OLEH:
FAFI RAHMATILLAH
1605101050042
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, syukur di ucapkan penulis berkat rahmat Allah SWT penulis mampu
menyelesaikan laporan praktek keterampilan dengan judul “MANAJEMEN
PEMANENAN KOPI ARABIKA ( Coffea arabica) DI KBQ BABURRAYYAN”.
Laporan ini merupakan salah satu syarat kurikulum jenjang Sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik
moril maupun material dari berbagai pihak, sehingga penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ir. Erida Nurahmi, M.P. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktek keterampilan
ini.
2. Bapak Dr. Ir. Syamsuddin, M.Si selaku ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala.
3. Ibu Dr. Rita Hayati, SP, M.Si selaku sekretaris Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala.
4. Bapak Rizwan Husin, SE Ak, Bapak Armiyadi S. Hut. selaku Pengurus KBQ
Baburrayyan.
5. Bapak Sahmida dan Moch. Charis Selaku pembimbing lapangan sekaligus manager dan
staff KBQ Baburrayyan.
6. Orang tua, yang telah memberikan dukungan, baik motivasi, moril dan materil dalam
melaksanakan kegiatan hingga penyelesaian laporan praktek lapang ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan dan dukungannya, sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan, penulisan dan isi
laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi penyempurnaan tulisan ini.
Banda Aceh, 21 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Divisi : Spermathophyta
Subdivis : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
General Assembly
General Assembly
Negara Tujuan Ekspor Kopi KBQ Baburrayyan adalah USA, Australia, Canada,
Inggris, Jerman, Mexico, dan New Zealand.
BAB IV. METODOLOGI PELAKSANAAN
Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan tanaman kopi arabika Pemangkasan
Pengelolaan tanaman penaung
Pengendalian OPT
Semi wash
Prossesing pasca panen kopi arabika Full Wash
Honey
Natural
Gambar 1. Skema Kegiatan Praktek keterampilan
5.2. Pembahasan
5.2.1 Kegiatan KBQ Baburrayyan
KBQ Baburrayyan merupakan koperasi yang bergerak dalam unit usaha perdagangan
kopi yang meliputi dua kabupaten yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah. Jumlah petani
anggota KBQ Baburrayyan sekitar kurang lebih 5500 petani dan terbagi menjadi 105
kelompok tani dengan total 6500 ha wilayah naungan koperasi, dari luasan tersebut terdapat
11 pusat kelompok tani yang mana setiap pusat kelompok tani memiliki mesin huller, dan
dari keseluruhan tersebut setiap <500 petani di control oleh satu orang ICS/penyuluh
lapangan yang membina lahan lahan yang tergolong kedalam klasifikasi organic. Koperasi
berfokus dalam mengeskpor hasil alam dataran tinggi gayo yang berupa kopi green bean
organik. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan oleh KBQ Baburrayyan yaitu
penerimaan, penjemuran, sortasi 3 tahap (Berat, ukuran, warna), packing container, dan
proses ekspor.
5.2.2. Pemanenan
Dalam budidaya kopi, Tanaman kopi biasanya akan mulai berbuah setelah berumur
sekitar 2,5-3 tahun untuk jenis kopi robusta dan 3-4 tahun untuk jenis kopi arabika. Tanaman
kopi biasanya pada awal buah jumlahnya hanya sedikit dan biasanya akan mulai naik dan
jumlahnya maksimal setelah berumur sekitar 5 tahun. Kopi jenis robusta dan arabika berbuah
musiman. Jenis kopi robusta membutuhkan waktu sekitar 8-11 bulan dari mulai kuncup
hingga matang sedangkan jenis kopi arabika membutuhkan waktu sekitar 6-8 bulan.
sebenarnya ada jenis kopi yang dapat berbuah seanjang tahun yaitu jenis kopi liberika. Buah
kopi tidak matang serentak, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memanennya.
Periode panen raya kopi berlangsung selama sekitar 4 hingga 5 bulan dengan frekuensi
pemetikan buah kopi dapat dilakukan dapat dilakukan setiap 10-14 hari sekali.
Kopi baru dapat dipanen hasilnya 3-4 tahun setelah tanam, sehingga diperlukan
faktor penentu produksi yang dapat menjamin hasil akhir yang maksimal. Investasi yang
dapat menghasilkan produksi kopi yang maksimal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:
faktor lingkungan, faktor genetik, dan faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi
iklim dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas
kopi yang unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan,
penanaman, perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya sampai
perawatan terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi
yang maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah manajemen
pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik dan benar
akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti, untuk itu perlu diperhatikan kriteria
panen pada kebun kopi.
Kriteria panen biasanya dilihat dari jumlah buah kopi yang sudah berwarna merah
keseluruhan serta daging buah yang lunak dan berlendir. Sebelum dan selama panen, areal
disiapkan sebersih mungkin khususnya di bawah pohon kopi. Jalan-jalan kontrol, pos-pos
keamanan dan tempat pengumpulan hasil (TPH) dipersiapkan sebaik mungkin. Areal dibagi
menurut tahun tanam/blok yang sudah ada dan dipersiapkan juga administrasi daftar rotasi
petik. Tahap pemanenan pada buah kopi dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu: pemetikan
selektif, pemetikan setengah selektif, lelesan, racutan/rampasan. Pemetikan selektif
dilakukan hanya pada buah yang sudah matang/benar-benar masak. Pemetikan setengah
selektif dilakukan pada dompolan buah masak. Lelesan, yakni pemungutan terhadap buah
kopi yang gugur karena terlambat dipetik. Racutan/rampasan, yakni pemetikan terhadap
semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Buah kopi yang telah matang dan siap panen biasanya dapat dilihat dari warna kulit
buahnya. Buah yang telah siap panen yaitu buah yang telah matang penuh dengan warna
kulit buah berwarna merah namun ada juga petani yang melakukan pemanenan kopi saat
buah masih berwarna kuning bahkan saat masih hijau dengan berbagai alasan. Tiap tingkat
kematangan buah kopi menghasilkan karakteristik kopi yang berlainan. Berikut ini
karakteristik buah kopi yang dapat dilihat dari tingkat kematangannya:
1. Hijau dan Hijau Kekuningan, warna ini menandakan bahwa buah kopi masih muda.
Jika dipetik bijinya memiliki warna pucat keputihan dan keriput, arima dan postur
yang dihasilakan massih sangat lemah. Sebaiknya buah yang masih berwarna ini
jangan dipetik.
2. Kuning Kemerahan, warna ini menandakan bahwa buah kopi sudah mulai matang.
Aroma dan postur yang dimiliki sudah mulai mantap, bijinya berwarna kaabuan.
Buah kopi yang sudah berwarna ini sudah boleh di petik.
3. Merah Penuh, Warna ini menunjukan wahwa buah kopi telah matang sempurna.
Buah kopi yang sudah berwarna ini memiliki aroma da cita rasa yang mantap. Buah
kopi yang sudah berwarna ini, sudah mantap untuk dipetik karena ini adalah kondisi
paling baik.
4. Merah Tua, warna ini menunjukan bahwa buah kopi telah kelewat matang. Biji buah
kopi sudah cokelat atau kehitaman. aroma dan postur buah kopi yang sudah berwarna
ini akan melai menurun terkasang mengeluarkan citarasa seperti bau tanah.
Selain dari warna kulit buah, menentukan kematanag kopi dapat diketahui dari
kandungan senyawa gula yang ada pada daging buah kopi. Kopi yang sudah matang
memiliki kandungan senyawa gula yang relatif tinggi. Jika telah matang, buah kopi akan
berdaging lunak dan berlendir serta berasa manis.
Buah kopi jenis arabika yang telah matang cenderung mudah rontok, maka jangan
biarkan jatuh ke tanah karena dapat menurunkan mutu kopi tersebut. Pemetikan buah kopi
dilakukan secara bertahap, tidak dapat dilakukan secara serentak. Adapun beberapa cara
pemetikan buah kopi, antara lain:
1. Pemetikan selektif yaitu pemetikan yang dilakukan hanya pada buah yang telah
berwarna merah penuh atau telah matang sempurna. Sisanya dibiarkan untuk
pemetikan selanjutnya. Pemetikan setengah selektif dilakukan pada semua buah
dalam satu dompol. Syaratnya dalam dompolan tersebut terdapat buah yang telah
berwarna merah penuh.
2. Pemetikan serentak atau petik racutan adalah pemetikan dilakukan pada semua buah
kopi dari semua dompolan, termasuk yang berwarna hijau dipetik habis. Biasanya
pemetikan seperti ini dilakukan diakhir musim panen.
3. Pemanenan lelesan yaitu pemetikan kopi dengan cara memungut buah kopi yang
gugur berjatuhan di tanah karena sudah kelewat matang.
Agar produktivitas tanaman kopi tetap terjaga, pemetikan kopi harus dilakukan dengan
cara yang benar yaitu dengan cara memetik buah secara vertikal bukan merampas agar tidak
merusak tangkai buah sehingga akan kembali tumbuh pada tangkai tersebut.
Biji kopi yang bermutu baik dan disukai oleh konsumen berasal dari buah kopi yang
sehat, bernas dan berwarna merah. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna
kulit buah yang telah merah. Buah kopi masak mempunyai daging buah yang lunak dan
berlendir serta mengandung senyawa gula yang relative tinggi sehingga rasanya manis.
Sebaliknya, daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena
senyawa gula belum terbentuk secara maksimal, sedangkan kandungan lender pada buah
yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pectin sudah
terurai secara alami akibat proses respirasi. Pemanenan buah yang belum masak (buah warna
hijau atau kuning) menyebabkan mutu fisik biji kopi menurun dan citarasanya kurang enak.
Buah yang telah dipanen harus segera diolah karena penundaan untuk pengolahan akan
menyebabkan menurunnya mutu secara nyata. Secara teknis, panen buah masak (buah
merah) memberikan beberapa keuntungan dibandingkan panen buah kopi muda, adapun
keuntungannya antara lain:
1. Mudah diproses karena kulitnya mudah terkelupas.
2. Rendemen hasil (perbandingan berat biji kopi/berat buah segar) lebih tinggi.
3. Biji kopi lebih bernas sehingga ukuran biji lebih besar karena telah mencapai
kematangan fisiologi optimum.
4. Waktu pengeringan lebih cepat.
5. Mutu fisik biji dan citarasanya lebih baik
6. Tidak membuat tanaman menjadi stress.
3. Full Wash
Biji kopi dengan proses full wash akan banyak sekali tahapan pencucian, pada
awalnya ketika buah kopi sudah dipetik, buah kopi tersebut dimasukkan ke dalam bak
berisi air untuk memisahkan buah-buah kopi tersebut. Akan terlihat ada yang tenggelam
dan yang mengapung, jika buah kopi yang sudah matang maka akan tenggelam dan yang
belum matang akan mengapung. Kemudian dilanjutkan dengan memisahkan biji kopi
dari buahnya, dan umumnya menggunakan mesin. Tapi walaupun sudah memisahkan
biji kopi dari buahnya, masih ada buah kopi yang melekat di biji kopi, sehingga perlu
dilakukan metode fermentasi dan juga pencucian dengan air agar buah menjadi lunak
dan mudah untuk terpisah dari biji kopi secara sempurna. Untuk metode fermentasi
sendiri merupakan tahapan dari proses pengolahan kopi yang perlu penanganan yang
hati-hati agar tidak mengganggu hasil akhir dari kopi. Setelah difermentasi pun
kemudian biji kopi dicuci kembali sebelum masuk ke tahapan lainnya dengan harapan
lendir yang masih melekat tadi secara menyeluruh terpisah dari biji kopi.
4. Semi Wash
Semi wash tidak melibatkan tahapan metode pencucian buah kopi yang begitu
banyak seperti full wash, ketika menjadi biji kopi mungkin sekilas tidak terlihat
perbedaan antara keduanya, namun perihal rasa secara umum proses semi wash akan
memiliki body yang jelas dan berpotensi untuk sajian espresso. Di Indonesia metode ini
dikenal dengan giling basah, prosesnya pun tidak menggunakan terlalu banyak air. Buah
kopi akan dipisahkan dengan biji kopi menggunakan mesin dan selanjutnya masih ada
lendir buah kopi yang masih melekat akan disimpan sebentar. Sebelum masuk tahap
pengeringan, buah kopi yang masih ada lendir melekat akan dibersihkan dengan air.
Perbedaan penggunaan air ketika tahap pencucian dari kedua metode sangat terlihat
jelas. Full wash atau semi wash, biasanya tergantung permintaan pasar ataupun inisiatif
dari petani kopi yang menanamnya, namun full wash membutuhkan perhatian khusus
dan sedikit agak lama.
Di antara proses full wash dan juga semi wash setelah tahapan metode tersebut,
selanjutnya biji kopi akan dikeringkan dibawah sinar matahari. Berapa lama biji kopi
dikeringkan disesuaikan dengan kondisi kelembapan sekitar pengeringan. Ada 2 tipe
pengeringan yang kerap dilakukan oleh para petani kopi, yang pertama mengeringkannya di
atas tanah beralaskan terpal atau langsung dibawah lantai pengeringan, dan yang kedua
menggunakan drying bed dengan alas berjaring. Di antara keduanya tentulah berbeda, jika
mengeringkannya diatas tanah atau lantai pengeringan, perlu perhatian khusus karena
khawatir sekitaran tempat pengeringan dapat mengganggu prosesnya seperti hewan ternak
atau yang lainnya. Jika menggunakan drying bed lebih aman dari gangguan sekitaran, karena
biji kopi yang dijemur diletakkan di meja, dan kelebihannya biji kopi tidak perlu khawatir
kepanasan sebab dibantu udara yang masuk dari bawah alas jaring. Kedua tipe pengeringan
ini tentunya butuh tahapan membalik biji kopi agar bagian bawa biji kopi juga terkena sinar
matari. Jika pengeringan di atas lantai cukup menggunakan alat penggaruk lalu
menyorongnya agar biji kopi terkena sinar matahari menyeluruh, menggunakan drying
bed harus membalikkannya menggunakan tangan dan perlu banyak tenaga kerja untuk
mengejar waktu penjemuran. Perbedaan yang paling jelas dari full wash dan semi
wash adalah penggunaan jumlah air, dan tentunya karakter rasa juga berbeda di antara
keduanya. Full wash cenderung memiliki body yang light dan acidity yang lebih banyak
dibandingkan dengan semi wash.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan Praktek Keterampilan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan hasil yang optimum pada tanaman kopi, budidaya secara baik
dan benar sangat di perlukan.
2. Pemanenan pada tanaman kopi harus dilakukan secara selektif untuk memilih buah
kopi yang layak panen untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal.
3. Terdapat empat cara prosesing kopi yang popular di dunia yaitu Natural, Honey, Full
Wash, dan Semi Wash.
6.2 Saran
Dalam melakukan praktek lapang harus selalu fokus dan konsentrasi untuk menyerap
ilmu ilmu yang diberikan, karena ilmu yang di dapat ketika praktek berbeda dengan yang
terdapat di meja perkuliahan. Dalam kegiatan perkuliahan kebanyakan ilmu yang diberikan
bersifat teori sedangkan pada kegiatan praktek lapang kegiatannya bersifat pengaplikasian
langsung atau praktik langsung ke lapangan yaitu kebun kopi dan pabrik pengolah hasil
panen kopi.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, M. F. 2014. Analisis Keragaman Tanaman Kopi Arabika dan Robusta Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyengar Sukabumi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Dicky, R. 2018. Faktor-faktor Produksi Pada Usaha Tani Kopi di Desa Sukapura Kecamatan
Sumberdaya Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016. Skripsi. Universitas
Lampung.Bandar Lampung.
[DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2012
– 2015 (Kopi). Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta (ID):
Deptan Pr.
Evizal, R. 2013. Dasar-Dasar Produksi Perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Lestari, O. 2016. Analisis Usaha Tani dan Efesiensi Pemasaran Kopi (Coffea SP) di
Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Mairiyansyah. 2016. Tingkat Motivasi Konsumen Kopi Arabika di Kedai Klinik Kopi.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Najiyati,S. Dkk. 2007. Budidaya Kopi dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya.
Depok.
Nurhikmah, S. 2018. Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. PT Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Prastowo, B, Dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Perkebunan
Bogor. Bogor
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Ridwansyah. 2013. Budidaya dan Penanganan Pascapanen Kopi. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya : 120-125.
Soerotani S. 1997. Bercocok Tanam dan Pengolahan Kopi. LPP Yogyakarta. Yogyakarta.
417 hal.
Suwarto,Y. Dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syakir. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Yusmarni,P. Dkk. 2018. Analisis Produksi Perkebunan Kopi Arabika (Coffea Arabica L.)
rakyat di Kabupaten Solok. Usulan Penelitian Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas. Padang.
LAMPIRAN
Gambar 10. Pemilihan buah kopi yang layak dipanen dan tidak layak panen
Gambar 11. Pemanenan kopi kismis
Gambar 12. Proses pemangkasan cabang jantan pada tanaman kopi arabika
Gambar 13. Penjemuran buah kopi