untuk (Supriyo, 2002).
konsumsi rumah tangga, industri makanan,
industri minyak goreng, industri pengasinan Selama ini garam di Indonesia
dan pengawetan ikan, sedangkan diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara
kelompok kebutuhan garam industri (BUMN) dalam hal ini PT. Garam (Persero),
antara lain untuk industri perminyakan, dan petani-petani garam atau yang

44 Produksi Garam Dan Bittern Di Tambak Garam (Nur Taufiq Syamsudin Putra Jaya et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2016 Vol. 19(1):43–47

dikenal sebagai penggaraman rakyat.


Sebagian besar sumber garam di
Indonesia didapat dari air laut, dan dalam
jumlah yang relatif sangat kecil sekali
didapat dari air garam dalam tanah,
Teknologi pembuatan garam yang
digunakan adalah dengan sistem
penguapan air laut menggunakan sinar
matahari (solar energy) diatas lahan
tanah, namun ada beberapa daerah
yang memproduksi garam dengan cara
memasak karena kondisi tanah yang
porous yaitu propinsi Aceh dan Bali.
Produktifitas lahan garam tiap daerah
tidaklah sama, hal ini sangat dipengaruhi
oleh kualitas tanah yang tersedia,
kelembaban udara, kecepatan angin dan
sistem teknologi yang digunakan.

Jumlah areal penggaraman yang


dimiliki oleh PT. Garam (Persero) relatif luas
dan letaknya menyatu (tidak berpencar- Gambar 1. Unit petak tambak garam
pencar). Berbeda dengan yang dimiliki dengan lay out 2-10 Ha per
oleh rakyat, dimana meskipun total area unit (3) TUF (4)
penggaraman rakyat seluruh Indonesia Embung/Bozem (5)
adalah relatif lebih luas namun karena Peminihan (6) Meja garam,
merupakan milik-milik pribadi dengan luas (7) collector garam dan
kepemilikan rata-rata < 3 Ha dan letaknya bittern.
terpencar-pencar, maka satu tahapan
proses produksi dilakukan pada lahan
yang sama. Tentu saja hal ini berpengaruh terlalu tinggi dan menghemat bahan
pada kualitas produksi yang dihasilkan bakar. Dari (4) ini menuju petak peminihan
(BRKP, 2001). 1 (5) melalui TUF 2 (3), kemudian ke p2 (5),
ke p3 (5). Setelah air laut mencapai 22°
Konstruksi tambak Be, air tua dialirkan ke petak petak meja
garam (6). Dalam perjalanan diharapkan
Struktur design tambak (Gambar 1) kekentalan air sudah mencapai 24° Be,
merupakan type getrape (Gambar 2), sehingga begitu masuk ke meja kristalisasi
dimana embung air muda berada diatas, langsung terjadi kristalisasi.
turun ke petak peminihan 1, 2, 3 untuk
selanjutnya di distribusi pada meja meja Proses produksi garam pada pra-
kristalisasi. kristalisasi, penyimpanan, iodisasi hingga
pasca pengemasan secara umum belum
Jaringan air terlihat kemajuan yang berarti hingga saat
ini. Untuk itu sangat diperlukan solusi
Air laut diambil dari laut melalui teknologi yang diharapkan akan
saluran primer menuju ke poin pompa membantu proses penggaraman hingga
pada elevasi 1.5 m (Gambar 1). Elevasi ini industrialisasi dengan kualitas yang
masih tetap terairi alir laut pada saat seragam. Masalah ini terutama pada
pasang tinggi. Dari poin ini dipasang pemanfaatan sumber air laut yang belum
pompa pada rumah pompa (8) untuk terkelola dengan baik, sehingga mem-
mengangkat air menuju petak embung punyai kandungan sedimen yang rendah.
muda (4) melalui TUF 1 (3). Untuk Perlakuan pertama pada air yang
menghidari low power dari pompa, dimasukan dalam tandon air (embung
digunakan saluran yang diangkat 3 meter muda) merupakan air yang masih banyak
dari tanggul, sehingga head pompa tidak mengandung suspensi organic maupun

Polusi LogamBerat Antropogenik pada Pesisir Kecamatan Tugu (Chrisna Adhi Suryono) 45
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2016 Vol. 19(1):43–47

Gambar 2. Proses penggaraman dengan sistem konstruksi tangga (getrape), air laut (3,5°
Be), bozem (5–10° Be), peminihan 1 (8-15° Be), peminihan 2 (14- 19° Be),
peminihan 3 (18 - 24° Be), kristalisasi (25 - 30° Be)

anorganik, sehingga perlu adanya sistim pencapaian (1) (Bambang dan Yosi ,
pengendapan dan filter yang efektif. 1994).
Untuk ini biasanya Ulir Filter ini diisi dengan
zeolit untuk filter 1 dan filter 2 berisi zeolit, Jaringan bittern
pasir kuarsa dan karbon aktif.
Pemanfaatan “ulir” sedimentation system Sisa bittern dengan ukuran 29–30° Be
atau-pun treatment CO2 dan Oksalat dapat dialirkan kembali pada petak
belum banyak diaplikasikan. Proses peminihan 3 (5), untuk selanjutnya setelah
penambahan CO2 dan oksalat pada tercampur dengan air yang lebih muda
kolam pengendapan (5-100 Be) pada dapat di dis-tribusikan kembali pada meja
tambak garam berasal dari Na bertujuan meja garam (6), namun demikian pada
untuk mengendapkan garam Ca dan masa masa akhir produksi 1.5 – 2 bulan
MgCO2 berasal dari Na2CO3 yang ber- terakhir, air di pemi-nihan 3 (5) sudah
bentuk padat (serbuk) dan senyawa sangat tua 24 – 25° Be. Sehingga larutan
oksalat yang digunakan adalah Na2C2O4 bittern pada meja garam tidak harus
(Natrium oksalat) (Day and Underwood, dikembalikan ke peminihan, namun untuk
1990). di koleksi di bittern kolektor (7) bersama
dengan poin kolektor garam.
Jaringan jalan angkutan hasil garam

Pada masing masing petakan meja KESIMPULAN


Kristal (6) yang berukuran 200 m2 dimana
air selama 7–10 hari akan terjadi Kristal. Struktur design tambak yang
Endapan Kristal berada dibawah larutan diterapkan adalah type getrape, dimana
bittern hingga masih mudah untuk embung air muda berada diatas, turun ke
dilakukan pengerukan untuk dikumpilkan petak peminihan 1, 2, 3 untuk selanjutnya
pada kolektor poin (7). Setelah di distribusi pada meja meja kristalisasi. Air
kandungan cairan bittern drain, garam laut diambil dari laut melalui saluran primer
dibawa menuju gudang melalui jalan menuju ke poin pompa pada elevasi 1.5
produksi (11) dengan menggunakan m. Elevasi ini masih tetap terairi air laut
kereta dorong (arco) menuju (2). Dari pada saat pasang tinggi. Pada masing
gudang ini dapat diangkut dengan masing petakan meja kristal (6) yang
menggunakan truk melalui jalan berukuran 200 m2 dimana air selama 7–10

46 Produksi Garam Dan Bittern Di Tambak Garam (Nur Taufiq Syamsudin Putra Jaya et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2016 Vol. 19(1):43–47

hari akan terjadi Kristal. Endapan Kristal Day, R.A. and Underwood, AI. 1990.
berada dibawah larutan bittern hingga Quantitatif Analitical Chemistry, 4 th
masih mudah untuk dilakukan pengerukan Edition, Prentise Hall Inc, Engwood
untuk dikumpulkan pada kolektor poin. Cliff, New York
Sisa bittern dengan ukuran 29–30° Be Supriyo, E. 2002. Peningkatan Kualitas
dapat dialirkan kembali pada petak Garam Rakyat dengan
peminihan untuk di koleksi di bittern Penambahan Tawas, Laporan
kolektor Penelitian. FT Undip.
Yuniarti, Y. 1998. Penggunaan Soda dan
Kapur untuk Menurun Impuritas
DAFTAR PUSTAKA pada Garam Rakyat. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia. ITS-
Bambang dan Yosi. 1994. Upaya Surabaya
Meningkatkan Kualitas Garam
Rakyat. Penelitian ITS

Polusi LogamBerat Antropogenik pada Pesisir Kecamatan Tugu (Chrisna Adhi Suryono) 47

Anda mungkin juga menyukai