Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah dan Perkembangan Peradabannya

dibuat untuk memenuhi tugas mata Sejarah Kebudayaan Islam kuliah II

Dosen Pengampu:

Muhammad Muhsin Arumawan, M.Pd.I

Disusun oleh:

Faqih Miftachul Huda 17110047


Imron Ghulam Rosidi 17110053

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Dinasti Abbasiyah dan
Perkembangan Peradabannya”, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini
khususnya kepada Bapak Muhammad Muhsin Arumawan, M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah
Sejarah Kebudayaan Islam II yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah
ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan kami makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu meridhoi semua usaha kita.

Malang, 20 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................

A. Latar Belakang .........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................

A. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah dan Fase Pemerintahannya ............................


B. Peradaban Dinasti Abbasiyah ....................................................................................
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dinasti Abbasiyah ...............................................
D. Kemunduran Dinasti Abbasiyah ................................................................................

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perspektif historis atau sejarah sebagai studi mengisyaratkan sebuah
pendekatan berbasis hubungan antar waktu. Waktu dimasa lampau, sekarang, dan
yang akan datang terkait informasi tentang berbagai teori, masalah, meode, mode,dan
lain sebagainya yang dimiliki sebuah peradaban dan umat manusia dalam sejarahnya
telah memperlihatkan pandangan tentang sebuah pendidikan. Hal ini dapat ditelusuri
sejak dari masa Rasulullah Saw hingga masa sekarang.
Upaya tersebut ditindakanjuti oleh generasi berikutnya,pendidikan terus
berumbuh dan berkembang pada masa khulafaur rasyidin, masa bani Umayyah, dan
masa bani Abbasiyah. Pada masa bani Abbasiyah pendidikan meluas dengan pesat ke
seuruh negara Islam hingga berdiri madrasah yang tak terhitung banyaknya.
Masyarakat berlomba-lomba menuntut ilmu, melawat ke pusat pendidikan walaupun
meninggalkan kampung halaman demi mendapatkan ilmu pengetahuan. Tujuan ilmu
pendidikan islam sama dengan tujuan hidup manusia yakni menjadi insan atau
manusia yang sempurna.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Proses berdirinya dinasti Abbasiyah dan fase pemerintahannya?
2. Bagaimana peradaban dinasti Abbasiyah ?
3. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dinasti Abbasiyah?
4. Apa penyebab kemunduran dinasti Abbasiyah?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui proses berdirinya dan fase pemerintahan dinasti Abbasiyah
2. Untuk mengetahui peradaban dinasti Abbasiyah
3. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dinasti Abbasiyah
4. Untuk mengetahui runtuhnya dinasti Abbasiyah

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses berdirinya dinasti Abbasiyah dan Pemerintahannya


Tonggak berdirinya dinasti bani Abbasiyah, berawal sejak merapuhnya sistem
internal dan kekuatan penguasa bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan dinast
bani Umayyah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannya dalam memimpin
umatl Islam adalah dari kalangan bani Abbasiyah.1
Propaganda revolusi bani Abbasiyah ini banyak mendapat simpati masyarakat
terutama dari kalangan Syiah, karena bernuansa keagamaan, dan berjanji kan
menegakkan kembali keadilan seperti yang dipraktikkan oleh khuafaur rasyidin.
Nama dinasti bani Abbasiyah diambil dari nama salah satu seorang paman Nabi yang
bernama al-Abbas ibn abdul Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah
as-Shaffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaan
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun132 H (750 M) – 656 H
(1258 M). selama dinasti bani Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi
masa pemerintahan bani Abbasiyah menjadi lima periode:
1. Periode pertama (750 M-847 M) disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua (847 M-945 M) disebut masa pengaruh turki pertama.
3. Periode ketiga (945 M-1055 M) masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan dinasti Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.
4. Periode keempat (1055 M-1194 M) masa kekuasaan bani Seljuk dalam
pemerintahan bani Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (1194 M-1258 M) masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.

1
Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hlm 50-51

ii
Setelah meruntuhkan dinasti bani Umayyah dengan cara membunuh
Marwan sebagai khalifahnya, pada tahun 750 M, Abu al-Abbas mendeklarasikan
dirinya sebagai khalifah pertama bani Abbasiyah. Ketika Abu Abbas menjadi khalifah
dia diberi gelar al-Saffah yang berarti penumpah atau peminum darah. Sebutan
tersebutdiberikan karena dia mengeluarkan dekrit kepada gubernur nya yang berisi
perintah untuk membunuh tokoh-tokoh umayyah. Berdirilah sebuah dinasti menuju
kekuasaan yang bersifat international dengan assimilasi corak pemikiran dan
peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir, dan sebagainya.

Pada pemerintahan Abu al-Abbas berhasil menyiapkan landasan bagi


perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini
berakhir, pemerintahan bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Masa pemerintahan Abu al-Abbas
sangat singkat yaitu 750 M-754 M sebelum wafat Abu al-Abbas mengangkat
saudaranya Abu ja’far al-Mansur dengan gelar al-Mansur yang artinya sultan Tuhan
di atas bumi nya. Al-Mansur adalah khalifah terbesar bani Abbasiyah, meskipun
bukan seorang muslim yang saleh, dialah sebenarnya yang membangun dinasti, tigah
puluh lima orang khalifah berasal dari keturunannya. Di bidang pemerintahan al-
Mansur menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator
dapartemen. Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak berasal dari
Balkh.

Selama 22 tahun masa kekhalifahan al-Mansur ada beberapa hal besar yang
pernah dilakukannya sebagai kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam seperti
berhasil mendapatkan sejumlah buku dari raja bizantium termasuk karya Euclid. Pada
kenyataannya diakui atau tidak, pengaruh Persia memperhalus sisi-sisi kasar
kehidupan primitif Arab dan melapangkan jalan bagi era baru yang ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Orang Arab hanya berhasil mempertahankan dua
warisan budaya aslinya: (1) Islam menjadi agama Negara; (2) bahasa Arab menjadi
bahasa resmi administrasi negara2

2
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka book) hlm 143

ii
Sebelum wafat al-Mansur membangun istana qashr a-khuld(istana
keabadian, kebun-kebun ditata menandingi kebun di surga. Al-Mansur wafat 7
Oktober 775,dekat Mekah dalam perjalanan ibadah haji, di usia 60 tahun. Seratus
liang kubur digalih di dekat kota suci dan dimakamkan di sebuah tempat yang tidak
bisa dilacak dan digali kembali oleh musuh. Al-Mansur mewariskan tahtanya kepada
anaknya yang bernama al-Mahdi.

Pada masa pemerintahan al-Mahdi perekonomian mulai membaik, pertanian


ditingkatkan dengan mengadakan irigasi, sehingga hasil gandum, beras, kurma,dan
minyak zaitun bertambah. Begitu pula dengan hasil pertambangan seperti perak,
emas, tembaga, besi, dan lainnya juga bertambah. Dagang transit antara timur dan
barat membawa kekayaan. Kota Basrah dijadikan pelabuhan yang cukup pentng saat
itu. Al-Mahdi merupakan pemerintahan pertama yang yang mengumandangkan
perang meawan byzantium, dipmpin anaknya Harun al-Rasyid dan sukses. Selama
ekspedisi inilah, ayahnya memberi gelar al-Rasyid kepada Harun yang berarti pengkut
jalan yang lurus. Pemerintahan al-Mahdi digantikan oleh al-Hadi atas dasar wasiat
ayah al-Mahdi. Namun pemerintahan al-Hadi hanya berjalan satu tahun. Dan
kemudian ia digantikan oleh Harun al-Rasyid.

Pada masa kepemimpinan Harun al-Rasyid, masyarakat hidup cukup


mewah, seperti yang digambarkan dalam hikayat “Seribu Satu Malam”. Kekayaan
yang banyak dipergunakan khalifah untuk kepentingan sosial. Rumah sakit didirikan,
pendidikan dokter diutamakan dan farmasi di bangun. Pada saat itu, Bagdad telah
mempunyai 800 dokter. Selain itu, Harun al-Rasyid juga mendirikan pemandian-
pemandian umum, sehingga dirinya cukup terkenal pada zamannya. Lembaran sejarah
abad ke-9, dua nama raja yang menguasai percaturan dunia: Charlemagne di Barat
dan Harun al-Rasyid di Timur

Titik tertinggi yang pernah dicapai oleh pasukan dinasti Abbasiyah dengan
menguasai Raqqah tepi sungai efrat, Asia Kecil, dan Heraclea dan Tyna pada
806.Pada masa ini, meskipun usianya kurang dari setengah abad, Baghdad pada saat
itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional
yang luar biasa.

ii
Serangan ke tanah Romawi terutama pada masa Harun menjadi jalan masuk
manuskrip Yunani. Terutama dari Amorium dan Ankara.Baghdad menjadi saingan
satu-satunya bizantium. Kejayaannya berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan.
Baghdad menjadi kota yang tiada bandingnya di seluruh dunia. Masuknya berbagai
pengaruh asing, sebagian indo-Persia dan Suriah,17 dan yang paling penting adalah
pengaruh Yunani. Gerakan intelektual itu ditandai dengan proyek penerjemahan
karya-kara berbahasa Persia, Sanskerta, Suriah, dan yunani ke bahasa Arab. Dimulai
dengan karya mereka sendiri tentang ilmu pengetahuan, filsafat, atau sastra yang tidak
terlalu banyak, orang Arab memiliki keingintahuan yang tinggi dan minat belajar
yang besar, segera menjadi penerima dan pewaris peradaban bangsa-bangsa yang
lebih tua dan berbudaya yang mereka taklukkan, atau yang mereka temu

Di Suriah menyerap paradaban Aramaik yang telah ada sebelumnya, yang


telah dipengaruhi Yunani. Di Irak mengadopsi peradaban yang telah dipengaruhi oleh
Persia. Tiga perempat Abad setelah berdirinya Baghdad, dunia literatur Arab telah
memiliki karya-karya filsafat, terutama Aristoteles, karya para komentator neo
Platonis, dan tulisan kedokteran Galen juga karya-karya ilmiah Persia dan India
Harun menunjuk anak tertuanya, al-Amin, 19 sebagai penggantinya, dan
adiknya yang lebih berbakat al-Ma’mun sebagai penerusnya yang kedua. Pada masa
kekhalifahannya, al-Ma’mun lebih fokus perhatiannya pada ilmupengetahuan. Pada
masa al-Makmun, mengirim utusan hingga ke Konstantinopel, langsung kepada raja
Leo dari Armenia, untuk mencari karya-karya Yunani.

Titik tertinggi pengaruh Yunani terjadi pada masa al-Makmun, dengan


kecenderungan rasionalistik khalifah dan para pendukungnya dari kelompok
Muktazilah, yang menyatakan bahwa teks keagamaan harus bersesuaian dengan nalar
manusia mendorongnya untuk mencari pembenaran bagi pendapatnya dalam karya
filsafat Yunani. Untuk menerjemahkan buku-buku dari kebudayaan Yunani, ia
menggaji penerjemah dari golongan Kristen, Sabi dan bahkan juga penyembah
bintang. Untuk itu, dia mendirikan Bait al-Hikmah serta sekolah-sekolah.3

3
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari BerbagaiAspeknya, Jiid 1, (Jakarta: UI Press) hlm 68

ii
Para penerjemah dari bahasa Yuanani ke bahasa Arab ini tidak tertarik
menerjemahkan karya-karya sastra Yunani, sehingga tidak terjadi kontak antara
pengetahuan Arab dengan drama, puisi dan sejarah Yunani, dan dalam bidang ini,
Persia lebih Unggul. Era penerjemahan Dinasti Abbasiah berlangsung selama seabad
dimulai pada 750 M.

Kebanyakan penerjemah adalah orang yang berbahasa Aramik, maka karya


Yunani pertama diterjemahkan ke bahasa Aramik (Suriah) baru ke bahasa Arab.
Teknik menerjemah kalimat yang sulit dipahami dalam bahasa aslinya, terjemahnnya
dilakukan kata demi kata, dan ketika tidak dijumpai atau dikenal padanannya dalam
bahasa Arab, istilah-istilah Yunani itu diterjemahkan secara sederhana dengan
beberapa adaptasi.Setelah al-Ma’mun wafat, ia digantikan oleh al-Mu’tasim,
kemudian al-Watsiq, al-Mutawakkil, berlanjut ke beberapa khalifah dan terakhir al-
Musta’sim. Pada masa khalifah al-Musta’sim itulah Bagdad dihancurkan oleh Hulagu
pada tahun 1258 M. Dengan hancurnya Bagdad, maka runtuhlah dinasti Bani
Abbasiyah.

Berdasarkan fakta sejarah, sebanyak 37 khalifah22 yang pernah menjadi


pemimpin pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah, dan masa kejayaan masa
keemasannya antara masa khalifah ketiga al-Mahdi, dan khalifah ke sembilan, al-
Watsiq, dan khususnya pada masa Harun al-Rasyid dan anaknya al-MakmunSelama
kekuasaan mereka tersebut, peradaban Islam sangat berkembang. Jika pada masa Bani
Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka pada masa Bani Abbasiyah
yang lebih dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam. Kalau dinasti Umayyah
terdiri atas orang-orang ‘Arab Oriented’, dinasti Abbasiyah lebih bersifat
internasional, assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir
dan sebagainya.

Begitulah bani Abbasiyah membawa peradaban Islam pada puncak


kejayaannya, dan terutama pada perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat maju.

ii
Pada masa inilah buat pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara
Islam dengan kebudayaan Barat, atau tegasnya dengan kebudayaan Yunani klasik
yang terdapat di Mesir, Suria, Mesopotamia dan Persia.

Dinasti Abbasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik, dan menjadi
dinasti paling terkenal dalam sejarah Islam. Diktum dari Tsalabi: ‘ al-Mansur sang
pembuka, al-Ma’mun sang penengah, dan al-Mu’tadhid sang Penutup’ mendekati
kebenaran, Setelah al-Watsiq pemerintahan mulai menurun hingga al-Mu’tashim
khalifah ke 37, jatuh dan mengalami kehancuran di tangan orang Mongol 1258.

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Abbasiyyah

A. Suasana tumbuhnya peradaban ilmu pengtahuan masa Abbasiyah

Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa Bani Abbasiyah ini
tidak terlepas dari pengaruh upaya dinasti sebelumnya yaitu dinasti Bani Umayyah,
pada masa Umayyah ilmu pengetahuan mulai dikembangkan dan hal ini menjadi cikal
bakal bagi perkembangan yang lebih gemilang di masa setelahnya. Karena itu tidak
benar pernyataan bahwa pada masa Bani Abbasiyah tidak ada pengembangan ilmu
pengetahuan.

Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut
dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak
kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah
berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya
penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian
yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi
baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Suasana tumbuhnya peradaban Abbasyiah terjadi setelah perluasan wilayah


secara besar-besaran. Faktor yang paling dominan mendorong suasana itu adalah
kebijakan dari khalifah Abu ja’far, bahwa yang menjadi khalifah harus orang yang
mencintai dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Suasana keilmuan memang
diciptakaan oleh khalifah dengan menyediakan segala fasilitas penunjang, lembaga
pendidikan dan perpustakaan dibangun, tempat-tempat istirahat dan mukim disediakan
oleh siapa saja yang mau belajar ilmu pengetahuan. Ulama dari berbagai disiplin ilmu
didatangkan untuk mengajari orang-orang islam yang belajar. Kegiatan menulis buku

ii
berjalan dengan sangat pesat, karena pemerintah mewajibkan belajar sambil
menuliskan ilmu kitab.

B. Bentuk peradaban hasil riset dari para ahli dan tokoh-tokohnya

Dari hasil ijtihad dan riset par ahli ilmu pengethuan dan ulama atau
cendekiawan muslim, berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara
lain aalah:

1. Filsafat

a. Al-Kindi (194-260 H = 809 – 873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul. Ia


seorang Filosof Arab pertama. Selain itu, dia juga seorang dokter Islam yang
terkenal. Ia ahli dalam pengobatan Mata sebagaimana dalam buku “Optics” (Ilmu
mata) yang menjadi referensi pemikiran Roger Bacon.

b. Al-Farabi, karyanya sebanyak 12 buah. Dia seorang Filosof Islam yang paling faham
terhadap pemikiran Aristoteles. Di bidang Seni Musik, dia menciptakan alat music
“piano” (Al-Qonun)

c. Ibnu Bajah (beliau wafat tahun 523 H). yaitu Abu Bakar Muhammad Bin Yahya
memiliki beberapa karangan yang cukup bernilai tinggi dalam bidang filsafat.

d. Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H). yaitu Abu Bakar Bin Abdul Malik Bin Thufail,
beliau adalah salah seorang murid Ibnu Bajah dan termasuk filosof terkenal.[3]

e. Al-Ghazali (450-505 H = 1058-1101 M) hasil karyanya berjumlah 70 judul, buku


karyanya yang cukup terkenal adalah Al-Munqizh Min adl-Dlalal, Tahufutul
Falasifah, Mizanul Amal, Ihya ulumuddin, Al-Wajiz, mahkum Nazzar Miyazul Ilmi,
Muqasidul Falasifah.

f. Ibnu Rusyd (520-595 H = 1126-1198 M), diantara buku karangannya yang terkenal
adalah Mubadiul Falasifah, Kulliyyat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, kitab dokma-
dokma dan lainnya. Beliau disamping seorang filososf juga sebagai seorang dokter,
buku tentang kedokteran yang cukup terkenal adalah Al-Hafi.

2. Kedokteran

1. Beberapa perguruan tinggi kedokteran yang cukup terkenal berada di kota :

ii
a. Yunde Shapur (Iran)

b. Harran (Syiria)

c. Baghdad

2. Para dokter dan ahli kedokteran yang terkenal antara lain :

a. Jabir Bin Hayyan (Wafat tahun 161 H /778 M), beliau dianggap sebagai bapak ilmu
kimia, buku karangannya sebanyak 500 judul.

b. Hunain Bin Ishaq (194-264 H/810-878 M), beliau seorang ahli mata yang terkenal
dan banyak menerjemahkan buku-buku bahasa asing.

c. Ibnu Sina (980 – 1037 M). Ia terkenal Ahli kedokteran. Dia dinobatkan sebagai
Father of Doctors(Bapak kedokteran). Karya tulisnya yang terkenal Al-Qonun fith-
Thibb (Dasar-dasar ilmu kedokteran), berisi ensiklopedi ilmu kedokteran.[5]

d. Thabib bin Qurra (221-228 H/836-873 M).

e. Ar-Razi atau Razes (251-313 H/809-873 M), karangannya yang terkenal adalah
bidang penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin.

3. Matematika

Di antara ahli matematika yaitu :

a. Umar Al-Farukhan beliau seorang insinyur arsitek pembangunan kota baghdad.

b. Al-Khawrizmi, pengarang kitab Al-Gebar (Al-Jabari), beliau juga penemu angka 0


(nol), sedang angka 1 sampai 9 berasal dari Hindia yang dikembangkan oleh Islam.
Sehingga angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,0 disebut angka arab dan setelah disempurnakan
lagi oleh orang latin kemudian disebut angka latin.

c. Banu Nusa (3 anak syakir Musa). Mereka menulis banyak buku dan ilmu ukur.

4. Astronomi

Para ahli ilmu astronomi yang terkenal adalah.

1. Al-Fazari pencipta astrolube yaitu alat pengukur tinggi dan jarak bintang.

ii
2. Al-Battani atau Al-Batagnius. Dia ahli matematika dan astronomi. Dia menciptakan
istilah perhitungan Trigonometri dengan unsur-unsur, seperti Sin (Jaib), Tangen dan
Contangen. Ia berhasil menentukan garis lengkung atau kemiringan ekliptik (orbit
dimana matahari kelihatannya bergerak), panjangnya tahun tropis, lamanya musim,
serta tepatnya orbit matahari dan orbit utama planet-planet.

3. Abdul wafak menemukan jalan ke-3 dari bulan (jalan ke-1 dan ke-2 ditemukan oleh
orang yunani).

4. Al-Farghoni atau Al-fragenius. Beliau menulis ringkasan ilmu astronomi yang


diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, oleh Gerard Cremona dan Johannes
Hispalensis.

5. Seni Ukir

Beberapa seni ukir yang terkenal yaitu Badr dan Tariff sekitar tahun 961-976
M, pada saat itu juga terdapat sekolah khusus seni ukir di kairo yang bernama sekolah
Kairo.

6. Bahasa dan Sastra

Berbeda dengan masa pemerintahan Bani Umayyah yang belum banyak.


Penyair pada masa pemerintahan Bani umayyah, masih kental dalam keaslian warna
Arabnya, sedangkan sastrawan pada zaman pemerintahan Bani Abbas, telah melakukan
perubahan kekuasaan tersebut. Mereka telah mampu mengombinasikan dengan sesuatu
yang bukan berasal dari tradisi arab. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian pada masa
pemerintahan bani Abbas banyak bermunculan penyakit terkenal. Di antara mereka
adalah sebagai berikut :

a. Abu Nawas (145-198 H) nama aslinya adalah Hasan bin Hani.

b. Abu Tamam (wafat 232 H) nama aslinya adalah Habib bin Auwas atb-Tba’i.

c. Dabal al-Khuzu’i (wafat 246 H) nama aslinya adalah Da’bal bin Ali Razin dari
Khuza’ab. Penyair besar yang berwatak kritis.

d. Ibnu Rumy (221-283 H), nama aslinya adalah Abu Hasan Ali bin Abbas. Penyair
yang berani menciptakan tema-tema baru.

ii
e. Al-Matanabby (303-354 H) nama aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin Husin al-
Kuft penyair istana yang haus, pemuja yang paling handal

Pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah telah terjadi perkembangan


yang sngat menarik dalam bidang prosa. Banyak buku sastra novel, riwayat, kumpulan
nasihat, dan uraian-uraian sastra yang dikarang atau disalin dari bahasa asing. Di antara
mereka sebagai berikut :

a. Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143 H) buku prosa yang dirintis di antarnya
Kalilab wa Dimnab, kitab itu terjemahan dari bahasa Sansekerta. Karya seorang filosuf
India bernama Baidaba dia menyalin menjadi bahasa Arab.

b. Abdul Hamid al-Katib. Ia dipandang sebagai pelopor seni mengarang surat.

c. Al-Jabid (wafat 225 H), karyanya ini memiliki nilai sastra tinggi sehingga menjadi
bahasa rujukan dan bahasa bacaan bagi para sastrawan kemudian.

d. Ibnu Qutaibab (wafat 276 H). Ia dikenal sebagi ilmuan dan sastrawan yang sangat
cerdas dan memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang bahasa kesusastraan.

e. Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H). Ia seorang penyair yang berbakat yang memiliki
kecenderungan ke sajak drama. Sesuatu yang sangat langka dalam tradisi sastra Arab.
Karyanya terkenal adalah al-Aqdul Farid, semacam ensiklopedia islam yang memuat
banyak ilmu pengetahuan islam.

C. Pusat – Pusat Peradaban Masa Bani Abbasiyah

1. Baghdad

Kota baghdad dibangun oleh khalifah ke-2 al-Mansur tahun 136 H. Tujuan al-
Mansur membangun kota ini ialah untuk seteril dari kelompok syiah maupun kelompok
bani umayyah yang baru saja dikalahkan. Letaknya di tebing sungai Dajlah. Dari sungai
ini jalannya transportsi barang dari India, Sind, Cina, Basrah, Ahwaz, Wasit, Mausil,
Diar bakar dan Diar Rabi’ah. Bagdad dibangun oleh 1000 pekerja dari seluruh wilayah
islam diawasi oleh arsitek ahli eropa yang dibayar dengan harga mahal oleh khalifah al-
Mansur.

Di dalam kota Baghdad dibangun berbagai peradaban seperti istana, masjid,


madrasah, kuttab dan perpustakaan, darul khaliah atau perkampungan khalifah dan

ii
fasilitas lainya. Pada masa Harun al-Rasyid kota Baghdad dibangun menjadi lebih
sempurna, dengan fasilitas pendidikan, diantaranya berdiri Universitas Nizamiyah dan
perpustakaan Baitul Hikmah, dilengkapi dengan fasilitas belajar yang lengkap. Pada
akhirnya kota baghdad menjadi kota yang makmur, maju dan kaya dengan tamadun,
ilmu pengetahuan dan kebaikan serta mendapat perhatian seluruh kaum muslimin dan
terkenal di seluruh dunia. Selanjutnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru dunia
datang untuk belajar di kota Baghdad.

2. Samara

Diriwayatkan bahwa, asal kata samara dari bahsa Arab yang artinya siapa
yang melihat pasti menang. Kota ini dibangun di timur sungai Dajlah, sejauh seratus
kilometer dari kota Baghdad. Asalnya dibangun oleh Harun dari sebuah kota tua,
Khalifah Harun menggali sebuah sugai yang dekat dengan istana namanya Taqul.
Selanjutnya Khalifah al-Muktasim juga telah membangun sebuah istana yang
dihadiahkan kepada permaisurinya.

Kota itu dibangun karena kota baghdad semakin sesak dengan penduduk dan
peradaban. Di antara bangunan-bangunan besar yang indah di kota samarra ialah
mahligai Khalifah al-Mutawakkil Khalifah Ke-10 yang diberi nama mahlighai al-Arus
selanjutnya dibangun mahlighai-mahligai Khalifah berikutnya, al-Mukhtar dan al-
Walid.

3. Karkh

Kota karkh dibangun oleh Khalifah al-Mansur dengan tujuan sebagai kota
bayangan bagi Baghdad sebagai kota pusat pemerintahan. Kota Baghdad yang sudah
penuh sesak dengan berbagai bangunan, masjid, istana, madrasah, makhtab dan
bangunan fasilitas pemerintahan lainnya, maka Khalifah al-Mansur memindahkan
pusat-pusat perniagaan dari kota Baghdad ke kota Karkh. Perniagaan yang dominan
adalah perniagaan minyak wangi, tukang-tukuang besi, tukang-tukang kayu,
perniagaan-perniagaan pakaian dan senjata, serta perniagaan bunga, dan perniagaan alat
musik.

4. Anhar (Hasyimiyah)

ii
Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh salah seorang raja persia yang
bergelar Heraklius. Pada saat Abbasyiah, maka Khalifah pertama Abu Abbas Assafah
memperbaiki kota ini dan mengganti namanya menjadi kota Hasyimiyah. Pada saat al-
Mansur menjadi Khalifah ke dua, dia merasa tidak aman, karena pernah mendapat
ancaman dari lawan politik, maka Khalifah al-Mansur merancang untuk mendirikan
kota baru yang namanya Baghdad.

Meskipun ibu kota Abbasyiah dipindahkan ke Baghdad di wilayah bekas


kekuasaan Romawi timur yang terkenal dengan Babilonia, akan tetapi Hasyimiyah
tetap menjadi salah satu pusat peradaban islam Abbasiyah. Selama 4 tahun Abu Abbas
menjadi Khalifah, kota ini menjadi pusat ibu kota Abbasiyah. Pada saat perkembangan
peradaban Abbasiyah mengalami masa puncak kejayaan, Hasyimiyah termasuk salah
satu pusatnya pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Bukhara dan Samarkand

Dua kota ini terdapat di wilayah paling jauh di wilayah perbatasan dengan
mongol. Sejarah berdiri dua kota ini adalah ketika Iskandar Zurkarnain diperintahkan
agar membatasi hegomoni Mongol mengadakan serangan ke wilayah lain. Iskandar
diutus ke wilayah ini yang sekarang dikenal dengan nama wilayah Tranxoania dan
membangun Bukhara dan Samarkand menjadi pusat kota bagi komunitas diwilayah ini.
Dua kota ini masuk ke wilayah pada masa Abbasiyah berkuasa. Dua kota ini lahir
ulama-ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Samarkandi.

6. Mesir

Mesir sejak dahulu kalah telah berdiri beberapa kota tua yang dalam sejarah
mesir kuno telah kita kenal beberapa kota seperti Alexandria, Fustat, dan Kahira yang
sekarang dikenal dengan nama Kairo. Pada saat wilayah ini di kuasai Abbasiyah,
berdiri beberapa Universitas dan Masjid, Universitas al-Azhar dan Masjid Quatul.

D. Runtuhnya Bani Abbasiyyah

A. Latar Belakang Keruntuhan Daulah Abbasiyah

Daulah abbasiyah adalah sebuah Negara yang melanjutkan kekuasaan daulah


umayyah. Nama daulah ini diambil dari para pendiri dan penguasanya yang kebanyakan
keturunan al-abbas. Kehalifahan abbasiyah mulai dipropagandakan ketika umar bin

ii
abdul aziz naik tahta. Dan akhirnya menyusul berbagai pemberontakan dan peperangan
yang dilakukan oleh bani abbas,daulah abbasiyahpun dinyatakan berdiri. Pasukan
abbasiyah berhasil mengalahkan pasukan dari ummayah dalam peperang di dekat sungai
zab bagian atas.

Daulah ini berlangsung dari tahun 132 H/750 M, sampai tahun 656 H/1258 M.
pusatnya di bagdad. Kerajaan ini memilik 37 raja yang susul-menyusul.pada masa
kerajaan ini islam mengalami puncak kejayaannya disegala bidang kehidupan.[1]

Pola pemerintahan daulah ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan politik,


social, budaya, dan penguasa. Berdasarkan perbedaan pola dan perubahan politik itu
masa daulah abbasiyah dapat digolongkan menjadi 5 periode, yaitu sebagai berikut:

1. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)

2. Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M)

3. Periode ketiga (232 H/847 M – 447 H/1055 M)

4. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1199 M)

5. Periode kelima (590 H/1199M – 656 H/1258 M) [2]

Masa kemunduran abbasiyah dimulai sejak period eke 2. Namun demikian,


factor - faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya
sudah terlihat pada periode pertama, tetapi pada masa itu kekholifahan sangat kuat,
sehingga benih – benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan bani
abbas apabila kholifah kuat paramenteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai
sipil, namun apabila khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.

Disamping kelemahan khalifah, banyak factor lain yang menyebabkan


khalifah abbasiyah menjadi mundur, masing-masing factor tersebut saling berkaitan.
Beberapa diantaranya adalah sebagai baerikut:

1. Persaingan antar bangsa.

Khalifah abbasiyah didirikan oleh bani abbas yang bersekutu dengan orang-
orang Persia. Persekutuan ini dilatarbelakangi persamaan nasib sebagai bangsa tang
tertindas. Setelah kekhalihan abbasiyah berdiri bani abbas tetap mempertahankan

ii
persekutuan ini. Orang- orang arab terpecah belah dengan adanya ‘ashabiyyah kesukuan.
Dengan demikian kehalifah abbasiyah tidak ditegakkan pada ‘ashabiyah tradisional.

Namun hal itu tidak membuat bangasa Persia puas. Mereka menginginkan
sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari persia pula. Sementara itu bangsa arab
beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) yang
istimewa dan merka menganggap rendah bangsa non-arab didunia islam.

Wilayah kekuasaan abbasiyah pada periode pertama sangat luas. Meliputi


maroko, mesir, syiria, irak, Persia, turki, dll. Mereka hanya dipersatukan melalui bangsa
semit, karena islam tidak memiliki kesadaran untuk merajut elemen-elemen itu dengan
kuat sehingga selain muncul fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme-fanatisme
bangsa lain yang melahirkan gerakan syu’ubiyyah.

Fanatisme semacam ini dibiarkan berkembang oleh penguasa saat itu, bahkan
para khaliafah menjalankan system perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia dan
turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab sebagai kaum yang menerima
gaji(dianggap sebagai hamba). System ini yang yang membuat bangsa Persia dan turki
semakin kekeh syu’ubiyahnya. Karena jumlah mereka besar, mereka merasa bahwa
Negara ada miliknya. Mereka memiliki kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan
khalifah. Muncullah kecenderungan masing-masing Negara untuk saling mendominaasi
kekuasaan dari periode pertama daulah abbasiyah. Namun karena khalifah masa itu kuat,
stabilitas politik dapat terjaga.

Setelah khaliafah al-mutawakkil naik dominasi tentara turki tak terbendung


lagi. Pad masa itu sebenarnya pemerintahan bani abbas sudah musnah karena kekuasaan
dipegang oleh orang-orang turki. Selanjutnya kekuasaan direbut oleh bani buwaih dari
Persia di periode ketiga, dan dinasti Seljuk pada periode keempat.

2. Kemerosotan ekonomi

Kemerosotan bidang politik dibarengi dengan kemerosotan dibidang ekonomi.


Pada periode pertama daulah ini merupakan daulah yang kaya. Penerimaannya lebih
besar dari pengeluarannya sehingga bait al-mal penuh dengan harta. Penerimaan terbesar
adalah dari semacam pajak hasil bumi yang dikenal dengan nama al-kharaj.

ii
Ada beberapa factor yang menyebabkan merosotnya ekonomi daulah abbasiyah, yakni
antara lain:

a. Menurunya pendapatan Negara karena penyempitan wilayah,Karena banyak dinasti


kecil yang memerdekakan diri.

b. Banyaknya kerusuhan yang mengakibatkan terganggunya perekonomian rakyat.

c. Diperingannya pajak.

d. Pengeluaran membengkak karena hedonisme para khalifah dan pejabat.

e. Banyak terjadi korupsi.

f. Carut- marutnya kehidupan politik yang membuat kehidupan ekonomi Negara morat-
marit

3. Konflik Keagamaan

Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan fanatisme kebangsaan. Karena


cita-cita orang-orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong mereka
mempropagandakan ajaran manuisme, zoroasterisme, dan mazdakisme atau yang popular
dengan nama gerakan zindiq. Gerakan ini menggoda rasa keimanan para khalifah al-
manshur berusaha keras memberantasnya. Al-mahdi bahkan merasa perlu untuk
mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang zindiq dan
melakukan mihnah untuk memberantas bid’ah. Akan tetapi itu semua tidak
menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan zindiq
berlanjut, mulai dari bentuk yang sederhana seperti polemic tentang ajaran sampai
sampai konflik bersenjata yang menumpahkan darah dikedua belah pihak. Gerakan al-
afsyin dan quramithah adalah contoh dari konflik berdarah itu.

Pada saat gerakan zindiq mulai tersudut para pendukungnya banyak yang
berlindung dibalik ajaran syiah, sehingga banyak aliran syiah yang dipandang
ghulat(ekstrim) dan dianggap menyimpang, bahkan oleh penganut syiah sendiri. Aliran
syiah adalah satu aliran politik dalam islam yang berhadapan dengan konsep ahlussunah.
Diantara keduanya sering terjadi konflik yang terkadang juga melibatkan penguasa.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak hanya sebatas konflik antara


muslim dan zindiq atau syiah dengan ahlussunah saja, tetapi antar aliran dalam islam.

ii
Mu’tazilah misalnya yang cenderung rasionalis dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh
golongan salaf. Perselisihan diantara keduanya dipertajam oleh al-ma’mum yang
menjadikan mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara dan melakukan mihnah. Namun
pada masa khalifah al- mutawakkil aliran mu’tazilah dibatalkan sbagai mzhab resmi
Negara dan aliranslaf kembali naik daun. Tidak tolerannya golongan salaf terhadap
pengikut mu’tazilah telah menyempitnkan horizon intelektual.

4. Ancaman dari luar

Ancaman dari luar adalah factor eksternal yang menyebabkan runtuhnya


daulah abbasiyah. Adanya perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang dan
hadirnya tentara mongol dibawah pimpinan hulagu khan.

ii

Anda mungkin juga menyukai