Anda di halaman 1dari 11

PATRON KLIEN DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT PETANI DI

DESA KAMPALA KABUPATEN JENEPONTO


PATRON CLIENTS IN THE NEIGHBORDHOOD OF FARMERS IN THE
VILLAGE KAMPALA DISTRICT JENEPONTO

Sudirman Hasan
Abdul Rahman A. Sakka
St. Junaeda
Jurusan Pendidikan Antropologi
Universitas Negeri Makassar

ABSTRACT

Every society has different judgments about the various positions dan positions that exist in it’s
society, so that a position that is considered the most honorable in a society may be ranked
below it in other societies, and which is considered low in one society, may be highly respected
in other communities. Patron client relationship has certain characteristics in it, namely the
presence of inequality in exchange, the nature of face to face and has flexible and widespread
nature. Villagers work as farmers, but the land they work on does not belong to them, but
belongs to the landlord or commonly called “karaeng”. This Karaeng gives them shelter, land,
as well as the assistance that farmers need as it helps to support their childern’s schools. The
reciprocal relationships that have taken place in the client’s patron in the community today have
existed from the past and have grown to the present day. The client’s patron interaction process
can be seen using the reciprocity theory as well as describing the patterns occurring within the
farming community.

Keywords: Patron Client, Kampala Farmers Community

ABSTRAK
Setiap masyarakat mempunyai penilaian yang berbeda mengenai berbagai jabatan dan
kedudukan yang ada di dalam masyarakatnya, sehingga suatu kedudukan yang dianggap paling
terhormat di suatu masyarakat, mungkin berada di peringkat di bawahnya dalam masyarakat lain,
dan yang dianggap rendah di satu masyarakat, mungkin sangat dihormati dalam masyarakat lain.
Hubungan patron klien mempunyai ciri-ciri tertentu didalamnya, yaitu terdapatnya
ketidaksamaan dalam penukaran, adanya sifat tatap muka dan memiliki sifat yang luwes dan
meluas. Masyarakat di desa bekerja sebagai petani, namun lahan yang di garap bukan milik
mereka, melainkan milik tuan tanah atau biasa disebut “Karaeng”. Karaeng ini memberikan
mereka tempat tinggal, lahan, serta bantuan yang menjadi keperluan petani seperti membantu
membiayai sekolah anaknya. Hubungan timbal balik yang terjadi pada patron klien di
masyarakat saat ini sudah ada sejak dari dulu dan bertumbuh kembang hingga saat ini. Proses
interaksi patron klien dapat dilihat menggunakan teori resiprositas serta menggambarkan pola-
pola yang terjadi di dalam masyarakat petani.

Kata Kunci : Patron Klien, Masyarakat Petani Kampala


sosial ekonominya (patron) menggunakan
PENDAHULUAN pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya
Kabupaten Jeneponto juga dikenal untuk memberikan perlindungan atau
sebagai petani penghasil garam terbesar di keuntungan atau kedua-duanya kepada
Sulawesi Selatan, tidak hanya garam, orang yang lebih rendah kedudukannya
jagung, sayur-sayuran, maupun beras dapat (klien), yang pada gilirannya membalas
dihasilkan. Namun dari luasnya lahan pemberian tersebut dengan memberikan
pertanian yang dimiliki, tidak semuanya dukungan yang umum dan bantuan,
dikelola masing-masing petani itu sendiri termasuk jasa-jasa pribadi kepada patron.
dan dinikmati hasilnya sendiri, hasilnya Scott juga mengemukakan bahwa hubungan
dibagi kepada pemilik lahan. Hampir semua patronase ini mempunyai ciri-ciri tertentu
masyarakat baik yang sangat sederhana yang membedakannya dengan hubungan
maupun yang sangat kompleks, ada lain, yaitu terdapatnya ketidaksamaan
pembedaan dalam hal kedudukan dan status. (inequality) dalam pertukaran, adanya sifat
Sifat asli yang mendasari lapisan-lapisan tatap muka (face to face character), dan
sosial dalam suatu masyarakat biasanya sifatnya yang luwes dan meluas (diffuse
terdapat pada masyarakat petani yang flexibility).
bertani secara menetap. Para warga yang Sedangkan, menurut pandangan
merupakan keturunan penduduk yang Wolf dalam Heddy Shri Ahimsa Putra,
pertama-tama membuka lahan, biasanya mengatakan bahwa suatu relasi kekerabatan
dianggap sebagai lapisan yang tertinggi. merupakan hasil dari proses sosialisasi
Para pendatang yang bergabung kemudian, seseorang dalam hidupnya, dimana
dan keturunan-keturunan mereka, secara terkandung di dalamnya rasa saling percaya
adat dianggap sebagai lapisan sosial yang yang dapat dimanfaatkan olehnya untuk
lebih rendah. mencapai suatu tujuan tertentu. Hubungan
Dalam masyarakat Makassar ini juga didasari oleh sanksi-sanksi yang ada
ajjoareng atau para patron tersebut adalah dalam sistem kekerabatannya ataupun
para karaeng atau anakaraeng, dan joa- sanksi-sanksi dari masyarakatnya. Jika ada
joanya disebut ana-ana’ atau tauna ( orang- kerabat yang tidak bertindak seperti yang
orangnya), yang dengan sukarela menjadi diharapkan oleh kerabat lainnya atau
pengikut atau mereka ini merupakan tindakannya dianggap tidak sesuai dengan
keturunan dari para pengikut sebelumnya. aturan-aturan yang berlaku, sanksi-sanksi
Istilah patron berasal dari Bahasa Latin tersebut dapat diterapkan. Ini berbeda
“Patronus” atau “Pater”, yang berarti ayah dengan masing-masing pihak saling
(Father). Karenanya, ia adalah seorang yang mempunyai kepentingan dan masing-masing
memberikan perlindungan dan manfaat serta juga bertindak dan dipandang sebagai suatu
mendanai dana mendukung terhadap alat penghubung yang potensial ke orang-
kegiatan beberapa orang. Sedangkan klien orang lain diluar hubungan antardua pihak
juga berasal dari istilah latin “Cliens” yang ini.
berarti pengikut. Menurut James C. Scott Dari berbagai perbedaan kehidupan
dalam Heddy Shri Ahimsa Putra, manusia, satu bentuk variasi kehidupan
mengatakan bahwa patron-klien adalah mereka yang menonjol adalah fenomena
suatu kasus khusus hubungan antara dua stratifikasi (tingkatan-tingkatan) sosial.
orang yang sebagian besar melibatkan Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi
persahabatan instrumental, dimana melalui proses; suatu bentuk kehidupan
seseorang yang lebih tinggi kedudukan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas
sosial, maupun benda-benda) akan ada Karakteristik lain yang menjadi
dalam masyarakat karena mereka syarat sekelompok individu atau beberapa
menganggap bentuk kehidupan itu benar, kelompok dapat melakukan aktivitas
baik dan berguna untuk mereka. Fenomena resiprositas adalah adanya hubungan
dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada personal di antara mereka. Pola hubungan
dalam kehidupan manusia, sesederhana ini terutama terjadi di dalam komunitas kecil
apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya dimana anggota-anggotanya menempati
mungkin berbeda satu sama lain, semua lapangan hidup yang sama dan masih hidup
tergantung bagaimana mereka dalam tradisi nir-tulisan. Dalam komunitas
menempatkannya. kecil itu Kontrol sosial sangat kuat dan
Sistem startifikasi sosial berpokok hubungan sosial yang intensif mendorong
pada pertentangan dalam masyarakat. orang untuk berbuat untuk mematuhi adat
Dengan demikian sistem stratifikasi sosial kebiasaan.
hanya mempunyai arti khusus bagi
masyarakat-masyarakat tertentu yang Proses pertukaran resiprositas
menjadi obyek penyelidikan. Dalam sistem bukan hanya suatu proses yang pendek,
startifikasi sosial dapat dianalisa dalam namun juga dapat panjang, yaitu jangka
ruang lingkup unsur-unsur sebagai berikut: waktunya memakan waktu bukan sekejab
Pertama, distribusi hak-hak istimewa yang sseperti proses jual-beli. Bahkan proses
obyektif seperti misalnya kekayaan. Kedua, tersebut bisa berlangsung sepanjang
sistem yang diciptakan oleh masyarakat hidupnya individu dalam masyarakat,
yaitu sebuah wibawa (prestige) dan bahkan mungkin sampai diteruskan anak
penghargaan. Ketiga, kriteria sistem keturunannya. Pentingnya syarat adanya
pertentangan baik yang terjadi pada individu hubungan personal bagi aktivitas resiprositas
maupun kelompok. Keempat, lambang- adalah berkaitan dengan motif-motif dari
lambang kehidupan seperti tingkahlaku orang melakukan resiprositas. Motif tersebut
hidup, dan cara berpakaian. Kelima, adalah harapan untuk menmdapatakan
solidaritas diantara individu maupun pretise sosial seperti penghargaan,
kelompok yang terjadi dari interaksi, kemuliaan, kewibawaan, popularitas,
kesadaran akan kedudukan masing-masing sanjungan, dan berkah.
individu maupun kelompok dan aktifitas.
Keberadaan resiprositas juga
Secara sederhana resiprositas
ditunjang oleh struktur masyarakat yang
adalah pertukaran timbal balik antar
egaliter, yaitu suatu masyarakat yang
individu atau antarkelompok. Batasan
ditandai oleh rendahnya tingkat stratifikasi
tersebut tidak mengungkapkan tempat
sosial, sedangkan kekuasaan politik relative
resiprositas dalam masyarakat. Polanyi
terdistribusi merata dikalangan warganya.
memberi batasan resiprositas sebagai
Struktur masyarakat yang egaliter ini
perpindahan barang atau jasa secara timbal
memberi kemudahan bagi warganya untuk
balik dari kelompok-kelompok yang
menempatkan diri dalam kategori sosial
berhubungan secara simetris. Tanpa adanya
yang sama ketika mengadakan kontak
syarat hubungan yang bersifat simetris antar
resiprositas.
kelompok atau individu tersebut, maka
kelompok-kelompok atau individu-individu METODE
tersebut cenderung tidak saling menukarkan
barang atau jasa yang mereka miliki. Penelitian tentang “ Patron Klien dalam
Lingkungan Masyarakat Petani di Desa
Kampala Kabupaten Jeneponto” di
laksanakan di Desa Kampala Kecamatan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah
Arungkeke Kabupaten Jeneponto dengan utara, Kabupaten Bantaeng disebelah Timur,
tipe penelitian deskriptif. Pendekatan Kabupaten Takalar Sebelah Barat dan Laut
penelitian yang digunakan ialah kualitatif. Flores di sebelah Selatan. Kecamatan yang
Data kualitatif diperlukan sepanjang berguna berada di Kabupaten Jeneponto antara lain,
dan relevan dengan pokok penelitian. Kecamatan Arungkeke,Binamu, Batang,
Bangkala Barat, Bangkala, Bontoramba,
Penetapan informan yang akan Kelara, Rumbia, Tamalatea, Tarowang, dan
diwawancarai adalah tokoh-tokoh Turatea.Lokasi penelitian berada di Desa
masyarakat, masyarakat yang bekerja pada Kampala Kecamatan Arungkeke. Desa
patron, dan pemerintah setempat. Fokus kampala adalah salah satu desa dari delapan
penelitian ini adalah munculnya hubungan desa yang berada di kecamatan Arungkeke.
patron klien dalam masyarakat di Desa Kecamatan Arungkeke terletak di jalan
Kampala, pola-pola yang terjadi pada poros Jeneponto-Bantaeng. Jarak kecamatan
hubungan patron klien, serta dampak sosial Arungkeke dari kota Bontosunggu 20 km.
yang timbulkan dari patron klien. Teknik
pengumpulan data kualitatif akan Pada masa pasca kolonial, yakni
dikumpulkan melalui wawancara mendalam setelah belanda meninggalkan tanah air di
dan pengamatan terlibat. Aspek wawancara perkampungan/desa, kekuasaan akhirnya di
meliputi faktor munculnya patron klien, serahkan penuh kepada raja atau Karaeng
sistem pola dalam hubungan patron klien yang berada di kampung itu salah satunya
dan perilaku patron klien dalam Karaeng Loloa di Desa Bulo-bulo. Karaeng
bermasyarakat. Aspek pengamatan terlibat Loloa merupakan karaeng yang sangat di
aktifitas pengumpulan hasil panen dan adat sanjung dan dihormati oleh masyarakat di
kebiasaan yang terjadi dimasyarakat Desa Bulo-bulo (sebelum menjadi Desa
setempat. Kampala). Hingga ketika suatu waktu silam,
Karaeng Loloa akhirnya menjadi penguasa
Pengolahan dan analisis data dilakukan yang mempunyai banyak tanah, luas wilayah
secara bersamaan dalam sebuah proses yang yang telah dimiliki oleh Karaeng Loloa
dilakukan secara terus menerus sejak sekitar ± 1,80 km², yang kini berada di Desa
pengumpulan data dilakukan khususnya Kampala yakni desa dahulu nya bagian dari
dalam proses pengorganisasian, pemilihan Desa Bulo-bulo sebelum kini mengalami
dan kategorisasi anatara data dalam bentuk pemekaran menjadi desa kampala.
uraian naratif atau thick description.
Deskripsi narasi tersebut menrefleksikan Sistem Kekerabatan Desa Kampala
berbagai hubungan-hubungan variable sosial
yang lahir dari proses interpretative dan Kekerabatan biasa terlihat sebagai
refleksif sehingga hasil penelitian akan lebih sebuah hubungan darah dan kekeluargaan
obyektif dan kredibel. yang memiliki suatu sistem dan karakter
yang berbeda-beda pada masing-masing
HASIL DAN PEMBAHASAN darah. Dalam lingkungan keluarga, mereka
membuat sebuah karakteristik kekerabatan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian yang menguatkan persatuan dalam keluarga,
hal ini dapat dilihat dari kekerabatan Desa
Kabupaten Jeneponto adalah salah
Kampala yang terbentuk dengan komposisi
satu daerah tingkat II di provinsi Sulawesi
disetiap desa dimana terbentuk dari suatu
Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini
keluarga besar. Dalam setiap suatu keluarga
terletak di Bontosunggu. Berbatasan dengan
besar atau karaeng biasanya di sebut, selain sebagai lambang pemisahan antara
memiliki nama keluarga yang di jadikan satu golongan dengan golongan yang lain.
nama desa. Adapun sistem pelapisan sosial/kasta yang
terdiri atas:
Sistem kekerabatan dalam
masyarakat Kampala sebagai atas keluarga a. Karaeng adalah kasta yang
inti. Ayah sebagai pemegang peranan utama mayoritas menjabat sebagai
dalam keluarga, sebagai penggung jawab ketua/pimpinan dan anggota
dalam keluarga dan akan diganti oleh anak pemerintahan adat yang memiliki
laki-laki bila meninggal. Sedangkan ibu pengaruh besar.
akan mendidik dan memelihara anak serta b. Daeng adalah kasta yang minoritas
nama baik keluarga. Masyarakat Kampala menjabat sebagai pimpinan/ketua
menggaris keturunan mereka berdasarkan dan juga jabatan petugas atau
garis keturunan ayah dan ibu. Sistem pengatur, pesuru.
kekerabatan ini disebut pula Bilateral.
Semua bentuk sistem lapisan yang
Karena sistem kekerabatan dalam disebutkan di atas merupakan tugas dan
masyarakat Kampala adalah Bilateral, maka jabatan yang diwariskan secara turun
garis keturunan dari ayah dan dari ibu, setiap temurun. Namun dalam kehidupan sekarang
orang menjadi anggota keluarga dari ini tampaknya sudah tidak banyak lagi
keluarga dari ibu dan dari ayahnya. Dengan dijumpai, tetapi tidak dapat dipungkiri dari
demikian pula, maka kewarisan anak juga pelapisan masyarakat itu masih dipraktekkan
berdasarkan hal tersebut, seorang anak oleh masyarakat yang ada di Desa Kampala.
mewarisi berbagai hal dari ibu dan dari
ayahnya, termasuk tanah dan bahkan hutang Awal Munculnya Patron Klien Dalam
yang di tinggalkan oleh keluarga. Jika anak Lingkungan Masyarakat Petani Di Desa
dalam keluarga mereka lahir maka nama Kampala Kabupaten Jeneponto
anak di berikan atas dasar kekerabatan, dan
Patron klien yang terjadi didalam
biasanya lagi nama ini dipilih dari nama
masyarakat merupakan salah satu hubungan
kerabat yang telah meninggal. Jadi, anak
antara antara dua orang yang sebagian besar
laki-laki dan perempuan berhak mengikuti
melibatkan persahabatan instrumental,
keturunan ayah dan ibu, tanpa harus
dimana seseorang yang lebih tinggi
memberikan nama keturunan yang harus
kedudukan sosial ekonominya menggunakan
berfokus pada ayah ataupun ibu. Pemberian
pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya
nama terhadap anak mereka tidak
untuk memberikan perlindungan atau
menggunakan marga atau fam seperti yang
keuntungan atau kedua-duanya kepada
berada di daerah sumatera, di Desa Kampala
orang yang lebih rendah kedudukannya.
sendiri pemberian nama anak mereka hanya
Hubungan patron klien di Desa Kampala
mengambil nama dari keturunan dari ayah
kini menjadi tumbuh subur di bawah kuasa
atau ibu, seperti mereka mengambil nama
Andi Tahal Fasni Karaeng Sutte (generasi
kakek mereka kembali atau juga mereka
ketiga). Karaeng Suttee yang menjadi patron
memberi nama sesuai keinginan ayah dan
merupakan orang yang paling didengar di
ibu yang telah disepakati bersama.
Desa Kampala secara umum terkhusus lagi
Sistem Sosial di tanah yang menjadi miliknya yakni 2
dusun dari 4 dusun keseluruhan. Ada
Sejak dulu masyarakat Kampala telah beberapa hal yang melatar belakangi di
mengenal sistem pelapisan masyarakat, dalam kehidupan masyarakat yang terjadi di
Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Pola Patron klien Dalam Masyarakat di
Kabupaten Jeneponto. Desa Kampala Kabupaten Jeneponto
Proses yang melatarbelakangi Adapun pola patron klien dalam
terjadinya patron klien antara para karaeng masyarakat di Desa Kampala Kabupaten
dan pekerjanya salah satunya adalah faktor Jeneponto yaitu, dilihat dari interaksi
ekonomi yang mereka alami. Mereka juga masyarakat yang awalnya bekerja dengan
sudah dari dulu kerja sama para karaeng pemilik lahan atau yang memberikan tempat
karena secara turun temurun dari keluarga tinggal kepada mereka. Patron memberikan
mereka. Ini bentuk tanda balasan dari apa lahan tempat tinggal dan sawah yang
yang telah diberikan. Masyarakat ini sangat digarap klien. Karaeng tidak pernah
menjaga baik hubungan keduanya, agar membedakan atau melebihkan pembagian
tidak terjadi suatu permasalahan yang dapat secara khusus kepada klien.
membuat mereka hilang kepercayaan.
Masyarakat yang bekerja dengan pemilik a. Sistem Pengolahan Sawah
sawah atau mereka yang diberikan tempat Resiprositas adalah hubungan
tinggal merasa aman dan terjaga. Para saling menguntungkan yang
pemiliknya sangat berpengaruh baik itu terikat dalam konsep pemberian,
ditengah masyarakat maupun di dimana pemilik tanah memberi
pemerintahan setempat. Sehingga para tau- upah pada pekerjanya setara dan
tau tidak akan meninggalkan mereka, karena seringkali lebih dengan apa yang
kehidupan mereka sudah berubah. dikerjakan oleh mereka. Konsep
Pengorbanan yang dilakukan Karaeng, bagi pemberian lebih mengacu
pengikutnya tidak dapat terbalaskan sebagai landasan bagi struktur
meskipun dibayar dengan uang. persekutuan dan persahabatan
yang kurang lebih
Masyarakat di berikan tempat untuk menggambarkan harmonisasi
bermukim juga tak lepas dengan mengelolah masyarakat tradisional.
tanah tersebut seperti membuka usaha atau Pada sistem pembagian
mengelolah lahan dengan bercocok tanam sawah yang dilakukan patron
hasil bumi demi kebutuhan sehari-hari. Dari untuk kliennya, mereka diberi
segi ekonomi ini nampaknya Karaeng sawah seluas antara 400 m2
(patron) tidak terlalu mengintervensi hasil sampai dengan 600 m 2.
bumi masyarakat, karaeng (patron) lebih Pembagian berbeda-beda ini
memberikan leluasa kepada masyarakat karena struktur tanah dan bentuk
untuk mengelolah tanah tersebut menjadi dari sawah yang didapatkannya.
hasil bumi, namun biasanya masyarakat Klien yang mendapatkan tanah
sendirilah yang sadar dengan memberi dari karaeng ini menggangp
sedikit atau banyaknya hasil bumi kepada dirinya bahwa apa yang telah
karaeng (patron) sebagai upah dari tanah diberikan atau diterimanya
karaeng (patron) yang dikelolah oleh mereka sangat bersyukur dan
masyarakat (klien) dari hasil bercocok bekerja sebaik-baiknya. Mereka
tanam ini. diberikan kepercayaan oleh
patron dan si klien menjaga
dengan baik kepercayaan yang
telah diberikan.
Klien menggarap sawah si yang kini telah menjadi sebuah
patron tanpa memiliki batas Dusun Monroloe dan Dusun
waktu, hasil dari garapan Pinyang Kabbu. Dua dusun ini
sawahnya pun dibagi hasil tetapi dimiliki atas nama atau yang
tidak dalam bentuk uang tetapi biasa dikenal masyarakat
bagi hasil 35:65. Pembagian hasil setempat Karaeng Sutte.
panen ini disepakati secara Mereka diberi lahan tempat
musyawarah para klien, sebagai tinggal dengan luas yang sama
bentuk rasa terima kasih dan dan memiliki peraturan dalam
membalas jasa patron. Dari bagi membangun rumah seperti,
hasil ini mereka dapat rumah yang akan dibangun
menyimpannya ataupun dalam bentuk panggung, bukan
menjualnya. Sawah yang mereka permanen ataupun semi
garap pun dapat dijadikan permanen. Aturan dibuat agar
sebagai kebun seperti ketika ketika klien sudah memiliki
setelah panen, mereka tempat tinggal diluar Desa
menggarap lahannya kembali Kampala, dan tidak membuat
untuk ditanami bibit bawang klien terbebani dalam proses
merah ataupun Lombok. pembangunan. Rumah panggung
Meskipun hasilnya tidak ini mereka buat secara bersama-
melimpah tetapi mereka juga sama atau bergotong royong.
dapat menghasilkan produksi Klien dapat berpindah dari
yang baik. Lahan yang ditanami tempat patron atau ingin menetap
bibit ini tidak semuanya dapat ditempat itu dengan maksud
mengelolanya, karena hanya ingin membeli tanah patron,
lahan dekat irigasi yang dapat dapat juga dilakukan
menanaminya. Untuk pembagian pembicaraan antara patron dan
hasil panen bawang merah atau klien. Namun, tidak hanya ada
Lombok ini itu tergantung si pada dua dusun tersebut, dusun
klien. Klien juga diberi kuasa lainnya juga memiliki patron.
penuh atas sawah yang mereka Patron juga tidak pernah
garap, bertanggungjawab dalam menuntut sepenuhnya atas jasa
pengolahannya, namun berbeda yang telah diberikan kepada
pada saat ingin menanam bibit klien.
padi itu merupakan c. Perilaku Klien terhadap
tanggungjawab antara patron dan Patron yang ada di Desa
klien. Kampala
b. Pembagian Lahan Tempat Sikap perilaku para pengikut
Tinggal karaeng ini muncul karena
Pembagian lahan tempat kondisi yang mereka alami
tinggal juga dilakukan patron dilingkungan. Mereka
karena rasa peduli satu sama lain melakukannya karena dulunya
tanpa membedakan status sosial dalam kondisi tertentu sehingga
ataupun asal keluarga maupun sampai saat ini mereka tetap
daerahnya. Patron memberikan bertahan. Dalam kondisi seperti
lahan tempat tinggal kepada klien ini mereka dalam berinteraksi
dengan masyarakat sekitar tetap hubungannya dengan baik atas
nyaman dan bahkan mereka juga kepercayaan telah diberikan.
tidak segan-segan untuk d. Perilaku Patron terhadap
membantu orang lain yang lagi Klien yang ada di Desa
kesusahan, baik itu mereka orang Kampala
biasa maupun orang-orang dari Patron memberikan dampak
para Karaeng lainnya. Perilaku positif terhadap masayrakat yang
ini terjadi bukan karena paksaan lain, memberikan dukungan
dari Karaeng tapi mereka pernah penuh terhadap kesejahteraan
merasakan hal yang sama. lingkungan sekitarnya.
Perlindungan yang diberikan Memberikan atau membagikan
para Karaeng kepada harta miliknya sendiri kepada
pengikutnya juga memberikan Klien mereka. Salah satunya
dampak positif terhadap Desa mereka memberikan sebidang
Kampala, karena setiap apapun tanah untuk dapat ditanami padi
yang terjadi pada desa ini selalu agar memberikan tambahan
memberikan solusi untuk tetap kebutuhan kehidupan
menjaga keamanan setempat. keluarganya. Patron tidak segan-
Orang-orang begitu menghargai segan memberikan bantuan tanpa
mereka dengan apa yang telah pamrih, tanpa minta balasan yang
diberikan terhadap penduduk setimpal ataupun hanya ingin
setempat tanpa memandang bulu. memamerkan harta. Mereka
Sehingga desa ini selalu terjadi melakukannya karena ingin
dengan baik dan hubungan sosial melihat kehidupan seseorang
yang terjadi didalamnya tidak jauh lebih baik dari sebelumnya.
memberikan dampak negatif. Memberikan pekerjaan, tempat
Klien menganggap patron ini tinggal, merubah kehidupan
sebagai pelindung, penolong keluarganya jauh lebih baik.
yang tidak mengenal asal usul Hubungan patron klien
mereka sama sekali. Klien sendiri mempunyai pengertian
memberikan seluruh hidupnya bahwa adanya pola hubungan
kepada patron dalam artian timbal balik antara majikan
mereka bekerja untuk patron, dengan buruh yang
membantu patron ketika ingin menempatkan majikan (Karaeng)
melaksanakan acara dikediaman sebagai patron dan buruh sebagai
patron. Dipikiran klien selalu klien. Suatu hubungan kerja yang
terikat bahwa mereka tidak dapat terbentuk antara majikan dan
seperti saat ini tanpa bantuan dari buruh didasarkan pada
karaeng ini. Anak mereka pemenuhan kebutuhan antara
sekolah, sukses dan menjadi satu dengan yang lain atau lebih
orang hebat itu berkat bantuan jelasnya adalah antara majikan
dari karaeng. Sehingga klien dengan buruh.
menguatkan dirinya bahwa Karaeng disini sangat
sampai kapanpun mereka tidak berperan penting dalam
akan meninggalkan karaeng. kehidupan para klien, dan klien
Klien selalu menjaga tidak akan berbuat yang dapat
merugikan karaeng-nya. Namun, Jadi dari penjelasan diatas
sebagian klien juga menyesalkan jelas bahwa pola patron klien
dengan sikap karaeng yang yang terjadi dalam masyarakat di
mencari keuntungan dengan Desa Kampala, adanya patron
bantuan yang didapatkannya dan yang ingin benar-benar merubah
mengikat klien. kehidupan kliennya dengan
Berbagai cara yang dilakukan memberikan tempat tinggal yang
para patron terhadap klien agar layak dan terlebih lagi
mereka bertahan, seperti memberikan pekerjaan. Patron
memberikan mereka tempat dalam hal ini tidak meminta
tinggal hingga pekerjaan untuk balasan dalam bentuk hal yang
dapat menghidupi keluarganya. sama tapi mereka melakukannya
Permasalahan ekonomi menjadi dengan niat baik. Namun, ada
faktor utama terjadinya patron juga patron yang menginginkan
dan klien dilingkungan sesuatu terhadap klien yang
masyarakat dan itu dimanfaatkan dibantunya, baik itu dalam
sebagian orang yang memiliki pembagian hasil garapannya atau
ekonomi lebih untuk mengingikan ia mendapatkan
memberikan sebagian yang derajat yang lebih tinggi lagi di
dimilikinya tetapi ingin desa.
mendapatkan sesuatu yang lebih
pula. Dampak Sosial Dari Patron Klien
Profesi mereka sebagai petani Terhadap Masyarakat Desa Kampala
atau tau-tau’ untuk para Karaeng Kabupaten Jeneponto
tidak membuat mereka malu
Ada beberapa dampak yang dialami
dengan hal tersebut. Mereka
masyarakat setelah terjadinya patron klien di
bekerja untuk keluarga bukan
Desa kampala. Salah satunya, proses
kepentingan pribadi. Para patron
interaksi yang lingkungan sekitar antara
memberikan yang dimiliki
klien dan patron, antara klien dan
seperti yang dijelaskan diatas
masyarakat lain, ataupun antar para klien
bahwa sebagian juga
sendiri. Dampak yang terlihat dalam hal ini,
mengingikan sesuatu atau timbal
setiap klien berhak menjaga rahasia para
balik dari yang telah diberikan.
patron mereka..
Patron juga yang ingin
mencalonkan diri sebagai kepala Hubungan antarsesama masyarakat
desa akan lebih mudah untuk dapat terjalin harmonis dan baik karena
memiliki suara dalam pemilihan interaksi yang baik pula. Dalam hal ini,
dikarenakan jumlah klien yang klien berinteraksi dengan masyarakat lain
dimilikinya cukup banyak, tidak tetap menjaga hubungannya dengan baik,
hanya sebatas kepala desa baik mereka asli dari desa maupun dari luar.
bahkan ke tingkat yang lebih Meskipun, mereka tidak memiliki batasan
tinggi seperti menjadi anggota dalam berinteraksi sesamanya, tapi mereka
legislatif atau kerabat dari patron yang bekerja bersama dengan patron tetap
yang ingin menjadi kepala desa menjaga baik ucapan mereka jika berbicara
atau anggota legislatif. bersama masyarakat lain. Mereka sangat
menjaga rahasia patronnya meskipun tidak Klien pun menerima tawaran dari si patron
memiliki aturan secara tertulis. meskipun patron tidak memberikan batas
waktu untuk mengembalikan yang telah
Masyarakat lain yang melakukan diberikan. Hal ini membuat klien bertahan
interaksi dengan pekerja patron atau yang berelasi dengan patron dan terus menjaga
biasa disebut klien juga tidak membedakan kepercayaan yang telah diberikan olehnya.
derajat mereka satu sama lain, mereka selalu Dampak sosial hubungan patron klien yaitu
bergotong royong dalam melaksanakan proses interaksi dalam masyarakat
sesuatu, saling menolong satu sama lain, dan antarpatron dengan klien menjadi pembeda,
menjaga keharmonisan antarmasyarakat. karena klien tetap menjaga bahasa dan
tunduk dengan patron. Patron tidak pernah
Status sosial yang menjadi pembeda
membatasi kliennya dalam berinteraksi baik
dalam lingkungan masyarakat seperti patron
itu antara mereka satu sama lain maupun
klien yang terjadi di Desa Kampala ini juga
dengan masyarakat lain, tetapi klien tetap
sangat mudah dikenali. Masyarakat akan
menjaganya sebagai bentuk penghargaan
mudah membedakan patron dengan cara
atas yang telah diberikan.
berkomunikasi dengan masyarakat lain,
penampilan, serta yang dimilikinya. Patron DAFTAR RUJUKAN
tidak ingin menampakkan hartanya atau
memamerkannya kepada masyarakat. Patron Koentjaraningrat. 1997. Pengantar
juga sangat menjaga dengan baik kliennya, Antropologi II (Pokok-
memberikan perlindungan yang khusus pokok Etnografi). Rineka
untuk mereka karena sudah menjadi bagian Cipta. Jakarta
dari keluarga. Meskipun di era modern saat
ini patron klien masih melekat di masyarakat Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2007. Patron-
Desa Kampala tapi itu tidak membuat Klien di Sulawesi Selatan. Kepel
mereka tertekan dengan kondisi sebagai Press. Yogyakarta.
klien.Masyarakat sekitar yang bukan
Hefni, Moh. 2009. Patron-Client
kliennya dari patron memiliki hubungan
Relationship Pada Masyarakat
harmonis satu sama lain, interaksi yang jadi
Madura. Kursa. Vol. XV No.1
didalam lingkungan masyarakat pun terjalin
dengan baik. Masyarakat sangat menerima Maumah, Binti. 2015. Stratifikasi Sosial dan
baik klien dari patron meskipun berasal dari Perjuangan Kelas Dalam
luar desa ataupun daerah. Prespektif Sosiologi
Pendidikan. Ta’Allum.
SIMPULAN Vol 3 No 1
Patron sejak dari dulu memiliki
Hudayana, Bambang. 1991. Konsep
lahan dan tanah yang sangat luas, yang
Resiprositas Dalam Antropologi
diwariskan secara turun temurun dan kini
Ekonomi. Humaniora. No.3
sudah pada generasi ketiga dan juga masalah
ekonomi, dimana para patron memberikan Sairin, Sjafri, dkk. 2016. Pengantar
sebagian harta untuk mereka agar dapat Antropologi Ekonomi. Pustaka
merubah kehidupannya jauh lebih baik. Pelajar. Yogyakarta.
Dalam hal ini patron memberikan klien
lahan sawah maupun tempat tinggal, patron Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode
memberikannya karena melihat kondisi Penelitian Masyarakat. PT
keluarga yang dialami si klien itu sendiri. Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai