Anda di halaman 1dari 9

Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 1

 
GAYA HIDUP DAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PEKERJA

Kartika Ayu Setyani1, Tuti Nuraini2


1. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder
Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424
Email: kartika.ayu91@ui.ac.id

Abstrak
Hipertensi menjadi masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat. Gaya hidup yang tidak sehat menjadi
salah satu faktor penyebab tingginya prevalensi hipertensi. Penelitian bertujuan untuk menganalisa hubungan gaya hidup
dengan kejadian hipertensi. Penelitian menggunakan desain cross sectional kepada 107 pekerja semen X di Jawa Barat yang
diambil dengan teknik convenience sampling di poliklinik pabrik. Proporsi kejadian hipertensi pekerja sebesar 48,1%. Hasil
penelitian diperoleh adanya hubungan antara pola makan (p=0,012) dan konsumsi alkohol (p=0,028) dengan kejadian
hipertensi. Hasil penelitian menyarankan agar perawat kesehatan kerja melakukan pengendalian hipertensi pekerja dengan
melakukan kontrol rutin tekanan darah serta promosi kesehatan modifikasi gaya hidup sehat.

Kata kunci : gaya hidup, hipertensi, pekerja.

Abstract
Hypertension is a health problem worldwide with increasing prevalence every year. Unhealthy lifestyle is one of the factors
caused this increase in hypertension prevalence. This research aims to study the relationship between lifestyle with the
incidence of hypertension. This research used cross-sectional design to 107 workers in West Java using convenience
sampling technique taken in the clinic at the factory site. The result showed the incidence of hypertension in workers was
48,1%. There was significant relationship among nutrition (p=0,012) and alcohol consumption (p=0,028) with the
incidence of hypertension. The results suggest occupational health nurses to do routine blood pressure control and also
health promotion about healthy lifestyle modifications.

Key words: hypertension, life style, workers

Pendahuluan Amerika Serikat dan satu milyar orang di


Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang seluruh dunia. Sebesar 7,1 juta jiwa atau sekitar
mendunia. Menurut JNC 7 (2003), seseorang 13% populasi di dunia mengalami kematian
dikatakan hipertensi, jika tekanan darah sistolik karena hipertensi (Johnson, 2012). AHA
> 140 mmHg atau tekanan distolik > 90 mmHg. (2013), juga menyebutkan bahwa satu dari tiga
Hipertensi diderita oleh 50 juta orang di individu dewasa di Amerika Serikat memiliki

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 2  
tekanan darah yang tinggi. Prevalensi hipertensi 0,000). Hal ini bertentangan dengan hasil
pun diperkirakan akan mengalami peningkatan. penelitian yang dilakukan oleh Hendraswari
AHA memperkirakan bahwa prevalensi (2008). Penelitian tersebut mengungkapkan
hipertensi akan mengalami peningkatan sebesar bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
7,2% dari tahun 2013 hingga tahun 2030. antara jenis kelamin, merokok, diabetes
melitus, dan aktivitas fisik dengan hipertensi.
Di negara berkembang seperti Indonesia, Penelitian Martiningsih (2011) juga
masalah hipertensi juga mengalami mengungkapkan bahwa hasil uji bivariat
peningkatan. Hasil Survei Kesehatan Rumah didapatkan tidak ada hubungan antara gaya
Tangga (SKRT) tahun 2001, menunjukkan hidup dengan derajat hipertensi (p value=
bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan 0,431).
meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004
(Depkes, 2004). Peningkatan prevalensi Hipertensi dapat diderita oleh semua kalangan
hipertensi juga tercatat dalam hasil Riset di masyarakat, termasuk pekerja. Berdasarkan
Kesehatan Dasar   (Riskesdas) 2007, yang penelitian Beser (2006) mengenai gaya hidup
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di pekerja di Turkish, didapatkan data bahwa
Indonesia adalah sebesar 31,7%. Hal ini latihan fisik dan kesadaran akan kesehatan pada
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di pekerja masih rendah. Di Indonesia prevalensi
Indonesia masih sangat tinggi dan terus hipertensi pada pekerja industri juga cukup
mengalami peningkatan. tinggi. Menurut Rundengan (2005) prevalensi
hipertensi pada pekerja di Indonesia sebesar
Teknologi yang serba praktis dan instan, 15,1%. Hasil penelitian Sirait (2010) juga
menyebabkan terjadi pergeseran gaya hidup. diperoleh proporsi hipertensi pada pekerja
Pergeseran gaya hidup tersebut, berpeluang industri di kawasan Pulo Gadung sebesar
besar menyebabkan berbagai masalah 22,8%.
kesehatan khususnya hipertensi. Rahajeng &
Tuminah (2009) menyatakan gaya hidup yang Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti
tidak sehat menjadi salah satu faktor resiko lakukan, diperoleh data bahwa kunjungan
hipertensi. Hal ini didukung oleh Acharya & pasien hipertensi per tahun di pabrik tersebut
Chalise (2011) hasil penelitian menunjukkan tergolong tinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar
bahwa aktivitas fisik, penurunan stres, 1234 orang. Selain itu, biaya yang dikeluarkan
perubahan konsumsi alkohol dan merokok perusahaan untuk mengatasi masalah hipertensi
memiliki hasil yang bermakna dengan (p= juga cukup besar. Hingga saat ini, penyebab

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 3  
tingginya prevalensi hipertensi pada pekerja dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner berisi
pabrik semen X belum diketahui. Melihat pertanyaan mengenai karakteristik responden
fenomena tersebut, serta besarnya pengaruh dan gaya hidup pekerja yang dibuat dalam 23
gaya hidup bagi penderita hipertensi, pertanyaan skala likert yang mencakup
pertanyaan penelitian yang peneliti ajukan yaitu pertanyaan mengenai pola makan, aktivitas
apakah ada hubungan antara gaya hidup dengan fisik, konsumsi rokok, alkohol dan manajemen
kejadian hipertensi pada pekerja pabrik semen stres. Tiap pertanyaan mempunyai skor 1-4,
X di Jawa Barat Tahun 2013? dengan hasil ukur variabel gaya hidup
menggunakan cut of point.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini

deskriptif korelasi dengan pendekatan cross menggunakan tensimeter raksa yang dilakukan

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk oleh perawat poliklinik. Analisis penelitian

mendeskripsikan dan menganalisa hubungan univariat menggunakan distribusi frekuensi

antara gaya hidup responden saat ini dengan untuk menggambarkan seluruh variabel yang

kejadian hipertensi pada pekerja pabrik semen diteliti dan analisa bivariat menggunakan uji

X di Jawa Barat. Variabel dalam penelitian ini Chi- Square, karena kedua jenis variabel

anatar lain usia, jenis kelamin, tingkat kategorik-kategorik.

pendidikan, riwayat keluarga, gaya hidup, pola


makan, aktivitas fisik, konsumsi rokok, alkohol Hasil Penelitian

dan manajemen stres dengan kejadian Hasil analisa univariat didapatkan data bahwa

hipertensi. sebagian besar responden berusia 40 sampai 55


tahun atau dalam rentang perkembangan

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dewasa tengah (82,1%), berjenis kelamin laki-

dengan teknik consecutive sampling kepada laki (96,2%), berpendidikan sedang atau telah

107 pekerja tetap yang datang ke poliklinik menempuh pendidikan SMA/sederajat (77,4%),

pabrik pada bulan Maret-April 2013. Penelitian dan tidak memiliki riwayat keluarga dengan

ini menggunakan instrument kuesioner Health hipertensi (54,7%).

Promoting Lifestyle Profil II Direction) yang


telah diolah kembali oleh Martiningsih (2011) Gaya hidup responden tergolong baik, yaitu

serta kuesioner mengenai kepatuhan perawatan lebih dari setengah responden (51,9%) memiliki

hipertensi oleh Suhadi (2011) yang telah gaya hidup baik. Jika digambarkan berdasarkan
tiap variabel gaya hidup, sebagian besar

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 4  
responden memiliki pola makan kurang baik mengonsumsi makanan sehat menjadi sulit.
(52,8%), aktivitas fisik kurang (55,7%) dan Selain itu, stres kerja yang sering kali dihadapi
manajemen stres baik (56,6%). Responden pekerja juga dapat memicu tingginya tekanan
yang memiliki kebiasaan merokok sebesar darah.
26,4% dan responden yang mengkonsumsi
alkohol hanya 6 orang (5,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
pengambilan data 106 responden di poliklinik,
Hasil analisis hubungan antara karakteristik didapatkan proporsi kejadian hipertensi pekerja
responden; usia (p= 0,181), jenis kelamin (p= sebesar 48,1%. Angka tersebut tergolong tinggi
1,000), tingkat pendidikan (p= 0,709), riwayat jika dibandingkan dengan prevalensi hipertensi
keluarga (p= 0,347) dengan kejadian hipertensi pada supir truk di Taiwan yaitu sebesar 13%
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan (Hung, 2009), prevalensi hipertensi pada
antara karakteristik responden dengan kejadian pekerja di Indonesia sebesar 15,1%
hipertensi. (Rundengan, 2005) dan prevalensi hipertensi
pekerja industri di kawasan Pulo Gadung
Hasil analisis hubungan antara gaya hidup sebesar 22,8% (Sirait, 2010). Oleh karena itu
dengan kejadian hipertensi (p= 0,428), pengendalian kasus hipertensi pada pekerja
sedangkan jika dijabarkan tiap dimensi gaya semen X harus dilakukan. Pengendalian
hidup; pola makan (p= 0,012), aktivitas fisik hipertensi menjadi sangat penting, karena
(p= 1,000), kebiasaan merokok (p= 0,080), prevalensinya diramalkan akan terus
kategori perokok (p= 0,128), konsumsi alkohol meningkat. Berdasarkan Gupta & Singh (2006)
(p= 0,028), manajemen stres (p= 0,804) dengan dalam Acharya & Chalise (2011) diperkirakan
kejadian hipertensi menunjukkan bahwa prevalensi kasus hipertensi pada populasi orang
variabel gaya hidup yang memiliki hubungan dewasa di dunia akan mengalami peningkatan
yang bermakna dengan kejadian hipertensi 2,8% dari tahun 2000 hingga tahun 2025. Hal
ialah pola makan dan konsumsi alkohol. serupa dikemukakan AHA (2013), yang
mengatakan peningkatan prevalensi hipertensi
Pembahasan sebesar 7,2% dari tahun 2013 hingga tahun
Penelitian ini dilakukan pada pekerja, karena 2013.
pekerja menghabiskan sepertiga waktu dalam
sehari untuk bekerja, sehingga kemungkinan Variabel gaya hidup yang memiliki hubungan
menyempatkan waktu untuk melakukan gaya bermakna dengan kejadian hipertensi pada
hidup sehat seperti berolahraga atau penelitian ini adalah pola makan dan konsumsi

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 5  
alkohol. Pada dimensi pola makan, peneliti Canadian Hypertension Education Program,
meneliti kebiasaan makan responden sehari-hari juga merekomendasikan asupan konsumsi
yaitu makanan berlemak, konsumsi garam, natrium kurang dari 100 mmol/hari bagi
konsumsi makanan instan, makanan penderita hipertensi (CHEP, 2007). Konsumsi
berpengawet, serta konsumsi buah, sayur, dan natrium yang berlebih menyebabkan
kacang-kacangan. Pola makan pekerja semen X konsentrasi natrium di dalam cairan
tergolong kurang baik (52,8%). Tingginya ekstraseluler meningkat. Hal ini disebabkan
proporsi pola makan kurang baik pada karena adanya retensi air oleh natrium,
responden disebabkan karena berdasarkan hasil membuat jantung berusaha lebih keras untuk
wawancara banyak responden yang gemar memompa darah, sehingga mengakibatkan
mengonsumsi makanan berlemak, terutama tekanan darah naik.
masakan padang. Pekerja semen X sering
mengunjungi rumah makan masakan padang Penelitian Sugiharto (2007), juga didapatkan
yang terletak di luar pabrik dan sebagian besar adanya hubungan konsumsi lemak dengan
lainnya mengunjungi kantin saat makan siang, hipertensi (p value = 0,022; OR 2,01). Hal ini
namun kantin di pabrik belum memenuhi disebabkan karena mengonsumsi lemak jenuh
kriteria kantin sehat yang terdapat pengawasan berlebihan dapat menyebabkan dislipidemia.
mengenai nutrisi seimbang pada makanan yang Dislipidemia ini dapat membentuk plak-plak
dijual. ateroskerosis dalam pembuluh darah arteri,
sehingga dapat memicu tingginya tekanan
Berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut, darah (Baradero, 2008). Hasil penelitian serupa
ditemukan adanya hubungan yang bermakna juga dikemukakan oleh Martiningsih (2011),
antara pola makan dengan hipertensi (p value = dimana terdapat hubungan antara nutrisi dengan
0,012). Hasil penelitian ini didukung oleh derajat hipertensi (p value = 0,029; OR 2,87).
Sugiharto (2007), yang menyatakan adanya
hubungan antara mengonsumsi asin dengan Variabel lainnya yang berubungan dengan
hipertensi (p value = 0,0001; OR 4,57). kejadian hipertensi adalah konsumsi alkohol.
Makanan asin maupun makanan yang Kebiasaan mengonsumsi alkohol pada pekerja
diawetkan merupakan makanan dengan kadar tergolong rendah. Hasil penelitian menemukan
natrium yang tinggi (Aisyiyah, 2009). hanya sebagian kecil yaitu 6 orang (5,7%) dari
Pembatasan konsumsi natrium efektif dalam 106 jumlah responden yang mengonsumsi
menurunkan tekanan darah pada pasien berusia alkohol. Hasil penelitian sejalan dengan
diatas 44 tahun (Campbell et al, 1999). Zakiyah (2008) yang menganalisa faktor resiko

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 6  
hipertensi pada pekerja di kawasan industri menyebabkan vasokonstriksi, sehingga
Pulo Gadung, dalam penelitiannya didapatkan meningkatkan denyut jantung.
responden yang mengonsumsi alkohol hanya 22
orang (2,5 %) dari 880 responden. Rendahnya Hasil penelitian didapatkan 6 orang (5,7%) dari
jumlah responden yang mengonsumsi alkohol 106 jumlah responden yang mengonsumsi
disebabkan oleh kebudayaan masyarakat alkohol dan tidak hipertensi. Hasil peneilitian
Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan didapatkan adanya hubungan yang signifikan
melarang individu untuk mengonsumsi (p= 0,028). Adanya hubungan mengonsumsi
minuman yang memabukkan seperti alkohol. alkohol dengan normotensi pada penelitian ini
terjadi karena kemungkinan konsumsi alkohol
Hasil penelitian lebih lanjut didapatkan adanya pekerja dalam dosis yang kecil. Hal ini
hubungan antara konsumsi alkohol dengan didukung oleh Skliros, Papadodima,
hipertensi (p= 0,028). Hasil penelitian sejalan Sotiropoulos, Xipnitos, Kollias & Spiliopoulou
dengan Leer, Seidell & Kromhout (1994) yang (2012) yang mengatakan bahwa mengonsumsi
melakukan penelitian dengan menggunakan alkohol secara rutin dengan kadar yang rendah
metode cross-sectional kepada 3000 responden pada kaum yunani, telah dilaporkan memiliki
usia dewasa, setelah dikontrol usia, indeks masa efek kardio protektif. Oleh karena itu, hanya
tubuh dan konsumsi rokok, ditemukan bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan yang dapat
tekanan darah sistolik dan diastolik pada laki- mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
laki meningkat 0,9 dan 0,6 mmHg jika Batasan konsumsi alkohol untuk dewasa
mengonsumsi alkohol. Sedangkan pada wanita, seharusnya tidak lebih dari 2 kali per harinya
tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat dan tidak lebih dari 14 botol per minggu untuk
2 dan 1 mmHg lebih tinggi pada konsumsi 2 laki-laki dan 9 botol per minggu untuk
atau lebih gelas alkohol per hari dibandingkan perempuan (Campbell et al, 1999). Hasil
yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal serupa penelitian ini kurang representatif, karena
dikemukakan oleh Rupp, Brilla & Maisch jumlah pengamatan yang terlalu kecil, sehingga
(1996) yang menyatakan bahwa alkohol pengamatan untuk jumlah responden yang lebih
mempengaruhi tekanan darah. Alkohol besar masih perlu dilakukan. Selain itu, pada
mengurangi baroreseptor refleks di batang otak. pertanyaan penelitian ini tidak diketahui
Selain itu, alkohol menginduksi syaraf simpatis kuantitas dan frekuensi konsumsi alkohol yang
untuk mensekresi corticotropin-releasing dikonsumsi responden sehingga hal ini dapat
hormone. CRH menyekresi adrenocorticotropic menjadi saran bagi penelitian lebih lanjut.
hormone (ACTH), hormon yang dapat

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 7  
Kesimpulan Hal ini disebabkan karena jika kesadaran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah pekerja akan kesehatan meningkat, maka angka
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proporsi kesakitan pun akan mengalami penurunan.
kejadian hipertensi pada pekerja semen X di Peningkatan kesehatan kerja juga dapat
Jawa Barat tahun 2013 adalah 48,1%. meningkatkan kualitas pekerja sehingga
Gambaran umum responden dalam penelitian produktifitas perusahaan menjadi meningkat.
ini yaitu sebagian besar berada pada rentang
perkembangan dewasa tengah, berjenis kelamin Perawat kesehatan kerja perlu melakukan
laki-laki, berpendidikan SMA/sederajat, dan pengendalian hipertensi pada pekerja dengan
tidak memiliki riwayat keluarga dengan melakukan kontrol rutin tekanan darah. Selain
hipertensi. Berdasarkan gambaran gaya hidup itu upaya preventif hipertensi di perusahaan
pekerja, sebagian besar memiliki gaya hidup juga perlu dilakukan seperti promosi kesehatan
baik, pola makan kurang baik, aktivitas fisik mengenai modifikasi gaya hidup bagi semua
kurang, manajemen stres baik, tidak memiliki pekerja, pemberian informasi dengan
kebiasaan mengkonsumsi rokok dan menggunakan poster yang ditempel di papan
mengkonsumsi alkohol. Dalam penelitian ini, informasi, diadakannya asuhan keperawatan
pola makan dan aktivitas fisik pekerja perlu mengenai manajemen stres seperti teknik
ditingkatkan untuk mencapai gaya hidup sehat relaksasi otot progresif, nafas dalam, guide
pada pekerja. Terdapat hubungan yang imagery sebagai salah satu cara untuk
bermakna antara pola makan (p= 0,012) dan menurunkan tekanan darah, serta meningkatkan
mengkonsumsi alkohol (p= 0,028) dengan kesehatan emosional sehingga pekerja lebih
kejadian hipertensi. sehat dan produktif. Pengadaan kantin sehat di
perusahaan juga dapat dilakukan, dimana
Hasil penelitian ini berdampak bagi institusi terdapat pengawasan oleh kemenkes atau
perusahaan yaitu tergambarannya kejadian pelayanan gizi di perusahaan mengenai
hipertensi serta gaya hidup pekerja. Hasil kandungan nutrisi maupun jenis makanan yang
penelitian ini dapat dijadikan data untuk dapat diperjualbelikan di kantin. Program Canteen
meningkatkan pelayanan kesehatan kerja Take Away juga menjadi alternatif untuk
terutama dalam menerapkan gaya hidup sehat mengontrol serta meningkatkan pola makan
pada pekerja. Peningkatan pelayanan kesehatan sehat pekerja.
melalui upaya preventif dapat berimplikasi
pada penurunan medical cost yang dikeluarkan Keperawatan komunitas lingkup kesehatan
perusahaan untuk mengobati penyakit pekerja. kerja (OHN) diharapkan dapat membimbing

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 8  
peserta didik dalam mengaplikasikan dan Heart Association. Circulation; No.127,
6-245. doi/10.1161/CIR.0b013e31828
meningkatkan strategi intervensi pada
124ad. http://circ.ahajournals.org/lookup.
kelompok pekerja dengan memasukkan
Aisyiyah, F. N. (2009). Faktor risiko hipertensi
kurikulum mata ajar keperawatan kesehatan pada empat kabupaten/ kota dengan
kerja di setiap pendidikan perawat. Hasil prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa
dan Sumatra. Skripsi, Intitut Pertanian
penelitian juga dapat dijadikan data awal untuk Bogor, Bogor.
melakukan penelitian serupa dengan
Baradero, M., Wilfrit, M. D., & Siswadi, Y.
menggunakan jumlah responden yang lebih (2008). Klien dengan gangguan
kardiovaskuler: Seri asuhan keperawatan.
besar, agar hasil penelitian lebih representatif
Editor: Monica Ester. Jakarta: EGC.
dan menggunakan kuesioner penelitian yang
Barlassina, C., Lanzani, C., Manunta, P., &
lebih mendetail dalam menganalisa faktor Bianchi, G. (2002). Genetics of Essential
resiko hipertensi, seperti menambahkan Hypertension: From families to genes.
Journal of the American Society of
pertanyaan kuantitas dan frekuensi alkohol Nephrology, doi: 10.1097/01.ASN.
yang dikonsumsi. 0000032524.13069.88. vol.13 no. suppl 3
S 155-S164.

Beser, A., Bahar, Z., & Buyukkaya, D. (2006).


Ucapan Terima Kasih Health promoting behaviors and factors
Ucapan terima kasih peneliti tujukan kepada related to lifestyle among Turkish workers
and occupational health nurses’
Allah SWT, lalu kedua orang tua yaitu Bapak responsibilities in their health promoting
Nanang Setya Budi dan Ibu Titik Handayani, activities. Industrial Health 2007, 45,
151–159.
serta Ibu Tuti Nuraini sebagai pembimbing
selama penelitian berlangsung. Peneliti juga Campbell, N., Burgess, E., Taylor, G., Wilson,
E., et al. (1999). Lifestyle changes to
mengucapkan terimaksih kepada pabrik semen prevent and control hypertension: Do they
X yang telah memberikan izinnya untuk work? Canadian Medical Association,
160(9), 1341-3.
melakukan penelitian skipsi ini.
Canadian Hypertension Education Program.
(2007). 2007 Hypertension education
Referensi program (CHEP) recommendations:
Management of hypertension by nurses.
Acharya, R. & Chalise, H. N. (2011). Life style Canadian Journal of Cardiovascular
of patient before and after diagnosis of Nursing. http://web.ebscohost.com/nrc
hypertension in Kathmandu. SciRes, Departemen Kesehatan (2004). Survei
Vol.3, No.8, 490-497. kesehatan nasional. Laporan
doi:10.4236/health.2011.380812011. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
http://www.scirp.org/journal/HEALTH. http://www.gizikia.depkes.go.id.
AHA. (2013). Heart disease and stroke statistics Hendraswari, D. E. (2007). Faktor resiko yang
2013 update: A report from the American berhubungan dengan hipertensi di

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.


Gaya Hidup dan Hipertensi Pekerja 9  
Kelurahan Jagakarsa tahun 2007. kecamatan jagakarsa kota Jakarta
Skripsi, Universitas Indonesia, Depok. selatan. Skripsi, Universitas Indonesia,
Depok.
Hung, S. L. (2009). The relationship of lifestyle
behavior and occupational characteristics Riskesdas. (2007). Laporan nasional 2007
to selected health problems among truck www.ppid.depkes.go.id.
drivers in Taiwan. Dissertation, Saint
Louis University, United States. Rundengan, Merki. (2005). Hubungan antara
pekerjaan dan stress kerja dengan kejadian
JNC-7. (2003). Joint national committee on hipertensi pada pekerja di Indonesia,
prevention, detection, evaluation, and Medika vol.34 No. 5.
treatment of high blood pressure. JAMA,
Rupp, H., Brilla, C.G., Maisch, B. (1996).
289(19), 2560-72.  
Hypertension and alcohol: central and
Johnson, K. (2012). Hypertension update 2012. peripheral mechanisms, Medline, (4):
Nebraska Nurse Practitioner Conference. 258-64. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
http://www.nebraskanp.org/nnp/docs/conf pubmed/8805006.  
erence/2012/handouts/Hypertension.pdf.
Sirait, A. M., & Riyadina, W. (2010).
Leer, E. M., Seidell. J. C. & Kromhout, D. Hipertensi pada pekerja industria di
(1994). Differrences in the association kawasan industri Pulo Gadung. Media
between alcohol consumption and blood litbang kesehatan, 20 (4).
preassure by age, gender and smoking.
Epidemiology, Vol. 5, No. 6, pp. 576- Skliros, E. A., Papadodima, S. A., Sotiropoulos,
582. Lippincott Williams & Wilkins. A., Xipnitos, C., Kollias, A., &
http://www.jstor.org/stable/3702293 Spiliopoulou, C. A. (2012). Relationship
between alcohol consumption and control
Martiningsih (2011). Analisis faktor-faktor of hypertension among elderly greeks.
yang berhubungan dengan terjadinya Hellenic jurnal of cardiology, no. 53: 26-
hipertensi primer pada pasien di 32.
Poliklinik penyakit dalam RSUD Bima
ditinjau dari perspektif keperawatan self- Sugiharto, A. (2007). Faktor-faktor resiko
care orem. Tesis, Universitas Indonesia, hipertensi grade II pada masyarakat
Depok. (studi kasus di Kabupaten Karanganyar).
Tesis, Universitas Dipenegoro, Semarang.
Rahajeng, E. & Tuminah, S. (2009). Prevalensi
hipertensi dan determinannya di Suhadi. (2011). Analisis faktor-faktor yang
Indonesia. Majalah Kedokteran mempegaruhi kepatuhan lansia dalam
Indonesia, 59 (12). perawatan hipertensi di wilayah
puskesmas srondol kota Semarang. Tesis,
Rahayu, H. (2012). Faktor resiko hipertensi Universitas Indonesia, Depok.
pada masyarakat rw 01 srengseng sawah,

1
Mahasiswa Reguler 2009 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2
Staf Pengajar Keilmuan DKKD Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
 

Gaya hidup..., Kartika Ayu Setyani, FIK UI, 2014.

Anda mungkin juga menyukai