Oleh:
Yustika Amalia Putri Katili
C01418 2252
Residen Pembimbing:
dr. Sri Purwatiningsih
Pembimbing Supervisor:
Dr.dr.Saidah Syamsuddin,Sp.KJ
i
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : C014182252
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
iii
LAPORAN KASUS
Skizofrenia Paranoid (F20.0)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn IS
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/ Umur : 11 November 1968/ 51 Tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : belum/tidak bekerja
Alamat : Jl.Manunggal 31 no 18 Maccini Sombala
No Status / No. Reg : 00 34 42
Tanggal datang ke RSKD : 15/ 07/2019
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis dari:
Nama : Ny. T
Usia : 54 tahun
Agama : kristen
Suku : Makassar
1
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan
2014
2. Hendaya/disfungsi
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku gelisah, sering bicara sendiri,
mengamuk tanpa kenal waktu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada
pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar serta terdapat hendaya (dissability) pada
fungsi sosial seperti tidak keluar rumah dan tidak bertemu orang lain. Hendaya
pekerjaan yakni tidak bekerja setelah pasien mengalami gejala tersebut. Hendaya
penggunaan waktu senggang seperti kurang tidur, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita gangguan jiwa.
2
3. Faktor Stressor Psikososial
Awal perubahan periaku sejak 30 tahun yang lalu pasien mulai merasa orang
tuanya terlalu sibuk, sehingga pasien merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang
tuanya, sejak tahun 2004 orang tua dari pasien meninggal, pasien mulai
merasakan sendiri dan merasa tidak diperhatikan oleh kakak-kakaknya dan
sering mengurung diri didalam kamar dan bersedih didalam kamar .
• Merokok (-)
• Alkohol (-)
3
bertumbuh dan berkembang seperti anak seusianya. Tidak ada
keterlambatan dalam perkembangan. Pada usia 3 tahun, pasien mulai
belajar buang air di kamar mandi.
Pasien diasuh dan tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudaranya.
Pada waktu kecil, pasien mampu bermain dengan teman sebayanya. Pasien
mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya.
Pasien mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun. Pasien merupakan murid
yang rajin dan tidak malas ke sekolah serta mendapat prestasi yang cukup
baik di sekolah. Pasien adalah seorang yang mudah bergaul dan mempunyai
banyak teman walaupun agak pemalu dan tertutup. Ketika keluarganya
datang berkunjung, pasien seringkali masuk ke dalam kamar.
Pasien tidak bekerja. Pasien dikenali sebagai seorang yang penyabar dan
pendiam. Pasien juga mempunyai hubungan yang baik sesama tetangga.
4
Genogram
Laki-laki Meninggal
Perempuan Meninggal
Laki-laki
Perempuan
Penderita
X Meninggal
Situasi Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama ibunya serta saudaranya.
5
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan berpakaian dengan mengenakan baju kaos berwarna
abu-abu dan celana kain cream. Rambut pendek, warna hitam. Wajah
sesuai usia (51 tahun), perawakan sedang, perawatan diri cukup.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Gelisah
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi lambat
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
6
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik(mendengar suara untuk memukuli
kakaknya dan untuk melakukan berkelahi)
2. Ilusi : Belum dapat dinilai
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
• Produktivitas : Cukup
• Kontinuitas : kadang-kadang irrelevan, koheren
• Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran:
• Pre-okupasi : merasa kurang diperhatikan
• Gangguan isi pikiran : waham kebesaran
Pasien sering merasa paling kuat dan hebat
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit)
7
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS
A. Status Internus
Kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 67x/menit,
Pernapasan 20x/menit, suhu 36,5 oC. Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterus, jantung paru abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
GCS: E4M6V5, Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk negatif, pupil
bulat isokor 2,5 mm / 2,5 mm, refleks cahaya (+/+), fungsi motorik dan
sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal. Tidak ditemukan refleks
patologis. Cara berjalan normal, keseimbangan baik. Sistem saraf sensorik
dan motorik dalam batas normal. Kesan: Normal.
8
Dari pemeriksaan status mental tampak seorang perempuan berpakaian
dengan mengenakan baju kaos abu-abu dan celana kain cream. Rambut pendek,
warna hitam. Wajah sesuai usia (51tahun), perawakan sedang, perawatan diri
cukup. Kesadaran berubah. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi lambat dan
sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Mood sulit dinilai, afek tumpul, empati
tidak dapat dirabarasakan. Daya konsentrasi terganggu. Gangguan isi pikir yaitu
waham. Tilikan derajat 1, penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit. Secara
keseluruhannya, setiap informasi yang diutarakan pasien dapat dipercaya.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan status mental,
ditemukan adanya gejala klinis yang bermakna konsentrasi terganggu dan tidur
terganggu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya, sulit
melakukan tugas dalam kehidupan harian, dan sulit mengisi waktu luangnya
dengan hal yang bermanfaat (disability) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita Gangguan jiwa. Pasien mengalami hendaya berat dalam
menilai realitas sehingga pasien digolongkan dengan Gangguan Jiwa
Psikotik. Pasien tidak ditemukan adanya riwayat infeksi dan trauma kepala
maupun gangguan neurologis sehingga Gangguan Jiwa Organik dapat
disingkirkan.
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status mental
ditemukan adanya gejala klinis yang bermakna berupa afek tumpul, konsentrasi
berkurang, nafsu makan terganggu, dan tidur terganggu. Pasien juga sering
mendengar suara untuk memukuli kakanya dan berkelahi dengan ornag
didekatnya (halusinasi auditorik). Pasien merasa paling kuat (waham )
Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya, sulit
melakukan tugas dalam kehidupan harian, dan sulit mengisi waktu luangnya
dengan hal yang bermanfaat (disability). Didapatkan juga hendaya dalam
pekerjaan. Berdasarkan pemeriksaan ini, dapat ditegakkan diagnosa yaitu
Skizofrenia Paranoid (F20.0).
9
Pasien didiagnosis banding dengan:
1. Gangguan psikotik akut dan sementara (F23): Pada pasien ini,
perubahan perilaku sudah tampak sejak 30 tahun lalu sebelum datang ke
rumah sakit namun gejala psikotik mulai muncul sejak 7 hari yang lalu
yang mana onsetnya adalah kronik. Pasien ini mengalami perubahan
perilaku lebih dari 2 minggu sehingga differensial diagnosis ini dapat
disingkirkan.
Axis II
Pasien dikenal sebagai seorang yang pendiam dan pemalu dan cenderung
menghindari tempat ramai tapi memiliki cukup banyak teman . Dari informasi
tersebut pasien memiliki ciri keperibadian yang tidak khas namun mengarah ke
skizoid.
Axis III
Tidak ada
Axis IV
Masalah keluarga
Axis V
GAF Scale 50-41 (gejala berat (serious), disabilitas berat).
10
• Sosial
Ditemukan adanya hendaya dalam sosial, bekerja sehingga pasien
memerlukan sosioterapi.
3. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang di
sekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan
yang mendukung.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
1. Faktor pendukung prognosis:
• Pasien menunjukkan gejala positif
• Keluarga pasien mendukung kesembuhan pasien
• Akses ke pelayanan jiwa lancar
• Faktor penghambat: Pasien tidak merasa sakit dan merasa tidak perlu
berobat.
• Pasien mengalami keluhan untuk kedua kalinya
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit pasien, tanda-
tanda vital pasien dan efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek
samping dari obat yang diberikan.
11
X. DISKUSI
12
c. Perilaku katatonik
d. Gejala-gejala negatif
• Sebagai tambahan:
Diagnosis banding yang boleh dipertimbangkan pada pasien ini adalah Gangguan
psikotik akut dan sementara (F23)
Pasien ini diberikan Haloperidol 5 mg, sesuai dengan terapi antipsikosis tipikal.
Haloperidol bekerja dengan cara menghambat reseptor dopamine.9 Pasien turut diberikan
chlorpromazin 100 mg yang merupakan obat antipsikosis yang bekerja dengan cara memblok
reseptor dopamin, untuk hal ini yang diinginkan adalah efek sedatifnya.
Selain itu, pasien turut diberikan Trihexyphenidyl 5mg untuk mengobati gejala
ekstrapiramidal. Gejala ekstrapiramidal ini muncul akibat penggunaan obat antipsikotik.
Trihexyphenidyl bekerja dengan cara menghambat asetilkolin.10
Pasien diberikan psikoterapi berupa terapi interpersonal dan sosioterapi. Hal ini
sesuai karena terapi interpersonal, sosioterapi dan kognitif telah terbukti efektifitasnya
dalam kasus gangguan psikotik. Terapi kognitif bertujuan untuk mengurangi gejala depresi
dan mencegah rekurensi, dengan cara mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi masalah
dan mengubah pola pikir pasien menjadi positif. Terapi interpersonal dilakukan untuk
13
memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki hubungan interpersonal. Selain
itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien, atau orang disekitar pasien dapat
menerima keadaan pasien dan menciptakan suasana yang mendukung pasien.11
14
DAFTAR PUSTAKA
J.55(12).e207e209.doi:10.11622/smedj2014188
Compulsivity.dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-407724-9-00002-1.Elsevier.Africa;
38(5):937-940
Journal of Neuropsychopharmacology;
8. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2013). Buku Ajar Psikatri (2nd ed).
Sylvia DE, Gitayanti H, editor. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
9. Maslim R (2014). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi 2014.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya;
10. Amir Syarif et al (2012). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI Jakarta;
15