Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan Leukimia di Lontara IV Atas Depan Kamar IV Bed 1

1. Konsep Dasar Medis


A. PENGERTIAN

Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai


“darah putih”, adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal
dari sel-sel hematopoietik (Price, 1994).
Leukemia adalah proliferase leukosit yang tidak terkontrol di dalam darah,
sumsum tulang, dan jaringan retikuloendotelial (Tuker, 1998).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini
yang berlebihan (sel muda) dari sel darah putih (SDP) (Engram, 1998).
Leukemia merupakan proliferatif neoplastik dari perkusor sel darah putih,
yang menyebabkan penggantian difus sumsum tulang normal oleh sel leukemia
dengan akumulasi sel abnormal pada darah tepi dan infiltrasi organ misalnya hati,
limpa, kelenjar limfe, meningen, dan gonad oleh sel leukemi (Underwood, 1999).
Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang, mengganti elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi
di hati,limpa dan nodus limfatikus dan invasi organ nonhematologis, seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal dan kulit (Smeltzer, 2001).
Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami
pembelahan yang berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang
sel-sel darah putih. Akibatnya fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel
darah merah dapat terdesak karena pertumbuhan yang berlebihan ini jumlah sel
darah merah menurun (Irianto,2004).
Leukemia (kangker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai
pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan
tak terkendali serta bentuk sel- sel darah putihnya tidak normal (Yatim, 2003).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini
yang berlebihan dari sel darah putih (Handayani, 2008)

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu
penyakit sistem hematologi yang ditandai dengan proliferasi yang berlebihan dan
tidak normal pada sel darah putih yang mengakibatkan fungsi sel darah putih
terganggu.

Etiologi

Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bukan penyebab


tunggal tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain :
 Terinfeksi virus. Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab
leukemia pada hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1 dari
leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan
sejak saat itu diisolasi dari sampel serum penderita leukemia sel T.
 Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan
kelihatannya memainkan peranan , namun jarang terdapat leukemia
familial, tetapi insidensi leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-
anak yang terserang , dengan insidensi yang meningkat sampai 20% pada
kembar monozigot (identik).
 Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom
Down, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali
lipat
 Faktor lingkungan.
Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia
yang timbul bertahun-tahun kemudian.
Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi
yang meningkat khususnya agen-agen alkil. Kemungkinan leukemia
meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi maupun
kemoterapi.

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
B. Patofisiologi

Manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen


manusia. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus,
maka virus tersebut ditolaknya seperti pada benda asing lain. Struktur antigen
manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit
dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen
jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A
(Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut
hukum genetika sehingga adanya Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut
akan masuk ke dalam tubuh peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi
leukemia tidak dapat diabaikan.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan
sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk
hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel
leukemia dan mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi
bone marrow failure, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga
menimbulkan organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan
hiperkatabolik.

C. Manifestasi Klinis

 Pucat
 Panas
 Splenomegali
 Hepatomegali

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
 Imfadenopati
 perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan perdarahan gusi
Gejala yang tidak khas
 sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai reumatik
 Lesi purpura pada kulit
 Efusi pleura
 Kejang
Jenis-jenis leukemia
Leukemia Mielogenus Akut : Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat
berkurangnya produksi sel darah normal.
 Peka terhadap infeksi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit
 Kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia
 Kecendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia, kurangnya
jumlah trombosit.
 Proliferase sel lukemi dalam organ mengakibatkan berbagai gejala
tambahan : nyeri akibat pembesaran limfa; sakit kepala atau muntah akibat
leukemi meningeal (sering terjadi pada leukemia limfositik); dan nyeri
tulang akibat penyebaran sumsum tulang belakang.
Leukemia Mielogenus Kronis : Gambaran klinis LMK mirip dengan
gambaran LMA, tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan. Banyak pasien yang
menunjukkan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.
 Terdapat peningkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa.
 Limpa sering membesar.
Leukemia Limfositik Akut : Limfosit imatur berploriferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer dan menggangu perkembangan sel normal.
 Hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumah
leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu
terdapat sel imatur.

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
 Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi
pada LLA daripada jenis leukemia lain dan mengakibatkan :
 Nyeri karena pembesaran hati dan limpa
 Sakit kepala
 Muntah karena keterlibatan meninges, dan
 Nyeri tulang.
Leukemia Limfositik Kronis : Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala
dan baru terdiagnosa pada saat penanganan fisik atau penanganan untuk
penyakit lain. Manifestasi yang mungkin terjadi adanya :
 Anemia
 Infeksi
 Pembesaran nodus limfe dan organ abdominal
 Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun.
 Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)

D. Komplikas
 Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit
(trombositopenia).
 Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam
keadaan terancam infeksi.
 Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi
akan meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan
mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
E. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi menoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas
dalam darah tepi merupakan gajala patognomik untuk leukemia.
 Biopsi Limpa

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES,
granulosit, dan pulp cell.
 Fungsi Sumsum Tulang
Fungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum
tulang, yang bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi,
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan
mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan
sel asal darah.
 Cairan Serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu
leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh.
 Sitogenik
Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu
kromosom 21 (kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA
dan LMA mempunyai kelainan
F. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan

Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin
Ortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten
seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama
obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama
dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping
berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm3pemberiannya harus hati-hati.

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama/
steril).
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan
(mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman,
tetapi prnsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :
1. Induksi. Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat tersebut sampai
sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi. Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri
lagi.
3. Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama.Biasanya dengan
memberikan sitostatika setengah dosis biasa.
4. Reinduksi. Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap 3-6
bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat. Diberikan MTX
secara intratekal dan radiasi kranial.
6. Pengobatan imunologik.
Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain
yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya
kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptik
dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut
diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam
hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya atau
keluarganya.
Beberapa cara yang bisa kita anjurkan adalah hindari menyikat gigi terlalu
keras, karena bulu sikat gigi dapat mencederai gusi. Menyarankan klien supaya
berhati-hati ketika berjalan di lantai yang licin seperti kamar mandi agar tidak

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
jatuh. Memberikan klien dan keluarganya pendidikan kesehatan bagaimana cara
mengatasi perdarahan hidung, misalnya dibendung dengan kapas atau perban,
posisi kepala menengadah.
Untuk menangani infeksi klien harus menjaga kebersihan diri, seperti
mencuci tangan, mandi 3x sehari. Menganjurkan keluarga klien untuk menjaga
keersihan diri mereka, membatasi jumlah pengunjung karena dikhawatirkan dapat
menularkan penyaki-penyakit seperti flu dan batuk. Menciptakan lingkungan yang
bersih dan jika perlu pertahankan tehnik isolasi.

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
2. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses
keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal
masalah klien agar dapat memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat
komponen antara lain : pengelompokan data, analisa data, perumusan
diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
1) Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
2) Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
3) Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
4) Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada
feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya
nyeri atau ras terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering
berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif
bahan pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
6) Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan : penurunan berat badan hebat,
berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
7) Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
9) Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang
merokok.) Pemajanan asbes.
10) Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen, Pemajanan
matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
11) Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan
perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30
tahun. Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
12) Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat
perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau
bantuan).
13) Riwayat pemajanan pada faktor-faktor pencetus, seperti pemajanan
pada dosis besar radiasi, riwayat infeksi virus, genetik dan penyakit
herediter.
14) Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan manifestasi :

Pembesaran sumsum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya menekan


fungsi sumsum tulang, sehingga menyebabkan beberapa gejala di bawah ini:
 Sakit kepala
 Infeksi
 Pemeriksaan darah menunjukkan perubahan sel darah putih

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
 Anemia penurunan berat badan, kelemahan dan kelelahan, pucat,
malaise, muntah dan anoreksia.
 Trombositopenia (jumlah trombosit rendah) Petekia, Ekimosis, mudah
memar, Kencenderungan perdarahan (pada gusi)
 Netropenia Demam, berkeringat pada malam hari.
15) Infiltrasi organ lain dengan sel-sel leukemia yang menyebabkan
beberapa gejala seperti :

 Hepatomegali
 Splenomegali
 Limfadenopati
 Nyri tulang dan sendi
 Hipertrofi gusi.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d infiltrasi leukosit ke jaringan sistemik
2) Intoleransi aktivitas : kelemahan secara menyeluruh akibat anemia.
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko infeksi b.d menurunnya daya tahan tubuh yang berkaitan dengan
neutropenia/ menurunnya sistem imun.
5) Resiko cedera : perdarahan b.d trombositopenia

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
C. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1 Nyeri b.d infiltrasi leukosit ke NOC Manajemen Nyeri
 Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
jaringan sistemik
Kriteria Hasil: komprehensif termasuk lokasi,
 Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
 Melaporkan bahwa nyeri kualitas dapn ontro presipitasi.
berkurang dengan menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
manajemen nyeri ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
 Mampu mengenali nyeri (skala, 4. Kontrol lingkungan yang
intensitas, frekuensi dan tanda mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri) ruangan, pencahayaan, kebisingan.
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Menyatakan rasa nyaman (farmakologis/non farmakologis).
setelah nyeri berkurang 6. Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll)
7. Evaluasi tindakan pengurangan
nyeri/kontrol nyeri
8. Penatalaksanaan dalam pemberian
analgetik.
2 Intoleransi aktivitas : Activity Therapy
kelemahan secara menyeluruh  Energy convartion 1. Bantu untuk memilih aktivitas

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
akibat anemia.  Activity tolerantio konsisten yang sesuai dengan
 Self care : ADLs kemampuan fisik,psikologi dan sosial
Kriteria Hasil : 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
 Dapat berpastisipasi dalam aktivitas yang mamou dilakukan
aktivitas tanpa disertai 3. Bantu untuk mendapatkan aktivitas
peningkatan tekanan darah,nadi yang disukai
dan RR 4. Bantu pasien untuk mendapatkan
 Mampu melakukan aktivitas latihan diwaktu ruang
sehari-hari dengan mandiri 5. Ajarkan rom pasif dan aktif
 Tanda-tanda vital normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah : dengan atau
tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmunari adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran gas
dan ventilasi adekuat
3 Ketidakseimbangan nutrisi:  Nutritional Status : Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and 1.Kaji adanya alergi makanan
fluid 2. Anjurkan klien untuk meningkatkan
 Intake intake fe
 Nutritional Status : nutrient 3. Anjurkan klien untuk meningkatkan
intake protein dan vitamin C

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
 Weight control 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
Kriteria Hasil : 5. Berikan informasi tentang kebutuhan
 Adanya peningkatan BB nutrisi
 BB ideal sesuai dengan tinggi 6.Kaji kemampuan pasien untuk
badan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
 Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
 Menunjukan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat
badan
4 Resiko infeksi b.d menurunnya  Immune status Infection control
daya tahan tubuh yang  Knowledge : infection control 1. bersihkan lingkungan setelah dipakai
berkaitan dengan neutropenia/  Risk control pasien lain
menurunnya sistem imun. Kriteria Hasil : 2. batasi pengunjung bila perlu
 Klien bebas dari tanda dan 3. instruksi pada pengunjung untuk
gejala infeksi mencuci tangan
 Mendeskripsikan proses 4. cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
penularan penyakit, faktor yang tindakan keperawatan

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
mempengaruhi penularan serta 5. gunakan sarung tangan sebagai alat
penatalaksanaan pelindung
 Menunjukan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas
normal
Menunjukan perilaku hidup
sehat
5 Risiko cidera : perdarahan b.d  Risk kontrol Environment management
trombositopenia Kriteria Hasil : 1. sediakan lingkungan yang aman untuk
 Klien terbebas dari cidera pasien
 Klien mampu menjelaskan 2. menyediakan tempat tidur yang aman
cara/metode untuk mencegah dan bersih
injury/cidira 3. memasang side rail tempat tidur
 Klien mampu menjelaskan factor 4.menganjurkan keluarga untuk
risiko dari lingkunga/perilaku menemani pasien
personal 5. mengontrol ruangan dari kebisingan
 Mampumemodifikasi gaya hidup
untuk mencegah injury

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
 Mengunakan fasilitas kesehatan
yang ada
Mampu mengenali perubahan status
kesehatan

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep
Daftar Pustaka

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam 1994.
Surabaya : Tim Dokter RSUD dr.Sutomo
Anonim, 2009, Leukemia,http://leukemia-akut.html, 18 Desember 2010
Anonim, 2009, Leukemia,http://penyakit-leukemia-kanker-darah.html, 18 Desember 2010
Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Unair & RSUD drSoetomo, Surabaya
Leather, Helen L. andBetsyBickertPoon, in AcuteLeukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,
Yee, G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds),
2008, Pharmacotherapy A PathophysiologicApproach, seventhEdition, McGraw
Hill, MedicalPublishingDivision, New York
Pick, Amy M., Marcel Devetten, and Timothy R. McGuire, in ChronicLeukimias, Dipiro,
J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds),
2008, Pharmacotherapy A PathophysiologicApproach, seventhEdition, McGraw
Hill, MedicalPublishingDivision, New York
Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Simon, Sumanto, dr. Sp.PK, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta
Underwood, J. C. E.,1999, Patologi Umum dan Sistemik.VOL.1. Ed. 2,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

OTTOPIANUS AMBUN.S,kep

Anda mungkin juga menyukai