BATASAN
Artritis Reumatoid Juvenil (ARJ) adalah salah satu penyakit Reumatoid yang
paling sering pada anak, dan merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan
kecacatan. Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi
kecil, disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi. Ada 3 tipe ARJ menurut awal
penyakitnya yaitu: oligoartritis (pauciarticular disease), poliartritis dan sistemik.
Penyakit reumatik merupakan sekelompok penyakit yang sebelumnya dikenal
sebagai penyakit jaringan ikat. Menurut kriteria American Rheumatism Association
(ARA) artritis reumatoid juvenil (ARJ) merupakan penyakit reumatik yang termasuk
ke dalam kelompok penyakit jaringan ikat yang terdiri lagi dari beberapa penyakit.
PATOFISIOLOGI
Dalam patofisiologi JRA, setidak-tidaknya ada 2 hal yang perlu
diperhitungkan yaitu hipereaktifitas yang berhubungan dengan HLA dan pencetus
lingkungan yang kemungkinannya adalah virus. Penyebab gejala klinis ARJ antara
lain infeksi autoimun, trauma, stres, serta faktor imunogenetik.
Pada ARJ sistem imun tidak bisa membedakan antigen diri. Antigen pada ARJ
adalah sinovia persendian. Hal ini terjadi karena genetik, kelainan sel T supresor,
reaksi silang antigen, atau perubahan struktur antigen diri. Peranan sel T
dimungkinkan karena adanya HLA tertentu. HLA-DR4 menyebabkan tipe
poliartikuler, HLA-DR5 dan HLA-DR8, HLA-B27 menyebabkan pauciartikuler. Virus
dianggap sebagai penyebab terjadinya perubahan struktur antigen diri ini. Tampaknya
ada hubungan antara infeksi virus hepatitis B, virus Eipstein Barr, imunisasi Rubella,
dan mikoplasma dengan ARJ.
Pada fase awal terjadi kerusakan mikrovaskuler serta proliferasi sinovia. Tahap
berikutnya terjadi sembab pada sinovia, proliferasi sel sinovia mengisi rongga sendi.
Sel radang yang dominan pada tahap awal adalah netrofil, setelah itu limfosit,
makrofag dan sel plasma. Pada tahap ini sel plasma memproduksi terutama IgG dan
sedikit IgM, yang bertindak sebagai faktor rheumatoid yaitu IgM anti IgG.
Belakangan terbukti bahwa anti IgG ini jaga bisa dari klas IgG. Reaksi antigen-
antibodi menimbulkan kompleks imun yang mengaktifkan sistem komplemen dengan
GEJALA KLINIK/Symptom
Artritis
Adalah gejala klinis utama yang terlihat secara obyektif. Ditandai dengan salah satu
dari gejala pembengkakan atau efusi sendi, atau paling sedikit 2 dari 3 gejala
peradangan yaitu gerakan yang terbatas, nyeri jika digerakkan dan panas. Nyeri atau
sakit biasanya tidak begitu menonjol. Pada anak kecil, yang lebih jelas adalah
kekakuan sendi pada pergerakan, terutama pada pagi (morning stiffness).
Tipe onset poliartritis
Terdapat pada penderita yang menunjukkan gejala arthritis pada lebih dari 4 sendi,
sedangkan tipe onset oligoartritis 4 sendi atau kurang. Pada tipe oligoartritis sendi
besar lebih sering terkena dan biasanya pada sendi tungkai. Pada tipe poliartritis lebih
sering terdapat pada sendi-sendi jari dan biasanya simetris, bisa juga pada sendi lutut,
pergelangan kaki, dan siku.
Tipe onset sistemik
Ditandai dengan demam intermiten dengan puncak tunggal atau ganda, lebih dari 39 o
C selama 2 minggu atau lebih, artritis disertai kelainan sistemik lain berupa ruam
rematoid serta kelainan viseral misalnya hepatosplenomegali, serositis atau
limfadenopati.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan utama adalah suportif. Tujuan utama adalah mengendalikan gejala klinis,
mencegah deformitas, meningkatkan kualitas hidup.
Garis besar pengobatan
Meliputi : (1) Program dasar yaitu pemberian: Asam asetil salisilat; Keseimbangan
aktifitas dan istirahat; Fisioterapi dan latihan; Pendidikan keluarga dan penderita;
Keterlibatan sekolah dan lingkungan; (2). Obat anti-inflamasi non steroid yang lain,
Hidroksiklorokuin
PENYULIT
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan komplikasi yang serius pada
ARJ. Hal ini terjadi karena penutupan epifisis dini yang sering terjadi pada tulang
dagu, metakarpal dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat pula terjadi,
yang tersering adalah ankilosis, luksasio, dan fraktur. Komplikasi-komplikasi ini
terjadi tergantung berat, lama penyakit dan akibat pengobatan dengan steroid.
Komplikasi yang lain adalah vaskulitis, ensefalitis. Amiloidosis sekunder dapat terjadi
walaupun jarang dan dapat fatal karena gagal ginjal.
Sekitar 70-90% penderita ARJ sembuh tanpa cacat, 10% menderita cacat sampai
dewasa, sebagaian diantaranya akan berkembang menjadi bentuk dewasa disertai
kecacatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Miller ML, Cassidy JT. Juvenile Rheumatoid arthritis. In: Behrman RE, Kliegman
RM, Jenson HB (eds) : Textbook of Pediatrics. 17th Ed Philadelphia, WB Saunders
2004. pp. 799-804.
2. Theophilopoulos AN. Autoimmunity. In : Stites DP., Stobo JD., Fudenberg HH.,
Wells JV., penyunting. Basic & Clinical Immunology. Edisi kelima, Los Altos,
Lange, 1984 : 152-86.
3. McCoy, JM, Wick JR, Audoly LP. The role of PGE2 receptors in the pathogenesis
of Rheumatoid Arthritis. JCI, 2002; 110 : 651-658.
4. Cassidy JT., Levinson JE., Bass JC. A study of classification criteria for a
diagnosis of juvenile rheumatoid arthritis. Arthritis Rheum 1986; 29:274–81.
5. Modesto C., Woo P., Garcia-Consuegra J. Systemic onset juvenile chronic arthritis,
polyarticular pattern and hip involvement as markers for a bad prognosis. Clin Exp