Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN
Di Susun Sebagai Tugas Mata Kuliah “Bisnis Dan Kewirausahaan”

Dosen Pengampuh:

Anas Djumati,SE,MM

Disusun Oleh:

Kaharuddin

NIM: 017221007

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


FATTAHUL MULUK PAPUA

Jln. Merah Putih, Buper Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura

2019

i
KATA PENGANTAR

‫اار ِحيم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ِ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Kewirausahaan” sehinga dapat hadir di hadapan pembaca sekalian.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para Sahabatnya, yang dengan penuh kesetiaan dan telah
mengorbankan jiwa raga maupun hartanya demi tegaknya Agama Islam.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Jayapura, 11 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4

A. Pengertian Dasar Tentang Kewirausahaan....................................................... 4


B. Maksud Dan Tujuan Kewirausahaan ............................................................... 6
C. Membangun Mental Dan jiwa Wirausaha Muslim .......................................... 4
D. Langkah-Langkah Menjadi Wirausaha ............................................................ 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak ada bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain tanpa kemajuan
ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan, yang
kuat dari warga bangsanya. China baik dijadikan contoh konkret dan paling dekat.
Setelah menggelar pesta akbar Olimpiade 2008 yang mencengangkan banyak orang
beberapa waktu lalu, mereka kembali membuat dunia berdecak dengan kesuksesan
astronotnya berjalan-jalan di angkasa luar. Dan kini, dunia menantikan China turun
tangan membantu mengatasi krisis keuangan global. Tanpa kemajuan ekonomi, tentu
semua itu tak mungkin dilakukan China. Salah satu faktor kemajuan ekonomi China
adalah semangat kewirausahaan masyarakatnya, yang didukung penuh
pemerintahnya.

China, Korea Selatan, dan India semakin berjaya mengibarkan produk-


produknya sebagai bendera nasionalnya di pentas global. Bisnis korporasi
multinasional terus menggurita di tanah air, sementara pengusaha dan korporasi
nasional belum juga memiliki satu pun produk bermerek global, kecuali terkenal
sebatas pemasok komoditas primer bernilai tambah rendah

Negara maju umumnya memiliki wirausaha yang lebih banyak ketimbang


negara berkembang, apalagi miskin. Amerika Serikat, misalnya, memiliki wirausaha
11,5 persen dari total penduduknya. Sekitar 7,2 persen warga Singapura adalah
pengusaha sehingga negara kecil itu maju.

Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya ternyata hanya
memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya. Secara historis dan

iv
konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total
penduduk agar bisa maju.

Bangsa Indonesia semakin berpacu dengan bangsa lain yang sudah lebih dulu
maju. Bahkan, negara-negara yang pernah mengalami krisis ekonomi seperti
Indonesia, yang menyebabkan mulai bergantinya pelaku aktif di dunia bisnis,
semakin jauh melesat. Korporasi baru terus bermunculan, dikendalikan kaum muda
dengan visi bisnis yang kuat, jiwa kewirausahaan yang tangguh. Pemimpin bisnis
berusia muda terus bermunculan, siap membawa ekonominya melaju lebih pesat.

B. Rumusan Masalah

1.Apakah pengertian dasar tentang kewirausahaan ?

2.Bagaimana maksud dan tujuan kewirausahaan ?

3.Bagaimana membangun mental dan jiwa wirausaha muslim ?

4.Bagaimana langkah-langkah menjadi wirausaha ?

C. Tujuan Masalah

1.Untuk mengetahui pengertian dasar tentang kewirausahaan

2.Untuk mengetahui maksud dan tujuan kewirausahaan

3.Untuk mengetahui membangun mental dan jiwa wirausaha muslim

4.Untuk mengetahui langkah-langkah menjadi wirausaha

BAB II
PEMBAHASAN

v
A. Pengertian Dasar Tentang Kewirausahaan

Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur (bahasa


Perancis), yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau
go-between, yaitu orang yang berani bertindak mengambil peluang.

Kasmir dalam bukunya mendefinisikan wirausahawan (entrepreneur) adalah


orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani
memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak
pasti.

Kewirausahaan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,


kemampuan, dari perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk
memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.

Dalam konteks bisnis, menururt Thomas W. Zimmerer (1996), kewirausahaan


adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.

Menurut Robert D. Hisrich et al. kewirausahaan adalah suatu proses dinamis


atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani
mengambil resiko utama dengan syarat-syarat yang wajar, waktu dan atau komitmen
karier atau penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut
tidak atau mungkin baru atau unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus
dipompa oleh usahawan dengan penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan
dan sumber-sumber daya.

Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan


dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung
maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk

vi
menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan
sesuatu yang berbeda dengan ada yang sebelumnya. Sementara itu, Zimmerer
mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha)

Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1 995: “Kewirausahaan adalah


semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan
atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara
kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.”

Hakikat kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan
watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia nyata secara kreatif (create new & different). Berpikir sesuatu yang baru
(kreativitas) dan bertindak melakukan sesuatu yang baru (keinovasian) guna
menciptakan nilai tambah (value added) agar mampu bersaing dengan tujuan
menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun
berkelanjutan, dilembagakan agar kelak dapat tetap berjalan dengan efektif di tangan
orang lain.

B. Maksud dan Tujuan Kewirausahaaan

Dalam wacana teoritis, jiwa kewirausahaan tersebut akan mempengaruhi


perilaku orang lain, sebab kepemimpinan guru merupakan fenomenanya dalam
mempengaruhi murid. Perilaku kepemimpinan yang berkualitas bagi guru
ditunjukkan dengan deskripsi karakteristik pribadi guru yang memiliki:

(1) kematangan sosial,

(2) kecerdasan,

vii
(3) kebutuhan untuk berprestasi dan

(5) sikap dalam hubungan kemanusiaan.

Wujud dari perilakuperilaku tersebut pada kenyataannya cenderung


membentuk karakteristik kepribadian yang khas atau perilaku dominan yang
diperlihatkan dalam konteks interaksi dengan para muridnya. Kecenderungan
perilaku tersebut menjadi prototype perilaku yang sering disebut gaya kepemimpinan
guru.

Secara formal, guru adalah seorang “pemimpin” bagi segala kegiatan yang
harus dilakukan oleh murid-muridnya. Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan
pembelajaran banyak dipengaruhi oleh keterampilanketerampilan (skills), wawasan
(vision), dan jiwa (spirit) yang dimiliki oleh para guru dalam melaksanakan tugas-
tugas pembelajaran. Apabila para guru memiliki ketiga kemampuan tadi dalam
bidang kewirausahaan, sangat dimungkinkan proses pembelajaran memiliki
efektivitas yang tinggi.

Fungsi guru sebagai pemimpin pendidikan yang paling pokok adalah sebagai
manajer pembaharu pembelajaran melalui proses-proses transformasi budaya belajar
dan bekerja. Proses transformasi budaya tersebut hanya dapat berlangsung oleh
orang-orang yang berjiwa entrepreneur. Sebagai suatu lembaga pendidikan, sekolah
merupakan unit organisasi formal yang memiliki struktur organisasi tersendiri,
dengan tata kerja dan personil khusus yang terlibat di dalamnya. Guru merupakan
pemimpin yang bertanggung jawab dalam pengaturan dan pengelolaan segala
aktivitas pembelajaran, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
efektif.

Salah satu manfaat bagi anda dalam meningkatkan jiwa entrepreneur ialah
dapat membentuk citra anda sebagai guru yang kharismatis. Jiwa entrepreneur dapat
ditularkan melalui proses kepemimpinan transformasional, karena proses ini
memfokuskan secara khusus pada penciptaan dan pemeliharaan dari sebuah

viii
perubahan. Perubahan seperti itu dibutuhkan ketika organisasi mengantisipasi
ancaman baru atau sedang menghadapi ancaman. Oleh karena itu, penanaman jiwa
kewirausahaan sangat relevan dengan kondisi bangsa yang sedang mengalami
keterpurukkan di berbagai sektor.

Guru yang berjiwa entrepreneur juga mencoba untuk menciptakan hubungan


istimewa dengan masing-masing muridnya. Kepemimpinan entrepreneur mencoba
untuk menyediakan stimulasi intelektual dengan menantang orang-orang yang
dipimpinnya untuk berpikir dalam suatu cara yang benar-benar baru. Meskipun
perilaku jelas merupakan hal yang penting, kepemimpinan entrepreneur juga dapat
dipandang sebagai sebuah proses, baik dalam transaksional maupun tranformasional.

C. Membangun Mental dan Jiwa Wirausahawan Muslim

Seorang wirausaha yaitu orang yang melaksanakan proses penciptaan sesuatu


yang baru (kreatif), kesejahteraan/kekayaan dan nilai tambah melalui gagasan,
memadukan sumber daya (visi) dan aspek peluang.12 Wirausaha merupakan pelaku
dari kewirausahaan, yaitu orangorang yang memiliki kreativitas dan inovatif sehingga
mampu menggali dan menemukan peluang dan mewujudkan menjadi usaha yang
menghasilkan nilai/laba. Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi
usaha yang menghasilkan disebut proses kewirausahaan. Kegiatan wirausaha adalah
menciptakan barang jasa baru, proses produksi baru, organisasi (manajemen) baru,
bahan baku baru, pasar baru. Hasilhasil dari kegiatan-kegiatan wirausaha tersebut
menciptakan nilai atau laba bagi perusahaan. Kemampuan menciptakan nilai tersebut
karena seseorang memiliki sifat-sifat kreatif dan inovatif.

Ciri dan watak kewirausahaan menurut Gooffrey G. Meredith adalah sebagai


berikut:

1.Percaya diri, Percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai,
melakukan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Tidak
ketergantungan, individualistis dan selalu optimis.

ix
2.Berorientasi pada tugas. Seorang wirasusahawan harus fokus pada tugas dan hasil.
Apa yang dilakukan wirausahawan merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Keberhasilan pencapaian tugas tersebut, sangat ditentukan pula oleh
motivasi berprestasi, berorientasi pada keuntungan, kerja keras, serta berinisiatif.

3.Berani mengambil resiko. Resiko usaha pasti ada, tidak ada jaminan suatu usaha
akan untung atau sukses terus-menerus. Oleh sebab itu, untuk memperkecil kegagalan
usaha maka seorang wirausahawan harus mengetahui peluang kegagalan (dimana
sumber kegagalan dan seberapa besar peluang terjadinya kegagalan). Dengan
mengetahui sumber kegagalan, maka kita dapat meminimalisir terjadinya resiko.

4.Wirausahawan yang berhasil ditentukan oleh kemampuan dalam memimpin.


Memberikan suri tauladan, berfikir positif, dan memiliki kecakapan untuk bergaul
merupakan hal-hal yang sangat diperlukan dalam berwirausaha.

5.Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Keorisinilan atau
keunikan dari suatu barang atau jasa merupakan hasil inovasi dan kreativitas yang
ditetapkan, mereka harus bertindak dengan cara yang baru. Intinya kewirausahaan
harus mampu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

6.Berorentasi pada masa depan. Memiliki pandangan jauh ke depan, maka


wirausahawan akan terus berupaya untuk berkarya dengan menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Pandangan ini menjadikan
wirausahawan tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh saat ini sehingga
terus mencari peluang.

Menurut Zimmerer dan Scarborough, ada beberapa faktor yang mendorong


kewirausahaan:

1.Wirausahawan sebagai pahlawan.

x
Seorang yang sudah memiliki tanggung jawab sendiri, keluarga dan masyarakat pada
umumnya akan terdorong untuk melakukan peningkatan nilai kehidupan. Desakan
dan kemampuan dalam diri wirausaha untuk mampu menghidupi diri sendiri,
keluarga, karyawan dan peran aktif di dalam masyarakat akan memunculkan
kebanggaan dalam diri wirausaha. keinginan untuk menjadi pionir dalam bidang
tertentu akan mendorong munculnya wirausaha.

2.Pendidikan kewirausahaan.

Pergeseran mitos :entrepreneurs are born, not made” ke “entrepreneurs has a


disciplines, model, processes and can be learned” menunjukkan bahwa
kewirausahaan mampu dipelajari dan dipraktikkan tanpa wirausaha tersebut berasal
dari keturunan seorang wirausaha. munculnya beberapa institusi pendidikan yang
berfokus atau konsentrasi pada ilmu kewirausahaan merupakan bukti minat terhadap
kewirausahaan.

3.Faktor ekonomi dan kependudukan.

Berkembangnya sikap kemandirian dan perbaikan ekonomi secara umum akan


menggerakkan wirausaha dalam menghasilkan barang maupun jasa yang dibutuhkan
masyarakat. Pada masa kini dan mendatang tidak ada batasan dalam berusaha, tidak
peduli jenis kelamin, umur, ras status sosial, siapapun dapat sukses apabila mereka
mampu berusaha dan sukses dengan baik dengan memiliki usaha.

4.Pergeseran ke ekonomi jasa.

Kemajuan di bidang produksi barang memiliki kecenderungan naiknya jumlah


barang yang ada di pasar. Kondisi tersebut akan memicu munculnya usaha
memasarkan barang tersebut ke konsumen, sehingga memiliki kecenderungan
meningkatkan usaha jasa pemasaran barang.

5.Gaya hidup bebas, peluang internasional dan kemajuan teknologi.

xi
Create new and different,kreativitas dan keinovasian sebagai landasan
kewirausahaan akan muncul apabila seorang memiliki kebebasan dalam berpikir dan
bertindak. Peluang internasional didukung oleh kemajuan teknologi akan
memunculkan peluang untuk menciptakan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi
oleh masyarakat luas. Dibukanya peluang internasional akan memunculkan transfer
manusia, teknologi, barang dan jasa yang memungkinkan wirausaha menciptakan
barang dan jasa ke pasar yang berbeda.

Kewirausahaan dan Perdagang andalam pandangan islam merupakan aspek


kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah mu’amalah, yaitu masalah yang
berkenaan dengan hubungan yang bersifat horizontal antar manusia dan tetap akan di
pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Manusia diperintahkan untuk memakmurkan
bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta diperintahkan untuk berusaha
mencari rizki. Semangat kewirausahaan diantaranya terdapat dalam QS.
Hud:61, QS.Al-Mulk:15 dan QS.Al-Jumuh:10, dimana manusia diperintahkan untuk
memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta diperintahkan
untuk berusaha mencari rizki.

Semangat kewirausahaan terdapat dalam Al-Qur’an yang akan diuraikan


sebagai berikut, QS.Hud:61, yang artinya :

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu Dan kepada
Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).”

QS.Al-Mulk:15, yang artinya :“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.
Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.“

xii
Al-Jummuah 10 yang artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” QS. Al-Baqarah: 275 yang artinya : “…Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba“. Konsep kewirausahaan telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, jauh sebelum beliau menjadi Rasul.
Rosulullah telah memulai bisnis kecil-kecilan pada usia kurang dari 12 tahun dengan
cara membeli barang dari suatu pasar, kemudian menjualnya kepada orang lain untuk
mendapatkan keuntungan agar dapat meringankan beban pamannya. Bersama
pamannya, Rosulullah melakukan perjalanan dagang ke Syiria. Bisnis Rosulullah
terus berkembang sampai kemudai Khadijah menawarkan kemitraan bisnis dengan
sistem profit sharing. Selama bermitra dengan Khadijah, Rosulullah telah melakukan
perjalanan ke pusat bisnis di Hbasyah, Syiria dan Jorash (Ermawati, n.d.).

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan wirausaha. Banyak


ditemukan ayat atau hadits yang mendorong umat Islam untuk berwirausaha,
misalnya keutamaan berdagang seperti disebutkan dalam hadits yang artinya:
“Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu
ada 9 dari 10 pintu rizki (HR. Ahmad). Kemudian Pernah Nabi ditanya Oleh para
sahabat: ”pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah ?”beliau menjawab “Seorang
bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.”(HR. Al Bazzar).
Oleh karena itu, “..apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia (rizki) Allah” (QS. al-Jumu’ah: 10).

Perjalanan bisnis Rosulullah selama bertahun-tahun memberikan hikmah


tentang bagaimana unsur-unsur manajemen usaha Rosulullah SAW. Bahkan dalam
aktifitas penggembalaan kambing yang dilakukan oleh Rosulullah terdapat nilai-nilai
luhur yang terkandung yaitu: pendidikan rohani, latihan merasakan kasih sayang
kepada kaum lemah, serta kemampuan mengendalikan pekerjaan berat dan besar.
Antonio (2007) mengungkapkan hikmah dari kegiatan menggembala kambing
terhadap unsur-unsur manajemen adalah sebagai berikut:

xiii
 Pathfinding (mencari) Mencari padang gembalaan yang subur,
 Directing (mengarahkan) Mencari padang gembalaan yang subur,
 Controlling (mengawasi) kambing Agar tidak tersesat atau terpisah dari
kelompok,
 Protecting (melindungi) kambing gembalaan Dari hewan pemangsa dan
pencuri,
 Reflecting (perenungan) Alam, manusia dan Tuhan

Trim (2009) mengungkapkan bahwa kredibilitas dan kapabilitas Nabi Muhammad


SAW terdapat dalam empat karakter unggulnya, yaitu FAST (Fathonah, Amanah,
Shiddiq dan Tabligh) ditambah faktor I, yaitu Istiqomah. Sifat Fathonah (cerdas)
dalam diri Nabi Muhammad SAW dituliskan oleh Roziah Sidik, seorang penulis asal
Malaysia menyebutkan bahwa Rosulullah adalah seorang jenius dengan bukti
kepakaran sebagai

 ahli politik;
 ahli strategi peran;
 ahli diplomasi;
 ahli hubungan antar kaum;
 ahli strategi;
 negarawan;
 pengambil keputusan;

Sifat amanah (komitmen) tercermin dalam sikap Rosulullah yang senantiasa


menggunakan akad, kesepakatan atau perjanjian bisnis dengan sistem kesepakatan
bersama. Seseorang dianggap melalaikan komitmen apabila tidak melaksanakan hal-
hal yang telah disepakati bersama. Rosulullah SAW bersabda : “Allah Azza wa jalla
berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari kedua belah pihak yang berserikat selama
salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati temannya. Jika salah satu dari

xiv
keduanya telah mengkhianati temannya, Aku terlepas dari keduanya.” (HR Abu
Dawud).

Sifat Shiddiq (benar dan jujur) dapat tercermin dari beberapa sikap Rosulullah.
Pertama, Rosulullah bersikap baik dan jujur kepada perusahaan atau pemegang
saham. Terbukti, setelah membantu bisnis pamannya, Rosulullah mampu mengelola
bisnis Khadijah ra dengan baik. Kedua, Rosulullah bersikap baik dan jujur kepada
pegawai. Rosulullah pernah menasehati untuk membayar upah seorang pegawai
sebelum keringatnya kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak
boleh menunda-nunda hak seorang pegawai apabila perusahaan sedang tidak
mengalami kesulitan untuk membayar gaji tersebut.

Sifat Tabligh (Komunikatif). Sifat Rosulullah untuk senantiasa bersikap tabligh


sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 9 yaitu : “ ………oleh
karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”. Terakhir adalah sifat Istiqomah (keteguhan hati
yang konsisten). Rosulullah senantiasa istiqomah dalam menjalankan nilai-nilai
bisnis Islam (FAST) untuk dapat menjaga kepercayaan bisnis dari orang lain

D. Langkah-Langkah Menjadi Wirausaha

Seorang wirausahawan harus mempunyai rencana yang matang mengenai


perencanaan nya. Rencana tersebut mencakup;Business apa yang dimiliki, Memulai
sendiri tau membeli suatu perusahaan yang ada;mengetahui apa dan dimana pasar
untuk produk atau servisnya. Memulai suatu tidaklah mudah karena banyak
tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Untuk suksesnya suatu permulaan kita
memerlukan :

a) Adanya peluang usaha yang sangat solid

b) Memiliki keahlian dan kemampuan dalam bidang yang akan ditekuninya.

c) Pendekatan yang benar dalam menjalankan usaha, dan

xv
d) Memiliki dana yang cukup untuk memulai dan mengoperasikan

usaha tersebut hingga dapat berdiri sendiri(Harper,1991)

Dalam memulai usaha baru kita harus mempelajari situasi pasar maupun
keadaan industri yang akan dimasuki. Keadaan pasar tersebut mungkin telah dipenuhi
oleh para pesaing lainnya sehingga tidak mudah untuk dimasuki, mungkin juga pasar
yang dituju tersebut telah jenuh. Era orientasi produksi dan orientasi pemasaran
tampaknya akan segera berlalu memasuki era baru yaitu era persaingan (competition
era). Untuk itu perlu sekali menganalisis situasi kekuatan-kekuatan pesaing yang
adadi pasar dengan cermat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

xvi
Seorang entrepreneur akan mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi
keuntungan dan dengan demikian mereka mengetahui apa yang mungkin atau tidak
mungkin mereka lakukan. Jadi artinya seorang entrepreneur itu harus selalu
mengetahui pengetahuan (atau informasi) baru (dimana orang banyak belum
mengetahuinya). Dan pengetahuan atau informasi baru tersebut dimanfaatkan untuk
memperoleh keuntungan. Bukankah dengan inovasi juga kita bisa mendapatkan
pengetahuan, informasi, bahkan teknologi baru?

Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, proses tersebut kadang mengalami


sukses dan gagal. Namun seorang entrepreneur selalu berusaha memperbaiki
kesalahannya. Jadi, jangan heran kalau orang tua kita atau guru-guru kita selalu
mengatakan bahwa ”kegagalan itu adalah sukses yang tertunda”, “Belajarlah dari
kesalahan”, atau “Hanya keledai lah yang terperosok dua kali”.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P., dan Soegiastuti, J. (1996), Pengantar Bisnis Modern; Kajian Dasar
Manajemen Perusahaan, Jakarta: Pustaka Jaya

xvii
Drucker, Peter.F. 1986. Innovation and Etrepreneurship. London: Heinemann. Edisi
Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Mutis, T. (1995), Kewirausahaan yang Berproses, Jakarta: Grasindo

Yusuf, Nasrullah. (2006), Wirausaha dan Usaha Kecil, Jakarta; Modul PTKPNF
Depdiknas.

xviii

Anda mungkin juga menyukai