Anda di halaman 1dari 21

Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Laporan Kasus

Pendekatan Kedokteran Keluarga pada PasienTuberculosis

Afra Fatin Arindy, Ridha Suryanti M, Nadziefah Ghina Faiqah,*


*Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Abstrak: Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Menurut
World Health Organization (WHO), sepertiga penduduk dunia tertular TB, dimana pada tahun 2000, lebih
dari 8 juta penduduk dunia menderita TB aktif. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah
100 per 100.000 penduduk dan terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Puskesmas dalam pelayanan primer
membantu dalam memutus rantai penyebaran penyakit TB. Pendekatan kedokteran keluarga memberikan
tatalaksana secara holistik dengan meningkatkan fungsi keluarga.Data primer diperoleh melalui anamnesis
(autoanamnesis), pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah untuk melengkapi data keluarga, data psikososial,
dan lingkungan. Data sekunder diperoleh dari rekam medis pasien di Puskesmas. Penilaian dilakukan
berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi dengan menggunakan Metode Mandala of
Health.Hasil disajikan dalam format laporan kasus. Pasien memiliki derajat fungsional 2 dengan Tuberkulosis
yang memiliki beberapa faktor resiko, seperti tidak memperhatikan keluhan awal sehingga keluhan bertambah
berat, kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien,
lingkungan rumah dan kerja yang berdebu. Kemudian dilakukan edukasi terhadap pasien dan keluarganya
mengenai obat yang harus dikonsumsi, efek samping serta perubahan gaya hidup. Setelah dilakukan evaluasi
terdapat kepatuhan dalam minum obat dan perubahan gaya hidup kearah pola gaya hidup bersih dan
sehat.Masalah klinis yang kompleks membutuhkan waktu yang lama dan kerjasama antara petugas kesehatan
dan keluarga. Dimana petugas tidak hanya menyelesaikan masalah klinis pasien, tetapi juga mencari dan
memberi solusi atas permasalahan – permasalahan dalam lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien
dan keluarga.
Kata kunci: tuberculosis,TB, kedokteran keluarga.

Page 1
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Family Medicine Approach on Hypertension

Afra Fatin Arindy, Ridha Suryanti M, Nadziefah Ghina Faiqah, *

*Department of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Makassar

Abstract:Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection. Based on WHO, a third


of global population infected by tuberculosis, on 2000 there are more that 8 billions global population are
patient of tuberculosis. Prevalention number of TB in Indonesia on 2009 is 100 per 100000 of population and
happend in more then 70% productive age. Puskesmas which is a primary service care should to break the
Tuberculosis transmittion. Family medicine approach give a treatment holisticly to increase of family
function.The primary data obtained through anamnesis (autoanamnesis), physical examination, laboratory
examination, home visit to assess the condition of the home and family. Secondary data were obtained from
medical records of patients at the health center. Assessment is based on a holistic diagnosis early, the process
and the end with used Mandala of Health method. The results are presented in the form of case report. Patient
who had a degree of fungtional 2 with Tuberculosis have some risk factor like do not pay attention to the
initial complaint to severe complaints, lack of knowledge about disease, lack of support and the patient’s
family knowledge about the disease, and dusties environment. The do educate patients and families about
drugs that should be cansumed and eaten right, side effect of the drug and life style modification. After the
evaluation there are patient compliance in eaten drugs and life style modification to the health.Complex
clinical problem requires a long time and cooperation among healts are workers and family. Where officers
not only solve the problem of clinical patients, but also seek and provide solutions to the problems in the
environtment that affect the health of the patient and family.

Keywords. tuberculosis,TB, family medicine.

Pendahuluan berakhir dengan kematian. Perkiraan dari WHO,


Tuberkulosis paru (TB paru) adalah yaitu sebanyak 2-4 orang terinfeksi tuberkulosis
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh setiap detiknya dan hampir 4 orang setiap menit
Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini meninggal karena tuberkulosis. Kecepatan
menjadi masalah kesehatan penting di dunia. TB penyebaran tuberkulosis bisa meningkat lagi sesuai
paru dapat menyebar dari satu orang ke orang lain dengan peningkatan penyebaran Human
melalui transmisi udara (droplet dahak pasien TB Immunodeficiency Virus (HIV)/Acuired
paru).1 Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan
Menurut World Health Organization munculnya kasus TB-MDR (multy drug resistant)
(WHO) dalam satu tahun, kuman M. tuberculosis yang kebal terhadap bermacam obat. Pada tahun
telah membunuh sekitar 2 juta jiwa, dan WHO 2013 WHO memperkirakan ada 8,6 juta kasus baru
diperkirakan bahwa pada tahun 2002-2020 ada TB (13% merupakan koinfeksi dengan HIV) dan
sekitar 2 miliar orang yang terinfeksi kuman ini, di 1,3 juta orang meninggal karena tuberkulosis di
mana 5-10% di antara infeksi akan berkembang mana diantaranya 940.000 orang dengan HIV
menjadi penyakit, 40% di antara yang sakit dapat

Page 2
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

negatif dan 320.000 orang dengan HIV dan tertinggi dibandingkan dengan 24 Kabupaten
tuberkulosis positif.2,3 lainnya yang ada di Sulawesi Selatan.Namun
Indonesia menduduki peringkat ke-3 walaupun demikian program Penanggulangan TB
dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia di Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan adanya
setelah India dan China. Jumlah pasien TB di perbaikan dari tahun ke tahun.6
Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah Peran dokter keluraga dalam
pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap penatalaksanaan TB paru sangatlah penting yang
tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan tidak memandang seorang pasien sebagai
kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi seseorang individu melainkan sebagai suatu unit
TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per keluarga yang penatalaksanaannya secara holistik
100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari dan komprehensif. Dokter sebagai pintu pertama
70% usia produktif. Oleh karena itu kerugian yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong
ekonomi akibat TB juga cukup besar.3,4 penderita TB, harus selalu meningkatkan
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan
tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu adalah memberikan edukasi atau pendidikan
pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai kesehatan.Pendidikan kesehatan kepada penderita
delapan bulan) menjadi penyebab penderita TB dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita,
sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat terutama bagaimana sikap dan tindakan, serta cara
(drop) setelah merasa sehat meski proses untuk mencegah penularan.7
pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB
diperberat dengan adanya peningkatan infeksi Ilustrasi Kasus
HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya Seorang Laki-laki Tn. F berumur 28 tahun
permasalahan TB-Multi Drugs Resistant(MDR, dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan yang
kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain lalu. Batuk disertai dahak berwarna putih, tidak ada
adalah adanya penderita TB laten, dimana bercak darah. Batuk dirasakan terus menerus, sesak
penderita tidak sakit namun akibat daya tahan napas ada dipengaruhi aktivitas, memberat
4,5
tubuh menurun, penyakit TB akan muncul. terutama saat batuk, tidak dipengaruhi cuaca. Nyeri
Meskipun secara nasional menunjukkan dada tidak ada, demam ada kadang-kadang tapi
perkembangan yang meningkat dalam penemuan tidak terlalu tinggi. Pasien juga mengeluh kadang
kasus dan tingkat kesembuhan, pencapaian di keringat dingin malam hari, badan menggigil dan
tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas terasa lemas. Penurunan berat badan ada lebih
antar wilayah. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi kurang 14 kg dalam 2 bulan terakhir, nasfu makan
Sulawesi Selatan Tahun 2014, dilaporkan ada menurun. Buang air besar biasa, buang air kecil
1.952 penderita TB paru dan merupakan angka lancar. Pasien belum pernah mengonsumsi obat

Page 3
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

OAT sebelumnya, Riwayat Hipertensi, Riwayat tersebut memiliki 2 lantai. Lantai bawah terdapat 1
DM, kolesterol, dan asam urat disangkal. Riwayat ruang tamu, 1 ruang kumpul keluarga, dapur,
alergi disangkal. Riwayat penyakit keluarga kamar mandi, dan tempat cuci piring dan baju. Di
diketahui bapak pasien yang tinggal serumah lantai atas terdapat 2 kamar tidur. Jarak antar rumah
dengan pasien pernah berobat 6 bulan pada tahun berdempetan, menyebabkan kesan ventilasi sangat
2018 dan berobat tuntas. Pasin ada riwayat kurang. Jarak antara rumah pasien dan Puskesmas
merokok sejak kelas 3 SMA tetapi sudah berhenti Rappokalling kurang lebih 100 m dan bisa
sejak tahun lalu. ditempuh dengan berjalan kaki.
Pasien pergi berobat ke Puskesmas
Frekuensi makan rata – rata setiap harinya
Rappokalling untuk mengobati keluhan batuknya
3x/hari dengan menu makan bervariasi. Variasi
dan dilakukan pemeriksaan sputum/ dahak dan
makanan sebagai berikut: nasi, lauk (ikan) sering
hasilnya pasien dinyatakan menderita penyakit
makan ikan asin, sayur, jarang makan daging, air
Tuberculosis Paru.
minum (air putih dan teh manis). Air minum
Setelah itu pasien dirujukke RS Wahidin
berasal dari air PAM yang dimasak sendiri. Kesan
Sudirohusodo dilakukan pemeriksaan Foto
status gizi saat ini kurang.
Thoraks. pada pemeriksaan foto thoraks dengan
hasil kesan baca TB paru aktif. Dalam menetapkan masalah serta faktor
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan yang mempengaruhi, digunakan konsep Mandala
umum baik, kompos mentis. Tanda vital yaitu of Health. Diagnosis holistic yang ditegakkan pada
tekanan darah 120/80mmHg, nadi 78 kali/menit, pasien adalah sebagai berikut.
pernapasan 20 kali/menit, dan suhu badan 36,6 C.
Pada poin I, alasan kedatangan: keluhan
Status gizi pasien, tinggi badan 176 cm, berat
batuk dan sesak sejak 2 bulan yang lalu dengan
badan 44 kg dengan hasil IMT = 14,2 (Gizi
harapan batuk bisa hilang dan tidak timbul lagi
kurang). Status generalis, kepala: rambut pendek
keluarga punya kekhawatiran penyakit batuk ini
sebahu, lurus, warna hitam. Pemeriksaan mata,
sulit disembuhkan dan semakin memberat. Pada
konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik,
poin II, diagnosis kerja yang ditegakkan adalah TB
lensa tidak keruh. Pemeriksaan THT dalam batas
Paru. Pada poin III, didapatkan masalah
normal. Jantung dalam batas normal. Paru suara
pengetahuan yang kurang tantang penyakit TB
dasar vesikular. Ekstremitas tidak didapatkan
paru, pengetahuan yang kurang mengenai
edema.
pentingnya masalah preventif atau pencegahan
Dari informasi yang dapatkan pasien
dibandingkan dengan kuratif, pengetahuan yang
bekerja di sebagai driver ojek online. Pasien belum
kurang tentang pencegahan penularan TB paru ke
menikah. Pasien tinggal bersama kedua orang
anggota keluarga lainnya. Pada poin IV,
tuanya dirumah milik orang tuanya. Rumah
didapatkan masalah pendapatan keluarga yang

Page 4
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

kurang, bapak pasien yang mempunyai riwayat pentingnya menjaga pola makan dan perilaku
batuk lama, lingkungan tempat tinggal yang kurang berobat yang baik.
bersih dan minim ventilasi. Pada poin V,
Hasil pembinaan yang telah dilakukan
ditetapkan skala fungsional pasien derajat dua (2),
dievaluasi dengan menggunakan index koping,
yaitu mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-
dengan hasil peningkatan skor dari 2.6 menjadi 3.
hari di dalam dan di luar rumah.
Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan
terhadap pasien, keluarga, dan lingkungannya.
Pada pasien diberikan terapi medikamentosa
berupa Obat anti Tuberkulosis kategori 1 dalam
bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-
KDT) : 2 (HRZE) / 4 (HR)3 dan diberikan vitamin
B complex 1x50 mg tab. Terapi non
medikamentosa berupa edukasi terhadap pasien
dan keluarga pasien mengenai pentingnya kontrol
dan minum obat OAT secara teratur dan tuntas, Gambar 1. Genogran keluarga Tn. F
senantiasa membuka pintu dan jendela setiap pagi Keterangan :
agar terjadi pertukaran udara serta agar sinar
: Laki - laki
matahari dapat masuk kedalam ruangan, memakai
masker saat bekerja atau saat berinteraksi untuk : Perempuan
mencegah penularan dan semakin memburuknya
: Pasien
kondisi, istirahat serta asupan makanan cukup dan
bergizi, menerapkan perilaku hidup bersih dan : Satu rumah
sehat (PHBS).
Status TB dalam Keluarga yang tinggal serumah :
Tindakan untuk mengatasi masalah 1. Tn. K (60 thn) : Riw. OAT, TUNTAS.
2. Ny. N (60 thn) : Terpapar Kuman TB
lingkungan antara lain dengan melakukan 3. Tn. F (28 th) : PENDERITA
penyuluhan yang terjadwal kepada masyarakat 4. Tn. R (25 th) : Normal. Karena jarang dirumah
5. Ny. I (20th) :Terpapar Kuman TB
sekitar mengenai Tuberculosis (penyebab, gejala, 6. Ad. A (2 th) :Terpapar Kuman TB
7. Ad. F (14 th) : Terpapar Kuman TB
faktor risikonya, cara penularan, pencegahan, dan 8. Ad. H (9 th) : Terpapar Kuman TB
terapi) dihadiri oleh kader, wakil dari puskesmas,
serta memberikan konseling kepada kader
posyandu mengenai imunisasi BCG. Pada
kesempatan tersebut juga disampaikan mengenai

Page 5
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Gambar 2. Mandala of health

Page 6
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

No Masalah Skor Upaya penyelesaian Resume hasil akhir Skor


awal perbaikan akhir
Fungsi biologis
- Pasien tinggal bersama 2 - Edukasi mengenai - Terselenggaranya 3
dengan ibu,bapak dan penyakit dan penyuluhan
saudaranya. Ada pencegahannya - Keluhan berkurang 4
riwayat keluarga yang melalui penyuluhan
menderita penyakit - Konseling untuk
yang sama mengalihkan stress
psikososial dengan
hal-hal bersifat
positif.
Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
- Pendapatan keluarga 2 - Edukasi dan motivasi - Pasien berniat untuk 4
yang cukup untuk menambah memanfaatkan waktu
penghasilan dengan luang untuk
memanfaatkan waktu memperoleh
luang penghasilan tambahan

Factor perilaku kesehatan keluarga


- Higine pribadi dan 4 - Edukasi mengenai - Terpisahnya tempat 2
lingkungan yang higine dan mencuci dengan dapur
kurang pembersihan pasien
lingkungan rumah - Terpisahnya kamar 2
pasien dengan anggota
keluarga yang lain
- Berobat hanya jika 3 - Edukasi dan motivasi - Keluarga sudah 4
ada keluhan untuk memeriksakan berkeinginan untuk
kesehatan berkala memeriksakan
karena adanya resiko kesehatan secara
untuk terjadinya berkala
kekambuhan

Lingkungan rumah
- Ventilasi dan 2 - Memperbaiki - Pintu rumah sudah 2
penerangan di dalam ventilasi dan sering dibuka pada
rumah kurang penerangan dengan siang hari, namun
membuka pintu jendela di lantai bawah
rumah pada siang belum dibuka
hari

Total skor: 13 21
Rata-rata skor: 2,6 3

Tabel 1.

Page 7
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan Diketahui keluarga pasien juga pernah


masalah : menderita penyakit yang sama dengan pasien,
Skor 1 tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak sehingga pemicu dari timbulnya penyakit pasien
ada partisipasi akibat tertular dari keluarga melalui droplet. Dan
Skor 2 keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak
tidak ada sumber (hanya keinginan); sakit ringan, suhu tubuh 36,6oC, tekanan darah
penyelesaian masalah dilakukan 120/80 mmHg, frekuensi nadi 78x/menit, frekuensi
sepenuhnya oleh provider nafas 20x/menit, berat badan 44 kg, tinggi badan
Skor 3 keluarga mau melakukan namun perlu 176 cm, status gizi kurang (Indeks masa tubuh
penggalian sumber yang belum 14,20 kg/m2 = < 18,5 kg/m2). Status generalis,
dimanfaatkan, penyelesaian masalah kepala: rambut pendek, warna hitam. Pemeriksaan
dilakukan sebagian besar oleh provider mata, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak
Skor 4 keluarga mau melakukan namun tak ikterik, lensa tidak keruh.Pemeriksaan THT dalam
sepenuhnya, masih tergantung pada upaya batas normal. Jantung dalam batas normal. Paru
provider suara dasar vesikular. Ekstremitas tidak didapatkan
Skor 5 dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga edema.
Pada Tn. F dilakukan pemeriksaan dahak
Pembahasan Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS), ditemukan BTA
++++ dan pada foto radiologi didapatkan TB paru
Studi kasus dilakukan pada pasien An.F,
aktif. Pada pasien dengan dugaan sakit TB paru
usia 28 tahun dengan keluhan batuk berdahak sejak
dapat dilakukan dengan pemeriksaan dahak secara
2 bulan lalu, demam kadang-kadang, keringat
makroskopis langsung (SPS), ditetapkan sebagai
dingin pada malam hari, disertai penurunan berat
pasien TB apabila minimal satu dari pemeriksaan
badan yang drastic dalam waktu 2 bulan terakhir.
contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif.2,3
Penyebab keadaan ini dikarenakan ayah pasien
Sedangkan pada diagnosis TB ekstra paru, yaitu
yang pernah menderita penyakit yang sama dan
gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena,
tinggal serumah dengan pasien. Rumah pasien
misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri
yang lembab memudahkan bakteri mycobacterium
dada pada TB Pleura (pleuritic), pembesaran
tuberculosis dapat bertahan hidup.
kelenjar limfe superficialis pada limfadenitis TB,
Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan
serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada
keluhan pasien berupa batuk berdahak selama 2
spondylitis TB. Diagnosis pasti pada pasien TB
minggu atau lebih dan pada gejala sistemik
ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
ditemukan adanya demam, keringat malam tanpa
bakteriologis dan atau histopatologi dari contoh uji
aktivitas, penurunan berat badan, dan malaise.2,3
yang diambil dari organ tubuh yang terkena.3

Page 8
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Diagnosis TB paru BTA positif adalah 2019. Pada kunjungan tersebut dilakukan
apabila : pendekatan dan perkenalan terhadap pasien serta
1. Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA menerangkan maksud dan tujuan kedatangan,
positif, atau diikuti dengan anamnesis tentang keluarga dan
2. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan perihal penyakit yang telah diderita, termasuk
didukung hasil pemeriksaan foto thoraks sesuai edukasi mengenai penyakit TB paru mulai dari
dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi, penyebab, gejala klinis, cara penularan, gaya hidup
atau sehat berupa aktivitas fisik yang benar dan baik,
3. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif tidak lalai dalam meminum obat, serta edukasi
ditambah hasil kultur M. Tuberculosis positif. mengenai pentingya pencahayaan di rumah. Dari
Interprestasi BTA SPS +++ adalah ditemukan >10 hasil kunjungan tersebut, sesuai konsep Mandala
BTA dalam satu lapang pandang.2,3,5 of Health, berupa dari segi perilaku kesehatan
Pada saat kunjungan di Puskesmas pasien pasien masih mengutamakan kuratif daripada
diberikan medikamentosa untuk mengurangi dan preventif dan memiliki pengetahuan yang
menghilangkan bakteri penyebab tuberculosis, kurang tentang penyakit yang pasien derita.
berupa obat paket TB (FDC) sekali sehari. Hal ini Konsep mandala of health mencakup beberapa
sesuai dengan tatalaksana pada TB paru Kaetgori I komponen penting yaitu human biology,
fase intensif 2 bulan pertama. FDC atau Fixed Dose lingkungan psikososial, ekonomi dan lingkungan
Combination merupakan obat yang digunakan rumah serta lingkungan tempat tinggal.
dalam pengembangan strategi DOTS atau Directly Human biology, keluhan – keluhan yang timbul
Observed Treatment Strategy untuk mengontrol akibat peyakit pasien mengganggu aktivitas pasien,
epidemi TB dan sudah merupakan rekomendasi serta terkadang pasien tidak ingin meminum
dari WHO. FDC pada fase intensif dengan dosis obatnya akibat efek yang ditimbulkan ke pasien.
harian berisi 450 mg rifampisin, 300 mg isoniazid, Sehingga pasien diberi edukasi dan motivasi bahwa
500 mg pirazinamid, dan 250 mg etambutol. pengobatan TB harus rutin meminum obat dan
Dengan berat badan 38-54 kg, diberikan 3 tablet melakukan control ke pelayanan kesehatan untuk
4KDT dalam sehari.2,3 mengetahui perbaikan klinis pada pasien.

Pelaksanaan pembinaan pada pasien ini


dilakukan dengan mengintervensi pasien beserta
keluarga. Dimana dilakukan kunjungan kerumah
pasien untuk pertama kali pada tanggal 29 Juni

Page 9
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Gambar 1 : Alur diagnosis dan tindak lanjut TB Paru pada pasien dewasa (tanpa
kecurigaan/bukti : hasil tes HIV (+) atau terduga TB Resisten Obat)

Lingkungan Psikososial, pasien merasa cukup


bahagia dengan keadaan keluarganya saat ini,

Page 10
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

hubungan antar anggota keluarga juga terbilang bakteri. Sehingga pasein dan kelurga diberikan
dekat dan jarang mengalami suatu masalah. edukasi mengenai pentingnya ventilasi untuk
Sehingga hal tersebut dapat mendukung pencahayaan rumah dan juga kebersihan rumah.
kesembuhan pasien, dikarenakan keluarga Menurut Kementerian kesehatan RI
memberikan dukungan untuk kesembuhan pasien No.829/Menkes/SK/VII/1999 luas ruang tidur
serta bersedia menjadi pengawas minum obat minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan
untuk pasien. lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur,
Ekonomi, pendapatan keluarga bergantung pada kecuali anak dibawah umur lima tahun. Kepadatan
kedua orang tua pasien dan pendapatan tersebut penghuni kamar tidur yang tidak memenuhi syarat
untuk memenuhi seluruh kebutuhan anggota (<4 m2/orang tidak termasuk balita) akan
keluarga terbilang terpenuhi. Sehingga keluarga menghalangi proses pertukaran udara bersih
diberikan motivasi untuk memiliki sumber sehingga kebutuhan udara bersih tidak terpenuhi
pendapatan tambahan agar ada dana alokasi khusus dan dapat menjadi penyebab terjadinya TB paru.
untuk kesehatan. Semakin banyak jumlah penghuni ruangan
Lingkungan Rumah, hubungan pasien dengan semakin cepat udara didalam ruangan mengalami
tetangga sekitar rumah terjalin akrab, terlihat pencemaran dan jumlah bakteri di udara akan
ketika pasien berada di rumah ada tetangga yang bertambah. Untuk mengurangi risiko penularan,
datang berkunjung ke rumah pasien, sehingga pasien dan keluarga diberikan pengetahuan
pasien di edukasi agar menggunakan masker. mengenai cara pengendaliannya, yaitu anggota
Dalam hal ini pasien memiliki hubungan antar keluarga yang menderita penyakit TB paru yaitu
tetangga yang baik sehingga dapat terhindar dari Tn.F harus tidur terpisah dengan anggota keluarga
stress psikososial yang dapat memperberat lain, menutup mulut saat batuk dan bersin, tidak
penyakit pasien. Hal tersebut juga memudahkan sembarang membuang ludah, jangan menggunakan
penularanan penyakit ke tetangga pasien, sehingga alat-alat makan dan minum secara bersama dengan
pasein diberikan edukasi mengenai pentingnya orang lain, dan selalu mencuci tangan. Serta
penggunaan masker dan cara penularan penyakit mengenai pentingnya perbaikan gizi pasien,
TB paru. Pemukiman pasien merupakan dengan memberitahukan pasien untuk makan-
pemukinan yang padat sehingga kondisi rumah makanan yang bergizi, serta meningkatkan
pasien kurang mendapat sinar matahari langsung/ intensitas makannya serta istirahat yang cukup.
lembab, kemudian diperparah dengan rumah Selanjutnya diberikan kembali edukasi
pasien yang hanya memiliki 2 jendela, dan jendela terhadap pasien dan keluarga pasien mengenai
yang berada dilantai bawah tidak pernah dibuka. pentingnya kontrol dan minum obat OAT secara
Pintu rumahpun jarang dibuka. Hal tersebut teratur dan tuntas, senantiasa membuka pintu dan
menjadi salah satu factor untuk berkembangnya jendela setiap pagi agar terjadi pertukaran udara

Page 11
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

serta agar sinar matahari dapat masuk kedalam Selain itu, dilakukan pula anamnesis
ruangan, memakai masker saat bekerja atau saat terhadap beberapa anggota keluarga Tn. F dan
berinteraksi untuk mencegah penularan dan menanyakan apakah merasakan hal yang sama
semakin memburuknya kondisi, istirahat serta dirasakan Tn. F seperti batuk lebih 2 minggu,
asupan makanan cukup dan bergizi, menerapkan keringat malam dan penurunan berat badan. Dan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). diberitahukan pula jika ada yang mengalami hal
Pada kunjungan kedua dilakukan pada yang sama seperti Tn. F, segera berobat ke
tanggal 04 Juli 2019, bertujuan untuk mengetahui Puskesmas. Diberikan pula edukasi terhadap
gejala klinis, efek samping obat, dan apakah telah keluarga Tn. F mengenai pentingnya pencegahan
menerapkan gaya hidup sehat sehingga rantai penyakit TB. Dan pasien maupun keluarganya
penularan penyakit ini dapat diputuskan. Dari hasil senantiasa meningkatkan kualitas hidup dan
anamnesis, pasien sudah tidak demam, batuk menerapkan gaya hidup sehat, mengingat salah
berkurang, nafsu makan bertambah, dan merasa satu faktor risiko Tuberculosis adalah faktor
lebih sehat dibandingkan dengan kunjungan lingkungan.
pertama kali, namun pasien kadang-kadang merasa Setelah dilakukan edukasi kepada pasien
nyeri ulu hati dan sedikit mual. Dan semakin dan keluarganya, diharapkan pasien dapat rutin dan
termotivasi untuk sembuh dengan meminum obat tuntas dalam minum obat, serta kembali ke
teratur setiap pagi. Dijelaskan pula mengenai efek puskesmas jika obatnya akan habis dan
samping meminum obat TB, seperti nyeri ulu hati, menerapkan edukasi-edukasi yang telah dijelaskan.
urin berwarna lebih ke cokelatan, dll. Sehingga
apabila efek – efek samping tersebut mengganggu DAFTARA PUSTAKA
aktifitas pasien, maka disarankan untuk berobat ke 1. Center For Disease Control and Prevention
Puskesmas. (CDC). Reported tuberculosis in United Stated,
Keadaan rumah Tn. F masih lembab, dan 2008. Atlanta, GA: U.S. Department of Health
belum membuka jendela yang berada dilantai and Human Services; 2009.
bawah. Pintu rumah pasien hanya dibuka pada saat 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman
pasien kedatangan tamu. Pasien masih sering tidak diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di
menggunakan masker, meskipun pasien telah Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
mengetahui pentingnya penggunaan masker Indonesia; 2006.
tersebut. Selanjutnya diberikan kembali edukasi 3. WHO.Tuberculosis. New York: WHO Media
mengenai pentingya penggunaan masker untuk Centre; 2006.
mencegah penularan ke orang lain, dan pentingnya 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
pencahayaan untuk rumah pasien. Pedoman nasional penanggulangan

Page 12
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia; 2014.
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. TB update
2011; 2011 May 7-8. Bogor. Indonesia:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011.
6. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. Profil

Kesehatan Sulawesi Selatan Tahun 2014,

Makassar. 2015.

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia
2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2011.

LAMPIRAN

Page 13
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Depan rumah Ruang tamu

Ruang tamu

Ruang tengah

Page 14
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Dapur

Kamar mandi

TABEL NILAI APGAR

Page 15
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Respons
Hampir
KRITERIA PERTANYAAN Hampir
Kadang tidak
selalu
pernah
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena masing-masing
Adaptasi anggota keluarga sudah √
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena dapat membantu
Kemitraan √
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
Apakah pasien puas dengan
kebebasan yang diberikan
Pertumbuhan √
keluarga untuk mengembangkan
kemampuan yang pasien miliki
Apakah pasien puas dengan
Kasih Sayang kehangatan / kasih sayang yang √
diberikan keluarga
Apakah pasien puas dengan waktu
Kebersamaan yang disediakan keluarga untuk √
menjalin kebersamaan
TOTAL
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0
Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = fungsi keluarga sakit
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 9, ini menunjukan
fungsi keluarga sehat.

PUSKESMAS RAPPOKALLING KOTA MAKASSAR


Page 16
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

KUESIONER INDIKATOR KELUARGA SEHAT

INDIKATOR KELUARGA SEHAT (Sebelum Intervensi)


No. Indikator Suami Istri Balita Bayi Keluarga Point
1 Keluarga Mengikuti Program KB N N Y 1
2 Ibu Melakukan Persalinan Di N N
Fasilitas Kesehatan (0-11 Bln)
3 Bayi Mendapatkan Imunisasi Dasar N N
Lengkap (Usia 12-24 Bln)
4 Bayi mendapatkan ASI Ekslusif (7- N N
23 Bln)
5 Balita Di Pantau Pertumbuhannya N N N
(Usia 2 Bulan ≤ 5 Tahun)
6 Penderita TB Paru Mendapatkan Y N Y 1
Pengobatan Secara Teratur
7 Penderita Hipertensi Melakukan N N N N
Pengobatan Secara Teratur
8 Anggota Keluarga Tidak Ada T Y N Y 0
Merokok
9 Keluarga Sudah Menjadi Anggota Y Y N N Y 1
JKN
10 Keluarga Mempunyai Akses Sarana Y Y N N Y 1
Air Bersih
11 Keluarga Mempunyai Akses Y Y N N Y 1
Menggunakan Jamban Sehat
12 Penderita Gangguan Jiwa N N N N
Mendapatkan Pengobatan Secara
Dan Tidak Diterlantarkan
Indeks Keluarga Sehat 5

Indikator Keluarga Sehat


Indeks Keluarga Sehat (IKS)= 12−Jumlah Indikator Yang Tidak Ada

Page 17
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Nilai Y = 1 (Satu)
Nilai T = 0 (Nol)
Nilai N = Indikator yang tidak ada
Catatan :
1. >0,800 : Keluarga Sehat
2. 0,500-0,800 : Keluarga Prasehat
3. <0,500 : Keluarga Tidak Sehat

Indeks Keluarga Sehat Sebelum Intervensi = 5 : (12 – 6) =5 : 6 = 0,833 (Keluarga sehat)

PUSKESMAS RAPPOKALLING KOTA MAKASSAR


KUESIONER INDIKATOR KELUARGA SEHAT

Page 18
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

INDIKATOR KELUARGA SEHAT (Sebelum Intervensi)


No. Indikator Tn. K Ny. N Tn. F Tn.R Ny. I Ad.A Ad. F Ad. H
Point
(60th) (60th) (28th) (25th) (20th) (2th) (14th) (9th)
1 Keluarga Mengikuti Program
N N N T Y N N N 0
KB
2 Ibu Melakukan Persalinan Di
Fasilitas Kesehatan (0-11 N N N N Y N N N 1
Bln)
3 Bayi Mendapatkan Imunisasi
Dasar Lengkap (Usia 12-24 N N N N N Y N N 1
Bln)
4 Bayi mendapatkan ASI
N N N N N Y N N 1
Ekslusif (7-23 Bln)
5 Balita Di Pantau
Pertumbuhannya (Usia 2 N N N N N Y N N 1
Bulan ≤ 5 Tahun)
6 Penderita TB Paru
Mendapatkan Pengobatan Y N Y N N N N N 1
Secara Teratur
7 Penderita Hipertensi
Melakukan Pengobatan N N N N N N N N N
Secara Teratur
8 Anggota Keluarga Tidak Ada
T Y Y Y Y Y Y Y 1
Merokok
9 Keluarga Sudah Menjadi
Y Y Y Y Y Y Y Y 1
Anggota JKN
10 Keluarga Mempunyai Akses
Y Y Y Y Y Y Y Y 1
Sarana Air Bersih
11 Keluarga Mempunyai Akses
Y Y Y Y Y Y Y Y 1
Menggunakan Jamban Sehat
12 Penderita Gangguan Jiwa
Mendapatkan Pengobatan
N N N N N N N N N
Secara Dan Tidak
Diterlantarkan
Indeks Keluarga Sehat 9
Indikator Keluarga Sehat
Indeks Keluarga Sehat (IKS)= 12−Jumlah Indikator Yang Tidak Ada

Page 19
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Nilai Y = 1 (Satu)
Nilai T = 0 (Nol)
Nilai N = Indikator yang tidak ada
Catatan :
1. >0,800 : Keluarga Sehat
2. 0,500-0,800 : Keluarga Prasehat
3. <0,500 : Keluarga Tidak Sehat

Indeks Keluarga Sehat Sebelum Intervensi = 9 : (12 – 2) = 9 : 10 = 0,9 (Keluarga sehat)

FOLLOW UP

Page 20
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Tuberculosis

Kepatuhan minum
No. Tanggal Keluhan
obat
Batuk (+) berlendir, Sesak kadang-kadang,
Senin, 29 Juni 2019
nyeri dada saat batuk (+) √
Batuk (+) berkurang, Sesak (-),
Kamis, 4 Juli 2019 Nyeri dada saat batuk (-), nyeri ulu hati

kadang - kadang

Page 21

Anda mungkin juga menyukai