Disusun Oleh:
11 2018 016
Pembimbing:
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA DEPOK
Nama : Nur Tasya Ruri Tanda Tangan
NIM : 11.2018.016 ........................................
Tanda Tangan
Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Dini Adriani, Sp.S ………………………….
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 63 tahun
Pendidikan :-
1. Status Presens
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS: E4M6V5=15
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,7°c
Pernapasan : 20 x/menit
Berat badan : 44,5 kg
Kepala : Normocephal, simetris
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Jantung : tidak diperiksa
Paru : tidak diperiksa
Perut : tidak diperiksa
Alat kelamin : Tidak diperiksa
2. Status Psikikus
Cara berpikir : Sesuai usia
Perasaan hati : Normotim
Tingkah laku : Wajar, pasien sadar
Ingatan : Amnesia (–)
Kecerdasan : Baik
3. Status Neurologikus
Kepala
1. Bentuk : Normocephali
2. Nyeri tekan : tidak ada
3. Simetris : kanan sama dengan kiri
4. Pergerakan : Normal, tidak terbatas
Leher
1. Sikap : Simetris
2. Pergerakan : normal
3. Kaku kuduk : tidak diperiksa
N I. (Olfaktorius)
N II. (Optikus)
N III. (Okulomotorius)
Strabismus - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Pupil
Besar pupil 3 mm 3 mm
N IV. (Troklearis)
( kebawah-dalam )
N V. (Trigeminus)
N VI. (Abduscens)
N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi + +
NVIII. (Vestibulokoklear)
N IX. (Glossofaringeus)
N X. (Vagus)
N XI. (Asesorius)
N XII. (Hypoglossus)
b. Sensibilitas
Kanan Kiri
Nyeri + +
c. Refleks
Refleks kulit perut atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Atrofi - -
(b) Sensibilitas
Kanan Kiri
(c) Refleks
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Hoffman-Trommer - -
Pergerakan + +
Atrofi + -
(b) Sensibilitas
Kanan Kiri
Nyeri + -
(c) Refleks
Kanan Kiri
Patella ++ ++
Achilles + +
Babinski - -
Patrick - -
Kontrapatrick - -
RINGKASAN
Subjektif
Seorang pasien perempuan usia 63 tahun datang ke Poli Saraf dengan keluhan nyeri pada
betis kanan sejak 3 tahun dan memberat 1 tahun terakhir. Nyeri pada betis dirasakan hilang timbul.
Nyeri seperti ditarik dan cenut-cenut pasien juga merasa panas pada betis kananya. Nyeri dirasakan
sudah mengganggu aktivitas. Nyeri pada betis kanan dirasakan tidak berkurang walaupun saat
berbaring dan istirahat. Pasien mengatakan nyeri pada betisnya yang hebat ini adalah yang
pertama.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 E4M6V5, TD= 110/80
mmHg, Suhu= 36,7oC, Nadi= 80x/menit, Nafas= 20x/menit. Nervus kranialis semua dalam batas
normal. Pada refleks fisiologis didapatkan biceps ++/++, triceps ++/++ ,KPR ++/++ APR
+/+refleks patologis tidak ditemukan kelainan.. Pergerakan motorik ekstremitas atas dan bawah
dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang :
1. X foto lumbosacral AP/Lat
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Nyeri radikuler, hiporefleks achilles kanan dan kiri, lasegue >70/>70,
Kernig >135/>135, atrofi tibialis anterior dan m. gastrocnemius.
Diagnosis Topik : Radiks saraf lumbosakral
Diagnosa Etiologik : Herniasi Diskus
Diagnosis Patologi : Kompresi radiks
RENCANA PENGELOLAAN
Masalah : Nyeri satu sisi pada betis kanan
Assessment : LBP ec HNP Lumbosacral dengan sindrom kauda equina
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Tirah baring pada dasar rata
Pro Fisioterapi
Latihan Fisik : olahraga berenang
Medikamentosa:
PCT 300 mg
Codein 10 mg
Pregabalin 25mg
Na Diclofenac 25mg
Gabapentin 20g
Omeprazole
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad santionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
Tulang belakang (Columna vertebralis) adalah pilar yang kuat, melengkung dan
dapat bergerak yang menopang tengkorak, dinding dada, dan ekstremitas atas,
menyalurkan berat badan ke ekstremitas bawah, dan melindungi medulla spinalis.1
Tulang belakang terdiri dari sejumlah vertebra, yang dihubungkan oleh discus
intervertebralis dan beberapa ligamentum. Setiap vertebra terdiri dari tulang spongiosa
yang terisi dengan sumsum tulang merah dan dilapisi oleh selapis tipis tulang padat.1
Tulang Columna Vertebralis :1
- 7 vertebra cervicales
- 12 vertebra thoracicae
- 5 vertebra lumbales
- Sacrum
- Vertebra coccygeae
Corpus: lempeng tulang yang tebal, agak melengkung di permukaan atas dan bawah arcus
vertebrae, terdiri dari:1
a) Pediculus dibagian depan: bagian tulang yang berjalan ke arah bawah dari corpus,
dengan lekukan pada vertebra di dekatnya membentuk foramen intervetebrale,
b) Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang pipih berjalan ke arah belakang dan
ke dalam untuk bergabung dengan pasangan dari sisi yang berlawanan
Gambar 1. Columna vertebralis dilihat dari samping1
c) Foramen vertebrale: lubang besar yang dibatasi oleh corpus di bagian depan,
pediculus di bagian samping, dan lamina di bagian samping dan belakang
d) Foramen intervertebrale: lubang pada bagian samping, di antara dua vertebra yang
berdekatan; dilalui oleh nervus spinalis yang sesuai
e) Processus articularis superior dan inferior: membentuk persendian dengan processus
yang sama pada vertebra di atas dan di bawahnya
f) Processus transversus: bagian tulang yang menonjol ke lateral
g) Spina: penonjolan mengarah ke belakang dan ke bawah
h) Discus intervebralis adalah cakram yang melekat pada permukaan corpus dua
vertebrae yang berdekatan; terdiri dari anulus fibrosus, cincin jaringan
fibrokartilaginosa pada bagian luar, dan nucleus pulposus, zat semi-cair yang
mengandung sedikit serat dan tertutup di dalam annulus fibrosus
Ligamentum
Vertebra cervicalis
Vertebra cervicalis kecil, memilliki corpus yang tipis dan memiliki processus
transversus, dibedakan dengan adanya foramen (yang dilalui oleh arteri vertebralis) dan
ujung dua tuberkel.1
Vertebra thoracica
Berikut ini adalah vertebra tipikal. Selain gambaran umum, mereka mempunyai ciri:1
a) Facies articularis pada bagian samping corpus untuk artikulasi dengan caput costae,
b) Facies articularis pada processus transversus untuk artikulasi dengan tuberculum
costae
Vertebra lumbalis
Vertebra lumbalis merupakan tulang yang massif dengan processus lateralis dan
spinosus yang kuat. Canalis vertebra dibentuk oleh sambungan foramen vertebrale dan oleh
discus intervebralis dan ligamentum yang menghubungkannya. Canalis ini berisi:1
a) Medulla spinalis, yang berjalan ke bawah sampai vertebra lumbalis pertama atau
kedua,
b) Nervus spinalis ketika meninggalkan dan memasuki medulla spinalis,
c) Pembuluh darah,
d) Meningen (menutupi medulla spinalis).
Sacrum dibentuk oleh lima vertebra yang berfusi menjadi satu. Tulang ini berbentuk
baji yang melengkung, dengan ciri:1
a) Permukaan konkaf yang licin di bagian posterior yang membentuk bagian belakang
rongga panggul,
b) Permukaan konveks yang kasar di bagian posterior yang merupakan tempat
perlekatan ligamnetum dan sebagian musculus erector spinae dan musculus gluteus
maximus,
c) Facies pada tiap sisi untuk artikulasi dengan os ilium,
d) Facies articularis kecil di bagian bawah untuk artikulasi dengna os coccygeus,
e) Empat foramen sacralis anterior dan empat posterior yang dilalui oelh cabang anterior
dan posterior nervus sacralis.
Os coccygeus
Tulang kecil berbentuk segitiga, dibentuk dari empat os coccygeus yang bergabung
menjadi satu. Tulang ini berartikulasi dengan sacrum dan membentuk sebagian dinding
posterior pelvis.1 Commented [V1]: Sugiarto B. Fisiologi & anatomi modern
untuk perawat. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2003.h. 30-37
Sistem Somatosensorik
Serabut Ia yang cepat menghantar impuls dari spindle otot dan organ tendon terbagi
menjadi banyak kolateral setelah memasuki medulla spinalis. Beberapa serabut kolateral
ini langsung membuat kontak sinaps dengan neuron motrik α yang besar di kornu anterius
medulla xspinalis (lengkung reflex monosinaptik). Serabut kolateral lain yang muncul
setingkat vertebra torakal dan sakral berakhir di nucleus berbentuk tabung yang terdapat di
dasar kornu posterius setinggi vertebra C8-L2, yang dikenal dengan berbagai macam
seperti; kolumna sel intermediolateralis, nucleus torasika, kolumna Clarke, dan nucleus
Stilling. Neuron pasca sinaps kedua dengan badan sel yang terletak di nucleus ini
merupakan asal traktus spinoserebelaris posterior, yang serabutnya merupakan penghantar
impuls tercepat di seluruh tubuh. Traktus spinoserebelaris posterior berjalan ke atas di
dalam medulla spinalis sisi ipsilateral di bagian posterior funikulus lateralis dan kemudian
berjalan melalui pedunkel serebelaris inferior ke vermis serebelum. Serebut aferen yang
muncul setingkat vertebra servikalis (yaitu di atas level kolumna sel intermediolateralis)
berjalan di dalam fasikulus kuneatus untuk membuat sinaps dengan neuron kedua yang
sesuai di nucleus kuneatus asesorius medullae dan serabut yang keluar berjalan naik ke
serebelum.2
Kolumna Posterior
Impuls berasal dari reseptor di otot, tendon, fasia, kapsul sendi, dan jaringan ikat
(korpuskel Vater-Pacini dan korpuskel Golgi-Mazzoni), serta reseptor kulit. Serabut aferen
yang menghantarkannya adalah prosesus neuron pseudounipolar bagian distal ganglion
spinale. Prosesus bagian sentral sel ini kemudian berjalan naik di dalam medulla spinalis
dan berakhir di nuclei kolumna posterior di medulla yang lebih rendah.2
Gambar 3. Traktus Sensorik Serabut Utama Medula Spinalis2
Impuls yang timbul di reseptor kuteneus (ujung saraf peritrikial, korpuskel taktil)
dan dihantarkan di sepanjang serabut saraf perifer bermielin cukup-tebal ke sel-sel
pseudounipolar radiks ganglion dorsalis, dan dari sini masuk ke medulla spinalis melalui
radiks posterior. Di dalam medulla spinalis, prosesus sentralis sel radiks ganglion dorsalis
berjalan ke atas di kolumna posterior sekitar 2-15 segmen, sedangkan kolateralnya berjalan
1 atau 2 segmen ke bawah, membbentuk kotak sinaptik dengan sel-sel pada berbagai
tingkat segmental di substansi grisea kornu posterior. Sel-sel tersebut (neuron kedua)
kemudian membentuk traktus spinotalamikus anterior, yang serabut-serabutnya menyilang
di kommisura spinalis anterior, berjalan naik di dalam funikulus anterolateral kontralateral,
dan berakhir di nucleus ventro posterolateral talami, bersama dengan serabut-serabut
traktus spinotalamikus lateral dan lemnikus medialis. Neuron ketiga di nucleus thalamus
ini kemudian memproyeksikan aksonnya ke girus post-sen-tralis di traktus
talamokortikal.2
Ujung saraf bebas di kulit merupakan reseptor perifer untuk stimulus nyeri dan
suhu. Ujung-ujung saraf tersebut terbentuk dari akhiran kelompok serabut A yang tipis dan
serabut C yang hampir tidak bermielin, yang membentuk prosesus perifer neuron
pseudounipolar di ganglion spinalis. Prosesus sentral melewati bagian lateral radiks
posterior di dalam medulla spinalis dan kemudian terbagi secara longitudinal menjadi
kontralateral yang pendek dan berakhir di dalam satu atau dua segmen substansia
gelatinosa, membuat kontak sinaptik dengan neuron funikularis (neuron kedua) yang
prosesusnya membentuk traktus spinotalamikus lateral. Prosesus ini menyilang garis
tengah di komisura spinalis anterior sebelum berjalan naik di funikulus lateralis
kontralateral menuju thalamus. Seperti kolumna posterior, traktus spinotalamikus lateralis
tersusun secara somatotropik; namun, pada traktus ini serabut dari ekstremitas bawah
terletak di sebelah lateral sedangkan serabut yang berasal dari tubuh dan ekstremitas atas
terletak lebih medial.2
Serabut yang menghantarkan sensasi nyeri dan suhu terletak sangat berdekatan satu
dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan secara anatomis. lesi pada traktus
spinotalamikus lateralis merusak kedua modalitas sensorik tersebut, meskipun tidak selalu
derajat yang sama.2
Sistem Motorik
Impuls motorik untuk gerakan volunter terutama dicetuskan di girus pre-sentralis
lobus frontal (korteks motorik primer, area 4 Broadmann) dan area kortikal di sekitarnya
(neuron motorik pertama). Impuls tersebut berjalan di dalam jaras berserabut panjang
(terutama traktus kortikospinalis/ traktus piramidalis), melewati batang otak dan turun ke
medula spinalis di kornu anterior membentuk kontak sinaptik dengan neuron motorik
kedua- biasanya melewati satu atau beberapa interneuron perantara.2
Serabut saraf yang muncul dari area 4 dan area kortikal yang berdekatan bersama-
sama membentuk traktus piramidalis, jalur tercepat dan tersingkat antara area motorik
primer dan motor neuron di kornu anterior. Selain itu, area kortikal lainnya (terutama
korteks premotorik area 6) dan nuklei subkortikalis (terutama ganglia basalis)
berpartisipasi dalam pengendalian gerakan tingkat neuron. Area-area tersebut membentuk
lengkung umpan balik yang kompleks satu dengan lainnya serta dengan korteks motorik
primer dan serebelum; struktur ini memengaruhi sel-sel di kornu anterior medul spinalis
melalui beberapa jaras yang berbeda di medula spinalis. Fungsinya terutama untuk
memodulasi gerakan dan untuk mengatur tonus otot.2
Impuls yang terbentuk di neuron motorik saraf kranial dan kornu anterior medula
spinalis berjalan melewati radiks anterior, pleksus saraf (di regio servikal dan
lumbosakral), serta saraf perifer dallak perjalanannya ke otot-otot rangka. Impuls
dihantarkan ke sel-sel otot melalui motor end plate taut neuromuskular.2
Lesi pada neuron motorik pertama di otak atau medula spinalis biasanya
menimbulkkan paresis spastik, sedangkan lesi neuron motorik kedua di kornu anterior,
radiks anterior, saraf perifer, atau motor end plate biasanya menyebabkan paresis flaksid.
Defisit motorik akibat lesi pada sistem saraf jarang terlihat sebagai gejala tunggal; biasanya
disertai oleh berbagai defisit sensorik, otonom, kognitif, dan/ atau defisitneuropsikologis,
tergantung pada lokasi dan sifatvlesi penyebabnya.2
Traktus ini berasal dari kortek motorik dan berjalan melalui substansia alba serebri
(korona radiata), kornu posterius kapsula interna (serabut terletak sangat berdekatan di
sini), bagian sentral pedunkulus serebri (krus serebri), pons, medulla oblongata (bagian
anterior), tempat traktus terlihat sebagai penonjolan kecil yang disebut piramid. Piramid
medulla (terdapat satu pada masing-masing sisi) menjadi asal penamaan traktus tersebut.
Pada bagian bawah medulla, 80-85% serabut piramidal menyilang ke sisi lain sehingga
dinamakan dekusasio piramidum. Serabut yang tidak menyilang di sini berjalan menuruni
medulla spinalis di funikulus anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior;
serabut ini menyilang lebih ke bawah (biasanya setingkat segmen yang dipersarafi) melalui
komisura anterior medulla spinalis. Pada tingkat servikal dan torakal, kemungkinan juga
terdapat beberapa serabut saraf yang tetap tidak menyilang dan mempersarafi neuron
motorik ipsilateral di kornu anterior, sehingga otot-otot leher dan badan mendapatkan
persarafan kortikal bilateral.2
Sindroma Cauda Cedera akar saraf Gangguan motoric sedang sampai berat,
Equina lumbosacral asimetris, dan atrofi (+)
Gangguan sensibilitas saddle anesthesia,
asimetris, timbul lebih lambat, disosiasi
sensibilitas (-)
Nyeri menonjol, hebat, timbul dini, radicular,
asimetris
Gangguan reflex bervariasi
Gangguan sfingter timbul lambat, jarang berat,
reflex jarang terganggu, disfungsi seksual
jarang
Definisi
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, di Antara sudut iga paling bawah dan sacrum. Nyeri punggung bawah (NPB)
merupakan jenis nyeri yang sering jumpai. Prevalensi NPB di Amerika Serikat
diperkirakan Antara 15-20% (Chou et al. 2007), di Indonesia prevalensi NPB sebesar
18% (Meliala dan Pinzon, 2005). Penyebab NPB sebagian besar (sekitar 85%) adalah
nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa cedera otot, ligament, spasme
atau keletihan otot. Penyebab yang serius (red flag) termasuk, antara lain, fraktur
vertebra, infeksi, tumor.4
Penyebab NPB sebagian besar (sekitar 85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan
pada jaringan lunak, berupa cedera otot, ligament, spasme atau keletihan otot. Penyebab
yang serius (red flags) termasuk Antara lain, fraktur vertebra, infeksi, tumor.4
Distribusi nyerinya bias local, radicular, atau nyeri rujuk (referred pain) NPB bias
akut (<4 minggu), subakut (4-13 minggu) dan kronik (>12 minggu).4
Sekitar 90% NPB akut adalah benigna, sembuh spontan dalam 4-6 minggu tetapi
cenderung berulang. NPB dengan sindrom radicular sembuh spontan dalam 2 minggu,
sebagian kecil dalam 6-12 minggu, dan yang membutuhkan tindakan bedah hanya 1-2%.4 Commented [V3]: Suryamiharja A, Purwata TE &
Suharjanti I. Nyeri Neuropatik di Daerah Punggung Bawah
(Low Back Pain). Dalam Suryamiharja A, Purwata TE,
Suharjanti I, Yudivanta editor. Konsensus Nasional 1
Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Jakarta:
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Etiologi Indonesia (PERDOSSI); 2011. h.29-33
Salah satu misteri besar dari nyeri pinggang bawah (NBP) adalah etiologinya.
Studi epidemiologi, anatomi, biomekanik, dan patologi, hingga etiologic NBP
menjelaskan hubungan yang jelas antara faktor risiko atau jaringan yang mengalami
cedera dengan simptom yang muncul.5
Banyak klasifikasi nyeri punggung bawah yang ditemukan dalam literatur, tetapi
ada yang benar-benar memuaskan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Ada yang berdasarkan struktur anatomis (nyeri punggung bawah primer,
sekunder, referral, dan psikomatik), ada yang berdasarkan sumber nyeri (viserogenik,
neurogenic, vaskulogenik, spondilogenik, dan psikogenik). Sangat beragamnya
klasifikasi ini antara lain karena banyaknya penyakit atau kelainan yang menyebabkan
nyeri punggung bawah.5
Sidharta (2008) telah membuat kerangka untuk dapat menelusuri beberapa jenis
nyeri pinggang bawah yang tersusun secara sistemati.5
1. Nyeri punggung bawah traumatik, yang dapat dibagi dalam:5
a. Nyeri punggung bawah akibat trauma pada unsur miofasial, dan
b. Nyeri punggung bawah akibat trauma pada komponen keras susunan neuro-
muskuloskeletal
2. Nyeri punggung bawah akibat proses degeneratif, yang mencakup:5
a. Spondilosis
b. Hernia Nukleus Pulposus
c. Stenosis spinalis
d. Osteoatritis
3. Nyeri punggung bawah akibat penyakit inflamasi, yaitu:5
Artritis rheumatoid
a. Spondilitis angkilopoetika
4. Nyeri punggung bawah akibat gangguan metabolisme (Nyeri punggung bawah
osteoporotik)5
5. Nyeri punggung bawah akibat neoplasma5
6. Nyeri punggung bawah akibat kelainan kongenital5
7. Nyeri punggung bawah sebagai nyeri alih5
8. Nyeri punggung bawah akibat gangguan sirkulatorik5
9. Nyeri punggung bawah psikoneurotik5 Commented [V4]: 4. Trianggoro B (ed). Nyeri punggung
bawah. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro;
2013.h.22-27, 65-68
Patomekanisme Nyeri Punggung Bawah
NPB Mekanik
NPB Mekanik merupakan keluhan yang disebabkan proses mekanik atau yang
melibatkan struktur-struktur anatomi punggung bawah, antara lain peregangan
(strain) daerah lumbal, herniasi nukleus pulposus (HNP), spondilosis , spondilostesis,
stenosis kanalis spinal, dan fraktur. Ciri khas dari NPB mekanik ini berupa nyeri yang
muncul saat melakukan gerakan atau aktifitas yang melibatkan punggung bawah, dan
nyeri akan berkurang saat istirahat atau tidak melakukan gerakan punggung bawah.5
a. Herniasi atau Prolapsus Diskus Intervertebralis (HNP= Herniasi Nucleus
Pulposus) Topis tersering pada penderita HNP adalah di segmen lumbal 4 dan 5
(L4-5), dengan keluhan yang dirasakan berupa: nyeri radikuler di daerah
punggung bawah, bagian lateral paha dan tungkai atas, serta dijumpai kelemahan
saat dorsofleksi pada daerah kaki dan tumit. Kompresi pada radiks Sakral 1 (S1)
akibat HNP L5-S1 ditandai dengan keluhan nyeri radikuler di posterior paha,
lateral betis dan kaki, serta bias terdapat kelemahan gerakan eversi dan fleksi
kaki.5
b. Stenosis kanalis spinal
Kompresi medulla spinalis terdapat pada penderita stenosis kanalis spina
yang secara klinis ditunjukkan dengan: nyeri punggung yang terasa berjalan dan
hiperekstensi punggung, nyeri lebih terasa saat berjalan menanjak dibandingkan
menurun, terkadang dijumpai pseudoklaudikasio atau nyeri tungkai bilateral saat
berdiri lama maupun berjalan5
c. Spondilostesis
Pada beberapa keadaan dijumpai struktur vertebra (khususnya daerah
lumbal) mengalami perubahan posisi, dimana ada 1 atau lebih segmen vertebra
yang berada lebih maju dari yang lain. Keadaan ini disebut dengan spondilolitesis
dan menyababkan defek pars interartikularis. Keluhan NPB dirasakan memberat
saat aktifitas dan ekstensi vertebra, serta berkurang dalam posisi fleksi.5
d. Fraktur
Kejadian fraktur kompresi sering dijumpai pada penderita lansia lebih dari
70 tahun, dengan riwayat osteoporosis sebelumnya. Penggunaan preparat
kortikosteroid jangka lama juga merupakan faktor risiko terjadinya fraktur ini.
Biasanya tak ada riwayat trauma mekanik sebelumnya.5
- NPB Non Mekanik
Penyebab NPB non mekanik antara lain: keganasan, infeksi, dan arthritis, dimana
penderita mengeluhkan nyeri yang terasa bertambah saat istirahat atau tidak sedang
melakukan aktifitas, dan berkurang saat melakukan aktifitas.5
a. Ankylosing Spondylitis
Merupakan suatu keadaan yang merupakan akibat dari proses artropati
inflamatori, dapat mengenai vertebra dan pelvis. Keluhan penderita berupa:
kekakuan yang muncul pagi hari namun membaik saat aktifitas, onset bisa
dimulai pada usia kurang dari 40 tahun, lingkup gerak sendi (LGS) lumbal dan
artikulasi sakroiliaka terbatas. Untuk menilai LGS ini bisa diperiksa dengan tes
Schober.5
b. Keganasan
Keganasan yang menyebabkan keluhan LBP berkisar 1% dari kasus-kasus
LBP yang ada. Biasanya focus primer berasal dari: paru, mamae, prostat, atau bisa
pula dilatarbelakangi oleh myeloma multiple. Pada kecurigaan suatu kasus
keganasan, perlu ditanyakan riwayat keganasan baik dirinya maupun dari
keluarga. Nyeri yang ada bertambah berat terutama saat malam hari.5
c. Infeksi
NPB sering juga dijumpai pada kasus-kasus dengan latar belakang infeksi,
seperti: osteomielitis, septic discitis, abses paraspinal atau epidural, termasuk
akibat infeksi jamur atau tuberkulosa. Sama halnya dengan kasus infeksi yang
lain, penderita memiliki riwayat keluhan febris dan nyeri tajam fokal di daerah
lumbal.5 Commented [V5]: Trianggoro B (ed). Nyeri punggung
bawah. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro;
2013.h.22-27, 65-68
Epidemiologi
Umumnya mulai dirasakan pada usia 25 tahun dan meningkat pada usia 50 tahun (Yunus
M, 2008). Penelitian dari kelompok studi nyeri Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI)
menemukan bahwa jumlah penderita LBP sebanyak 35,86 persen dari total kunjungan pasien nyeri
(PERDOSSI, 2007). Enam puluh lima koma lima persen dari penderita LBP adalah wanita, dan
persentase penderita tertinggi pada rentang umur 41 hingga 60 tahun.6
Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang paling sering adalah usia
30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan
tubuh di L4-L5-S1. Penelitian Dammers dan Koehler pada pasien dengan herniasi diskus lumbalis,
memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua dibandingkan dengan
pasien HNP L4-L5. HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang
penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Inside HNP di Amerika Serikat
adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri
punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di
Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada
usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-
hari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari
pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.7
Patomekanisme
Red Flags
Age History Symtoms Finding
Presentation Violent trauma Constant, progressive, Persisting severe
under 20 years non-mechanical pain restriction of lumbal
flexion
Onset over 55 Past history of Neurological Neurological signs
years cancer symptoms
Systemic steroid Systemically unwell Structural deformity
use Weight loss
Drug abuse Thoracic pain
HIV
Kondisi red flags secara sendiri-sendiri tidak memberikan makna yang signifikan
terhadap kemungkinan patologis yang serius, namun adanya red flags multiple akan
meningkatkan kecurigaan klinis dan menjadi indikasi untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan. Meskipun insiden red flags belum pernah di evaluasi secara komprehensif namun
insiden tumor spinal sangat redah yaitu 0,1% (praktek klinik( dan 0,7% (non akademik) ini
berarti bahwa kemungkinan untuk terjadinya kesalahan diagnosis terhadap suatu kondisi
patologi yang serius sangat rendah bahkan pada kasus yang tidak memiliki kondisi red
flags dengan penilaian klinik yang sangat hati-hati, kondisi patologis spinal yang serius
yang terdeteksi dalam pemeriksaan radiologi hanya 1 kasus dari 2500 pasien.5
Pemeriksaan Fisik
Rentang gerak (ROM) lumbal normal adalah ekstensi 15o, fleksi 40o, dan rotasi
lateral 40o. Penilaian dilakukan terhadap kekuatan otot, proprioseptif dan sensasi raba tekan
pada setiap dermatom, reflex, tanda Babinski dan klonus.5
Pemeriksaan SLR dan kros SLR biasanya memberikan hasil positif pada
kebanyakan pasien dengan herniasi discus lumbal bawah. Femoral stretch biasanya positif
pada herniasi discus lumbal atas (L2-L3, L3-L4). Dalam pemeriksaan ini pasien berada
pada posisi pronasi dan lutut di ekstensikan perlahan dari posisi ekstensi. Nyeri menjalar
sepanjang bagian anterior dari paha menunjukkan hasil yang positif. Pemeriksaan
pinggang harus disertai dengan pemeriksaan terhadap sendi pinggul dan sendi sacroiliaca,
karena nyeri bias saja merupakan symptom referral dari berbagai kondisi patologi pada
sendi.5
1. NPB non-spesifik.
Pada umumnya terdapat ciri-ciri sebagai berikut :
a. Umur 20-55 tahun.
b. Keadaan umum baik.
c. Nyeri pada daerah paha, bokong, dan lumbosakral.
d. Nyeri mekanik.
3. NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags).
Bendera merah atau red flags adalah gejala pada nyeri punggung yang memberi
indikasi akan adanya kondisi serius. Kelainan patologik spinal yang serius antara lain
keganasan tulang vertebra, radang spinal, dan sindrom kauda equina. Anamnesis yang
perlu diajukan antara lain adalah sebagai berikut :
a. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
b. Riwayat trauma : kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian.
c. Riwayat adanya karsinoma.
d. Adanya penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
e. Pemakaian obat-obatan imunosupresan/kortikosteroid sistemik.
f. Penyalahgunaan obat/narkoba.
g. Riwayat febris dan radang saluran kemih.
Pemeriksaan Penunjang
1. Neuroimaging
Pemeriksaan pencitraan (imaging) dan penunjang diagnostik yang lain dilakukan
menurut indikasi, tidak perlu dilakukan secara rutin. Seringkali kelainan radiografi
berkorelasi negatif dengan gejala klinik sehingga dapat mengarahkan pada intervensi
yang tidak perlu.5
a. Foto polos
Pemeriksaan foto polos vertebra untuk evaluasi awal disarankan pada
pasien dengan risiko tinggi terjadinya fraktur kompresi seperti riwayat trauma
vertebra, osteoporosis, dan penggunaan steroid.5
b. MRI / CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan gejala defisit neurologis
yang progresif atau dicurigai menderita penyakit spinal yang serius dimana
keterlambatan diagnosis dapat berakibat fatal. MRI lebih unggul daripada CT
scan. Pada pasien dengan LBP persisten dan gejala radikulopati atau stenosis
spinal, pemeriksaan MRI atau CT scan spinal hanya disarankan pada pasien yang
merupakan kandidat untuk tindakan operasi.5
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laju endap darah (LED), darah tepi lengkap, C reactive protein
(CRP), faktor reumatoid, alkali fosfatase, dan kalsium dilakukan sesuai indikasi.5
Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologis
Perlu pertimbangan yang matang antara manfaat dan efek samping obat-obatan LBP
sebelum memulai terapi.5
a. LBP akut
Parasetamol, OAINS selektif (misalnya selekoksib) dan non selektif (misalnya
diklofenak), relaksan otot, opioid (untuk nyeri hebat), injeksi titik picu (steroid +
lidokain) dan epidural untuk nyeri radikuler.5
b. LBP kronik
Pilihan analgesik dan relaksan otot seperti pada LBP akut. Anti konvulsan
(pregabalin, gabapentin, karbamazepin, okskarbamazepin, fenitoin), anti depresan
(amitriptilin, duloksetin, venlafaksin), penghambat reseptor alfa (klonidin,
prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan), dan kortikosteroid. Kombinasi
pregabalin dan selekoksib lebih efektif menurunkan skor nyeri pada LBP
dibandingkan dengan monoterapi pregabalin atau selekoksib.5 Commented [ntrt10]:
3. Terapi bedah
Terapi bedah memerlukan indikasi yang ketat untuk mencegah terjadinya failed
back syndrome (kegagalan dan kekambuhan setelah operasi). Terapi bedah perlu
dipertimbangkan pada keadaan sebagai berikut :
Setelah satu bulan dirawat konservatif tidak ada kemajuan.
Ischialgia berat sehingga pasien tidak mampu menahan nyerinya.
Ischialgia menetap atau bertambah berat.
Adanya gangguan miksi/defekasi dan seksual.
Adanya bukti klinis terganggunya radiks.
Ada kelemahan otot tungkai bawah. Commented [V11]: Suryamiharja A, Purwata TE &
Suharjanti I. Nyeri Neuropatik di Daerah Punggung Bawah
(Low Back Pain). Dalam Suryamiharja A, Purwata TE,
Suharjanti I, Yudivanta editor. Konsensus Nasional 1
Prognosis Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Jakarta:
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai episode Indonesia (PERDOSSI); 2011. h.29-33.
berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami keterbatasan dalam derajat tertentu selama
12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami disabilitas berat. Status pasien setelah
2 bulan terapi merupakan indikator untuk meramalkan status pasien pada bulan ke 12.
Penentuan faktor risiko dapat juga memperkirakan perkembangan perjalanan penyakit low
back pain ke arah kronisitas. 8
Klasifikasi tingkat dan keparahan trauma medula spinalis ditegakan pada saat 72 jam sampai 7
hari setelah trauma.3
Daftar Pustaka
1) Sugiarto B. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2003.h.
30-37
2) Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topik neurologis Duus: anatomi, fisiologi, tanda, gejala
ed 4. Jakarta: EGC; 2014.h.12-46
3) Soertidewi L, Misbach HJ, Sjahrir H. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis
dan Trauma Spinal. hal. 20-22.
4) Suryamiharja A, Purwata TE & Suharjanti I. Nyeri Neuropatik di Daerah Punggung Bawah
(Low Back Pain). Dalam Suryamiharja A, Purwata TE, Suharjanti I, Yudivanta editor.
Konsensus Nasional 1 Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Jakarta:
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 2011.
h.29-33.
5) Trianggoro B (ed). Nyeri punggung bawah. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro; 2013.h.22-27, 65-68
6) Kaur K. Prevalensi Keluhan Low Back Pain Pada Petani di Wilayah Kerja UPT Kesmas
Payangan Gianyar April 2015. Universitas Udayana; 2015 hal 49-59
7) Bahan Ajar IV. Hernia Nucleus Pulposus. Fak Kedokteran Unhas; 2016 hal. 3-7
8) Yuliana. Low back painvol. 38 no.4. Bandung: RSUP Dr. Hadan Sadikin Bandung; 2011.