OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu
penyakit sistem hematologi yang ditandai dengan proliferasi yang berlebihan dan
tidak normal pada sel darah putih yang mengakibatkan fungsi sel darah putih
terganggu.
Etiologi
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
B. Patofisiologi
C. Manifestasi Klinis
Pucat
Panas
Splenomegali
Hepatomegali
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Imfadenopati
perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan perdarahan gusi
Gejala yang tidak khas
sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai reumatik
Lesi purpura pada kulit
Efusi pleura
Kejang
Jenis-jenis leukemia
Leukemia Mielogenus Akut : Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat
berkurangnya produksi sel darah normal.
Peka terhadap infeksi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit
Kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia
Kecendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia, kurangnya
jumlah trombosit.
Proliferase sel lukemi dalam organ mengakibatkan berbagai gejala
tambahan : nyeri akibat pembesaran limfa; sakit kepala atau muntah akibat
leukemi meningeal (sering terjadi pada leukemia limfositik); dan nyeri
tulang akibat penyebaran sumsum tulang belakang.
Leukemia Mielogenus Kronis : Gambaran klinis LMK mirip dengan
gambaran LMA, tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan. Banyak pasien yang
menunjukkan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.
Terdapat peningkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa.
Limpa sering membesar.
Leukemia Limfositik Akut : Limfosit imatur berploriferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer dan menggangu perkembangan sel normal.
Hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumah
leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu
terdapat sel imatur.
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi
pada LLA daripada jenis leukemia lain dan mengakibatkan :
Nyeri karena pembesaran hati dan limpa
Sakit kepala
Muntah karena keterlibatan meninges, dan
Nyeri tulang.
Leukemia Limfositik Kronis : Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala
dan baru terdiagnosa pada saat penanganan fisik atau penanganan untuk
penyakit lain. Manifestasi yang mungkin terjadi adanya :
Anemia
Infeksi
Pembesaran nodus limfe dan organ abdominal
Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun.
Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)
D. Komplikas
Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit
(trombositopenia).
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam
keadaan terancam infeksi.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi
akan meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan
mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi menoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas
dalam darah tepi merupakan gajala patognomik untuk leukemia.
Biopsi Limpa
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES,
granulosit, dan pulp cell.
Fungsi Sumsum Tulang
Fungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum
tulang, yang bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi,
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan
mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan
sel asal darah.
Cairan Serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu
leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh.
Sitogenik
Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu
kromosom 21 (kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA
dan LMA mempunyai kelainan
F. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan
Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin
Ortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten
seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama
obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama
dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping
berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm3pemberiannya harus hati-hati.
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama/
steril).
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan
(mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman,
tetapi prnsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :
1. Induksi. Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat tersebut sampai
sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi. Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri
lagi.
3. Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama.Biasanya dengan
memberikan sitostatika setengah dosis biasa.
4. Reinduksi. Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap 3-6
bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat. Diberikan MTX
secara intratekal dan radiasi kranial.
6. Pengobatan imunologik.
Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain
yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya
kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptik
dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut
diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam
hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya atau
keluarganya.
Beberapa cara yang bisa kita anjurkan adalah hindari menyikat gigi terlalu
keras, karena bulu sikat gigi dapat mencederai gusi. Menyarankan klien supaya
berhati-hati ketika berjalan di lantai yang licin seperti kamar mandi agar tidak
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
jatuh. Memberikan klien dan keluarganya pendidikan kesehatan bagaimana cara
mengatasi perdarahan hidung, misalnya dibendung dengan kapas atau perban,
posisi kepala menengadah.
Untuk menangani infeksi klien harus menjaga kebersihan diri, seperti
mencuci tangan, mandi 3x sehari. Menganjurkan keluarga klien untuk menjaga
keersihan diri mereka, membatasi jumlah pengunjung karena dikhawatirkan dapat
menularkan penyaki-penyakit seperti flu dan batuk. Menciptakan lingkungan yang
bersih dan jika perlu pertahankan tehnik isolasi.
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
2. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses
keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal
masalah klien agar dapat memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat
komponen antara lain : pengelompokan data, analisa data, perumusan
diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
1) Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
2) Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
3) Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
4) Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada
feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya
nyeri atau ras terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering
berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif
bahan pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
6) Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan : penurunan berat badan hebat,
berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
7) Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
9) Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang
merokok.) Pemajanan asbes.
10) Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen, Pemajanan
matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
11) Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan
perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30
tahun. Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
12) Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat
perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau
bantuan).
13) Riwayat pemajanan pada faktor-faktor pencetus, seperti pemajanan
pada dosis besar radiasi, riwayat infeksi virus, genetik dan penyakit
herediter.
14) Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan manifestasi :
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Anemia penurunan berat badan, kelemahan dan kelelahan, pucat,
malaise, muntah dan anoreksia.
Trombositopenia (jumlah trombosit rendah) Petekia, Ekimosis, mudah
memar, Kencenderungan perdarahan (pada gusi)
Netropenia Demam, berkeringat pada malam hari.
15) Infiltrasi organ lain dengan sel-sel leukemia yang menyebabkan
beberapa gejala seperti :
Hepatomegali
Splenomegali
Limfadenopati
Nyri tulang dan sendi
Hipertrofi gusi.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d infiltrasi leukosit ke jaringan sistemik
2) Intoleransi aktivitas : kelemahan secara menyeluruh akibat anemia.
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko infeksi b.d menurunnya daya tahan tubuh yang berkaitan dengan
neutropenia/ menurunnya sistem imun.
5) Resiko cedera : perdarahan b.d trombositopenia
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
C. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1 Nyeri b.d infiltrasi leukosit ke NOC Manajemen Nyeri
Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
jaringan sistemik
Kriteria Hasil: komprehensif termasuk lokasi,
Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
Melaporkan bahwa nyeri kualitas dapn ontro presipitasi.
berkurang dengan menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
manajemen nyeri ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Mampu mengenali nyeri (skala, 4. Kontrol lingkungan yang
intensitas, frekuensi dan tanda mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri) ruangan, pencahayaan, kebisingan.
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Menyatakan rasa nyaman (farmakologis/non farmakologis).
setelah nyeri berkurang 6. Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll)
7. Evaluasi tindakan pengurangan
nyeri/kontrol nyeri
8. Penatalaksanaan dalam pemberian
analgetik.
2 Intoleransi aktivitas : Activity Therapy
kelemahan secara menyeluruh Energy convartion 1. Bantu untuk memilih aktivitas
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
akibat anemia. Activity tolerantio konsisten yang sesuai dengan
Self care : ADLs kemampuan fisik,psikologi dan sosial
Kriteria Hasil : 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
Dapat berpastisipasi dalam aktivitas yang mamou dilakukan
aktivitas tanpa disertai 3. Bantu untuk mendapatkan aktivitas
peningkatan tekanan darah,nadi yang disukai
dan RR 4. Bantu pasien untuk mendapatkan
Mampu melakukan aktivitas latihan diwaktu ruang
sehari-hari dengan mandiri 5. Ajarkan rom pasif dan aktif
Tanda-tanda vital normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah : dengan atau
tanpa bantuan alat
Status kardiopulmunari adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran gas
dan ventilasi adekuat
3 Ketidakseimbangan nutrisi: Nutritional Status : Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : food and 1.Kaji adanya alergi makanan
fluid 2. Anjurkan klien untuk meningkatkan
Intake intake fe
Nutritional Status : nutrient 3. Anjurkan klien untuk meningkatkan
intake protein dan vitamin C
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Weight control 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
Kriteria Hasil : 5. Berikan informasi tentang kebutuhan
Adanya peningkatan BB nutrisi
BB ideal sesuai dengan tinggi 6.Kaji kemampuan pasien untuk
badan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat
badan
4 Resiko infeksi b.d menurunnya Immune status Infection control
daya tahan tubuh yang Knowledge : infection control 1. bersihkan lingkungan setelah dipakai
berkaitan dengan neutropenia/ Risk control pasien lain
menurunnya sistem imun. Kriteria Hasil : 2. batasi pengunjung bila perlu
Klien bebas dari tanda dan 3. instruksi pada pengunjung untuk
gejala infeksi mencuci tangan
Mendeskripsikan proses 4. cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
penularan penyakit, faktor yang tindakan keperawatan
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
mempengaruhi penularan serta 5. gunakan sarung tangan sebagai alat
penatalaksanaan pelindung
Menunjukan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas
normal
Menunjukan perilaku hidup
sehat
5 Risiko cidera : perdarahan b.d Risk kontrol Environment management
trombositopenia Kriteria Hasil : 1. sediakan lingkungan yang aman untuk
Klien terbebas dari cidera pasien
Klien mampu menjelaskan 2. menyediakan tempat tidur yang aman
cara/metode untuk mencegah dan bersih
injury/cidira 3. memasang side rail tempat tidur
Klien mampu menjelaskan factor 4.menganjurkan keluarga untuk
risiko dari lingkunga/perilaku menemani pasien
personal 5. mengontrol ruangan dari kebisingan
Mampumemodifikasi gaya hidup
untuk mencegah injury
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Mengunakan fasilitas kesehatan
yang ada
Mampu mengenali perubahan status
kesehatan
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Daftar Pustaka
Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam 1994.
Surabaya : Tim Dokter RSUD dr.Sutomo
Anonim, 2009, Leukemia,http://leukemia-akut.html, 18 Desember 2010
Anonim, 2009, Leukemia,http://penyakit-leukemia-kanker-darah.html, 18 Desember 2010
Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Unair & RSUD drSoetomo, Surabaya
Leather, Helen L. andBetsyBickertPoon, in AcuteLeukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,
Yee, G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds),
2008, Pharmacotherapy A PathophysiologicApproach, seventhEdition, McGraw
Hill, MedicalPublishingDivision, New York
Pick, Amy M., Marcel Devetten, and Timothy R. McGuire, in ChronicLeukimias, Dipiro,
J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds),
2008, Pharmacotherapy A PathophysiologicApproach, seventhEdition, McGraw
Hill, MedicalPublishingDivision, New York
Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Simon, Sumanto, dr. Sp.PK, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta
Underwood, J. C. E.,1999, Patologi Umum dan Sistemik.VOL.1. Ed. 2,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
OTTOPIANUS AMBUN.S,kep