Anda di halaman 1dari 8

Aprilia Winie Kusumo

Hubungan Internasional F1F018026

Tugas resume mentoring

“ Manusia”

A. Proses Penciptaan

Di dalam Al Quran proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan


yang berbeda. Tahapan pertama adalah tahapan primordial dan tahapan kedua
adalah tahapan biologi.

- Tahapan Primordial

Tahapan Pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama kali dari
saripati tanah dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya. Hal ini
dijelaskan dalam beberapa ayat QS Al An’am (6) : 2, QS Shaad (38) : 71, QS Al-
Hijr (15) : 28.

Di dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa Allah


menciptakan manusia dari bahan dasar tanah yang kemudian dengan kekuasaan dan
hukum-hukumnya dibentuk rupa dan beragam fungsi dari fisik yang ada dalam
tubuh manusia. Hal ini tentunya dilakukan Allah pada manusia pertama yaitu Nabi
Adam SAW. Hingga setelah itu ada proses penciptaan manusia berupa hukum
biologis.

- Tahapan Biologi

Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses


biologis yang terdapat dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya.
Proses biologi ini membedakan hakikat manusia menurut islam dengan makhluk
lainnya yang tidak memiliki ruh dan akal untuk mengambil keputusan saat
dewasanya. Proses tersebut adalah sebagai berikut :

1. Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air mani)

2. Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)

3. Alaqah (darah yang beku menggantung di rahim)

4. Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang belulang)

5. Ditiupkan ruh.

B. Tujuan Penciptaan Manusia


1. Allah menciptakan manusia tidak lain hanya untuk beribadah kepada-Nya.
2. Untuk mengemban amanah-Nya.
3. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi.

C. Manusia Islam
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki
peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai
makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan
Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam Alaihi salam.
Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan pikiran.

D. Posisi & Peran

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan


adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan
ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya,
baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan
pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu
Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud
dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan

3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia.

• Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi
kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak
mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk
yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di
dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah.
Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”

• Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar
di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah
tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain
Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172
• “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini
Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi
saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini(keesaan Tuhan)”

• Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan
misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk
memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai
Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang
pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang
telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman
sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali
Allah yang mempusakai dunia ini.

E. Potensi Manusia
a. Potensi Rabbaniyah
Potensi Rabbaniyah adalah sebuah potensi sifat-sifat ketuhanan sebagaimana
sifat Allah dalam Asmaul Husna, seperti Mahaperkasa, Mahabijaksana, Maha
Mengetahui, Maha Pencipta, Maha Penyayang yang diberikan ke dalam diri
manusia. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa manusia diciptakan oleh
Allah meliputi unsur jasmaniah dan rohaniah, maka Allah memberikan potensi
sifat-sifat ketuhanan tersebut ke dalam roh manusia agar setiap tingkah laku
manusia mencerminkan kepribadian Allah di dalam dirinya
b. Potensi Beragama
Jika terdapat manusia yang tidak memiliki kepercayaan apa pun di dunia
(atheis), maka sebenarnya hal tersebut bertentangan dengan fitrah yang ada dalam
dirinya. Dalam keadaan tertentu, manusia tersebut akan melampaui batas, sehingga
keadaan jiwanya labil dan mengalami keguncangan batin
c. Potensi emosional

Emosi atau perasaan adalah potensi yang diberikan Allah kepada manusia
dengan berbagai macam jenis, yakni cinta, rindu, sakit, kecewa, patah hati, marah,
damai, sayang, tulus, dan sebagainya. Emosi tersebut berada dalan keadaan labil,
suatu saat dapat menjadi baik, tetapi kadang kala dapat menjadi buruk sehingga
diperlukan pengendalian diri yang sangat tinggi untuk mengolah emosi tersebut
menjadi baik dan sehat.

d. Potensi Biologis

Unsur jasmanuah manusia berupa mulut, lambung, dan alat vital merupakan
potensi biologis yang diberikan Allah kepada manusia untuk bertahan hidup dengan
makan dan minum secukupnya serta melanjutkan keturunan dengan hubungan
seksual melalui cara-cara yang benar akan memberikan kebahagiaan, kedamaian,
dan ketenteraman. Namun, manusia sering kali terjebak ke dalam keduanya,
sehingga manusia tamak dan rakus untuk mengenyangkan nafsu perut dan tidak
mampu mengendalikan syahwat dalam dirinya. Hal tersebut yang lepas kontrol akan
menimbulkan keresahan dan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.

e. Potensi Intelektual

Manusia diberikan keistimewaan oleh Allah berupa akal pikiran. Akal tersebut
merupakan potensi yang diberikan oleh Allah untuk mengenal ilmu pengetahuan,
sehingga manusia dapat memahami dan mengerti terhadap sesuatu. Dengan akal
tersebut, manusia dituntut untuk berpikir yang mendalam secara rincu dan terus-
menerus sehingga memiliki pengetahuan yang mendalam. Ilmu pengetahuan
tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk mencipta dan berkreasi dengan
kemampuan akalnya.
F. Pemuda (10 Mawashoffat)

1. Salimul Aqidah (Good Faith)

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap
muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang
kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang
dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan
aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah
sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup
dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162).

2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang
penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana
kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang
berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (Strong Character)

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan
prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada
Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia
akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang
harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh
sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang
kuat. Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan
dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap
kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan
jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan.

5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim
yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-
Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir.

6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu


kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia
memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.

7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi
manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari
Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan
menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan
sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama
setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia
yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah
semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan
waktu.’

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian


seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu
dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah
harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik.
9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun
alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan
sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang
menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian,
terutama dari segi ekonomi.

10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada
setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga
dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena
bermanfaat besar.

Anda mungkin juga menyukai