Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT


DI POLI JIWA RAWAT JALAN
RS JIWA GRHASIA

Disusun oleh:
Kelompok C4
Istiqomah Vica Estudianti 1910206020
Tri Rahmawati 1910206133
Rahmat Hidayat 1910206016
Wahyu Nur Annisa 1910206145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Minum Obat
Sub Pokok Bahasan : Kepatuhan Minum Obat
Sasaran : Pasien yang berobat di Poli Jiwa
Tempat : Poli Rawat Jalan RS Jiwa Grhasia
Waktu : 30 menit

Hari/Tanggal : Selasa, 15 Oktober 2019

1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telah
ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga
semakin banyak (Depkes RI, 2008). Kemajuan yang pesat di bidang kedokteran
dan farmasi telah menyebabkan produksi berbagai jenis obat meningkat sangat
tajam. Setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh kolektif
salah satunya dari faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, dan persepsi
(ISFI, 2008). Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran
tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan
(Depkes RI, 2008).
Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat
membahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan dengan tepat dan benar
maka diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek negatifnya menjadi
seminimal mungkin (ISFI, 2008). Oleh karena itu sebelum menggunakan obat,
harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan
aman (Depkes RI, 2008). Kebutuhan informasi obat erat kaitannya dengan
pengetahuan dan sikap pengunjung apotek (Green et al., 1980). Ketidakpahaman
pasien karena kurangnya pengetahuan terhadap terapi yang sedang dijalaninya
akan meningkatkan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya
(Perwitasari, 2010). Faktor tersebut biasanya karena kurangnya informasi
mengenai pengobatan dan hal-hal tentang obat, maka pasien melakukan
self-regulation terhadap terapi obat yang diterimanya (Depkes RIa, 2007).
Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang
rasional oleh pasien (Vinker et al, 2007). Sumber informasi obat bisa didapatkan
secara tulisan, verbal dan lain-lain (Maesadji, 2007). Sumber dalam bentuk
tulisan misalnya dari bermacam-macam pedoman seperti Informasi Spesialit Obat
(ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta
buku-buku lainnya, bisa pula berupa tulisan yang diberikan bersama dengan
kemasan obatnya sering disebut brosur obat (Depkes RI, 2006). Informasi obat
berupa leaflet atau brosur obat merupakan jenis informasi obat yang paling
dipercaya karena untuk saat ini merupakan jenis informasi obat dari industri
farmasi yang penyiapannya dikontrol oleh Departemen Kesehatan RI, selain itu
bentuknya sederhana dan mencakup semua komponen informasi obat yang
digunakan (Maesadji, 2007). Pengaruh leaflet atau brosur obat pada pengetahuan
pasien dan sikap telah dipelajari sebelumnya, tetapi hasilnya tidak konklusif.
Pemanfaatan leaflet itu tergantung pada tingkat kepedulian untuk membaca dan
tingkat pemahaman pasien terhadap informasi dalam leaflet (Vinker MD et al,
2007).
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang kepatuhan minum obat
selama 30 menit diharapkan pasien yang berobat di poli jiwa rawat jalan RS
Jiwa Grhasia mampu memahami mengenai obat dan patuh akan minum obat.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan
pasien dan keluarga pasien yang berobat di poli jiwa rawat jalan RS Jiwa
Grhasia mampu:
1) Menjelaskan apa obat
2) Menyebutkan manfaat obat
3) Menyebutkan prinsip benar minum obat
4) Menyebutkan rute pemberian obat
5) Menyebutkan tanda-tanda kekambuhan
6) Menjelaskan penyimpanan obat
3. Kegiatan Pembelajaran
NO TAHAP KEGIATAN MEDIA
1 Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab
(10 menit)  Memperkenalkan diri salam
 Menjelaskan maksud dan tujuan  Mendenga
 Apersepi dengan cara menggali rkan
pengetahuan yang dimiliki peserta  Menjawab
kepatuhan minum obat

2 Pelaksanaan  Menjelaskan materi tentang kepatuhan  Leaflet


(15 menit) minum obat  Mendenga
 Tanya jawab rkan
 Menjawab
3 Penutup  Mengevaluasi peserta tentang materi Mendegarkan
(5 menit) yang telah diberikan ndan
 Menutup dengan salam menjawab
salam

4. Materi
Terlampir

5. Media dan Alat


a. Leaflet
b. Power Point

6. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini:
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

7. Evaluasi
a. Standar Persiapan
1) Menyiapkan materi penyuluhan (leaflet dan power point)
b. Evaluasi Hasil
1) Peserta mampu menjelaskan apa obat
2) Peserta mampu menyebutkan manfaat obat
3) Peserta mampu menyebutkan prinsip benar minum obat
4) Peserta mampu menyebutkan rute pemberian obat
5) Peserta mampu menyebutkan tanda-tanda kekambuhan
6) Peserta mampu menjelaskan penyimpanan obat
Lampiran : Materi

1. Pengertian Obat
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam
dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah atau mencegah
penyakit berikut gejalanya (Tjay, 2006). Obat merupakan sediaan atau paduan
bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patofisiologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Depkes RI, 2005). Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosis,
melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan
(Anief, 2000). Pada dasarnya obat merupakan bahan yang hanya dengan takaran
tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan.

2. Penggolongan Obat
Obat pada umumnya digolongkan menjadi empat golongan (Depkes RI, 2006):
1) Obat Bebas
Merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan
tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen
vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetikantipyretik, dan beberapa
antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di Apotek, toko obat, toko
kelontong, warung.
2) Obat Bebas Terbatas
Merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna birudengan
tepi lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam
golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit
dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipyretik), beberapa
suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata
untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dan toko
obat berizin.
3) Obat Keras
Merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang
didalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran
yang berwarna hitam. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa
didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam
golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/hipertensi, obat darah
rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotik, dan beberapa obat
lambung. Obat golongan ini hanya dapat di Apotek dengan resep dokter.
4) Obat Narkotika
Merupakan zat atau obatyang berasal dari tanaman ataubukan tanaman
baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Obat ini
padakemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang
(+) berwarna merah. Obat Narkotika bersifat adiksi dan penggunaannya
diawasi dengan ketat, sehingga obat golongan narkotika hanya diperoleh di
Apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan kopi resep).
Contoh obat narkotika antara lain : opium, coca, ganja, morfin, heroin, dan
lain sebagainya. Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa
digunakan sebagai anestesi/obat bius, dan analgetik/obat penghilang rasa
sakit. c. Cara Penggunaan Obat Penggunaan obat diharapkan agar dapat
memperoleh kesembuhan dari penyakit yang diderita. Perlu diperhatikan agar
penggunaan itu tepat sesuai dengan ketentuan-ketentuan, sebab bila salah
penggunaan obat dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dikatakan bahwa obat dapat memberi kesembuhan dari penyakit bila
digunakan untuk penyakit yang cocok dengan dosis yang tepat dan cara
pemakaian yang tepat ). Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya
adalah sebagai berikut : 1) Oral Obat yang cara penggunaannya masuk
melalui mulut. Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya
timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare,
tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak
penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/usus
tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur. Untuk
tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah
yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya
beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus.
Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang
cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai.

3. Prinsip benar obat ada 6, yaitu:


1) Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon
non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya
atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke
bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3) Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat
harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet
memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan
teliti.
4) Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral
Rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran
cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal
Pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam
bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
e. Inhalasi
Pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamo
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
5) Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat
harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan,
harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang
tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian
besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah
makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.
6) Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,
atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

4. Rute Pemberian Obat


Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari
penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2
rute pemberian obat yang utama, yaitu: enteral dan parenteral.
a. Enteral
1) Oral
Memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang
paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit
untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun,
duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena
permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari
saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat
ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat
mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat
waktu pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya
penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin ata obat
yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat
melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini
tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga
menghasilkan preparat lepas lambat.

5. Efek Samping Obat


Disamping efek pengobatan yang diinginkan, obat dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan. Efek yang tidak diinginkan tersebut seringkali dikenal
dengan istilah efek samping obat yangmerupakan setiap respons obat yang
merugikan dan tidak diharapkan serta terjadi pada manusia karena penggunaan
obat dengan dosis atau takaran normal (Depkes RIb, 2007). Monitoring Efek
Samping Obat (MESO) adalah suatu sistem pencatatan, analisis dan evaluasi
mengenai setiap efek samping yang timbul saat pemakaian obat untuk manusia.
Maksud dan tujuan MESO adalah untuk sedini mungkin memperoleh informasi
baru mengenai efek samping obat, tingkat kegawatan, frekuensi kejadiannya,
sehingga dapat segera dilakukan tindak lanjut yang diperlukan, seperti penarikan
obat yang bersangkutan dari peredaran; pembatasan penggunaan obat, misalnya
perubahan golongan obat; pembatasan indikasi; perubahan penandaan; dan
tindakan lain yang dianggap perlu untuk pengamanan atau penyesuaian
penggunaan obat

6. Penyimpanan obat
Penyimpanan obat yang tidak tepat dapat merusak zat aktifnya, sehingga
akan hilang khasiatnya bahkan mungkin bisa berbahaya bagi kesehatan.
Kebanyakan dari masyarakat setelah memperoleh obat dari dokter maupun dari
apotek tidak memperhatikan cara penyimpanan obat yang baik. Cara menyimpan
obat yang baik adalah :
1) Dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
2) Obat disimpan dalam tempat aslinya dan dalam wadah yangtertutup rapat.
Kemasan botol yang satu jangan diganti ke botollain.
3) Obat disimpan ditempat yang sejuk dan dihindarkan dari sinar matahari
langsung
4) Kapsul atau tablet jangan disimpan di tempat panas atau lembab karena
dapat menyebabkan obat tersebut rusak
5) Kapsul dan tablet jangan dicampur dalam satu wadah
6) Obat tertentu seperti bentuk gel, suppositoria disimpan dikukas
7) Penyimpanan obat minum dipisahkan dengan obat luar.
8) Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali
disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
9) Obat dalam bentuk cair dihindarkan agar tidak menjadi beku.
10) Obat jangan ditinggalkan di dalam mobil dalam jangka waktu yanglama
karena perubahan suhu dapat merusak obat. Obat yang telah kadaluarsa
jangan disimpan

7. Manfaat Obat
a. Membantu istirahat
b. Membantu mengendalikan emosi
c. Membantu mengendalikan perilaku
d. Membantu proses pikir

8. Tanda-Tanda Kekambuhan Pasien


a. Ada penawaran minum obat (menolak minum obat)
b. Malas berbicara dengan orang lain
c. Sulit tidur dan mondar-mandir
d. Banyak menyendiri dan melamun
e. Males melakukan aktivitas harian
f. Malas perawatan diri
g. Malas, cemas dan khawatir yang berlebihan
h. Mudah marah dan cepat tersinggung
i. Keluyuran dan pergi tanpa tujuan
j. Merusak tanaman dan menganggu lingkungan
k. Merusak alat-alat rumah tangga
l. Memukul atau melukai orang lain
m. Melukai diri sendiri atau mencoba bunuh diri
n. Mengancam orang lain
o. Teriak-teriak
p. Bicara dan tertawa sendiri
DAFTAR PUSTAKA

etd.repositoryugm.ac.id
eprints.ums.ac.id
scholar.unand.ac.id
repository.umy.ac.id

Anda mungkin juga menyukai