Anda di halaman 1dari 31

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Tutorial Klinik

FAKULTAS KEDOKTERAN Agustusi 2019


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HIPERTENSI

Oleh:
Siti Wahyuni Maharani R., S.Ked
Dian Feby Pertiwi, S.Ked
Dzakiyah Nurul Isra, S.Ked
Nurfitria Wulandari Diaswara, S.Ked

Pembimbing :
dr. H. Anwar Umar, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama / NIM : 1. Siti Wahyuni Maharani R., S.Ked/10542054714


2. Dian Feby Pertiwi, S.Ked/10542055014
3. Dzakiyah Nurul Isra, S.Ked/10542058414
4. Nurfitria Wulandari Diaswara, S.Ked/1042050913

Judul : Hipertensi

Telah menyelesaikan tugas Tutorial Klinik dalam rangka kepaniteraan klinik pada

bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 1 Agustus 2019

PEMBIMBING

dr. H. Anwar Umar, M.Kes

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
A. PENYAKIT AKIBAT KERJA ................................................................ 4
1. DEFINISI ............................................................................................. 4
2. FAKTOR RESIKO .............................................................................. 4
3. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA ...................................... 9
4. PENCEGAHAN ................................................................................. 11
B. TENSION TYPE HEADACHE............................................................. 13
BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 15
A. IDENTITAS PASIEN ........................................................................... 15
B. ANAMNESIS ........................................................................................ 15
C. PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................ 16
D. DIAGNOSIS KERJA ............................................................................. 19
E. DIAGNOSIS BANDING........................................................................ 19
F. TERAPI .................................................................................................. 19
G. EDUKASI ............................................................................................... 19
H. PROGNOSIS ......................................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang didasari pendekatan ilmiah

dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko

(risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian-kerugian lainnya yang

mungkin akan terjadi. Kesehatan kerja merupakan bagian dari ilmu kesehatan

yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna

baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan bekerja secara optimal.

Kesehatan kerja juga diatur dalam Undang - Undang nomor 23 tahun 1992

tentang kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya

kesehatan kerja pada setiap tempat kerja khususnya tempat kerja yang berisiko

terjadinya suatu bahaya kesehatan yang cukup besar bagi para tenaga kerja supaya

dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri atau orang yang

ada di sekelilingnya.

Kesehatan kerja sangatlah penting, karena kesehatan kerja berkaitan erat

dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktivitas seorang

karyawan akan rendah jika kesehatannya terganggu akibat lingkungan kerja yang

buruk. Sebaliknya, seorang karyawan yang bekerja di lingkungan kerja yang

1
bersih, sehat, dan tenang akan mampu mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.

Selain produktivitas, kualitas atau mutu produk juga akan mengalami

peningkatan.

Gangguan kesehatan kerja yang tidak ditanggulangi sesegera mungkin

menyebabkan timbulnya penyakit yang secara umum digolongkan menjadi dua

yaitu penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Kesehatan suatu lingkungan

tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja

seperti peningkatan moral kerja, penurunan absensi dan peningkatan

produktivitas. Adapun faktor yang mempengaruhi produktifitas antara lain adalah

kapasitas kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja.

Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan di Indonesia telah terjadi 105.182 kasus kecelakaan kerja hingga

akhir tahun 2015. Dimana 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja

merupakan kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian. Angka

kecelakaan kerja tersebut relatif sangat tinggi. Penyebab kecelakaan kerja yang

sering ditemui diantaranya perilaku yang tidak aman, kondisi lingkungan yang

tidak aman, atau kedua kondisi tersebut terjadi secara bersama – sama. Kondisi ini

kadang diperparah dengan keterlambatan informasi kepada pihak perusahaan

sehingga tidak segera ditangani.

Industri rumah tangga merupakan industri kecil yang bergerak disektor

informal yang menjadi dasar industrialisasi di Indonesia. Industri ini tersebar di

berbagai sentra usaha kecil di kota Makassar, salah satunya adalah industri

2
rumahan kue “Gelora Cake”. Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,

maka berikut akan dijabarkan beberapa permasalahan dan upaya pencegahan

dalam mengurangi kecelakaan kerja pada industri rumahan “Gelora Cake”.

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari

140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat

(tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih

tinggi dari 140 / 90 mmHg.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Akibat Kerja


1. Definisi

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain : golongan

fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di

dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan

terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual

juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan.

2. Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai

berikut:

1) Golongan fisik

a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran

sampai dengan Non-induced hearing loss

b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan

kulit

c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat

cramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat

mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.

d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease

4
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.

Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya

kecelakaan.

2) Golongan kimia

a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis

b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan

keracunan

c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S

d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis

e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan

3) Golongan infeksi

a. Anthrax

b. Brucell

c. HIV/AIDS

4) Golongan fisiologis

Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang

kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat

mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan

perubahan fisik pada tubuh pekerja.

5) Golongan mental

Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan

pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

5
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER-01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31

jenis penyakit akibat kerja yaitu sebagai berikut:1

1) Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan

jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan

silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab

cacat atau kematian.

2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang

disebabkan oleh debu logam keras.

3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang

disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.

5) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik

6) Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang

beracun.

7) Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang

beracun.

8) Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang

beracun.

9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang

beracun.

6
10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang

beracun.

11) Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang

beracun.

12) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang

beracun.

13) Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang

beracun.

14) Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang

beracun.

15) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16) Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.

17) Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang

beracun.

18) Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena

atau homolognya yang beracun.

19) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat

lainnya.

20) Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau

keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida

atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.

7
22) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23) Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan

otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

24) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan

lebih.

25) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang

mengion.

26) Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,

kimiawi atau biologik.

27) Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,

minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari

zat tersebut.

28) Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang

didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi

khusus.

30) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas

radiasi atau kelembaban udara tinggi.

31) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan

obat.

8
3. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini:2

1) Tentukan diagnosis klinis dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan

fisik diagnostik dan pemeriksaan penunjang.

2) Tentukan pajanan terhadap faktor risiko dengan melakukan anamnesis

mengenai riwayat pekerjaan secara cermat dan teliti yang mencakup:

Kapan pertama kali bekerja, sudah berapa lama bekerja, apa yang

dikerjakan, bahan yang digunakan, informasi bahan yang digunakan

(Material Safety Data Sheet/MSDS), bahan yang diproduksi, jenis

bahaya yang ada, jumlah pajanan, kapan mulai timbul gejala, kejadian

sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan

pekerjan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi) dan kebiasaan

lain (merokok, alkohol)

3) Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan

tidak bekerja

a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi

pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau

hilang

b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja

c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari

data penyakit di perusahaan

4) Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan :

a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik

9
b. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis

c. Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui

pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis

5) Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis

a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis –

pembacaan standar ILO)

b. Pemeriksaan audiometrik

c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin

6) Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene

perusahaan yang memerlukan:

a. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan

b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data

yang ada

c. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama

pemajanan

7) Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain

a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis

klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja atau

melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama

b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat

(kaitan dengan kompensasi)

10
4. Pencegahan

Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan

penyakit (five level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:2,4

a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,

meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan

yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,

penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang

keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.

11
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene

perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan

kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti

helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)

baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.

c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-

titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:

memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati

tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan

mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat

mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat

di jabatan yang sesuai.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK

adalah sebagai berikut:

1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya

menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak

berbahaya.

2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.

3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih

lanjut.

4. Menyediakan, memakai dan merawat APD.

12
B. Hipertensi
a. Definisi

- Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar

dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada

dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan

cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National

Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.

- Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi

berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu

hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti

riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat

dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku

merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan

lemak jenuh.

b. Faktor Resiko

- Usia.

- Jenis Kelamin.

- Merokok.

- Kurangnya aktivitas fisik.

c. Prevalensi

Menurut data RISKESDAS 2013 BALITBANKES KEMENKES,

berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pervalensi hipertensi di

13
Indonesia adalah 31,7% menurut provinsi prevalensi hipertensi tertinggi di

Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua barat (20,1%).

Pekerja shift memiliki presentase kejadian hipertensi lebih tinggi

dibandimgkan pekerja non shift. Karakteristik pekerja yang mempengaruhi

hipertensi meliputi umur, stress, indeks massa tubuh, jenis kelamin, aktivitas

fisik.

Hasil penelitian menujukkan bahwa prevalensi hipertensi perempuan

(31,8%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (26,3%). Prevalensi hipertensi

tinggi pada perempuan juga ditemukan di Brazil, di Jordania resiko

perempuan menderita hipertensi 2,5 kali dibandingkan laki-laki.

d. Gambaran klinis

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan

sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali

pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja

dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya

setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien

diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat

mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol,

alkohol dan sebagainya.

14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S.
Umur (tahun) : 45 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Pembuat Adonan.
Tanggal periksa : Kamis, 1 Agustus 2019.
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri kepala.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala dirasakan pasien sejak
1 bulan terakhir. Nyeri dirasakan seperti tegang dan terasa terutama di
daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Nyeri kepala tidak dipengaruhi oleh konsumsi cokelat, keju,
ataupun susu. Pasien mengakui nyeri kepala berkurang bila pasien
beristirahat. Pasien juga mengeluh jika penglihatannya kabur beberapa
hari ini.
Tidak ada riwayat muntah, Pasien juga tidak mengeluhkan
ad an ya kebas pada kedua tangan. Tidak ada gangguan pada
pendengaran, tidak ada telinga berdengung. Pasien sedang tidak
menstruasi dan nyeri kepala tidak berhubungan dengan siklus
menstruasi.
Pasien mengaku sering mengalami gejala tersebut terlebih ketika
pasien sedang bekerja. Menurut pengakuan pasien dalam 1 bulan ini
pasien mengalami keluhan serupa lebih dari 10 kali. Pasien mengaku
mengonsumsi obat hipertensi namun tidak rutin.

15
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja di bagian pembuatan adonan. Pasien telah bekerja
selama lima tahun. Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam
kerja 72 jam/minggu), sejak pukul 08.00 sampai pukul 21.00 WITA
(12 jam kerja dalam sehari). Setiap hari pasien membuat adonan
yang telah dicampur kemudian dipindahkan ke loyang.
b. Potensial Hazard

Bahaya Tempat Lama


Masalah Kesehatan
Potensial Kerja Kerja
Fisiologi  Duduk terus menerus dalam waktu Rumah ±12
(Ergonomi) yang lama. jam/hari
 Beban pikiran karena pekerjaan.
 Kondisi tubuh yang lelah.

c. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami


Pekerjaan utama pasien adalah dibagian pembuat adonan. Pada
bagian pembuat adonan, dalam hal ini pasien melakukan mencampurkan
adonan. Tugas mencampur adonan hanya duduk dan menunggu hingga
adonan tercampur oleh mesin mixer. Pekerjaan ini membuat pasien
jarang beraktivitas fisik sehingga menjadi salah satu faktor tingginya
tekanan darah pasien. Membuat adonan kue tentu saja dibutuhkan
konsentrasi yang tinggi dan beban psikologis yang tinggi pula. Terlebih
apabila terdapat pemesanan yang banyak dari konsumen. Sehingga hal
tersebut dapat memberikan beban pikiran dan stress kepada pekerja.
Kondisi tersebut dapat mendasari timbulnya stress yang dapat
bermanifestasi kepada peningkatan tekanan darah. Ditambah dengan
apabila pesanan membludak pada waktu-waktu tertentu, pekerja

16
termasuk pasien harus lembur sehingga waktu istirahat berkurang,
ditambah jam istirahat hanya 1 jam untuk makan dan sholat.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja selama 5 tahun
5. Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
 Riwayat penyakit keluarga tidak diketahui
6. Riwayat Pengobatan
Pasien mengonsumsi obat antihipertensi namun tidak rutin.
7. Riwayat Alergi
Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 95x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 75 Kg
TB : 148 cm
IMT : 34,24 kg/m2
Status Gizi : Obesitas 2
a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)

17
b. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
c. Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
d. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea mid
klavikularis kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
f. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)
2. Status Lokalis
Kepala
Inspeksi : Tanda – tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-)

18
Perkusi : Tidak di evaluasi.
Auskultasi : Tidak di evaluasi.
D. Diagnosis Kerja
Hipertensi Esensial
E. Diagnosis Banding
 Hipertensi Orthostatik
 Tension Type Headache

F. Terapi
Amlodipine 5mg tab 1-0-0
G. Edukasi
 Istirahat dengan tenang, ruangan gelap.
 Konsumsi obat anti hipertensi secara rutin.
 Segera ke dokter untuk Check Up berikutnya sebelum obat habis.
 Olahraga secara rutin minimal 3 kali seminggu.
 Diet rendah garam.
 Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang

H. Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu Industri

Rumahan di Makassar dilakukan pemeriksaan secara acak kepada 22 pekerja,

beberapa diagnosis pada pekerja yaitu Tension Type Headache 4 orang, Low Back

Pain 1 orang, hipertensi 4 orang, Dyspepsia 2 orang, vertigo 2 orang, dan tanpa

keluhan 9 orang. Berkaitan dengan penyakit hipertemsi yang dialami oleh pekerja,

terutama pada bagian pekerja bagian industri rumahan, yang memang mayoritas

pekerjaan yang dilakukan adalah duduk lama di depan adonan yang kurang

beraktivitas, dan dituntut harus fokus karena berkaitan dengan kepuasan

konsumen sehingga memiliki beban pikiran yang besar, maka diambil sampel

observasi yaitu pekerja dengan diagnosa Hipertensi.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien

didiagnosa hipertensi. Dari anamnesis, pasien diketahui mengalami keluhan nyeri

kepala. Nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan tegang dan

terasa terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan

hilang timbul. Nyeri kepala tidak dipengaruhi oleh konsumsi cokelat, keju,

ataupun susu. Pasien mengakui nyeri kepala sedikit berkurang bila pasien

beristirahat. Riwayat trauma tidak ada. Pasien telah bekerja selama lima tahun.

Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam kerja 72 jam/minggu), dengan

durasi 12 jam kerja dalam sehari. Setiap hari pasien duduk di depan alat mixer

seriap hari selama 12 jam. Diantara 22 orang karyawan tersebut, 4 diantaranya

mengeluh keluhan yang sama dan didiagnosis Hipertensi.

20
Pada pasien ini dapat ditemukan sebab terjadinya penyakit akibat kerja

adalah ergonomis akibat Unsafe Action pada pasien ini yaitu posisi duduk di

depan adonan dalam waktu yang lama. Waktu istirahat yang kurang secara

psikologis yang dapat menimbulkan stres dapat meningkatkan resiko terjadinya

Hipertensi.

Hasil penelitian menunjukkan jenis pekerjaan menjadi faktor protektif terhadap

hipertensi yaitu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD, wiraswasta, petani, nela-yan,

buruh dan kelompok pekerjaan lainnya. Bekerja dapat mencegah hipertensi karena

aktivitas fisik akibat kerja baik untuk peredaran darah, orang yang tidak bekerja

berisiko menderita hipertensi 8,95 kali dibandingkan dengan orang yang bekerja.

Kebiasaan melakukan aktivitas fisik mengisi waktu luang belum menjadi

kebiasaan, komputerisasi menurunkan aktivitas fisik. Penelitian lain membuktikan

semakin tinggi aktivitas fisik semakin rendah tekanan darah. Gambaran lain

menunjuk-kan pekerja shift memiliki persentase hipertensi lebih tinggi dibanding

pekerja non-shift.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur me-rupakan faktor risiko hipertensi.

Semakin bertambah umur seseorang semakin berisiko hipertensi, orang yang

berumur > 60 tahun berisiko 4,5 kali menderita hipertensi dibandingkan yang

berumur 25-39 tahun. Penelitian lain menunjukkan kasus hipertensi bisa terjadi

pada segala umur, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun.

Pada penderita Hipertensi Stres berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Hasil penelitian di Kabupaten Banyuwangi juga membuktikan kejadian hipertensi

21
dipengaruhi stres. Stres berpengaruh terhadap hipertensi dikaitkan dengan peran

saraf simpatis yang memengaruhi hormon epinefrin yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Prinsip pengobatan adalah pedekatan fisiologik (turunkan BB, diet rendah

garam, peningkatan aktifitas) dan farmakologik (anti hipertensi dan analgetik).

Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang

meningkatnya tekanan darah agar penderita mengerti tentang permasalahan yang

selama ini kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam

pemeriksaan tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat

bagi penderita.

22
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Hipertensi pada kasus ini nyeri kepala yang disebabkan oleh kurangnya

aktifitas fisik dan stress.

2. Penyakit akibat kerja pada pasien ini terjadi akibat unsafe action.

B. SARAN
1. Untuk Pekerja

 Pekerja juga disarankan untuk mengatur jadwal kerja diselingi waktu

istirahat.

 Melakukan latihan peregangan otot jika sudah bekerja dalam jangka

waktu yang lama dalam sehari serta mengistirahatkan diri bila sudah

cukup merasa lelah.

 Berolahraga ringan minimal 3 kali seminggu

2. Untuk Perusahaan

Menyediakan jadwal khusus bagi pekerja untuk berelaksasi disela-sela

kegiatan dan berlibur.

3. Untuk Puskesmas

 Melakukan penyuluhan terhadap pekerja secara berkala agar dapat

dilakukan upaya pencegahan untuk mengurangi angka kesakitan serta

melakukan penyuluhan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja

pada tempat kerja minimal 1 kali per tiga bulan.

23
 Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin di area perusahaan agar

tekanan darah pekerja dapat terkontrol dan terawasi dengan baik

minimal 1 kali per 3 bulan.

 Memandu para pekerja yang menderita hipertensi untuk segera ke

Puskesmas agar mendapatkan obat anti hipertensi secara teratur dan

dapat bergabung dalam program Prolanis.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit

yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Presiden Republik Indonesia: Jakarta;

1993

2. Jeyaratnam J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2009.

3. Suaeb A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Gunadarma;

2013

4. Harsono, 2009. Kapita Selekta. Edisi 8. Jakarta : Erlangga

5. Harianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta. 2008.

6. Rilanto, Lily. Buku ajar PENYAKIT KARDIOVASKULAR. Perhimpunan

Dokter Spesialis Jantung Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press;

2015. hal 285-8.

7. Adrian, SJ. Hipertensi Esensial : Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada

Dewasa. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik

Indonesia Atma Jaya. Jakarta. 2019.

8. Depkes RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas

Kesehatan. Jakarta.

9. Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

25
10. Hardati, Anna. Aktivitas Fisik dan Kejadian Hipertensi pada Pekerja :

Analisis data Riskesdas 2013. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada;

Oktober 2017.

26
LAMPIRAN

Gambar 1. Lokasi tempat kerja yang di observas

Gambar 2. Pemeriksaan Kesehatan .

27
Gambar 3. Kondisi Dapur

28

Anda mungkin juga menyukai