Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TARUNA SEMESTER 1

BAHAN BAKU HASIL PERIKANAN


MANGROVE PUTUT ATAU KENDEKA
(BRUGUIERA GYMNORRHIZA)

Oleh kelompok 4 :
1. Reza Nur Alifah
2. Aryaningrum
3. Putri Istiana Surgya
4. Aprilia Glory H.
5. Waode Rida
6. Claudy Pebrie Tambunan
7. Harfian Jaya
8. M. Prayogi
Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta


2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hutan Mangrove merupakan salah satu komunitas tumbuhan yang hidup di kawasan
pinggiran pantai. Ekosistem mangrove, baik sebagai sumber daya alam maupun sebagai
pelindung lingkungan memiliki peran yang amat penting dalam aspek ekonomi dan ekologi
bagi lingkungan sekitarnya. Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar,
seperti primata, reptilia dan aves. Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan,
mangrove juga merupakan tempat berkembang biak bagi burung air. Bagi berbagai jenis ikan
dan udang, perairan mangrove merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat
mencari makan dan tempat pembesaran anak.

Berdasarkan luasnya kawasan, hutan mangrove Indonesia merupakan hutan mangrove


terluas di dunia yaitu ± 2,5 juta hektar melebihi Brazil 1,3 juta ha, Nigeria 1,1 juta ha dan
Australia 0,97 ha (Noor dkk, 1999). Namun demikian, kondisi mangrove Indonesia baik
secara kualitatif dan kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1982, hutan
mangrove di Indonesia tercatat seluas 5.209.543 ha sedangkan pada tahun 1993 menjadi
2.496.185 juta ha, terjadi penurunan luasan hutan mangrove sekitar 47,92 %. Di Provinsi
Jawa Tengah memiliki kawasan berpotensi mangrove seluas 76.929, 14 hektar yang sebagian
besar 99 % terletak di luar kawasan hutan dan 1% terletak di dalam kawasan hutan.
Mangrove di Indonesia dikenal keragaman jenis yang tinggi. Ekosistem hutan mangrove di
Indonesia memiliki keanekaragaman kurang lebih 202 spesies yang terdiri atas 89 spesies
pohon, 5 spesies palem, 19 spesies liana, 44 spesies epifit, dan satu spesies sikas (Bengen
2001).

Putut merupakan jenis mangrove yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi.
Pohon ini kerap mendominasi hutan bakau tua, menandai tahap akhir perkembangan zona
litoral dan transisi ke zona daratan yang lebih kering. Meski lebih umum ditemukan di bagian
pedalaman dibandingkan dengan di zona intertidal bawah atau di sisi yang berhadapan
langsung dengan laut, pohon ini mampu hidup di berbagai kondisi salinitas dari yang hampir
tawar hingga air laut, dengan berbagai tingkat penggenangan hutan bakau dan aneka jenis
substrat. Putut tumbuh baik di wilayah berlumpur, berpasir, dan sesekali juga di lumpur
bergambut.
Putut berbunga dan berbuah di sepanjang tahun. Bunganya diserbuki burung . Propagulnya
(buah yang berkecambah) terapung-apung dibawa arus dan pasang-surut air laut, hingga
tersangkut dan tumbuh besar menjadi tumbuhan baru. Tulisan ini bertujuan untuk
memperkenalkan beragam manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman putut baik yang di
olah secara sederhana maupun yang memanfaatkan teknologi tinggi.

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui jenis mangrove putut

 Untuk mengetahui pemanfaatan dari tanaman mangrove putut

 Untuk mengetahui peranan mangrove dalam menjaga kelestarian alam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mangrove

Istilah mangrove tidak diketahui secara pasti asla usul nya. Ada yang mengatakan
bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari bahasa portugis dan inggris.
Bahasa portugis menyebut salah satu jenis pohon mangrove sebagai mangue dan istilah
inggris grove, bila disatukan akanakan menjadi mangrove dan mangrave. Ada kemungkinan
pula berasal dari bahasa malay, yang menyebut tanaman ini dengan mangi-mangi atau
mangin. Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara
laut dan daratan yang di pengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan
di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung
daratan dari gelombang laut yang besar.

2.2 Mangrove Putut atau Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)

Buah lindur (B.gymnorrhiza) adalah salah satu buah tumbuhan mangrove yang
biasanya dikenal sebagai bakau daun besar. Buah ini memiliki nama lokal yang sangat
beragam, yaitu lindur, tanjang merah, tanjang putut, tolongke, tancang tumu, wako, bako,
kandeka maupun mangi- mangi. Buah lindur memiliki diameter 1,7-2,0 cm, panjang 20-30
cm (Wibobo et al. 2008). Buah lindur memiliki pohon yang dapat mencapai ketinggian 30 m.
Pohon lindur memiliki akar papan dan akar lutut, melebar ke samping di bagian pangkal
pohon. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua
sampai cokelat. B. gymnorrhiza tersebar di daerah tropis Afrika Selatan dan Timur dan
Madagaskar, ke Asia Tenggara dan Selatan (termasuk Indonesia dan negara di kawasan
Malaysia), sampai timur laut Australia, Mikronesia, Polinesia and kepulauan Ryukyu (Duke
dan James2006).
Berikut ini adalah klasifikasi dan gambar buah lindur :
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Species : Bruguiera gymnorrhiza

Gambar 1. Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza)

Sumber : Duke dan James 2006


2.3 Ciri-ciri mangrove putut

Ciri ciri tanaman ini adalah sebagai berikut :


Tangkai daun, daun penumpu, dan bunga berwarna kemerahan Pohon yang selalu
hijau, tinggi hingga 15 m (jarang sampai 30 m), dengan pepagan berwarna abu-abu gelap
hingga coklat, berlentisel. Pangkal batang sering dengan banir dan dengan banyak akar lutut .

Daun-daun berhadapan dalam kelompok di ujung ranting, agak tebal seperti jangat,
bentuk jorong, 4,5-7 × 8,5-22 cm, hijau tua di atas dan kekuningan di sisi bawah, bertangkai
2-4 cm, dengan daun penumpu (stipule) panjang runcing di pucuknya. Tangkai daun dan daun
penumpu sering tersaput warna merah atau kemerahan.Taju kelopaknya tebal dan taju
mahkotanya berambut di sisi belakangnya

Bunga soliter di ketiak daun, menggantung pada tangkai sepanjang 9-25 mm. Kelopak
serupa mangkuk dengan sisi luar mulus atau paling-paling berlekuk, jarang berusuk, bertaju
panjang runcing 10-14 (16) buah, hijau kuning kemerahan hingga merah terang. Helai
mahkota berjumlah 10-16, putih krem lama-kelamaan jingga kecoklatan, masing-masing 13-
16 mm panjangnya, berambut halus di sisi belakangnya, berbagi dua, dengan 2-3 lembar
rambut halus sepanjang lk. 3 mm di ujung taju mahkota dan selembar rambut di tengah
lekukannya.
Buah melingkar spiral, 2-2.5 cm panjangnya, penampangnya bundar. Yang biasanya
dikira buah sesungguhnya adalah hipokotil, yakni buah yang telah berkecambah, berbentuk
seperti cerutu ramping, 12-25 cm panjang × 1½-2 cm gemang, hijau tua, dengan penampang
bundar atau sedikit menyegi.

2.4 Ekologi mangrove putut

Putut merupakan jenis mangrove yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Pohon
ini kerap mendominasi hutan bakau tua, menandai tahap akhir perkembangan zona litoral dan
transisi ke zona daratan yang lebih kering. Meski lebih umum ditemukan di bagian
pedalaman dibandingkan dengan di zona intertidal bawah atau di sisi yang berhadapan
langsung dengan laut, pohon ini mampu hidup di pelbagai kondisi salinitas dari yang hampir
tawar hingga air laut, dengan berbagai tingkat penggenangan hutan bakau dan aneka jenis
substrat. Putut tumbuh baik di wilayah berlumpur, berpasir, dan sesekali juga di lumpur
bergambut.

Putut berbunga dan berbuah di sepanjang tahun. Bunganya diserbuki burung. Propagulnya
(buah yang berkecambah) terapung-apung dibawa arus dan pasang-surut air laut, hingga
tersangkut dan tumbuh besar menjadi pohon baru.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemanfaatan Mangrove Putut

Akar lutut putut (latar depan)

Putut terutama dinilai penting sebagai jenis pohon mangrove yang mampu beradaptasi
dengan baik pada berbagai kondisi tanah, salinitas, penggenangan pasang-surut air laut, dan
juga naungan. Dianjurkan ditanam bersama dengan jenis mangrove lainnya, pohon ini
dianggap mampu membantu menstabilkan tanah, melindungi pantai, dan memperkaya
mangrove sebagai habitat aneka fauna.

Kayunya dinilai sebagai jenis kayu bakar terbaik. Kayu ini mudah terbakar, sekalipun baru
ditebang, dan menghasilkan panas yang tinggi; sehingga disukai sebagai pasokan dapur
pembakaran batu bata dan kapur. Kayu putut juga berat, keras, dan kuat; awet digunakan
sebagai tiang rumah dan pondasi dalam tanah berawa. Kayu ini lebih awet lagi bila
digunakan di bawah atap.

Pepagan (kulit batang) putut merupakan bahan penyamak yang baik. Pepagan ini
mengandung tanin rata-rata antara 28,5–32,2%. Secara tradisional, pepagan putut digunakan
untuk mewarnai (hitam) kain dan mengawetkan (ubar) jala. Dalam jumlah kecil, pepagan ini
juga dipakai untuk membumbui ikan.

Di samping itu, pepagan putut memiliki khasiat pengobatan yang cukup banyak. Penduduk
Solomon memanfaatkan pepagan ini untuk aborsi dan untuk menyembuhkan luka bakar. Di
Indonesia, bahan ini digunakan untuk mengobati diare dan demam. Sementara di Kamboja,
pepagan putut dipakai sebagai anti malaria. Pepagan tumu putih (B. sexangula), kerabat dekat
putut, diketahui mempunyai khasiat anti kanker.
Di pulau-pulau terpencil, daun-daun mudanya digunakan sebagai lalap atau sayuran.
Bagian dalam hipokotil (‘buah’) putut, setelah diolah terlebih dulu, dimanfaatkan sebagai
pengganti makanan pokok di masa paceklik.[2] Pada masa lalu, ‘buah’ putut ini juga dijadikan
semacam nyamikan yang dikenal sebagai “manisan kandeka”.

3.2 Pemanfaatan Mangrove Putut Dalam Makanan

 pembuatan tepung

Bahan baku buah lindur yang dipilih untuk pembuatan tepung adalah yang sehat dan
berkualitas baik, antara lain tidak cacat fisik dan tidak busuk. Buah lindur yang telah dipilih
kemudian dicuci. Buah lindur yang telah dicuci dan diseleksi kemudian direbus, hal ini untuk
membantu proses pengupasan kulit karena buah lindur memiliki kulit yang cukup keras.
Buah lindur yang telah dikupas kemudian direndam dengan air bersih, perendaman bertujuan
untuk melarutkan HCN dan tanin yang terdapat pada buah lindur. Setelah perendaman
dilakukan penirisan dan pencacahan untuk mempercepat proses pengeringan. Pengeringan
dilakukan dengan oven pada suhu 70 0C selama 3 jam. Sebelum dikeringkan, sampel dijemur
di bawah matahari selama kurang lebih 3 hari. Setelah pengeringan kemudian dilanjutkan
dengan penggilingan dan diayak dengan menggunakan ukuran 100 mesh.

Alur proses pembuatan tepung dari putut


 Pembuatan Dodol Putut
Dodol dibuat dari tepung lindur dan tepung beras ketan dengan formula yaitu
komposisi tepung lindur (%) : tepung beras ketan (%). Formula yang dibuat adalah
60:40 (F1), 50:50 (F2), dan 40:60 (F3). Pembuatan dodol dilakukan dengan
menambahkan tepung lindur + tepung beras ketan (150 g), santan (100 ml),
margarin (75 g), susu (100 ml), gula merah (100 g), gula pasir (150 g), Vanili (1 g)
dan air (500 ml). Pertama-tama dodol dibuat dengan memanaskan gula pasir hingga
cair, kemudian dimasukkan margarin, vanili dan gula merah, adonan diaduk hingga
mendidih. Santan dimasukkan dan diaduk lagi hingga mendidih, setelah itu tepung
lindur dicampur dengan air (1:2) dan dimasukkan, adonan diaduk hingga mendidih.
Susu dimasukkan dan aduk hingga mendidih dan tepung beras ketan dimasukkan
hingga adonan kalis atau tidak lengket lagi pada wajan (hingga keluar minyak).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

GIESEN, W., S. WULFFRAAT, M. ZIERENAND & L. SCHOLTEN. 2007. Mangrove


Guidebook for Southeast Asia, p. 692-693. FAO and Wetlands International, Bangkok. ISBN
974-7946-85-8

HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3: 1496-1497. Yay. Sarana Wana
Jaya, Jakarta. (sebagai Bruguiera gymnorhiza Lamk.)

NOOR, Y.R., M. KHAZALI, & I.N.N. SURYADIPUTRA. 1999. Panduan Pengenalan


Mangrove di Indonesia, hal. 82-83. PKA/WI-IP. Bogor

SHEUE, C.R., J.W.H. YONG & Y.P. YANG. 2005. The Bruguiera (Rhizophoraceae)
Species in the Mangroves of Singapore, Especially on the New Record and the Rediscovery.
Taiwania 50(4): 251-260, 2005

http://www.airlines.web.id/en3/114-11/Putut_104485_airlines.html

Anda mungkin juga menyukai