Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih kepada Kepala Sekolah yakni Bapak Mohamad Ghozali dan Bapak Marzuki, S. Pd dan
juga kami ucapkan kepada teman-teman SMKN 4 JEMBER khususnya X OTKP 1 yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.
PENGESAHAN
Makalah ini yang berjudul “NILAI- NILAI PANCASILA DALAM KRANGKA PRAKTIK PENYELENGGARAAN
NEGARA” Disahkan pada:
HARI: SELASA
PENDAHULUAN
Pancasila merupakan dasar dari norma-norma yang tidak boleh dilanggar. Pancasila yang
begitu agung tidak boleh dikesampingkan dalam penyelenggaraan negara. Dalam perjalanan
panjang kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering mengalami berbagai deviasi
dalam aktualisasi nilai-nilainya. Seperti beberapa penyimpangan yang terjadi pada
penyelenggaran pemerintah yang terjadi pada perumusan Undang-Undang yang dilakukan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Penyimpangan tersebut berupa penyelewengan isi Undang-
Undang yang dirasa tidak sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila. Pancasila yang mempunyai
nilai-nilai agung dirasa tidak sejalan dengan beberapa Undang-Undang yang dirumuskan.
Maka dari itu, perlu adanya pemahaman dan penerapan kembali nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bernegara, terutama oleh penyelenggara negara. Peraturan yang dibuat oleh
para penyelenggara negara diharapkan dapat kembali sejalan dengan nilai-nilai Pancasila,
sehingga Dasar Negara tetap menjadi landasan hukum yang praktis dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan , menambah wawasan siswa dalam bidang
hak asasi manusia serta untuk mempelajari dan memahami nilai-nilai Pancasila.
1.3 Manfaat
BAB II
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KERANGKA PRAKTIK PENYELENGGARAAN PEMERINTAH
NEGARA
Tokoh lain yang berpendapat tentang kekuasaan Negara, yaitu Montesquieu. Montesquieu
sebagaimana dikutip oleh Astim Riyanto dalam Bukunya yang berjudul Negara Kesatuan;
Konsep, Asas, dan Aplikasinya (2006:278)
Dalam sebuah praktik ketatanegaraan sering terjadi pemusatan kekuasaan pada satu orang
saja, sehingga terjadi pengelolaan sistem pemerintahan yang dilakukan secara absolut atau
otoriter. Untuk menghindari hal tersebut perlu adanya pemisahan atau pembagian
kekuasaan, sehingga terjadi control dan keseimbangan diantara lembaga pemegang
kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan legislatif, eksekutif maupun yudikatif tidak
dipegang oleh satu orang saja.
Apa sebenarnya konsep pemisahan dan pembagian kekuasaan itu? Mohammad Kusnardi
dan Hermaily Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum Tata Negara
(1983:140) menyatakan bahwa istilah pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan
pembagian kekuasaan (divisions of power) merupakan dua istilah yang memiliki pengertian
berbeda satu sama lainnya. Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan Negara itu terpisah-
pisah dalam beberapa bagian, baik mengenai organnya maupun fungsinya. Setiap lembaga
menjalankan fungsinya masing-masing. Contoh Negara yang menganut mekanisme
pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat. Mekanisme pembagian kekuasaan negara
dibagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan.
Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan ada
koordinasi atau kerjasama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali digunakan oleh banyak
negara di dunia, termasuk Indonesia.
Sebagai rakyat Indonesia, kita harus mendukung setiap program dari pemerintah. Wujud
dukungan itu antara lain:
2.2.1 Kedudukan
Menurut UU Nomor .39 tahun 2008 mengenai Kementrian Negara pada bab II Kedudukan
dan urusan pemerintahan pasal (2) bahwa kementrian berkedudukan di Ibu Kota Negara
Republik Indonesia. Pasal 3, bahwa Kementrian berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Maksudnya kedudukan kementrian dalam struktur pemerintahan tidak
tergantung pada dewan tetapi tergantung pada presiden.
2.2.2 Fungsi
Tugas dan kewenangan presiden yang sangat banyak ini tidak mungkin dikerjakan Sendiri.
Oleh karena itu, Presiden memerlukan orang lain untuk membantunya. Dalam
melaksanakan tugasnya, Presiden Republik Indonesia dibantu oleh seorang Wakil Presiden
yang dipilih bersamaan dengannya melalui pemilihan umum, serta membentuk beberapa
kementerian negara yang dipimpin oleh Menteri-Menteri Negara. Menteri – menteri
Negara ini dipilih dan diangkat serta diberhentikan oleh presiden sesuai dengan
kewenangannya. Keberadaan Kementerian Negara Republik Indonesia diatur secara tegas
dalam Pasal 17 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan:
Selain diatur oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, keberadaan kementerian
Negara juga diatur dalam sebuah undang-undang organik, yaitu Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Undang-
undang ini mengatur semua hal tentang kementerian negara, seperti kedudukan, tugas
pokok, fungsi, susunan organisasi, pembentukan, pengubahan, penggabungan, pemisahan
atau penggantian, pembubaran/penghapusan kementerian, hubungan fungsional
kementerian dengan lembaga pemerintah non-kementerian dan pemerintah daerahserta
pengangkatan dan pemberhentian menteri.
Pasal 17 ayat (3) UUD NRI tahun 1945 menyebutkan bahwa “setiap menteri membidangi
urusan tertentu dalam pemerintahan.” Dengan katalain, setiap kementerian Negara masing-
masing mempunyai tugas sendiri.
Adapun urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab kementerian Negara adalah
sebagai berikut.
a) Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan luar negeri, dalam
negeri, dan pertahanan.
Jumlah kementerian Negara dibentuk cukup banyak. Hal ini dikarenakan urusan
pemerintahan pun jumlahnya sangat banyak dan beragam. Pasal 15 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara secara tegas
menyatakan bahwa jumlah maksimal kementerian negara yang dapat dibentuk adalah 34
kementerian negara.
3) Kementerian Pertahanan
1) Kementerian Agama
3) Kementerian Keuangan
6) Kementerian Kesehatan
7) Kementerian Sosial
8) Kementerian Ketenagakerjaan
9) Kementerian Perindustrian
5) Kementerian Pariwisata
a) Kementerian DalamNegeri
d) Kementerian Pertahanan
a) Kementerian Keuangan
b) Kementerian Ketenagakerjaan
c) Kementerian Perindustrian
d) Kementerian Perdagangan
f) Kementerian Pertanian
a) Kementerian Agama;
d) Kementerian Kesehatan;
e) Kementerian Sosial;
b) Kementerian Perhubungan
d) Kementerian Pariwisata
Selain memiliki kementerian negara, Republik Indonesia juga memiliki Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
Lembaga Pemerintah Non- Kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk
membantu presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Lembaga
Pemerintah Non-Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung
kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait. Keberadaan
LPNK diatur oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia, yaitu Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Berikut ini Daftar
Lembaga Pemerintah Non -Kementerian yang ada di Indonesia.
12) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
13) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), di bawah koordinasi Menteri
Kesehatan.
14) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), di bawah koordinasi Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
17) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di bawah koordinasi Menteri
Riset danTeknologi.
20) Badan Pusat Statistik (BPS), di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
22) Badan Standarisasi Nasional (BSN), di bawah koordinasi Menteri Riset dan
Teknologi.
23) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), di bawah koordinasi Menteri Riset dan
Teknologi.
24) Badan Urusan Logistik (BULOG), di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
26) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di bawah koordinasi Menteri Riset dan
Teknologi.
Pancasila mempunyai peran dan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Indonesia yaitu sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa, ideologi Negara,
jiwa bangsa, kepribadian bangsa, cita-cita dan tujuan nasional. Semua peran dan fungsi
tersebut harus diaplikasikan dan diamalkan dalam kehidupan di Indonesia baik dari mulai
skala kecil didalam keluarga hingga dalam pemerintahan dan penyelenggaraan negara
secara keseluruhan.
Nilai-nilai Pancasila tidak lepas bagiannya dari akar budaya yang ada di Indonesia. Akar
budaya ini melekat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan di Indonesia.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menunjukan bahwa Tuhan adalah sebab pertama dari segala
sesuatu. Manusia Indonesia senantiasa menjalankan segala tuntunan agamanya sejalan
dengan mengembangkan toleransi.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mencerminkan manusi berkedudukan sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Nilai dan rasa kemanusiaan akan
menumbuhkan sikap tenggang rasa, menghormati hak asasi manusia, mengutamakan
kebenaran dan keadilan, anti penjajah dan mencintai semua manusia.
Sila Persatuan Indonesia, pengakuan terhadap kesatuan tanah air, satu bangsa dan satu
negara Indonesia, menjadi keseluruhan yang utuh.
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengakui hakikat adil berupa
pemenuhan segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dalam hubungan hidup
kemanusiaan.
Nilai Pancasila ini bukan hanya menjadi dasar filosofi saja melainkan mempunyai nilai
praktis yang harus diamalkan dalam setiap lini kehidupan.
3) Tidak memaksa warga Negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama
sesuai hukum yang berlaku.
6) Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan
menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.
2) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat
universal.
Hal ini berarti bahwa yang dituju masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang
tidak pasif, yaitu perlu pelurusan dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi
penyimpangan-penyimpangan, karena Keadilan harus direalisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.
1) Nasionalisme
Permusyawaratan/Perwakilan
1) Hakikat Sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum, yaitu pemerintah
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
3) Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu diingat
bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sebagai konsekuensi adanya kejujuran
bersama.
4) Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu
terletak pada permusyawaratan rakyat.
1) Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
berkelanjutan.
3) Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai
dengan bidangnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dan pembahasan, maka makalah
ini memiliki beberapa kesimpulan.
Bentuk pelanggaran Pancasila dalam Penyelenggaraan Negara, salah satu contohnya adalah
pengaduan gugatan terhadap Undang-Undang (UU). Pengaduan gugatan Undang-Undang
kepada Mahkmah Konstitusi (MK) pada beberapa periode antara 2003-2012 ada sekitar 400
pengaduan. Pengaduan tersebut terkait dengan adanya indikasi pelanggaran Nilai-Nilai
Pancasila dalam Undang-Undang yang di rancang.
Pancasila sebagai nilai dapat berupa Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti
adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta.
3.2 Saran
Penyelenggaraan Negara seharusnya ada evaluasi secara khusus dan bertahap dan adanya
pertanggung jawaban secara moril kepada masyarakat mengenai tugas yang diemban.
Adanya penerapan Nilai-Nilai Pancasila sebagai issue yang selalu diangkat oleh
penyelenggara Negara dan disosialisasikan kepada masyarakat.
Sebaiknya segala macam tindakan penyelenggara Negara dapat melihat secara visual kondisi
masyarat dan menetapkan hukum yang sesuai aktualisasi nilai Pancasila untuk
kesejahteraan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Kadir, Abdul. 1994, Pancasila dan Alam Pikiran Integralistik (Kedudukan dan
Pada tanggal 29-30 september 1992. Diakses pada tanggal 20 Maret 2017. Pukul
16.18 WITA
Pusat Kajian Amal Pancasila. Diakses pada tanggal 21 Maret 2017. Pukul 17.30
WITA
Dosen-Dosen PTN se-jawa Tengah dan kompenis wil,VI. Diakses pada tanggal