HIPERTENSI
Oleh:
Siti Wahyuni Maharani R., S.Ked
Dian Feby Pertiwi, S.Ked
Dzakiyah Nurul Isra, S.Ked
Nurfitria Wulandari Diaswara, S.Ked
Pembimbing :
dr. H. Anwar Umar, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Hipertensi
Telah menyelesaikan tugas Tutorial Klinik dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Muhammadiyah Makassar.
PEMBIMBING
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang didasari pendekatan ilmiah
dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko
mungkin akan terjadi. Kesehatan kerja merupakan bagian dari ilmu kesehatan
yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan bekerja secara optimal.
Kesehatan kerja juga diatur dalam Undang - Undang nomor 23 tahun 1992
kesehatan kerja pada setiap tempat kerja khususnya tempat kerja yang berisiko
terjadinya suatu bahaya kesehatan yang cukup besar bagi para tenaga kerja supaya
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri atau orang yang
ada di sekelilingnya.
karyawan akan rendah jika kesehatannya terganggu akibat lingkungan kerja yang
1
bersih, sehat, dan tenang akan mampu mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.
peningkatan.
yaitu penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Kesehatan suatu lingkungan
tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja
akhir tahun 2015. Dimana 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja
kecelakaan kerja tersebut relatif sangat tinggi. Penyebab kecelakaan kerja yang
sering ditemui diantaranya perilaku yang tidak aman, kondisi lingkungan yang
tidak aman, atau kedua kondisi tersebut terjadi secara bersama – sama. Kondisi ini
berbagai sentra usaha kecil di kota Makassar, salah satunya adalah industri
2
rumahan kue “Gelora Cake”. Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,
140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain : golongan
2. Faktor Risiko
berikut:
1) Golongan fisik
kulit
4
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
kecelakaan.
2) Golongan kimia
keracunan
3) Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4) Golongan fisiologis
5) Golongan mental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan
5
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
5) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
beracun.
beracun.
beracun.
beracun.
6
10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.
beracun.
beracun.
beracun.
beracun.
beracun.
18) Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena
19) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
21) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
7
22) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
27) Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
zat tersebut.
29) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
khusus.
30) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas
31) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan
obat.
8
3. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Kapan pertama kali bekerja, sudah berapa lama bekerja, apa yang
bahaya yang ada, jumlah pajanan, kapan mulai timbul gejala, kejadian
sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan
tidak bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau
hilang
9
b. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis
b. Pemeriksaan audiometrik
yang ada
pemajanan
10
4. Pencegahan
penyakit (five level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:2,4
11
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
berbahaya.
lanjut.
12
B. Hipertensi
a. Definisi
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada
lemak jenuh.
b. Faktor Resiko
- Usia.
- Jenis Kelamin.
- Merokok.
c. Prevalensi
13
Indonesia adalah 31,7% menurut provinsi prevalensi hipertensi tertinggi di
hipertensi meliputi umur, stress, indeks massa tubuh, jenis kelamin, aktivitas
fisik.
d. Gambaran klinis
pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja
dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S.
Umur (tahun) : 45 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Pembuat Adonan.
Tanggal periksa : Kamis, 1 Agustus 2019.
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri kepala.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala dirasakan pasien sejak
1 bulan terakhir. Nyeri dirasakan seperti tegang dan terasa terutama di
daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Nyeri kepala tidak dipengaruhi oleh konsumsi cokelat, keju,
ataupun susu. Pasien mengakui nyeri kepala berkurang bila pasien
beristirahat. Pasien juga mengeluh jika penglihatannya kabur beberapa
hari ini.
Tidak ada riwayat muntah, Pasien juga tidak mengeluhkan
ad an ya kebas pada kedua tangan. Tidak ada gangguan pada
pendengaran, tidak ada telinga berdengung. Pasien sedang tidak
menstruasi dan nyeri kepala tidak berhubungan dengan siklus
menstruasi.
Pasien mengaku sering mengalami gejala tersebut terlebih ketika
pasien sedang bekerja. Menurut pengakuan pasien dalam 1 bulan ini
pasien mengalami keluhan serupa lebih dari 10 kali. Pasien mengaku
mengonsumsi obat hipertensi namun tidak rutin.
15
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja di bagian pembuatan adonan. Pasien telah bekerja
selama lima tahun. Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam
kerja 72 jam/minggu), sejak pukul 08.00 sampai pukul 21.00 WITA
(12 jam kerja dalam sehari). Setiap hari pasien membuat adonan
yang telah dicampur kemudian dipindahkan ke loyang.
b. Potensial Hazard
16
termasuk pasien harus lembur sehingga waktu istirahat berkurang,
ditambah jam istirahat hanya 1 jam untuk makan dan sholat.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja selama 5 tahun
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
Riwayat penyakit keluarga tidak diketahui
6. Riwayat Pengobatan
Pasien mengonsumsi obat antihipertensi namun tidak rutin.
7. Riwayat Alergi
Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 95x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 75 Kg
TB : 148 cm
IMT : 34,24 kg/m2
Status Gizi : Obesitas 2
a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)
17
b. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
c. Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
d. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea mid
klavikularis kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
f. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)
2. Status Lokalis
Kepala
Inspeksi : Tanda – tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
18
Perkusi : Tidak di evaluasi.
Auskultasi : Tidak di evaluasi.
D. Diagnosis Kerja
Hipertensi Esensial
E. Diagnosis Banding
Hipertensi Orthostatik
Tension Type Headache
F. Terapi
Amlodipine 5mg tab 1-0-0
G. Edukasi
Istirahat dengan tenang, ruangan gelap.
Konsumsi obat anti hipertensi secara rutin.
Segera ke dokter untuk Check Up berikutnya sebelum obat habis.
Olahraga secara rutin minimal 3 kali seminggu.
Diet rendah garam.
Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang
H. Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
19
BAB IV
PEMBAHASAN
beberapa diagnosis pada pekerja yaitu Tension Type Headache 4 orang, Low Back
Pain 1 orang, hipertensi 4 orang, Dyspepsia 2 orang, vertigo 2 orang, dan tanpa
keluhan 9 orang. Berkaitan dengan penyakit hipertemsi yang dialami oleh pekerja,
terutama pada bagian pekerja bagian industri rumahan, yang memang mayoritas
pekerjaan yang dilakukan adalah duduk lama di depan adonan yang kurang
konsumen sehingga memiliki beban pikiran yang besar, maka diambil sampel
kepala. Nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan tegang dan
terasa terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri kepala tidak dipengaruhi oleh konsumsi cokelat, keju,
ataupun susu. Pasien mengakui nyeri kepala sedikit berkurang bila pasien
beristirahat. Riwayat trauma tidak ada. Pasien telah bekerja selama lima tahun.
Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam kerja 72 jam/minggu), dengan
durasi 12 jam kerja dalam sehari. Setiap hari pasien duduk di depan alat mixer
20
Pada pasien ini dapat ditemukan sebab terjadinya penyakit akibat kerja
adalah ergonomis akibat Unsafe Action pada pasien ini yaitu posisi duduk di
depan adonan dalam waktu yang lama. Waktu istirahat yang kurang secara
Hipertensi.
buruh dan kelompok pekerjaan lainnya. Bekerja dapat mencegah hipertensi karena
aktivitas fisik akibat kerja baik untuk peredaran darah, orang yang tidak bekerja
berisiko menderita hipertensi 8,95 kali dibandingkan dengan orang yang bekerja.
semakin tinggi aktivitas fisik semakin rendah tekanan darah. Gambaran lain
pekerja non-shift.
berumur > 60 tahun berisiko 4,5 kali menderita hipertensi dibandingkan yang
berumur 25-39 tahun. Penelitian lain menunjukkan kasus hipertensi bisa terjadi
pada segala umur, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun.
21
dipengaruhi stres. Stres berpengaruh terhadap hipertensi dikaitkan dengan peran
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
selama ini kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam
pemeriksaan tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat
bagi penderita.
22
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hipertensi pada kasus ini nyeri kepala yang disebabkan oleh kurangnya
2. Penyakit akibat kerja pada pasien ini terjadi akibat unsafe action.
B. SARAN
1. Untuk Pekerja
istirahat.
waktu yang lama dalam sehari serta mengistirahatkan diri bila sudah
2. Untuk Perusahaan
3. Untuk Puskesmas
23
Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin di area perusahaan agar
24
DAFTAR PUSTAKA
1993
2013
Jakarta. 2008.
8. Depkes RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta.
Cipta
25
10. Hardati, Anna. Aktivitas Fisik dan Kejadian Hipertensi pada Pekerja :
Oktober 2017.
26
LAMPIRAN
27
Gambar 3. Kondisi Dapur
28