Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktek Keterampilan

MANAJEMEN PEMANENAN KOPI ARABIKA ( Coffea Arabica L. ) DI KBQ.


BABURRAYYAN

OLEH:

FAFI RAHMATILLAH
1605101050042

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, syukur di ucapkan penulis berkat rahmat Allah SWT penulis mampu
menyelesaikan laporan praktek keterampilan dengan judul “MANAJEMEN
PEMANENAN KOPI ARABIKA ( Coffea arabica) DI KBQ BABURRAYYAN”.
Laporan ini merupakan salah satu syarat kurikulum jenjang Sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik
moril maupun material dari berbagai pihak, sehingga penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ir. Erida Nurahmi, M.P. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktek keterampilan
ini.
2. Bapak Dr. Ir. Syamsuddin, M.Si selaku ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala.
3. Ibu Dr. Rita Hayati, SP, M.Si selaku sekretaris Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala.
4. Bapak Rizwan Husin, SE Ak, Bapak Armiyadi S. Hut. selaku Pengurus KBQ
Baburrayyan.
5. Bapak Sahmida dan Moch. Charis Selaku pembimbing lapangan sekaligus manager dan
staff KBQ Baburrayyan.
6. Orang tua, yang telah memberikan dukungan, baik motivasi, moril dan materil dalam
melaksanakan kegiatan hingga penyelesaian laporan praktek lapang ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan dan dukungannya, sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan, penulisan dan isi
laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi penyempurnaan tulisan ini.
Banda Aceh, 21 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………….............................….


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
I. PENDAHULUAN …………………………………………….....................
1.1.Latar Belakang …………….………………………………………...….
1.2.Tujuan Praktik Keterampilan ……….……………………….………….
1.3.Manfaat Praktik Keterampilan…………………………………………..
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………..…………………….….
2.1 Botani Tanaman Kopi Arabika………………………………………….
2.2 Morfologi Tanaman Kopi Arabika……………………………………...
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika………………………………..
III. KONDISI UMUM KBQB…………………………………………………..
KP GAYO, PONDOK GAJAH BENER MERIAH………………………..
3.1 Profil KBQB…………...……………………………………………….
3.2 STRUKTUR ORGANISASI KBQB….……….......…………………..
IV. METODELOGI PRAKTIKUM …….……………………………………...
4.1 Tempat dan Waktu …………...………………………………….…….
4.2 Alat dan Bahan…………………………………………………………
4.3 Metode Pelaksanaan……………………………………………………
V. PEMBAHASAN …………………………………………………………….
5.1 Hasil Praktek Lapangan………………………………………………..
5.2 Pembahasan…………………………………………………………….
VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………....
6.2 Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
LAMPIRAN ……………………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman kopi termasuk dalam famili Rubiaceae dan terdiri atas banyak jenis antara
Coffea arabica, Coffea robusta dan Coffea liberica. Negara asal tanaman kopi adalah
Abessinia yang tumbuh di dataran tinggi. Tanaman kopi Robusta tumbuh baik di dataran
rendah sampai ketinggian sekitar 1000 m diatas permukaan laut, daerahdaerah dengan suhu
sekitar 200oC. Tanaman kopi arabika menghendaki daerahdaerah yang lebih tinggi sampai
ketinggian sekitar 1700 m di atas permukaan laut, daerah-daerah yang umumnya dengan
suhu sekitar 10-16°C. Tanaman kopi liberika dapat tumbuh di dataran rendah. Untuk tumbuh
subur kopi diperlukan curah hujan sekitar 2.000-3.000 mm tiap tahun serta memerlukan
waktu musim kering sekurangkurangnya 1-2 bulan pada waktu berbunga dan pada waktu
pemetikan buah. Tanaman kopi mulai dapat menghasilkan setelah umur 4-5 tahun
tergantung pada pemeliharaan dan iklim setempat. Tanaman kopi dapat memberi hasil tinggi
mulai umur 8 tahun dan dapat berbuah baik selama 15-18 tahun, jika pemeliharaan tanaman
kopi baik, akan menghasilkan sampai umur sekitar 30 tahun (Ridwansyah, 2003).
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan
juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).
Kopi Arabika (Coffea arabica L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang
dibudidayakan di Indonesia. Luas areal tanaman menghasilkan kopi Arabika pada tahun
2017 telah mencapai 207,474 ha dengan produksi sebanyak 173,765 ton (Ditjenbun, 2016).
Pusat produksi kopi Arabika tersebar diseluruh Indonesia, salah satunya di Provinsi Jawa
Timur. Provinsi Jawa Timur menjadi sentra penghasil kopi Arabika Nasional dengan
produksi kopi mencapai 16,222 ton pada tahun 2016 dan meningkat menjadi 16,507 ton pada
tahun 2017. Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu penghasil kopi Arabika, dengan luas
areal tanaman menghasilkan 5,243 ha dan produksi mencapai 4,105 ton pada tahun 2015, di
atas Kabupaten Situbondo dan kota Jember (Ditjenbun, 2016). Produksi kopi Arabika
Kabupaten Bondowoso yang cukup tinggi disebabkan oleh iklim Kabupaten Bondowoso
yang mendukung pertumbuhan tanaman kopi Arabika yaitu dataran tinggi Ijen yang
memiliki ketinggian di atas 1000 m dpl.
Perkembangan kopi di Indonesia mengalami kenaikan produksi yang cukup pesat,
pada tahun 2007 produksi kopi mencapai sekitar 676.5 ribu ton dan pada tahun 2013
produksi kopi sekitar 691.16 ribu ton. Sehingga produksi kopi di Indonesia dari tahun 2007-
2013 mengalami kenaikan sekitar 2.17 %. Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan
dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi pengolahan kopi dan pemasaran
komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga
daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012).
Indonesia sebagai salah satu negara produsen utama kopi menghadapi ujian berat,
karena selain kondisi tanaman yang sudah tua dan mutu produksi yang rendah, kemerosotan
harga kopi yang menyebabkan kebun makin tidak terpelihara dan produktivitas makin
rendah. Kondisi perkopian di berbagai daerah yang dilaporkan media massa cukup
memprihatinkan. Sebagian petani menebang dan membongkar kebun kopinya untuk diganti
dengan tanaman lain dan kebanyakan kebun kopi dibiarkan terlantar. Petani kopi terpaksa
mencari pekerjaan lain untuk menghidupi keluargannya. Akibatnya produksi kopi Indonesia
terus menurun dan daya saingnya makin lemah.
Peningkatan produktivitas dan mutu hasil kopi dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan teknik budidaya tanaman kopi mulai dari penanaman hingga perawatan.
Kegiatan penanaman diawali dengan pemiliahan varietas yang sesuai dengan kondisi lahan,
serta penentuan jarak tanam kopi yang disesuaikan dengan kemiringan tanah. Pemupukan
dilakukan dengan memperhatikan waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara
pengaplikasiannya. Selain itu, perlu adanya pemangkasan agar tanaman kopi tetap rendah
sehingga mudah dalam perawatan, pembentukan cabang-cabang produktif, mempermudah
masuknya cahaya,serta mempermudah pengendalian hama dan penyakit (Prastowo, 2010).
Kopi baru dapat dipanen hasilnya 3-4 tahun setelah tanam, sehingga diperlukan faktor
penentu produksi yang dapat menjamin hasil akhir yang maksimal. Investasi yang dapat
menghasilkan produksi kopi yang maksimal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor
lingkungan, faktor genetik, dan faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim
dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas
kelapa sawit yang unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan,
penanaman, perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya sampai
perawatan terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi
yang maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah manajemen
pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik dan benar
akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti, untuk itu perlu diperhatikan kriteria
panen pada kebun kopi.
Kriteria panen biasanya dilihat dari jumlah buah kopi yang sudah berwarna merah
keseluruhan serta daging buah yang lunak dan berlendir. Sebelum dan selama panen, areal
disiapkan sebersih mungkin khususnya di bawah pohon kopi. Jalan-jalan kontrol, pos-pos
keamanan dan tempat pengumpulan hasil (TPH) dipersiapkan sebaik mungkin. Areal dibagi
menurut tahun tanam/blok yang sudah ada dan dipersiapkan juga administrasi daftar rotasi
petik. Tahap pemanenan pada buah kopi dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu: pemetikan
selektif, pemetikan setengah selektif, lelesan, racutan/rampasan. Pemetikan selektif
dilakukan hanya pada buah yang sudah matang/benar-benar masak. Pemetikan setengah
selektif dilakukan pada dompolan buah masak. Lelesan, yakni pemungutan terhadap buah
kopi yang gugur karena terlambat dipetik. Racutan/rampasan, yakni pemetikan terhadap
semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Tenaga pemanen yang dibutuhkan dalam satu hektar perkebunan kopi biasanya
sebanyak 2-4 orang. Kekurangan tenaga dapat diatasi dengan jam kerja petik diperpanjang,
petik hari libur dan menambah tenaga dari tempat lain, dengan memperhatikan kapasitas
pengolahan (Prastowo et al. 2010). Kopi yang sudah dipetik harus segera diolah lebih lanjut
dan tidak boleh dibiarkan selama lebih dari 12-20 jam karena buah kopi mudah rusak dan
menyebabkan perubahan cita rasa pada seduhan kopi (Panggabean, 2011). Transportasi hasil
panen juga harus diperhatikan, karena ketidaklancaran dalam transportasi hasil akan
menyebabkan buah kopi yang masuk ke pabrik untuk diolah menjadi terlambat.
Keterlambatan buah kopi yang masuk ke pabrik untuk diolah, dapat mengurangi rendemen.
Transportasi hasil panen kopi dari kebun ke pabrik menggunakan kendaraan jenis truck.
Selama di perjalanan menuju pabrik, buah kopi harus diperhatikan keamanannya.
Pemanenan kopi sebaiknya dilakukan secara teratur dan hanya buah-buah yang masak
optimal saja yang dipetik. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan
komponen senyawa gula di dalam daging buah. Buah kopi yang masak mempunyai daging
buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga
rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak
manis karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir
pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan
pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi (Soerotani 1997).
Panen kopi Arabika dilakukan dengan cara memetik buah kopi masak yang berwarna
merah dengan rotasi 10-12 hari. Setelah panen selesai perlu dilakukan pemisahan buah-buah
hijau, kuning, keriput, dan kering. Buah-buah ini apabila tercampur dapat menimbulkan
cacat fisik biji kopi dan cacat rasa setelah kopi diseduh. Sebelum dilaksanakan pemanenan,
piringan di bawah pohon kopi harus bersih dari gulma dan serasah daun kopi. Hal tersebut
dimaksudkan agar pemetik dapat bekerja dengan leluasa dan buah kopi yang jatuh akan lebih
mudah terlihat dan dapat segera dipungut. Sebelum dikirim ke pabrik, terlebih dahulu
dilakukan sortasi buah kopi gelondong yang memisahkan kopi gelondong merah, kopi
gelondong hitam/kismis dan kopi gelondong hijau. Kopi gelondong hijau tidak
diperbolehkan dipetik tetapi dalam pelaksanaannya ada yang terikut sehingga perlu
dipisahkan. Hasil petik atau panen yang baik menghasilkan gelondong merah minimal 95%
(Panggabean 2011).

1.2. Tujuan Praktik Keterampilan


Adapun tujuan dari praktik ketrampilan ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat lebih memahami teknik dan manajemen pemanenan tanaman kopi
di KBQ. Baburayyan.
2. Mahasiswa dapat lebih memahami ciri tanaman kopi yang telah siap untuk dipanen.
3. Menambah wawasan pengetahuan dan melatih keterampilan kerja dan mempelajari
secara mendalam pengelolaan panen dan transportasi hasil panen kopi serta
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pemanenan berikut
pemecahannya.
4. Kegiatan praktek lapang dilaksanakan untuk melengkapi syarat menyelesaikan
pendidikan di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

1.3. Manfaat Praktik Keterampilan


1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami baik teori maupun teknis tentang
manajemen pemanenan kopi arabika di KBQ. Baburayyan.
2. Mahasiswa mendapat pembelajaran praktek dengan melihat dan terjun langsung pada
areal dilapangan.
3. Mahasiswa dapat menambah pengalaman bekerja dilapangan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kopi Arabika


Berdasarkan klasifikasi botani kopi termasuk kedalam kelas tumbuhan atau
sistematika sebagai berikut (Nurhikmah, 2018):

Divisi : Spermathophyta
Subdivis : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.

2.2 Morfologi Tanaman Kopi Arabika


Kopi (Coffea sp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam
family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila
dibiarkan tumbuh mencapai 12 meter. Daunnya bulat dengan ujungn agak meruncing, daun
tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya (Lestari,2016). Tanaman
kopi terdiri dari beberapa jenis, namun yang banyak dibudidayakan ada tiga jenis yaitu kopi
Arabika (Coffea Arabika), Robusta (Coffea Canepharo), dan Liberika (Coffea Liberika).
Jenis kopi Robusta yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia (Dicky, 2018).
Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua yang dikenal dan dibudidayakan di
dunia dengan varietas-varietasnya. Kopi arabika menghendaki iklim subtropik dengan
bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonesia ditanam kopi arabika cocok
dikembangkan didaerah-daerah dengan ketinggian antara 800-1500 Mdpl, dan dengan suhu
rata-rata 15-24OC (Yusmarni et al, 2018). Jenis kopi arabika memiliki kualitas cita rasa
yang tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan jenis kopi robusta
sehingga jenis kopi arabika memiliki harga yang lebih mahal (Mairiyansyah, 2016).
Tanaman kopi ini merupakan tanaman semak belukar berkeping dua sehingga
memiliki perakaran tunggang. Perakaran ini tidak dimiliki oleh semua tanaman kopi, namun
hanya untuk tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung yang bagian
batangnya berasal dari bibit semai. Begitupun sebaliknya, tanaman kopi yang berasal dari
bibit stek, okulasi ataupun cangkok yang batang bagian bawahnya berasal dari bibit stek
tidak memiliki akar tunggang, sehingga mudah rebah. Panjang akar tunggang ini kurang
lebih 45 sampai 60 cm dan memiliki akar cabang samping yang panjang 1 sampai 2 meter
yang horizontal sedalam 30 cm (Syakir, 2010). Kopi memiliki bentuk daun bulat telur,
ujungnya agak meruncing sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan
ranting yang tersusun berdampingan. Pada batang atau cabang-cabang yang terbentuknya
tegak lurus. Susunan daun itu berselang-seling pada ruas-ruas berikutnya, sedangkan daun
tumbuh pada ranting-ranting dan cabang-cabang yang mendatar, pasangan itu terletak pada
bidang yang sama, tidak berselang-seling. Daun dewasa berwarna hijau tua, sedangkan daun
yang masih muda berwarna perunggu (Najiyati dan Danarti, 2004).
Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang plagiotrop, masing-masing ketiak
dapat menghasilakan 3-4 tandan yang terdiri dari masing-masing tanaman 3-5 kuntum
bunga. Jumlah bunga kopi arabika lebih banyak dari kopi liberika. Pada kondisi optimal
jumlah kopi arabika bisa mencapai 6000-8000 per pohon. Mahkota bunga berwarna putih
dengan jumlah bunga sebanyak 5 bunga. Kopi arabika bertangkai putik lebih pendek
dibanding dengan benang sarinya, sehingga kopi arabika menyerbuk sendiri, sedangkan kopi
robusta dan liberika menyerbuk silang.
Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 bagian lapisan kulit
luar (eksocarp), lapisan daging (mesocrap), lapisan kulit tanduk (endocarp) yang tipis tetapi
keras. Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna
merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut mempunyai bidang
yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun), tetapi ada kalanya hanya ada satu
butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi (lanang) (Evizal, 2004).
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hampir pada tiap tumbuh kuncup-
kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering
tumbuh cabang yang tegak lurus, yang disebut cabang (orthotrop) nama cabang atau tunas-
tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut (wiwilan) tunas air atau cabang air. Tanaman
ini tumbuhnya tegak, bercabang, daunnya tumbuh pada batang, cabang, dan ranting-
rantingnya tersusun berdampingan. Batang pokok atau batang utama sudah mulai tampak
dan tumbuh terus sampai menjadi besar. Tanaman kopi mempunyai beberapa jenis cabang
yaitu cabang reproduksi, cabang primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang pecut,
cabang balik dan cabang air. Cabang primer mempunyai ciri-ciri yaitu arah pertumbuhannya
mendatar, lemah, berfungsi sebagai penghasil bunga karena disetiap ketiak daunnya terdapat
mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga (Panggabean, 2011).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika


2.3.1 Iklim
Tanaman kopi dapat tumbuh dari 200 LU sampai 200 LS. Indonesia secara potensial
merupakan daerah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kopi karena terletak antara 50 LU
sampai 100 LS. Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 500 sampai 1700 meter diatas
permukaan laut. Untuk daerah Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues).
Penanaman dilakukan pada ketinggian tempat 1000 sampai 1500 meter diatas permukaan
laut. Hal tersebut dirasa ideal karena jika semakin rendah daerah penanaman kopi arabika,
faktor pembatasnya adalah serangan penyakit karat daun (Hemeleia vastatrx, B et Br) dan
hama penggerek buah kopi (PBKo/Hypotenomus hampei, Ferr) sebaliknya apabila tanaman
kopi ditanam didaerah yang lebih tinggi, faktor pembatasnya adalah penyakit mati pucuk
(Suwarto et al., 2014).
Temperatur rata-rata tahunan untuk tanaman kopi arabika adalah 210C sampai 240C.
Temperatur yang baik untuk tanaman kopi di Kabupaten Bener Meriah adalah 170C sampai
190C. Unsur iklim lainnya yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
kopi adalah sinar cahaya matahari. Cahaya matahari dapat menstimulisir fotosintesis secara
langsung atau tidak langsung meningkatkan pengambilan nutrisi mineral dan air tanah.
kemudian meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Intensitas dan lamanya penyinaran juga
sangat berpengaruh terhadap produksi karbohidrat, pembuahan, penyebaran pollen, dan
lainya (Anshori, 2014).
Dalam penyebaran pertanaman kopi, disamping itu ketinggian tempat juga sangat
dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman kopi arabika
adalah 2000 sampai dengan 3000 mm/tahun. Walaupun demikian tanaman kopi arabika
bahkan masih dapat tumbuh didaerah bercurah hujan 1300 sampai dengan 2000 mm/tahun.
Pertumbuhan kopi juga masih dapat bertahan jika angka curah hujan menurun menjadi 1000
sampai 1300 mm/tahun, akan tetapi pada tingkatan ini sangat diperlukan usaha untuk
mengatasi kekeringan, misalnya dengan pemberian mulsa dan irigasi yang intensif
(Prastowo et al., 2010).
2.3.2 Tanah
Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, dan subur dan kaya
bahan organik. Untuk itu tanah disekitar tanaman harus sering ditambah dengan pupuk
organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh baik dan dapat mengambil unsur hara
sebagaimana mestinya (AEKI, 2014).
Tanah merupakan media tumbuh bagi setiap tanaman. Tanah yang diinginkan untuk
pertumbuhan tanaman kopi adalah tanah yang mempunyai lapisan bawah yang berpori. Kopi
di Indonesia dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. di Jawa kopi pada umumnya ditanam
pada tanah vulkanis, sedangkan di Aceh (dataran tinggi gayo) umumnya pada tanah komplek
resina, latosol, dan podsolik merah kuning. Tanaman kopi arabika menghendaki reaksi yang
agak masam dengan PH 5.0-6.5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanah yang
lebih masam, asalkan keadaan fisik tanahnya baik.
Didataran tinggi Gayo khususnya Kabupaten Bener Meriah, untuk menyuburkan
tanah baik pada fase pembibitan ataupun tanah yang ada dilapangan (kebun) para petani kopi
menggunakan kompos kulit biji kopi. Kompos kulit biji kopi merupakan kompos yang
berbentuk padat. Tujuan dari penggunaan kompos ini adalah untuk menyediakan unsur hara
makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur tanah,
memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah.
pelepasan unsur hara pupuk organik berbeda dengan pupuk kimia, pelepasan unsur hara
organik akan semakin baik apabila dibantu dengan aktivitas mikroorganisme (BPTP Aceh,
2014).
Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil condotion) dapat
meningkatkan kandungan baku bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan
menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain : 1)
mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal, 2)
menyediakan unsur hara secara lambat (selow release) dan dalam jumlah terbatas, dan 3)
mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah (Setyorini et al.,
2010).
BAB III. KONDISI UMUM KOPERASI BAITUL QIRADH
BABURRAYYAN

3.1 Profil Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan


3.1.1 Sejarah Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
Pada bulan Oktober 2002, Rizwan Husin memprakarsai berdirinya Koperasi Baitul
Qiradh Baburrayyan di Kota Takengon Aceh Tengah. Pada tanggal 21 Oktober 2002 Badan
Hukum Koperasi Baitul Qiradh Baburayyan disahkan oleh Kepala Dinas Koperasi Aceh
Tengah. Pengurus Koperasi pertama kali adalah :
Ketua : Rizwan Husin
Sekretaris : Drs. Aspila
Bendahara : Drs. Ridwan Gani

Sebagai badan pengawas pertama kali adalah :


Ketua : Sutarman
Anggota : Fachruddin Razik
Anggota : Rasmiati

Berikut sejarah kantor Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan :


 Pada saat didirikan di Jl Pasar Inpres No 420 Toko Rembune Takengon.
 Juni 2004 di Jl Inen Mayak Teri No 115 Tetunyung Takengon.
 Januari 2006 di Jl Sengeda No 221 Takengon.
 Januari 2008 di Jl Mesir Kampung Kebet Bebesen Takengon.
 Agustus 2010 di Jl Takengon – Isaq Kampung Wih Nareh Pegasing Takengon.

3.1.2 Visi KBQR


Menjadikan Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan Menjadi Koperasi Mandiri.

3.1.3 Misi KBQR


1. Menggiatkan anggota untuk menabung pada KBQ Baburrayyan
2. Memberikan pelayanan kepada anggota
3. Membina dan mengembangkan usaha pada anggota agar menjadi kuat dan mandiri.
4. Mengadakan jaringan kerjasama usaha antar koperasi dan dengan lembaga lainnya.
5. Mengadakan upaya-upaya lain dibidang ekonomi dan keuangan yang dapat
menunjang perkembangan usaha koperasi dan anggotanya.

3.1.4 Struktur Organisasi Kebun Percobaan (KP) Gayo

General Assembly

Cooperative Board Of member Cooperative Board Of member Cooperative Board Of member


Ketua : Rizwan Husin Ketua : Rizwan Husin Ketua : Rizwan Husin
Sekertaris : Armiyadi, S.Hut Sekertaris : Armiyadi, S.Hut Sekertaris : Armiyadi, S.Hut
Bendahara : Sugiati Bendahara : Sugiati Bendahara : Sugiati

Cooperative Board Of member


Ketua : Rizwan Husin
Sekertaris : Armiyadi, S.Hut
Bendahara : Sugiati

General Assembly

General Assembly General Assembly General Assembly


General Assembly
m m m

General Assembly General Assembly General Assembly


m m m
Sertifikasi Produk
Sertifikasi Produk yang sudah diperoleh dari lembaga Internasional adalah :
1. Organic Sertificate yang meliputi
a. Organic Sertificate (EU) untuk Eropa
b. Organic Sertificate (USDA/NOP) untuk USA dan
2. Cafe practice untuk Starbuck Coffee dan
3. FLO Cert

No Uraian Diperoleh No Lisensi Lembaga yang


Tanggal mengeluarkan sertificate
1 Organic product 24-Nov-05 803507 Control Union
(EU/USDA) Certification Netherland
Belanda
2 Caffee Practice/ 01-Des-06 12782 Control Union
Starbuck Coffee Certification Netherland
Belanda
3 FLO Cert 6-Jul-07 5416 FLO-Cert Jerman

 Negara Tujuan Ekspor

Negara Tujuan Ekspor Kopi KBQ Baburrayyan adalah USA, Australia, Canada,
Inggris, Jerman, Mexico, dan New Zealand.
BAB IV. METODOLOGI PELAKSANAAN

4.1. Tempat dan Waktu


Praktek keterampilan ini dilaksanakan di KBQ Baburayyan Kecamatan Pegasing
Kabupaten Aceh Tengah. Dimulai tanggal 05 Agustus 2019 sampai 05 September 2019.

4.2. Metode Kerja


Dalam melaksanakan kegiatan praktek ini digunakan beberapa metode yaitu:
1. Metode Observasi
Mahasiswa terjun kelapangan dan melihat keadaan yang sebenarnya terjadi dilapangan
dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan dilapangan.
2. Metode Wawancara
Mahasiswa melakukuan dialog dan bertanya langsung dengan pihak terkait yang ada
dilapangan serta orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan dilapangan dan
bertanggung jawab terhadap semua masalah teknis dilapangan.
3. Studi Pustaka
Penulis menggunakan berbagai literatur yang bisa memperkuat isi tulisan seperti buku,
jurnal dan literatur lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan tentang teknik pemanenan
kopi arabika.
4. Dokumentasi
Selama melaksanakan kegiatan dilapangan mahasiswa menggunakan foto atau gambar
untuk memperkuat isi laporan yang akan disusun.
V. PEMBAHASAN

5.1 Hasil Praktek Lapang

Pengenalan Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan

Pengenalan petani binaan KBQB

Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan tanaman kopi arabika Pemangkasan
Pengelolaan tanaman penaung
Pengendalian OPT

Semi wash
Prossesing pasca panen kopi arabika Full Wash
Honey
Natural
Gambar 1. Skema Kegiatan Praktek keterampilan

Berdasarkan skema kegiatan tersebet dilaksanakanlah praktek keterampilan di


Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan.

5.2. Pembahasan
5.2.1 Kegiatan KBQ Baburrayyan
KBQ Baburrayyan merupakan koperasi yang bergerak dalam unit usaha perdagangan
kopi yang meliputi dua kabupaten yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah. Jumlah petani
anggota KBQ Baburrayyan sekitar kurang lebih 5500 petani dan terbagi menjadi 105
kelompok tani dengan total 6500 ha wilayah naungan koperasi, dari luasan tersebut terdapat
11 pusat kelompok tani yang mana setiap pusat kelompok tani memiliki mesin huller, dan
dari keseluruhan tersebut setiap <500 petani di control oleh satu orang ICS/penyuluh
lapangan yang membina lahan lahan yang tergolong kedalam klasifikasi organic. Koperasi
berfokus dalam mengeskpor hasil alam dataran tinggi gayo yang berupa kopi green bean
organik. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan oleh KBQ Baburrayyan yaitu
penerimaan, penjemuran, sortasi 3 tahap (Berat, ukuran, warna), packing container, dan
proses ekspor.

5.2.2. Pemanenan
Dalam budidaya kopi, Tanaman kopi biasanya akan mulai berbuah setelah berumur
sekitar 2,5-3 tahun untuk jenis kopi robusta dan 3-4 tahun untuk jenis kopi arabika. Tanaman
kopi biasanya pada awal buah jumlahnya hanya sedikit dan biasanya akan mulai naik dan
jumlahnya maksimal setelah berumur sekitar 5 tahun. Kopi jenis robusta dan arabika berbuah
musiman. Jenis kopi robusta membutuhkan waktu sekitar 8-11 bulan dari mulai kuncup
hingga matang sedangkan jenis kopi arabika membutuhkan waktu sekitar 6-8 bulan.
sebenarnya ada jenis kopi yang dapat berbuah seanjang tahun yaitu jenis kopi liberika. Buah
kopi tidak matang serentak, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memanennya.
Periode panen raya kopi berlangsung selama sekitar 4 hingga 5 bulan dengan frekuensi
pemetikan buah kopi dapat dilakukan dapat dilakukan setiap 10-14 hari sekali.
Kopi baru dapat dipanen hasilnya 3-4 tahun setelah tanam, sehingga diperlukan
faktor penentu produksi yang dapat menjamin hasil akhir yang maksimal. Investasi yang
dapat menghasilkan produksi kopi yang maksimal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:
faktor lingkungan, faktor genetik, dan faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi
iklim dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas
kopi yang unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan,
penanaman, perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya sampai
perawatan terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi
yang maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah manajemen
pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik dan benar
akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti, untuk itu perlu diperhatikan kriteria
panen pada kebun kopi.
Kriteria panen biasanya dilihat dari jumlah buah kopi yang sudah berwarna merah
keseluruhan serta daging buah yang lunak dan berlendir. Sebelum dan selama panen, areal
disiapkan sebersih mungkin khususnya di bawah pohon kopi. Jalan-jalan kontrol, pos-pos
keamanan dan tempat pengumpulan hasil (TPH) dipersiapkan sebaik mungkin. Areal dibagi
menurut tahun tanam/blok yang sudah ada dan dipersiapkan juga administrasi daftar rotasi
petik. Tahap pemanenan pada buah kopi dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu: pemetikan
selektif, pemetikan setengah selektif, lelesan, racutan/rampasan. Pemetikan selektif
dilakukan hanya pada buah yang sudah matang/benar-benar masak. Pemetikan setengah
selektif dilakukan pada dompolan buah masak. Lelesan, yakni pemungutan terhadap buah
kopi yang gugur karena terlambat dipetik. Racutan/rampasan, yakni pemetikan terhadap
semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Buah kopi yang telah matang dan siap panen biasanya dapat dilihat dari warna kulit
buahnya. Buah yang telah siap panen yaitu buah yang telah matang penuh dengan warna
kulit buah berwarna merah namun ada juga petani yang melakukan pemanenan kopi saat
buah masih berwarna kuning bahkan saat masih hijau dengan berbagai alasan. Tiap tingkat
kematangan buah kopi menghasilkan karakteristik kopi yang berlainan. Berikut ini
karakteristik buah kopi yang dapat dilihat dari tingkat kematangannya:
1. Hijau dan Hijau Kekuningan, warna ini menandakan bahwa buah kopi masih muda.
Jika dipetik bijinya memiliki warna pucat keputihan dan keriput, arima dan postur
yang dihasilakan massih sangat lemah. Sebaiknya buah yang masih berwarna ini
jangan dipetik.
2. Kuning Kemerahan, warna ini menandakan bahwa buah kopi sudah mulai matang.
Aroma dan postur yang dimiliki sudah mulai mantap, bijinya berwarna kaabuan.
Buah kopi yang sudah berwarna ini sudah boleh di petik.
3. Merah Penuh, Warna ini menunjukan wahwa buah kopi telah matang sempurna.
Buah kopi yang sudah berwarna ini memiliki aroma da cita rasa yang mantap. Buah
kopi yang sudah berwarna ini, sudah mantap untuk dipetik karena ini adalah kondisi
paling baik.
4. Merah Tua, warna ini menunjukan bahwa buah kopi telah kelewat matang. Biji buah
kopi sudah cokelat atau kehitaman. aroma dan postur buah kopi yang sudah berwarna
ini akan melai menurun terkasang mengeluarkan citarasa seperti bau tanah.

Selain dari warna kulit buah, menentukan kematanag kopi dapat diketahui dari
kandungan senyawa gula yang ada pada daging buah kopi. Kopi yang sudah matang
memiliki kandungan senyawa gula yang relatif tinggi. Jika telah matang, buah kopi akan
berdaging lunak dan berlendir serta berasa manis.
Buah kopi jenis arabika yang telah matang cenderung mudah rontok, maka jangan
biarkan jatuh ke tanah karena dapat menurunkan mutu kopi tersebut. Pemetikan buah kopi
dilakukan secara bertahap, tidak dapat dilakukan secara serentak. Adapun beberapa cara
pemetikan buah kopi, antara lain:
1. Pemetikan selektif yaitu pemetikan yang dilakukan hanya pada buah yang telah
berwarna merah penuh atau telah matang sempurna. Sisanya dibiarkan untuk
pemetikan selanjutnya. Pemetikan setengah selektif dilakukan pada semua buah
dalam satu dompol. Syaratnya dalam dompolan tersebut terdapat buah yang telah
berwarna merah penuh.
2. Pemetikan serentak atau petik racutan adalah pemetikan dilakukan pada semua buah
kopi dari semua dompolan, termasuk yang berwarna hijau dipetik habis. Biasanya
pemetikan seperti ini dilakukan diakhir musim panen.
3. Pemanenan lelesan yaitu pemetikan kopi dengan cara memungut buah kopi yang
gugur berjatuhan di tanah karena sudah kelewat matang.

Agar produktivitas tanaman kopi tetap terjaga, pemetikan kopi harus dilakukan dengan
cara yang benar yaitu dengan cara memetik buah secara vertikal bukan merampas agar tidak
merusak tangkai buah sehingga akan kembali tumbuh pada tangkai tersebut.

Biji kopi yang bermutu baik dan disukai oleh konsumen berasal dari buah kopi yang
sehat, bernas dan berwarna merah. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna
kulit buah yang telah merah. Buah kopi masak mempunyai daging buah yang lunak dan
berlendir serta mengandung senyawa gula yang relative tinggi sehingga rasanya manis.
Sebaliknya, daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena
senyawa gula belum terbentuk secara maksimal, sedangkan kandungan lender pada buah
yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pectin sudah
terurai secara alami akibat proses respirasi. Pemanenan buah yang belum masak (buah warna
hijau atau kuning) menyebabkan mutu fisik biji kopi menurun dan citarasanya kurang enak.
Buah yang telah dipanen harus segera diolah karena penundaan untuk pengolahan akan
menyebabkan menurunnya mutu secara nyata. Secara teknis, panen buah masak (buah
merah) memberikan beberapa keuntungan dibandingkan panen buah kopi muda, adapun
keuntungannya antara lain:
1. Mudah diproses karena kulitnya mudah terkelupas.
2. Rendemen hasil (perbandingan berat biji kopi/berat buah segar) lebih tinggi.
3. Biji kopi lebih bernas sehingga ukuran biji lebih besar karena telah mencapai
kematangan fisiologi optimum.
4. Waktu pengeringan lebih cepat.
5. Mutu fisik biji dan citarasanya lebih baik
6. Tidak membuat tanaman menjadi stress.

5.2.3. Penanganan Pasca Panen


Setelah dipanen, buah-buah kopi yang dipetik kemudian dibawa ke tempat
pengolahan/penggilingan untuk memisahkan biji dengan kulit dagingnya. Biji inilah yang
kemudian akan dikeringkan agar tetap aman disimpan sebelum dijual ke pasar. Idealnya,
kopi memiliki tingkat kelembaban alami sekitar 60%, namun ia dikeringkan sampai
kelembabannya hanya berkisar sekitar 11-12 % saja. Tujuannya supaya biji kopi itu tidak
terlalu lembab lalu membusuk ketika “menunggu” dijual. Setelah dipetik, ceri kopi akan
segera diolah. Proses pengolahannya pun bermacam-macam. Beberapa diantaranya adalah
seperti berikut:
1. Natural Process
Proses natural ini juga dikenal dengan dry process. Proses ini termasuk teknik paling
tua yang ada dalam sejarah proses pengolahan kopi. Setelah dipanen, ceri kopi akan
ditebarkan di atas permukaan alas-alas plastik dan dijemur di bawah sinar matahari.
Beberapa produsen kopi kadang menjemurnya di teras bata atau di meja-meja pengering
khusus yang memiliki airflow (pengalir udara) di bagian bawah. Ketika dijemur di
bawah matahari, biji-biji kopi ini harus dibolak-balik secara berkala agar biji kopi
mengering secara merata, dan untuk menghindari jamur/pembusukan. Pada proses
natural, buah kopi yang dikeringkan masih dalam berbentuk buah/ceri, lengkap dengan
semua lapisan-lapisannya. Prosesnya yang natural dan alami ini akan membuat ceri
terfermentasi secara natural pula karena kulit luar ceri akan terkelupas dengan
sendirinya. Proses natural ini dianggap mampu memberi notes ala buah-buahan pada
kopi, dengan hints umum seperti blueberry, strawberry atau buah-buahan tropis. Kopi
pun cenderung memiliki keasaman (acidity) rendah, rasa-rasa yang eksotis
dan body yang lebih banyak.
2. Honey Process
Proses ini umumnya digunakan di banyak negara-negara Amerika Tengah seperti
Costa Rica dan El Salvador. Belakangan proses ini juga semakin populer di Indonesia.
Pada honey process, ceri kopi akan dikupas dengan mesin mekanis, tapi metode ini
menggunakan lebih sedikit air jika dibandingkan pulped natural
process. Mesin depulper akan dikendalikan untuk menentukan seberapa banyak daging
buah yang mau tetap ditinggalkan melekat dengan biji sebelum dijemur. Kulit daging
yang tersisa ini dalam Bahasa Spanyol diistilahkan dengan miel yang berarti
madu (honey). Sederhananya, pada honey process ada sedikit lendir—
ataumucilage dalam istilah Bahasa Inggris—yang tampak lengket pada biji kopi. Dari
sinilah proses ini kemudian dinamakan honey process.

3. Full Wash
Biji kopi dengan proses full wash akan banyak sekali tahapan pencucian, pada
awalnya ketika buah kopi sudah dipetik, buah kopi tersebut dimasukkan ke dalam bak
berisi air untuk memisahkan buah-buah kopi tersebut. Akan terlihat ada yang tenggelam
dan yang mengapung, jika buah kopi yang sudah matang maka akan tenggelam dan yang
belum matang akan mengapung. Kemudian dilanjutkan dengan memisahkan biji kopi
dari buahnya, dan umumnya menggunakan mesin. Tapi walaupun sudah memisahkan
biji kopi dari buahnya, masih ada buah kopi yang melekat di biji kopi, sehingga perlu
dilakukan metode fermentasi dan juga pencucian dengan air agar buah menjadi lunak
dan mudah untuk terpisah dari biji kopi secara sempurna. Untuk metode fermentasi
sendiri merupakan tahapan dari proses pengolahan kopi yang perlu penanganan yang
hati-hati agar tidak mengganggu hasil akhir dari kopi. Setelah difermentasi pun
kemudian biji kopi dicuci kembali sebelum masuk ke tahapan lainnya dengan harapan
lendir yang masih melekat tadi secara menyeluruh terpisah dari biji kopi.

4. Semi Wash
Semi wash tidak melibatkan tahapan metode pencucian buah kopi yang begitu
banyak seperti full wash, ketika menjadi biji kopi mungkin sekilas tidak terlihat
perbedaan antara keduanya, namun perihal rasa secara umum proses semi wash akan
memiliki body yang jelas dan berpotensi untuk sajian espresso. Di Indonesia metode ini
dikenal dengan giling basah, prosesnya pun tidak menggunakan terlalu banyak air. Buah
kopi akan dipisahkan dengan biji kopi menggunakan mesin dan selanjutnya masih ada
lendir buah kopi yang masih melekat akan disimpan sebentar. Sebelum masuk tahap
pengeringan, buah kopi yang masih ada lendir melekat akan dibersihkan dengan air.
Perbedaan penggunaan air ketika tahap pencucian dari kedua metode sangat terlihat
jelas. Full wash atau semi wash, biasanya tergantung permintaan pasar ataupun inisiatif
dari petani kopi yang menanamnya, namun full wash membutuhkan perhatian khusus
dan sedikit agak lama.

Di antara proses full wash dan juga semi wash setelah tahapan metode tersebut,
selanjutnya biji kopi akan dikeringkan dibawah sinar matahari. Berapa lama biji kopi
dikeringkan disesuaikan dengan kondisi kelembapan sekitar pengeringan. Ada 2 tipe
pengeringan yang kerap dilakukan oleh para petani kopi, yang pertama mengeringkannya di
atas tanah beralaskan terpal atau langsung dibawah lantai pengeringan, dan yang kedua
menggunakan drying bed dengan alas berjaring. Di antara keduanya tentulah berbeda, jika
mengeringkannya diatas tanah atau lantai pengeringan, perlu perhatian khusus karena
khawatir sekitaran tempat pengeringan dapat mengganggu prosesnya seperti hewan ternak
atau yang lainnya. Jika menggunakan drying bed lebih aman dari gangguan sekitaran, karena
biji kopi yang dijemur diletakkan di meja, dan kelebihannya biji kopi tidak perlu khawatir
kepanasan sebab dibantu udara yang masuk dari bawah alas jaring. Kedua tipe pengeringan
ini tentunya butuh tahapan membalik biji kopi agar bagian bawa biji kopi juga terkena sinar
matari. Jika pengeringan di atas lantai cukup menggunakan alat penggaruk lalu
menyorongnya agar biji kopi terkena sinar matahari menyeluruh, menggunakan drying
bed harus membalikkannya menggunakan tangan dan perlu banyak tenaga kerja untuk
mengejar waktu penjemuran. Perbedaan yang paling jelas dari full wash dan semi
wash adalah penggunaan jumlah air, dan tentunya karakter rasa juga berbeda di antara
keduanya. Full wash cenderung memiliki body yang light dan acidity yang lebih banyak
dibandingkan dengan semi wash.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan Praktek Keterampilan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan hasil yang optimum pada tanaman kopi, budidaya secara baik
dan benar sangat di perlukan.
2. Pemanenan pada tanaman kopi harus dilakukan secara selektif untuk memilih buah
kopi yang layak panen untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal.
3. Terdapat empat cara prosesing kopi yang popular di dunia yaitu Natural, Honey, Full
Wash, dan Semi Wash.

6.2 Saran
Dalam melakukan praktek lapang harus selalu fokus dan konsentrasi untuk menyerap
ilmu ilmu yang diberikan, karena ilmu yang di dapat ketika praktek berbeda dengan yang
terdapat di meja perkuliahan. Dalam kegiatan perkuliahan kebanyakan ilmu yang diberikan
bersifat teori sedangkan pada kegiatan praktek lapang kegiatannya bersifat pengaplikasian
langsung atau praktik langsung ke lapangan yaitu kebun kopi dan pabrik pengolah hasil
panen kopi.
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, M. F. 2014. Analisis Keragaman Tanaman Kopi Arabika dan Robusta Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyengar Sukabumi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Dicky, R. 2018. Faktor-faktor Produksi Pada Usaha Tani Kopi di Desa Sukapura Kecamatan
Sumberdaya Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016. Skripsi. Universitas
Lampung.Bandar Lampung.
[DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2012
– 2015 (Kopi). Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta (ID):
Deptan Pr.
Evizal, R. 2013. Dasar-Dasar Produksi Perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Lestari, O. 2016. Analisis Usaha Tani dan Efesiensi Pemasaran Kopi (Coffea SP) di
Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Mairiyansyah. 2016. Tingkat Motivasi Konsumen Kopi Arabika di Kedai Klinik Kopi.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Najiyati,S. Dkk. 2007. Budidaya Kopi dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya.
Depok.
Nurhikmah, S. 2018. Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. PT Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Prastowo, B, Dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Perkebunan
Bogor. Bogor
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Ridwansyah. 2013. Budidaya dan Penanganan Pascapanen Kopi. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya : 120-125.
Soerotani S. 1997. Bercocok Tanam dan Pengolahan Kopi. LPP Yogyakarta. Yogyakarta.
417 hal.
Suwarto,Y. Dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syakir. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Yusmarni,P. Dkk. 2018. Analisis Produksi Perkebunan Kopi Arabika (Coffea Arabica L.)
rakyat di Kabupaten Solok. Usulan Penelitian Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas. Padang.
LAMPIRAN

Gambar 1. Struktur Pengurus KBQ. Baburrayyan

Gambar 2. Pengenalan Koperasi oleh Sekretaris KBQ. Baburrayyan


Gambar 3. Proses Pemanenan Kopi di Kebun Percobaan KBQ. Baburrayyan

Gambar 4. Hasil Panen di Kebun Percobaan KBQ. Baburrayyan


Gambar 5. Proses Pemanenan Kopi di Kebun Rakyat

Gambar 6. Pemangkasan Tunas Air


Gambar 7. Pemanfaatan Limbah Ampas Kulit Kopi Sebagai Pupuk Organik

Gambar 8. Kunjungan Ke Kebun Rakyat


Gambar 9. Penjelasan tentang tata cara perawatan kopi arabika

Gambar 10. Pemilihan buah kopi yang layak dipanen dan tidak layak panen
Gambar 11. Pemanenan kopi kismis

Gambar 12. Proses pemangkasan cabang jantan pada tanaman kopi arabika
Gambar 13. Penjemuran buah kopi

Gambar 14. Pelepasan oleh bendahara KBQ. Baburrayyan

Anda mungkin juga menyukai