Disusun Oleh
Pembimbing
dr. Hasrida Hamid
PUSKESMAS SORAWOLIO
KECAMATAN SORAWOLIO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2
persalinan dari 75 kasus kematian ibu bersalin, sebesar 61% ditolong dokter,
27% ditolong bidan dan 12% ditolong dukun. Data yang ada menunjukkan
bahwa jumlah kematian ibu bersalin tertinggi justru terjadi pada ibu hamil yang
proses persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu bidan dan dokter
dengan jumlah 88% dari total kematian ibu bersalin. Hal ini bila ditelususri lebih
jauh sebenarnya terjadi karena rendahnya kesadaran ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan yang berkompeten
selama proses kehamilannya. Selain itu dalam banyak kasus kematian ibu
bersalin yang ditangani tenaga kesehatan (bidan dan dokter) umumnya baru
meminta pertolongan tenaga kesehatan atau dirujuk ke faskes pada saat dalam
keadaan gawat / kritis sehingga upaya pertolongan apapun yang diberikan
menjadi kurang efektif dan pada akhirnya sering berujung pada kematian ibu dan
bayinya.Ironisnya kasus kematian seperti ini kemudian tercatat sebagai kematian
ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan), hal ini
menimbulkan interpretasi yang keliru bila tidak disertai dengan data yang
akurat.3
3
dengan di perkotaan sebesar 91,4% dan umumnya persalinan di perdesaan
dilakukan di rumah/lainnya sebesar 64,7% lebih tinggi dibandingkan di
fasilitas kesehatan sebesar 35,3%.6
4
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif dan
kualitatif yang bersifat deskriptif analitik, untuk mengetahui secara
langsung faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat bersalin.
C. Variabel
Variabel univariat dalam penelitian ini yaitu : umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, jumlah paritas, tempat bersalin dan alasan, jarak
rumah ke fasilitas kesehatan, ketersediaan informasi/penyuluhan tentang
persalinan di fasilitas kesehatan, jumlah ANC, dukungan keluarga untuk
bersalin di fasilitas kesehatan. Sedangkan variabel untuk data kualitatif
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Aspek presdisposing yaitu pengetahuan, sikap dan praktek terhadap
layanan persalinan tenaga kesehatan,.
2. aspek enabling yaitu ketersediaan dan keterjangkauan layanan
persalinan tenaga kesehatan.
5
3. Aspek reinforcing yaitu dukungan dan upaya yang dilakukan tokoh
masyarakat dalam meningkatkan pemanfaatan layanan persalinan tenaga
kesehatan.
D. Analisis data
Data yang dikumpulkan dari kuesioner untuk data kuantitatif dianalisis
secara univariat untuk mengetahui gambaran distribusi responden
berdasarkan variable penelitian. Sedangkan data wawancara yang terkumpul
diolah dan dianalisis dengan metode content analisis yaitu menyusun dan
menggolongkannya dalam bentuk pola, kategori atau klasifikasi agar
dapat diinterpretasikan.
Data akan disajikan dalam bentuk tabel, cross tabulation dan narasi
untuk diinterpresentasikan dan dibahas. Hasil data kualitatif digunakan untuk
menyusun rencana tindak lanjut bagi peningkatan pemanfaatan layanan
persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
6
BAB III
A. Variabel Kuantitatif
1. Umur
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan
2. Pekerjaan
Tabel 3.2 Distribusi jumlah responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
IRT 43 86
Swasta 6 12
PNS/Honorer 1 2
7
Hasil pengumpulan data dari 50 responden menunjukkan bahwa
responden sebagian besar merupakan ibu rumah tangga sebanyak 43
responden (86%) dan swasta sebanyak 6 responden (12%), dan
PNS/honorer sebanyak 1 responden (2%).
3. Paritas
Tabel 3.3 Distribusi jumlah responden berdasarkan paritas
Paritas Jumlah Persentase (%)
Paritas ≥ 4 (beresiko) 15 30
Paritas ≤4 (tidak beresiko) 35 70
4. Pendidikan
Tabel 3.4 Distribusi jumlah responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak sekolah 4 8
Pendidikan dasar 29 58
Pendidikan lanjut 17 34
8
mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya
dalam hal kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
akses informasi dan pemahaman tentang suatu permasalahan yang akan
memengaruhi perilaku khususnya perilaku kesehatan. Pemahaman akan
persalinan, bahaya/ komplikasi persalinan, kemudahan mendapatkan
penanganan medis akan memotivasi dan mengarahkan ibu untuk bersalin di
fasilitas kesehatan dengan tenaga kesehatan yang kompeten.
5. Pendapatan
Tabel 3.5 Distribusi jumlah responden berdasarkan pendapatan
Pendapatan Jumlah Persentase (%)
Tidak sesuai UMR 4 8
(<= Rp. 2.177.053
Sesuai UMR 46 92
( Rp. >2.177.053)
9
mereka beralasan bahwa pemilihan persalinan di rumah lebih sedikit
membutuhkan biaya dibandingkan persalinan di fasilitas kesehatan.
Mereka menganggap dengan bersalin di rumah bisa menghemat
pengeluaran untuk biaya persalinan dan uang persalinan dapat dialihkan
untuk membayar jasa tenaga kesehatan. Pendapatan keluarga
memengaruhi keluarga dalam membayar pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan seperti pertolongan persalinan, membeli obat, membayar
biaya pelayanan, membayar biaya transportasi ke tempat pelayanan
kesehatan dan sebagainya. Semakin besar pendapatan dalam keluarga,
maka semakin besar peluang ibu dan keluarga untuk memilih fasilitas
kesehatan sebagai tempat persalinan.
10
kesehatan yang terakreditasi serta manajemen pelayanan kesehatan yang
berkualitas, kebijakan mengenai pendistribusian tenaga kesehatan dan
kelengkapan di fasilitas kesehatan maupun untuk tenaga kesehatan serta
peningkatan kompetensi dan keterampilan tenaga kesehatan.
11
9. Dukungan keluarga
Tabel 3.9 Distribusi jumlah responden berdasarkan dukungan
keluarga
Dukungan keluarga Jumlah Persentase (%)
Mendukung 28 56
Tidak mendukung 22 44
12
B. Variabel Kualitatif
1. Pengetahuan Tentang Layanan Persalinan Tenaga Kesehatan
13
Dari hasil wawancara diatas diperlukan suatu cara sehingga pengetahuan
masyarakat tentang persalinan tenaga kesehatan khususnya persalinan yang
bersih dan aman bersifat lebih komprehensif. Hal ini sangat penting
mengingat pengetahuan akan kesehatan dalam hal ini pengetahuan tentang
persalinan yang bersih dan aman pada tenaga kesehatan adalah salah satu
unsur penting untuk membentuk prilaku kesehatan.
14
pemeriksaan kehamilan masih kurang dari standar karena kurang memahami
kapan waktu yang perlu untuk ke puskesmas.
15
“….kalau didukun setelah melahirkan tidak sakit, kalau dibidan saya
takut karena biasa dijahit…”
“….biasa saya tidak sempat mi hubungi bidan, karena cepat sakitnya
baru lahir mi, baru dukunya masih keluarga”
“…. saya mau di rumah saja melahirkan sama dukun, karena rumahnya
dekat jadi gampang saya panggil, baru keluarga saya semua juga
melahirkan sama dukun tidak ada kendala”
‘’… saya takut melahirkan dipuskesmas, nanti sama kayak kakaku
langsung di bawa ke rumah sakit dioperasi…”
Alasan lain mengapa ibu lebih memilih dukun diantaranya karena tempat
tinggal dukun lebih dekat dan biayanya terjangkau. Selain itu ibu
mempunyai pengalaman persalinan pada dukun yang lebih banyak dan
hasilnya juga baik. Senada dengan hal diatas, hasil penelitian Eryando di
Tangerang tahun 2007 diketahui bahwa salah satu alasan ibu menggunakan
jasa Paraji / dukun untuk periksa kehamilan dan persalinan adalah karena
dukun memiliki kemampuan untuk urut yang tidak dimiliki oleh bidan.
16
tenaga kesehatan. Untuk aspek sikap atau pandangan tentang kehamilan dan
persalinan seluruh informan berpendapat sebaiknya ibu hamil diperiksa oleh
bidan dan dukun, dengan alasan bidan dari segi obat – obatan dan dukun
untuk pijat. Demikian juga pendapat tentang penolong persalinan, hampir
seluruh informan berpendapat sebaiknya ditolong bidan dan dukun, karena
mengingat dukun adalah penolong tradisional yang selama ini menolong
persalinan di desa mereka serta bidan dari sisi modern. Pada aspek sikap
tentang bidan sebagai penolong yang paling aman, seluruh informan setuju
bahwa bidan yang paling aman karena bidan memiliki pengetahuan, obat dan
alat yang lengkap. Terkait dengan pertanyaan tentang kelebihan bidan,
seluruh informan mengatakan karena bidan memiliki kemampuan teknis
serta obat – obatan sedangkan kelebihan dukun lebih karena alasan non
teknis yaitu satu bahasa, satu budaya dan juga karena faktor kebiasaan.
“…..tidak masalah didukun dan dibidan juga, karena kita butuh dua-
duanya, dibidan diperiksa kalau didukun kebetulan biasanya adalah
keluarga juga, dan memang sebaiknya begitu ada kerja sama antar
dukun dan bidan, mengingat di sorawolio ini dari jaman dulu orang
melahirkan dengan dukun semua ”
“ ..bisa saja didukun, kan bisa di telpon bidannya. Kayak saya
melahirkan di dukun tapi ada bidannya juga kerena kan dukun tidak
ada alat kesehatnnya sedangkan bidan ada, terus takut ada apa-apa
juga”
Hasil ini juga sesuai dengan pendapat kader kesehatan yang mengatakan
bahwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio lebih memilih
dukun sebagai penolong persalinan. Peranan dukun dalam kehamilan dan
persalinan sangat besar, oleh karenanya akan sangat tepat jika dukun yang
ada diberdayakan dan ditingkatkan kemampuannya terutama dalam hal
sterilisasi alat dan tempat persalinan melalui program dukun latih agar hak
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang bersih dan aman dapat
terpenuhi.
17
5. Rencana Tindak Lanjut Dalam Rangka Peningkatan Pemanfaatan
Layanan Persalinan Tenaga Kesehatan.
Konteks Upaya
Predisposing
Enabling
a. Masyarakat sudah malakukan Dokter / bidan harus menyediakan
18
pemeriksaan kehamilan waktu lebih banyak untuk
diposyandu . Namun intensitas mengunjungi yang ibu hamil yang
yang masih kurang dari kurang melakukan pemeriksaan
standar, dengan alasan kondisi kehamilan di posyandu. Untuk itu
tempa tinggal yang tidak perlu dukungan pemda untuk
memungkinkan untuk turun menyediakan insentif tambahan.
melakukan pemeriksaan.
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Lampiran 1
No Karakteristik Jumlah %
1 Umur
<20 5 10
20-35 tahun 37 74
>35 tahun 8 16
2 Pekerjaan
IRT 43 86
Swasta 6 12
PNS/honorer 1 2
3 Paritas
Paritas ≥ 4 (beresiko) 15 30
Paritas ≤4 (tidak beresiko) 35 70
4 Pendidikan
Tidak sekolah 4 8
Pendidikan dasar 29 58
Pendidikan lanjut 17 34
5 Pendapatan
Tidak sesuai IMR 4 8
Sesuai IMR 46 92
6 Pemilihan tempat bersalin
Non fasilitas kesehatan 44 88
Fasilitas kesehatan 6 12
7 Jarak rumah ke fasilitas
kesehatan
≤ 2 km 37 74
≥ 2 km 13 26
8 Informasi /persalinan di
fasilitas kesehatan
Perna 42 84
Tidak perna 8 18
9 Dukungan keluarga
Mendukung 28 56
Tidak mendukung 22 44
22
Lampiran 2
Dokumentasi
23
24