449 495 1 SM
449 495 1 SM
1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi
2)
Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
3)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Email: ridhaninoviar@gmail.com
ABSTRAK
Sebagian besar pasien yang dirawat di rumah sakit mendapatkan terapi intravena (infus),
hal ini membuat besarnya populasi beresiko terkena infeksi seiring dengan tindakan
pemasangan infus. Infeksi nosokomial yang sering terjadi akibat pemasangan infus (terapi
intra vena) berupa phlebiti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kepatuhan perawat IGD dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian
infeksi nosokomial (phlebitis). Sampel penelitian ini adalah 15 orang perawat IGD yang
memasang infus dan 15 orang klien yang dipasang infus. Responden perawat diambil
dengan menggunakan total sampling sedangkan responden klien diambil dengan
menggunakan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
observasi terhadap responden perawat dan responden klien. Berdasarkan hasil uji chi
square di dapatkan X2 hitung lebih besar dari X2 tabel yaitu 5.991465 dan p-value 0,02
kurang dari alpha 0,05. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan perawat IGD dengan kejadian infeksi nosokomial (phlebitis). Hal ini
berdasarkan nilai sig < α (0,02).
71
Nursing News Hubungan kepatuhan perawat IGD dalam
Volume 2, Nomor 2, 2017 melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
kejadian infeksi Nosokomial (Phlebitis) di RSUD
Kotabaru Kalimantan Selatan
ABSTRACT
Most patients admitted to the hospital to get intravenous therapy (intravenous), it makes
the population at risk of infection due to the action infusion. Nosocomial infections that
often occur due to the installation of infusion (intra venous therapy) in the form of
phlebitis. This study aimed to determine the association between adherence ER nurses in
implementing SOP infusion with the incidence of nosocomial infection (phlebitis). Samples
were 15 nurses who installed the IGD infusion and 15 clients who installed a drip.
Respondents nurses taken using total sampling taken while respondents clients using
accidental sampling method. Data collection is done with Methods of observation of nurse
respondents and client respondents. Based on the results of the chi square test in getting X2
count greater than X2 table ie 5.991465 0.02 and p-value less than 0.05 alpha. It is
concluded that there is a significant correlation between ER nurse compliance with the
incidence of nosocomial infection (phlebitis). It is based on sig <α (0,02).
72
Nursing News Hubungan kepatuhan perawat IGD dalam
Volume 2, Nomor 2, 2017 melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
kejadian infeksi Nosokomial (Phlebitis) di RSUD
Kotabaru Kalimantan Selatan
surveilans dan pengobatan yang rasional program patient safety di seluruh rumah
(Wijono, 1999).Infeksi nosokomial yang sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
sering terjadi akibat pemasangan infus tujuannya untuk menciptakan budaya
(terapi intra vena) berupa phlebitis, patient safety dan meningkatkan
sebagaimana dikatakan oleh La-Rocca akuntabilitas rumah sakit (Hayati 2012).
(1998) bahwa phlebitis merupakan Depkes RI (2005) telah mengeluarkan
inflamasi vena yang disebabkan baik SOP pemasangan infus yang diharapkan
oleh iritasi kimia maupun mekanik yang dapat menjadi acuan pelaksanaan SOP
sering disebabkan oleh komplikasi pemasangan infus di seluruh rumah sakit
dari terapi intra vena. Teknik yang ada di Indonesia untuk mencegah
sterilisasi di Rumah Sakit sangat terjadinya infeksi nosokomial akibat
berpengaruh dengan tingkat kejadian pemasangan infus (Rahmanto, 2010).
phlebitis misalnya kurang sterilnya pada Tingginya tingkat kejadian infeksi
saat melakukan tindakan keperawatan nosokomial akibat pemasangan infus
pada pasien yang sedang dirawat, yang berupa phlebitis kemungkinan
misalnya pada saat pemasangan infus. disebabkan oleh kurangnya kepatuhan
Apabila pada saat melakukan perawat terhadap standar operasional
pemasangan infus alat-alat yang prosedur pemasangan infus yang telah
digunakan tidak menggunakan teknik ditetapkan oleh setiap rumah sakit. Hal
sterilisasi akan mengakibatkan phlebitis ini sesuai dengan pernyataan Yusran
seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri (2008) bahwa kepatuhan yang
disepanjang vena. Hal ini sangat suboptimal menjadi faktor utama
merugikan bagi pasien karena infus yang terjadinya peningkatan infeksi
seharusnya dilepas setelah 72 jam kini nosokomial di pusat pelayanan
harus dilepas sebelum waktunya karena kesehatan.
disebabkan oleh alat-alat bantu yang Kepatuhan dipengaruhi oleh faktor
digunakan untuk memasang infus tidak yaitu a) faktor internal meliputi
menggunakan teknik sterilisasi karakterisitik perawat itu sendiri (umur,
(Klikharry, 2006 dalam Rahmanto, jenis kelamin, agama, pendidikan,
2010). Infeksi nosokomial menurut status perkawinan, kepribadian, sikap,
Menteri Kesehatan termasuk masalah kemampuan, persepsi dan motivasi) dan
penting di seluruh dunia, bukan saja di b) faktor eksternal (karakteristik
Indonesia, bahkan infeksi tipe ini terus organisasi, karakteristik kelompok,
meningkat dari 1 persen di beberapa karakteristik pekerjaan, dan karakteristik
negara Eropa dan Amerika, sampai lebih lingkungan) (Muchlas, 2005). Masih
dari 40% di Asia, Amerika Latin dan rendahnya tingkat kepatuhan perawat
Afrika (Hayati, 2012). terhadap SOP dalam pelaksanaan setiap
Akhir tahun lalu Menkes telah tindakan keperawatan khususnya SOP
menegaskan untuk mengembangkan pemasangan infus dapat berdampak
73
Nursing News Hubungan kepatuhan perawat IGD dalam
Volume 2, Nomor 2, 2017 melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
kejadian infeksi Nosokomial (Phlebitis) di RSUD
Kotabaru Kalimantan Selatan
METODE PENELITIAN
74
Nursing News Hubungan kepatuhan perawat IGD dalam
Volume 2, Nomor 2, 2017 melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
kejadian infeksi Nosokomial (Phlebitis) di RSUD
Kotabaru Kalimantan Selatan
Hal ini sesuai dengan harapan dalam Hayati (2012) menyatakan pula
pemerintah bahwa Menkes telah bahwa infeksi nosokomial sebenarnya
menegaskan untuk mengembangkan dapat dicegah dengan salah satunya yaitu
program patient safety di seluruh rumah rumah sakit menyediakan tenaga
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya kesehatan yang terlatih. Kepatuhan
tujuannya untuk menciptakan budaya perawat dalam melaksanakan SOP
patient safety dan meningkatkan Pemasangan Infus sebagai cermin dari
akuntabilitas rumah sakit (Hayati 2012). sikap profesional perawat sebagai tenaga
Sejalan pula dengan upaya Depkes RI kesehatan yang terlatih yang dimiliki
(2005) yang telah mengeluarkan SOP oleh rumah sakit.
pemasangan infus yang diharapkan dapat
menjadi acuan pelaksanaan SOP Kejadian Infeksi Nosokomial (Phlebitis)
pemasangan infus di seluruh rumah sakit di RSUD Kotabaru Kalimantan Selatan
yang ada di Indonesia untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial akibat Berdasarkan hasil penelitian pada
pemasangan infus (Rahmanto, 2010). responden klien menggunakan metode
Tingginya tingkat kejadian infeksi observasi dan instrumen format observasi
nosokomial akibat pemasangan infus berupa check-list tanda-tanda terjadinya
yang berupa phlebitis kemungkinan phlebitis pada klien menurut PT Otsuka
disebabkan oleh kurangnya kepatuhan Indonesia dengan penilaian
perawat terhadap standar operasional menggunakan tanda (+) untuk kejadian
prosedur pemasangan infus yang telah phlebitis dan tanda (-) tidak terjadi
ditetapkan oleh setiap rumah sakit. Hal phlebitis, didapatkan hasil bahwa
ini sesuai dengan pernyataan Yusran sebagian besar responden klien yang
(2008) bahwa kepatuhan yang tidak mengalami infeksi nosokomial
suboptimal menjadi faktor utama (phlebitis) yaitu dengan prosentase
terjadinya peningkatan infeksi sebesar 74% (11 orang). Namun masih
nosokomial di pusat pelayanan terdapat 27% pasien (4 orang) yang
kesehatan. Dengan tingginya tingkat mengalami infeksi nosokomial
kepatuhan perawat terhadap SOP (phlebitis).
pemasangan infus diharapkan juga dapat Masih adanya klien yang
mencegah terjadinya infeksi dari faktor mengalami infeksi nosokomial berupa
petugas sebagaimana disampaikan oleh phlebitis menurut Scahferr (2000) dapat
Scahferr (2000) bahwa adanya infeksi disebabkan oleh berbagaimacam faktor
karena pemasangan infus disebabkan diantaranya antara lain: faktor hospes,
oleh beberapa faktor antara lain: faktor faktor alat dan larutan, serta faktor orang
hospes, faktor alat dan larutan, serta ke orang yaitu petugas perawatan
faktor orang ke orang yaitu petugas kesehatan dan pasien. Scahferr (2000)
perawatan kesehatan dan pasien. Warsa juga mengatakan bahwa semua pasien
76
Nursing News Hubungan kepatuhan perawat IGD dalam
Volume 2, Nomor 2, 2017 melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
kejadian infeksi Nosokomial (Phlebitis) di RSUD
Kotabaru Kalimantan Selatan
yang dirawat di rumah sakit setiap square ini dikuatkan oleh hasil tabulasi
tahunnya, 50% mendapat terapi silang yang menunjukkan bahwa
intravena (infus), hal ini membuat perawat yang tidak patuh dalam
besarnya populasi yang beresiko melaksanakan pemasangan infus sesuai
terhadap infeksi yang berhubungan dengan SOP memiliki pasien dengan
dengan terapi intravena (Scahffer, 2000). kejadian infeksi nosokomial (phlebitis),
Menurut Darmawan (2008), sebaliknya perawat yang patuh dalam
Dwivedi et.al (2009) dan PT. Otsuka melaksanakan pemasangan infus sesuai
Indonesia (2011) faktor-faktor penyebab dengan SOP cenderung memiliki pasien
phlebitis meliputi 1) faktor adanya agen yang tidak mengalami infeksi
infeksius / infeksi bacterial disebabkan nosokomial (phlebitis).
teknik pencucian tangan yang buruk, Infeksi nosokomial menurut
kegagalan memeriksa peralatan yang Menteri Kesehatan termasuk masalah
rusak, pembungkus robek mengundang penting di seluruh dunia, bukan saja di
bakteri, teknik aseptik tidak baik, tempat Indonesia, bahkan infeksi tipe ini terus
suntik / penusukan jarang diinspeksi meningkat dari 1 persen di beberapa
visual untuk melihat adanya tanda-tanda negara Eropa dan Amerika, sampai lebih
infeksi; 2) faktor kimia yaitu obat/ cairan dari 40% di Asia, Amerika Latin dan
yang bersifat iritan dan 3) faktor mekanis Afrika (Hayati, 2012). Akhir tahun lalu
yaitu bahan & ukuran kateter, lokasi, Menkes telah menegaskan untuk
teknik pemasangan kanulasi yang buruk mengembangkan program patient safety
dan pemasangan kanulasi yang terlalu di seluruh rumah sakit dan fasilitas
lama. kesehatan lainnya tujuannya untuk
menciptakan budaya patient safety dan
Hubungan Kepatuhan Perawat IGD meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
dalam Pelaksanakan SOP (Hayati 2012). Depkes RI (2005) telah
Pemasangan Infus dengan Kejadian mengeluarkan SOP pemasangan infus
Infeksi Nosokomial (Phlebitis) di yang diharapkan dapat menjadi acuan
RSUD Kotabaru Kalimantan Selatan pelaksanaan SOP pemasangan infus di
seluruh rumah sakit yang ada di
Berdasarkan hasil analisis data Indonesia untuk mencegah terjadinya
menggunakan uji chi square diketahui infeksi nosokomial akibat pemasangan
bahwa terdapat hubungan yang infus (Rahmanto, 2010).
signifikan antara kepatuhan perawat IGD Menurut Warsa pakar mikrobiologi
dalam melaksanakan pemasangan infus klinis dari FKUI dalam Hayati (2012)
sesuai SOP dengan kejadian infeksi menjelaskan bahwa infeksi nosokomial
nosokomial (phlebitis) dengan X2 hitung menyebabkan berbagai macam kerugian
lebih besar dari X2 tabel dan p-value baik bagi pihak pasien maupun rumah
kurang dari alpha 0,05. Hasil uji chi sakit, kerugian bagi pasien meliputi
77
Nursing News Hubungan kepatuhan perawat IGD dalam
Volume 2, Nomor 2, 2017 melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
kejadian infeksi Nosokomial (Phlebitis) di RSUD
Kotabaru Kalimantan Selatan
KESIMPULAN SARAN
78
Nursing News Hubungan kepatuhan perawat IGD dalam
Volume 2, Nomor 2, 2017 melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
kejadian infeksi Nosokomial (Phlebitis) di RSUD
Kotabaru Kalimantan Selatan
79