Anda di halaman 1dari 6

Hubungan hygiene pribadi ibu terhadap peningkatan kejadian penyakit diare pada anak

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu

Tinjauan pustaka

A. Apa itu penyakit diare

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi yang lebih dari
biasa (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair) dengan atau tanpa
darah dan lender.
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang
tinggi di
berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab
utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Diare merupakan penyakit
yang berbasis lingkungan, penularan penyakit diare dapat terjadi secara secara fekal-oral,
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi agen yang berasal dari air yang
tercemar maupun dari tinja yang terkontaminasi.

Salah satu penyakit menular adalah diare. Penyakit diare dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lainkeadaan lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan masyarakat, gizi,
kependudukan, pendidikan yang meliputi pengetahuan, dan keadaan sosial ekonomi
(Widoyono, 2008)
Sementara itu penyebab dari penyakit diare itu sendiri antara lain virus yaitu Rotavirus (40-
60%), bakteri Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%) dan parasit Entamoeba
hystolitica (<1%) Diare dapat terjadi karena higiene dan sanitasi yang buruk, malnutrisi,
lingkungan padat dan sumber daya medis yang buruk (Widoyono, 2008).

Hygenieadalah upaya kesehatan dengan cara memelhara dan melindungi kebersihan


piring,membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan
Higiene perorangan merupakan perilaku bersih, aman dan sehat penjamah makanan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan mulai dari persiapan bahan makanan
sampai penyajian makanan

Higine dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat
kaitannya.Misalnya higine sudah baik karena mau mencuci tangan ,tetapi sanitasinya tidak
mendukung karena tidak cukup tersedianya air bersih,maka mencuci tangan tidak
sempurna

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan
tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang
dapat menganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi
,selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan ,sampai pada saat dimana
makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi.

Keadaan hygiene sanitasi yang buruk dapat mempengaruhi kualitas makanan yang
disajikan kepada konsumen. Hal ini jelas akan berpengaruhi juga terhadap tingkat
kesehatan konsumen yang mengkonsumsi makanan tersebut. Jika higine sanitasi
makanannya buruk makan dapat mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan
seperti food borne disease dan kasus keracunan makanan. Salah satu penyakit yang
diakibatkan oleh makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah
diare.

Makanan yang memenuhi syarat aman untuk dikonsumsi tidak hanya sekedar memenuhi
syarat gizi, menarik, rasanya enak, kelunakan sesuai akan tetapi juga harus bebas dari
mikroorganisma yang dapat membuat makanan menjadi rusak atau busuk atau dapat
menghasilkan zat berbahaya ataupun tercemar zat yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Makanan dapat menjadi sumber penularan penyakit apabila kebersihan dalam
penyelenggaraan makanan tersebut tidak terpelihara sebagaimana mestinya dan tidak
memperhatikan sanitasi makanan dalam proses pengolahannya. (Moehji, 1992).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita seperti adanya infeksi
yang disebabkan
bakteri, virus dan parasit atau adanya gangguan absobsi makanan pada usus (malabsorbsi),
alergi, keracunan bahan kimia atau adanya racun yang terkandung dalam makanan,
imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain (Aziz, 2006).
Faktor penyebab terjadinya diare akut pada balita ini adalah antara lain faktor lingkungan,
tingkat pengetahuan ibu, sosial ekonomi masyarakat dan makanan atau minuman yang di
konsumsi (Widoyono, 2011).

Penyakit diare bisa diakibatkan dari beberapa faktor. Menurut Sander (2005), penyebab
terjadinya diare bisa dari kurang memadainya ketersediaan air bersih, air yang tercemar
oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan
perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak semestinya.

sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor kimia dan
faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung
pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur ruangan yang
panas dan lembab. Sanitasi makanan buruk disebabkan faktor kimia karenanitasi makanan
yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor kimia dan faktor
mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3
faktor yakni faktor fisianitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor
fisik, faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang
tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik,
temperatur ruangan yang panas dan lembab. Sanitasi makanan buruk disebabkan faktor
kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran
bahan makanan, obat-obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat-obat
pertanian untuk kemasan pertanian. Sedangkan yang disebabkan mikrobiologis karena
adanya kontaminasi bakteri, virus, jamur, dan parasit. (Anwar 2005k, faktor kimia dan
faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung
pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur ruangan yang
panas dan lembab. Sanitasi makanan buruk disebabkan faktor kimia karena adanya zat-zat
kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat-obat
penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan
pertanian. Sedangkan yang disebabkan mikrobiologis karena adanya kontaminasi bakteri,
virus, jamur, dan parasit. (Anwar 2005ondisi ruangan yang tidak mendukung pengamanan
makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur ruangan yang panas dan
lembab. Sanitasi makanan buruk disebabkan faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang
digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat-obat penyemprot
hama, penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan pertanian.
Sedangkan yang disebabkan mikrobiologis karena adanya kontaminasi bakteri, virus, jamur,
dan parasit. (Anwar 2005a adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan
kesegaran bahan makanan, obat-obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat-
obat pertanian untuk kemasan pertanian. Sedangkan yang disebabkan mikrobiologis
karena adanya anitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak
mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur
ruangan yang panas dan lembab. Sanitasi makanan buruk disebabkan faktor kimia karena
adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan,
obat-obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk
kemasan pertanian. Sedangkan yang disebabkan mikrobiologis karena adanya kontaminasi
bakteri, virus, jamur, dan parasit. (Anwar 2005kontaminasi bakteri, virus, jamur, dan
parasit. (Anwar 2005)

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan diri (Personal Hygiene) merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini
terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika
hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Memelihara
dan memotong kuku dapat mempengaruhi kesehatan. Kebiasaan penduduk yang tidak mau
mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitasnya, serta perilaku
lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat menyebabkan timbulnya diare.

Berdasarkan tabel diatas hasil penelitian yang dilakukan terhadap 42 reponden mengenai
hubungan antara tindakan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita.
Didapatkan hasil dimana 14 responden memiliki personal hygiene yang kurang yang
dihubungkan dengan kejadian diare pada balita dan 28 responden dengan criteria baik.
Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,001 pembacaan fisher’s exact
test Exact Sig (2-sided) < 0,05, yang berarti ada hubungan antara personal hygiene ibu
dengan kejadian diare pada balita.

Personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahaan, serta
meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit
pada diri sendiri maupun orang lain (Mubarak & Chayatin, 2008 ). Kebiasaan mencuci
tangan berpengaruh terhadap terjadinya diare pada anak. Hal ini disebabkan karena
balita/anak rentan terhadap mikroorganisme dan berbagai agen infeksius, segala aktivitas
anak dibantu oleh orang tua khususnya ibu, sehingga cuci tangan sangat diperlukan oleh
ibu sebelum dan sesudah kontak dengan anak, yang bertujuan untuk menurunkan resiko
terjadinya diare pada anak

Semakin tinggi frekuensi kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun (personal hygiene)
akan semakin membahayakan balita sangat rentan dengan mikroorganisme ataupun agen
infeksius lainnya. Maka, sangat penting bagi ibu untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan balita agar dapat mengurangi atau menurunkan resiko kejadian
diare. Peneliti juga berasumsi bahwa tidak selamanya personal hygiene yang baik itu tidak
akan menyebabkan diare tidak berulang

Dari hasil penelitian tabel 4.7 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (86,0%) responden
yang mempunyai personal hygiene positif tidak mengalami diare pada balita. Dari hasil uji
statistik chi-square menunjukkan bahwa besar nilai x2 hitung adalah 15,939 lebih besar
dari x2 tabel 3,841 maka Ho ditolak yang berarti signifikan dengan nilai probabilitas (ρ-
value) sebesar 0,000 lebih kecil dari standart signifikan (ɑ) sebesar 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti bahwa ada hubungan personal hygiene ibu dan balita dengan
kejadian diare pada balita. Sedangkan tingkat hubungan dilihat dari nilai koefisien
kontingensi yakni sebesar 0,393. Dikarenakan nilai koefisien kontingensi 0,393 masuk
kedalam interval antara 0,200 –0,399 maka termasuk kedalam kategori rendah. Kebersihan
perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang (Isro’in dan Andarmoyo, 2012). Ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko diare salah satunya yaitu kebersihan perseorangan (Sander, 2005
dalam Ferlando dan Asfawi, 2014). Faktor personal hygiene(kebersihan perorangan) ibu
sangat berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita (Depkes RI, 2008 dalam Siregar
2016). Selain itu kebersihan perorangan pada anak juga merupakan faktor resiko yang ikut
berperan dalam timbulnya diare (Ngastiyah,2005). Diare pada balita dapat disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya yakni personal hygiene ibu.Personal hygiene ibu yang jelek
akan memudahkan menularnya penyakit diare. Perilaku ibu yang tidak hygienis seperti
tidak mencuci tangan dan tidak mencuci perlatan masak dan makan yang bersih, dapat
menyebabkan balita terkena diare. Selain personal hygiene ibu, kebersihan perorangan
anak juga dapat mempengaruhi timbulnya penyakit diare. Akan tetapi dengan menjaga
kebersihan terutama kebersihan perorangan baik kebersihan ibu maupun kebersihan anak
akan dapat mencegah menularnya penyakit diare. Dari tabel dan teori diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin baik personal hygiene maka semakin rendah kejadian diare
pada balita. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene
ibu dan balita dengan kejadian diare pada balita dengan tingkat hubungan rendah.

Hasil uji statistic menggunakan Chi Squaremenujukkan ρ value sebesar 0.000. Karena ρ value < 0,05
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara
Personal Hygiene dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tasikmadu. Dalam
penelitian ini dilakukan wawancara terkait kondisi Personal Hygiene responden. Kondisi Personal
Hygiene yang buruk pada kelompok kasus sebesar 73,2%, sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 26,8%. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kondisi
Personal Hygiene yang buruk mempunyai risiko 6,287 kali lebih besar menderita diare dibandingkan
dengan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi Personal Hygiene yang baik

Anda mungkin juga menyukai