Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN B.

N DENGAN DHF GRADE I


DI RUANG KASWARI BRSUD WANGAYA DENPASAR
TANGGAL 15 – 18 JUNI 2008

Diajukan Oleh :

Ni Made Desi Anggaraeni : 05C10062


Komang Arya Ningrat : 05C10080

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2008
TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar DHF
a. Pengertian
Dengan Haemorhagic Faver (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus
dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti (betina). (Effendy, 1999).
DHF adalah penyakit fibris-virus akut, seringkali disertai
dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan
leukopenia sebagai gejalanya. (WHO, 1999)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah demam akut dengan
ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian
(Mansjoer, 1999)
DHF diklasifikasi menjadi empat tingkatan keparahan, dimana
derajat III dan IV dianggap DSS. Adanya trombositopenia dengan
disertai hemokonsentrasi membedakan derajat I dan II DHF
(WHO, 1999).
Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional
nonspesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan
adalah tes tourniket positif dan atau mudah memar.
Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada
derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit
atau perdarahan lain.
Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat
dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau
hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab
serta gelisah.
Derajai IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak
terdekteksi.

b. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes aegypi sehingga terjadi infeksi dalam tubuh manusia.
Hal pertama yang terjadi adalah viremia seperti demam 2-7 hari, skait
kepala, mual-muntah, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hiperemi pada
tenggorokan. Akibat infeksi akan terjadi replikasi virus dalam tubuh
sehingga merangsang kompleks antibody virus dalam tubuh sehingga
terjadi trombositopenia dimana jumlah trombosit menurun yang
dimanifestasikan dengan petekia (bintik-bintik merah pada kulit)
vaskulitis yaitu peradangan pada kulit, reaksi imunologik dimana
tubuh berkompensasi terhadap virus yang masuk kedalam tubuh. Dari
hal ini akan mengakibatkan permeabilitas vaskuler meningkat dimana
terjadi perembesan plasma sehingga akan terjadi hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi, hiponatremia. Jika tubuh kekurangan cairan
yan terus menerus akan terjadi hipotensi dimana tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah, kaki dan tangan dingin, kulit lembab
dan pasien tampak gelisah. Perubahan tersebut memperhatikan gejala
gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma sehingga
tubuh akan kekurangan O2 akibatnya akan terjadi syok dan hipoksia
jaringan. Komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan adalah
pendarahan lebih lanjut, syok hipovolemia dan kematian.
(Effendy, C.(1995).

c. Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
1) Darah
Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari
ke-2 atau hari ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu
kedua kalinya. Pada saat suhu meningkat kedua kalinya sel
limfosit relatif sudah bertambah. Sel-sel eusinofil sangat
berkurang. Dada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan
pemeriksaan penting. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia, SGOT,
SGPT, ureum, dan PH darah mungkin meningkat, sedangkan
reserve merendah.
2) Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3) Sumsun Tulang
Pada awal sakit biasnya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi sedangkan
pada hari ke-10 biasanya sudah kembali normal untuk semua
data.
4) Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan menjadi :
a) Uji serologi memakai serum ganda yaitu serum yang diambil
pada masa akut dan konvalesen, yaitu pengikatan komplemen
(PK), uji netralisasi (NT) dan uji dengue blot. Pada uji ini
dicari kenaikan antibodi anti dengue sebanyak minimal 4
kali.
b) Uji serologi memkai serum tunggal, yaitu uji dengue blot
yang mengukur antibodi, anti dengue tanpa memandang kelas
antibodynya, uji IgM antidengue yang mengukur hanya
antibodi antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari
adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue.
d. Penatalaksanaan Medis
1) Penatalaksanaan penderita DHF adalah
a) Tirah baring atau istirahat baring
b) Diet makanan lunak
c) Minum banyak 50 ml /kg BB dalam 4-6 jam pertama dapat
berupa : susu, teh manis, sirup, dan beri penderita oralit.
Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita. Cairan rumatan 80-100 ml /kg BB dalam 24 jam
berikutnya
d) Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan
dilakukan bila pasien terus menerus muntah sehingga tidak
mungkin diberikan makanan per oral atau didapatkan nilai
hematokrit yang bertendensi terus meningkat (>40 vol %).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat
dehidrasi dan kehilangan elektronik. Dianjrkan cairan
glukosa 5% dalam 1/3 larutan Nacl 0,9%.
e) Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume
dengan cepat mencakup berikut ini :
1) Salin fisiologis (Nacl)
2) Laktat ringer atau asetat ringer.
3) Larutan glokosa 5% diencerkan 1:2 atau 1:1 dalam salin
fisiologis.
4) Plasma, substitusi plasma (misal, dekstran 40) atau
albumin 5% (50 g/l).
f) Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (Suhu, Nadi, TD,
Respirasi) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap
jam.
g) Periksa Hb, Ht, dan trombosit tiap hari.
h) Pemberian obat antipiretik.
i) Monitor tanda – tanda dini renjatan meliputi keadaan umim,
perubahan tanda – tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan
laboratorium yang memburuk.
j) Monitor tanda – tanda pendarahan lebih lanjut.
k) Pemberian antibiotik bila terdapat kekhawatiran infeksi
sekunder.
l) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi
dengan dokter).

2) Penatalaksaan penderita DHF berdasarkan derajat keparahan.


a) Penangan DHF derajat I atau derajat II tanpa peningkatan
hematokrit.
(1) Pasien masih dapat minum
(a) Beri minum banyak 1 – 2 liter/hari atau 1 sdm tiap 5
menit
(b) Jenis minuman : air putih, teh manis, sirup, jus buah,
susu, buah.
(c) Bila suhu >38,5° C beri parasetamol.
(d) Bila kejang beri antikonvulsif.
(e) Monitor gejala klinis dan laboratorium.
(f) Perhatikan tanda syok
(g) Palpasi hati setiap hari
(h) Ukur diuresis setiap hari
(i) Awasi perdarahan.
(j) Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6 – 12 jam.
(k) Jika ada perbaikan klinis dan laboratorium pasien
diijinkan untuk pulang.
(2) Pasien tidak dapat minum
(a) Jika pasien muntah terus – menerus maka lakukan
kolaborasi pemasangan IVFD NaCl 0,9%: Dekstrosa
5% (1:3), tetesan rumatan sesuai berat badan.
(b) Periksa Hb, Ht,trombosit tiap 6 – 12 jam, jika Ht naik
atau trombosit turun maka pemasangan IVFD NaCl
0,9% berbanding Dekstrosa 5% diganti dengan ringer
laktat dengan tetesan disesuaikan.

b) Penanganan DBD derajat I dengan peningkatan Ht > 20%.


(1) Pertama berikan cairan awal yaitu : RL/NaCl 0,9% atau
RLD5/nacl 0.9% + D5, 6 -7 ml/kg BB/jam.
(2) Setelah itu monitor tanda vital / nilai Ht dan trombosit
tiap 6 jam, jika ada perbaikan maka akan menunjukan
tanda – tanda : tidsk gelisah, nadi kuat, tekanan darah
stabil, diuresis cukup (12ml / kg BB / jam), Ht turun (2 x
pemeriksaan).
(3) Jika sudah menunjukan perbaikan tetesan dikurangi
menjadi 5ml /kg BB/jam.
(4) Setelah 1 jam berlalu dan kondisi pasien masih
menunjukan perbaikan maka tetesan disesuaikan menjadi
3ml/kg BB /jam
(5) Setelah itu IVFD distop 24 – 48 jam, bila tanda vital /Ht
stabil, diuresis cukup.
(6) Jika pada saat menurunkan tetesan menjadi 5 ml/kg
BB/jam kemudian ditemukan tanda vital memburuk dan
Ht meningkat maka tetesan dinaikkan 10 – 15
ml/kgBB/jam,tetesan dinaikkan secara bertahap.
kemudian lakukan evaluasi 12 – 24 jam jika pada saat
evaluasi ditemukan tanda vital tidak stabil dengan tanda
adanya distress pernapasan dan Ht naik maka segera
berikan koloid 20 – 30 ml/kg BB jika Ht menurun maka
lakukan transfusi darah segar 10ml/kgBB.
(7) Jika sudah ada perbaikan, maka lanjutkan tindakan dari
pengurangan tetesan 5ml/kg BB/jam ,dst
Jika tidak ada perbaikan yang ditunjukkan dengan tanda
tanda : gelisah, distress penafasan, frekuensi nadi
meningkat, tekanan nadi < 20 mmHg, diuresis < / tidak
ada.
(8) Jika tidak menunjukan adanya perbaikan maka tetesan
akan dinaikkan 10 – 15 ml /kg BB/ jam secara bertahap.
(9) Kemudian lakukan evaluasi 12 – 24 jam.
(10) Setelah dilakukan evaluasi didapatkan tanda vital tidak
stabil yang ditunjukkan dengan adanya distress
pernapasan dan peningkatan Ht, maka segera berikan
koloid 20 – 30 ml/kg BB dan jika Ht menurun maka
lakukan transfusi darah segar 10 ml/kg BB.
(11) Jika sudah ada perbaikan maka lanjutkan tindakan dari
pengurangan dari tetesan 5 ml/kg BB/jam danseterusnya.

c) Penanganan DBD derajat III dan IV


(1) Lakukan oksigenasi
(2) Penggantian volume (cairan kristaloi isotonik) Ringer
laktat / NaCl 0,9% 20 ml/kg BB secepatnya (bolus dalam
30 menit).
(3) 30 menit kemudian lakukan evaluasi untuk mengetahui
apakah syok sudah teratasi.
(4) Kemudian pantau tanda vital setiap 10 menit dan catat
balance cairan intravena.
(5) Jika syok teratasi yang dapat ditunjukkan dengan tanda –
tanda :
(a) Kesadaran membaik.
(b) Nadi teraba kuat.
(c) Tekanan nadi : 20 mmHg
(d) Tidak sesak nafas / sianosis
(e) Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
1) Kemudian cairan dan tetesan disesuaikan 10
ml/kg BB /jam,setelah itu lakukan evaluasi
ketat, misalnya ukur tanda vital, tanda
perdarahan, diuresis, Hb, Ht, Trombosit.
2) Jika dalam 24 jam sudah stabil maka berikan
tetesan 5 ml/kg BB/ jam kemudian lanjutkan
tetesan 3 ml/kgBB/jam.
3) Infus distop tidak melebihi 48 jam setelah syok
teratasi

(6) Jika syok tidak teratasi yang ditunjukkan dengan tanda –


tanda :
(a) Kesadaran menurun.
(b) Nadi lembut / tidak teraba
(c) Tekanan nadi : 20 mmHg
(d) Distres pernapasan / sianosis
(e) Kulit dingin dan lembab.
(f) Ekstermitas dingin.
(g) Periksa kadar gula darah
Kemudian lanjutkan pemberian cairan 20
ml/kgBB/jam,setelah itu tambahkan koloid / plasma,
dekstran 10 – 20 (mak 300) ml/kgBB/jam. Kemudin
lakukan koreksi asidosis, setelah 1 jam lakukan
evaluasi untuk mengetahui apakah syok sudah teratasi
atau belum. Jika syok belum teratasi yang ditunjukkan
dengan penurunan Ht atau Ht tetap tinggi / naik, maka
berikan koloid 20 ml/kg BB, kemudin dilanjutkan
dengan pemberian transfusi darah segar 10 ml/kg
BB,diulang sesuai kebutuhan. Jika syok sudah teratasi
maka lanjutkan tindakan dari mengevaluasi ketat
tanda vital, tanda perdarahan, diuresis, Hb, Ht,
trombosit dan tindakan seterusnya

e. Kreteria untuk pemulangan pasien.


Kreteria berikut harua dipenuhi sebelum pasien yang pulih dari DHF /
DSS dipulangkan.
1) Tidak ada demam selama sedikitnya 24 jam tanpa penggunaan
terapi anti demam (krioterapi atau antipiretik).
2) Kembalinya nafsu makan.
3) Perbaikan klinis yang dapat terlihat
4) Haluaran urin baik.
5) Hematokrit stabil.
6) Melewati sedikitnya 2 hari setelah pemulihan dari syok.
7) Tidak ada distres pernapasan dari efusi pleura atau asites.
8) Jumlah trombosit > 50.000/mm3

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF.


Konsep dasar asuha keperawatan pada pasien DHF
a. Pengkajian
1) Data subyektif
Lemah, panas atau demam, sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi,
pegel – pegal pada seluruh tubuh, konstipasi.
2) Data obyektif
Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan, mukosa
bibir kering, pendarahan gusi, lidah kotor, tampak bintik merah
pada kulit (petikie), uji tourniquet positif, epistaksis (perdarahan
hidung), ekimosis, hematoma, hematemisis melena, hiperemia
pada tenggorokan, nyeri peraban pada epigastrik, pada palpasi
teraba adanya pembesaran hati dan limpa, pada renjatan (derajat
IV), nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstermitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertemia) berhubungan dengan
penyakit (viremia).
2) Kekeurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan dinding plasma.
3) Resiko terjadinya syok hipovolemi berhubungan dengan
perdarahan
4) Resiko perubhan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia
jaringan
5) Nyeri berhubungan dengan mekanisme patologi (proses
penyakit)
6) Perubahan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan
pegal – pegal seluruh tubuh.
7) Intoleransi aktifitas sehari – hari berhubungan dengan proses
penyakitnya.
8) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah dan anoreksia.
9) Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan
konstipasi.

b. Perencanaan
Rencana keperawatan disusun berdasarkan dengan penemuan
prioritas, dimana perencanaan disesuaikan dengan prioritas diagnosa
yang paling mengancam jiwa pasien.
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses
penyakit (hipermia).
Tujuan : pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
Tindakan keperawatan :
a) Kaji karakteristik demam :
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam
b) Observasi tanda – tanda vital tiap 3 jam atau lebih sering
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
c) Beri HE tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien
dapat membantu pasien atau keluarga mengurangi
kecemasan yang timbul.
d) Anjurkan pasien banyak minum yaitu + 2,5 cc per hari.
Rasional :Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
e) Beri kompres hangat (pada daerah axilla dan lipat paha).
Rasional : Kompres hangat akan memvasolitasi pengeluaran
suhu, sehingga suhu tubuh cepat keluar.
f) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
Rasional : Dapat membantu menurunkan panas.

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas kapiler.
Tujuan : Kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
Tindakan keperawatan :
a) Kaji keadaan umum pasien
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan
normalnya.
b) Observasi adanya tanda – tanda syok
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk
menangani syok yang dialami pasien.
c) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuia program
dokter.
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah
besar cairan mungkin dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi.
d) Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37°C).
Rasional : Peningkatan suhu meningkatkan metabolisme / O2.
e) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine.
Hitung keseimbangan cairan. Waspadalah kehilangan yang tak
tampak.
Rasional : Mengetahui tentang keadekuatan volume cairan
dan kebutuhan peningkatan cairan.

3) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan


pendarahan.
Tujuan : Syok hipovolemik tidak terjadi.
Tindakan keperawatan :
a) Monitor keadaan umum pasien.
Rasional : Untuk memantau kondisi pasien selama masa
perawatan terutama saat pendarahan.
b) Observasi tanda – tanda vital tiap 2 – 3 jam.
Rasional : Tanda vital dalam batas normal menandakan
keadaan umum pasien baik.
c) Monitor tanda – tanda pendarahan
Rasional : Pendarahan yang cepat diketahui dapat segera
diatasi, sehingga pasien tidak sampai ke tahap
syok hipovolemik atau perdarahan hebat.
d) Segera puaskan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional : Puasa membantu mengistirahatkan saluran
pencernaan untuk sementara selama perdarahan
berasal dari saluran cerna.
e) Observasi tanda – tanda syok
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk
menangani syok yang dialami pasien.
f) Cek Hb, Ht, trombosit tiap 6 jam
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran plasma
dalam pembuluh darah pasien dan untuk acuan
melakukan tindakan lebih lanjut
g) Kolaborasi dalam pemasangan IVFD, beri terapi cairan
intravena jika terjadi pendarahan.
Rasional : Pemberian cairan intravena sangat diperlukan
untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh yang
hebat.
4) Resiko perubahan pertukaran, gas berhubungan dengan proses
penyakit.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan pertukaran gas.
Tindakan keperawatan :
a) Observasi warna kulit, suhu tubuh, membran bibir.
Rasional : Kulit, kuku, membran bibir / lidah pucat atau
sianosis, menunjukan vasokonstriksi perifer dan
terjadi gangguan aliran darah sistemik.
b) Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional : Menurunkan beban kerja jantung dan konsumsi O2,
memaksimalkan efektivitas dari perfusi jaringan.
c) Kolaborasi dalam pemberian IVFD sesuai terapi.
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, seberapa
besar cairan akan dibutuhkan untuk mendukung
volume sirkulasi.
d) Pertahanan suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37°C).
Rasional : Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme / O2.
5) Nyeri berhubungan dengan mekanisme patalogis (proses
penyakit).
Tujuan : Nyeri pesien berkurang
Tindakan keperawatan :
a) Kaji tingkat nyeri yang diambil pasien dengan memberi rentang
nyeri (0 – 10).
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.
b) Beri posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang
tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
c) Ajarkan teknik distraksi (ngobrol, dll).
Rasional : Dengan melaksanakan aktivitas lain, pasien dapat
sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri
yang dialami.
d) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
Rasional : Obat – obatan analgetik dapat menekan atau
mengurangi nyeri pasien.
6) Perubahan pola tidur berhubungan dengan faktor internal penyakit.
Tujuan : Pasien tidak mengalami perubahan dalam istirahat dan
tidur.
Tindakan keperawatan :
a) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi kebisingan.
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
b) Kaji pola tidur pasien
Rasional : Untuk mengidentifikasi dan melakukan intervensi
yang tepat.
c) Berikan tempat tidur yang nyaman dan berapa milik pribadi
mislanya bantal, guling dll.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologis atau psikologis.
d) Instruksi tindakan relaksasi.
Rasional : Membantu menginduksi tidur.
e) Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi.
Rasional : Perubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkan istirahat.
7) Intoleransi aktivitas sehari – hari berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL.
Tindakan keperawatan :
a) Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah – masalah pasien.
b) Kaji hal –hal yang mampu / tidak mampu dilakukan pasien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien
dalam memenuhi kebutuhannya.
c) Bantu pasien untuk mandiri dalam memenuhi ADLnya sesuai
dengan perkembangan kemajuan fisiknya.
Rasional : Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien
tidak mengalami ketergantungan pada perawat.
d) Pertahankan tirah baring
Rasional :Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh.
8) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah dan anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan pasien akan nutrisi dapat terpenuhi.
Tindakan keperawatan :
a) Kaji kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
b) Beri HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi untuk makan meningkat.
c) Beri nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Nutrisi parenteral sangat bemanfaat bagi pasien
terutama jika intake peroral sangat kurang.
d) Beri makanan yang mudah ditelan seperti bubur tim dan
dihidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah
ditelan.
e) Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien.
9) Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi.
Tujuan : Kebutuhan pasien akan nutrisi dapat terpenuhi.
Tindakan keperawatan:
a) Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus.
Rasional : distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan
tanda bahwa fungsi defekasi hilang.
b) Dorong dalam ambulasi bila mampu.
Rasional : Aktivitas dapat merangsang peristaltik meningkat
kan kembalinya aktivitas usus normal.
c) Berikan makanan tinggi serat (buah, sayur).
Rasional : dapat meningkatkan peristaltik usus.
d) Berikan selang rectal, supositoria dan enema jika diperlukan.
Rasional :untuk menghilangkan distensi abdomen, meningkat
kan kebiasaan defekasi yang normal.
e) Beri obat laksatif, pelembek feces sesuai kebutuhan.
Rasional : Melembekkan feces meningkatkan fungsi defekasi
sesuai kebiasaan menurunkan ketegangan.
c. Pelaksanaan
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan
rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasildari tindakan keperawatan
mandiri dan tindakan kolaboratif. Implementasi disesuaikan dengan
intervensi yang telah disusun. (Hidayat, 2001)
d. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan
(Hidayat, 2001)
Hasil yang ingin diharapkan pada saat evaluasi adalah :
1) Pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
2) Kebutuhan cairan pasien terpenuhi
3) Syok hipovolemik tidak terjadi.
4) Tidak terjadi perubahan pertukaran gas
5) Nyeri pasien berkurang.
6) Pasien tidak mengalami perubahan dalam istirahat dan tidur.
7) Pasien dapat melakukan aktivitas sehari – hari.
8) Kebutuhan pasien akan nutrisi dapat terpenuhi.
9) Pasien bisa eleminasi secara normal.
B. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Juni 2008, pukul 11.45 wita, di
ruang Kaswari BRSUD Wangaya Denpasar dengan teknik observasi
pasien secara langsung, wawancara dengan keluarga pasien, pemeriksaan
fisik dan catatan keperawatan.
a. Pengumpulan data.
1) Identitas
a) Anak
Nama : B.N
Tanggal Lahir / umur : 05 November 1997
: 10 tahun, 10 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
No. RM : 228393
b) Orang tua Ayah Ibu
Nama : MD WN
Umur : 40 tahun 38 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta
Agama : Hindu Hindu
Alamat : Br Badak Sari Kaje Denpasar.

2) Kedudukan anak dalam keluarga


Tabel 1
Jenis
Nama Keadaan Sekarang
No Kelamin Umur Keterangan
(Inisial)
L P Sehat Sakit Mati
Anak
1 B.N √ 10 th - Sakit - -
Kandung

3) Alasan dirawat
a) Keluhan utama
Saat MRS tanggal 14 Juni 2008 :
(1) Pasien dikeluhkan oleh keluarga mengalami panas sejak
tanggal 10 Juni 2008
(2) Saat pengkajian tanggal 15 Juni 2008 ; pasien dikeluhkan
panas dan panasnya naik turun.
b) Riwayat Penyakit
Pada tanggal 10 Juni 2008 yaitu hari selasa, pasien dikeluhkan
panas pada malam hari dan sempat diukur oleh ibunya 390C.
Panasnya tidak turun sampai keesokan paginya. Kemudian ibu
membelikan obat penurun panas (paracetamol) di warung dekat
rumah pasien. Setelah diberikan obat penurun panas, panas
tubuh pasien menurun tapi pada malam harinya panas naik
kembali 380C. Panasnya tidak turun sampai keesokan paginya
(tanggal 12 Juni 2008). Kemudian ibu langsung membawa
anaknya ke dokter praktek swasta di sekitar tempat tinggalnya.
Oleh dokter pasien diperiksa dan diberikan obat penurun panas
(ibu lupa nama obatnya) dosisnya 3x ½ tablet. Kemudia siang
sampai malam harinya panas pasien sudah turun dan ibu terus
memberikan obat yang diberikan oleh dokter. Tapi tiba – tiba
pagi harinya (tanggal 13 Juni 2008) pukul 06.00 wita pasien
panas kembali dan ibu langsung membawa anaknya ke dokter
spesialis anak, oleh dokter pasien diberikan obat penurun panas
berupa pamol sirup dengan dosis 3 x cth II, kemudian keesokan
harinya (14 Juni 2008) pukul 19.00 wita pasien panas kembali
dan ibu langsung membawa anaknya ke BRSUD Wangaya
Denpasar untuk mengetahui penyakitnya lebih lanjut.
Keluarga dan pasien tiba di UGD BRSUD Wangaya Denpasar
pukul 19.15 wita dan setelah dilakukan pemeriksaan pasien
disarankan untuk rawat inap. Pasien dan keluarganya tiba pukul
19.55 wita diruang Kaswari. Dan kondisi pasien sebelum
masuk rumah sakit : pasien tampak lemas, panasnya sering
naik turun, dan mengalami peningkatan suhu tubuh pada
malam hari dan mulai turun pada pagi harinya. Pasien
mengeluh pusing dan mual muntah 1 x ½ gelas (+ 50 cc).
Muntah berupa cairan bening. Pasien mengeluh sakit saat
menelan.
Diagnosa medis : DHF Grade I
Therapy : Tanggal 15 Juni 2008
: IVFD RL 20 tts/mnt
: Dexa 3 x 1cc.
4) Kebutuhan Bio, Psiko, Sosial, Spiritual
a) Biologis
(1) Bernafas.
Keluarga mengatakan sebelum sakit dan saat pengkajian
pasien tidak mengalami kesulitan bernafas, baik saat
menarik nafas maupun saat mengeluarkan nafas.

(2) Makan dan minum


Makan : Keluarga mengatakan pasien makan biasa 3 x
sehari dengan porsi habis sekali makan dengan komposisi
: nasi, lauk, dan sayur – mayur. Dan saat pengkajian
keluarga mengatakan nafsu makan anaknya menurun
sejak tanggal 14 Juni 2008, bila pasien makan, makanan
hanya habis ½ porsi makan dari 1 porsi makan yang
disediakan di RS. Tapi ibu memberikan makanan
tambahan berupa roti tawar. Ibu mengatakan anaknya
mengeluh mual dan sempat muntah 1 x ½ gelas (+ 50 cc)
muntahan berupa cairan bening. Anak mengeluh merasa
sakit saat menelan.
Minum : Sebelum sakit keluarga mengatakan pasien biasa
minum 4 gelas (+ 800 cc) perhari. Dan saat pengkajian
pasien baru minum 1 gelas (+ 100 cc).
(3) Eliminasi.
BAB : Keluarga mengatakan pasien biasa BAB 1 kali
sehari, dengan konsistensi lembek, warna kuning
kecoklatan. Saat pengkajian keluarga mengatakan pasien
sudah BAB tadi pagi. Ibu mengatakan warna BAB
anaknya tidak pernah berwarna coklat kehitaman.
BAK : Keluarga mengatakan sebelum sakit dan saat sakit
pasien biasa BAK 4-5 kali sehari dan setiap kali kencing
+ 100 cc dengan warna kuning dan bau pesing.
Saat pengkajian pasien baru kencing 1 kali ( + 100 cc).
Pasien mengatakan tidak pernah merasakan keluhan saat
BAK seperti rasa sakit saat berkemih.
(4) Gerak dan aktifitas
Keluarga (ibu) mengatakan sebelum sakit anaknya tidak
mengalami gangguan gerak dan aktivitas, pasien biasa
bermain dengan teman sebayanya, saat pengkajian anak
tampak berbaring di tempat tidur tampak lemah dan
masih terpasang IVFD RL 20 tts/mnt pada tangan kiri.
(5) Istirahat dan tidur
Sebelum sakit keluarga mengatakan anaknya biasa tidur
pukul 21.00 sampai 06.00 wita. Saat sakit dan saat
pengkajian keluarga mengatakan anaknya tidur pukul
22.00 wita sampai pukul 06.00 wita. Selama tidur pasien
tidak pernah terjaga dalam tidurnya. Dirumah sakit pasien
tidur siang dari pukul 12.00 sampai 13.00 wita.
Kebutuhan tidur pasien yang sudah tercapai adalah 9 jam
per hari.
(6) Pengaturan suhu tubuh
Keluarga mengatakan pasien mulai panas pada tanggal
10 Juni 2008, pada saat pengkajian pasien dikeluhkan
masih panas dan panasnya sering naik turun. Pada malam
hari mulai naik dan mulai turun pada pagi harinya. Badan
pasien teraba panas.
(7) Kebersihan diri
Ibu mengatakan anaknya biasa mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, saat sakit dan saat
pengkajian ibu mengatakan anaknya hanya dilap setiap
pagi dan sore dengan air hangat dan ganti pakaian setiap
hari. Pasien tampak bersih.

b) Data Psikologis
(1) Rasa nyaman
Pasien mengatakan sakit pada saat menelan sejak 2 hari
yang lalu, serta rasa sakit dikepalanya, nyeri dirasakan
seperti ditusuk – tusuk dengan skala nyeri 5 (sedang) dari
10 skala nyeri yang diberikan, tonsil membesar dan
memerah ada nyeri saat menelan.
(2) Rasa aman (orang tua)
Keluarga mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya.
Raut wajah ibu tampak tegang.

c) Data Sosial
(1) Sosial anak
Hubungan pasien dengan orang tua baik, saat sakit anak
dijaga oleh kedua orang tuanya, hubungan anak dengan
perawat baik, anak paling dekat dengan ibunya.
(2) Bermain
Sebelum sakit pasien biasa bermain – main dengan teman
sebayanya, saat pengkajian pasien tampak berbaring di
tempat tidur sambil berbincang – bincang dengan kedua
orang tuanya.
(3) Rekreasi
Keluarga (ibu) mengatakan kalau pasien biasanya setiap
hari sabtu sore sering diajak jalan – jalan ke lapangan
dekat rumahnya, saat pengkajian ibu mengatakan untuk
saat ini pasien belum bisa jalan – jalan keluar karena
pasien lemah perlu perawatan dan ibu berjanji pada
anaknya kalau sembuh pasien akan diajak jalan – jalan.
(4) Prestasi
Anak berada dalam masa anak sekolah, sewaktu di TK
pasien dikatakan aktif dan lincah dalam setiap kegiatan,
saat sakit pasien kooperatif saat perawatan terutama saat
pemberian obat injeksi serta pengukuran tanda – tanda
vital
(5) Lingkungan sosial
Keluarga mengatakan dilingkungan tempat tinggalnya
tidak ada yang terkena demam berdarah, baik saat ini
maupun tiga (3) bulan terakhir di tahun 2008. ibu
mengatakan rajin membersihkan lingkungan di dalam
rumah maupun di lingkungan luar rumahnya (pekarangan
sekitar rumahnya) ibu pasien mengtakan tidak pernah
menggantung baju kotor di kamar tempat tidur. Dan ibu
juga tidak memelihara unggas seperti : burung, ayam dll.
d) Spiritual
Pasien beragama Hindu dan menurut ibunya, anaknya
sembahyang jika diajak ibunya, pada saat pengkajian pasien
hanya bisa berdoa ditempat tidur. Orang tua pasien mengatakan
tidak henti – hentinya memohon kepada yang diatas (Tuhan)
memohon agar anaknya cepat sembuh.

5) Penyakit yang pernah diderita


Keluarga mengatakan pasien tidak pernah menderita penyakit yang
serius dan tidak pernah dirawat di rumah sakit, pasien hanya
mengalami panas biasa, batuk dan pilek. Dan setelah diobati oleh
dokter, pasien sembuh kembali.
6) Riwayat penyakit keluarga / keturunan
Orang tua pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang
menderita penyakit keturunan misalnya : Asma, kencing manis,
hipertensi, dll.
7) Pengetahuan orang tua tentang kesehatan.
a) Pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya saat ditanya
(ibu) mengatakan hanya sedikit tahu tentang penyakit anaknya
dan keluarga (ibu) khawatir dengan keadaan anaknya dan
bertanya apakah penyakit anaknya berbahaya dan apakah bisa
disembuhkan. Dan keluarga menanyakan apa penyebab dan
cara pencegahan penyakit DHF keluarga (ibu) tampak tegang.
b) Perawatan anak
Ibu mengatakan jka anaknya sakit maka ibu akan memberikan
obat pasaran yang dijual di warung – warung, jika setelah
diberikan obat yang telah dibelinya diwarung anaknya juga
tidak sembuh, maka ibu akan membawa anaknya berobat ke
dokter. Tapi jika tidak kunjung sembuh juga maka ibu akan
membawa anaknya berobat ke rumah sakit.
c) Nutrisi anak
Ibu mengatakan anaknya minum ASI sampai umur 2 tahun
sampai sekarang ibu memberi anaknya susu dancow dan nasi.
Ibu mengatakan sangat penting memberikan makanan yang
bergizi untuk anaknya karena itu akan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
d) Tumbuh Kembang Anak
Keluarga mengatakan pertumbuhan dan perkembangan
anaknya seperti anak – anak lainnya. Pasien bias berjalan pada
umur 1 tahun dan bisa bicara pada umur 9 bulan.dan kini
pasien sudah memasuki usia sekolah. Ibu mengatakan sewaktu
anaknya masih balita, ibu rajin membawa anaknya ke
puskesmas setiap 1 bulan sekali untuk mengetahui berat badan
anaknya apakah mengalami peningkatan atau penurunan.
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
(1) Kebersihan anak : Cukup
(2) Keadaan kulit : Elastis
(3) Kesadaran : Compos mentis

b) Ukuran – ukuran
(1) Berat badan sebelum sakit : 21 kg
(2) Berat badan saat pengkajian : 21 kg
(3) Lingkar kepala : 52 cm
(4) Lingkar lengan : 14 cm
(5) Tinggi badan : 125

c) Gejala Kardinal
Tanggal 15 juni 2008
(1) Suhu : 38,80C
(2) Nadi : 110 x/mnt
(3) Pernapasan : 20 x/mnt
(4) Tekanan darah : 110/90 mmHg
d) Keadaan Fisik
(1) Kepala : Bentuk bulat, rambut bersih, nyeri tekan tidak
ada, kebersihan cukup.
(2) Mata : Bentuk simetris, secret tidak ada, kunjungtiva
merah muda, nyeri tekan tidak ada.
(3) Hidung : Kebersihan cukup, mukosa hidung merah
muda, sekret tidak ada, epistaksis tidak ada.
(4) Mulut : Bentuk simetris, mukosa bibir kering, reflek
muntah ada, lidah kotor, tonsil membesar dan
memerah, perdarahan pada gusi tidak ada gigi
karies ada.
(5) Telinga : Bentuk simetris, pendengaran baik, kebersihan
cukup.
(6) Leher : Bentuk simetris, pembesaran vena jugularis
dari kelenjar tiroid tidak ada, nyeri tekan tidak
ada, nyeri saat menelan.
(7) Thorak : Bentuk simetris, retraksi otot dada, tidak ada,
nyeri tekan tidak ada wheezing--, ronchi -/- s1,
s2, normal regular, suara nafas vesicular.
(8) Abdomen : Bentuk simetris, banjolan tidak ada, nyeri
tekan tidak ada, distensi tidak ada, hepatome
gali tidak ada.
(9) Eksramitas :
Atas : Pergerakan baik, pada tangan kiri terpasang
IVFD RL 20 ttd/mnt, sianosis tidak ada, nyeri
otot tidak ada, uji tourniquet positif (+).
Bawah : Pergerakan baik, oedema tidak ada.

Kekuatan tonus otot : 444 444


444 444
(10) Genetalia : Kebersihan cukup, lesi tidak ada.
(11) Anus : Kebersihan cukup, lesi tidak ada.

e) Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15 juni 2008
Pemeriksaan Hasil Normal
WBC 6.0 H 10 3/UL 4.0-9.0
RBC 5.01 10 6/UL 3.80-5.30
HGB 13.3 g/dl 12.0-18.0
HCT 35.7 % 34.0-48.0
MCV 71.3L fl 80.0-100
MCH 26.5L pg 27.0-32.0
MCHC 37.3H g/dl 32.0-36.0
PLT 59 103/UL 120-380
(%) (103/UL) (%)
LY 56.7H 4.4 11.0-49.0
MO 10.9H 0.8 0.0-9.0
GR 32.4L 2.3 42.0-85.0
Eo (0.7)
ROW 14.1 % 11.5-14.5
PCT 0.04L % 11.5-14.5
MPV 7.8 fl 6.0-10.0
PDW 17.9H % 10.0-15.0

f) Pemeriksaan Tanggal 15 juni 2008


Tes Widal Hasil
- Saimonella typhi O Negatif (-)

- Salmonella typhi H Positif (+) 1/60

- Salmonella paratyphi A-O Positif (+) 1/320


- Salmonella parayhphi B-O Positif (+) 1/320

b. Analisa Data

TABEL 2
ANALISA DATA PASIEN B.N DENGAN DHF GRADE I
DI RUANG KASWARI BRSUD WANGAYA DENPASAR
TANGGAL 15 JUNI 2008

No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan


1 2 3 4
1 - Keluarga mengatakan - Mukosa bibir kering

pasien biasa minum - PLT tanggal Juni 2008


sehabis makan hanya 1
gelas dan biasa 59 k/UL. HCT = 35,7%

menghabiskan minum - BAK 4-5 kali sehari dan setiap


Kekurangan volume
dalam sehari 4 gelas kali kencing + 100 cc.
cairan
(+ 800 cc). Dan saat - Minum 1 gelas (+ 100 cc) per
pengkajian pasien baru
hari.
minum 1 gelas
- Mual (+)
(+ 100 cc)
- Muntah (+) 1 x, ½ gelas (+ 50

cc), muntahan berupa cairan


bening.
- Terpasang IVFD RL pada

tangan kiri.
2 - Pasien dikeluhkan - S = 38,80C.
Hipertermia
panas naik turun sejak - N = 110 x/menit
3 hari yang lalu.
- Mukosa bibir kering.
- Badan teraba panasa
3 - Pasien mengatakan - Ada nyeri saat menelan

sakit pada saat menelan - Anak tampak lemas.


Nyeri akut
sejak 2 hari yang lalu,
- Nadi 110 x/mnt
1 2 3 4
serta rasa sakit - Skala nyeri 5 (sedang) yang
dikepalanya, nyeri
diberikan
dirasakan seperti ditusuk-
- Nyeri kepala.
tusuk dengan skala nyeri
5 (sedang) dari 10 skala
nyeri yang diberikan,
tonsil membesar dan
memerah.
4 - Keluarga (Ibu) - Pasien tampak lemah, TD =

mengatakan anaknya 100/90 mmHg.


hanya berbaring di - Pasien tampak berbaring
tempat tidur saja.
ditempat tidur.
- Terpasang IVFD RL pada Intoleransi aktivitas
tangan kiri.
- Pergerakana terkoordinasi.

- Nyeri otot tidak ada

- Kekuatan tonus otot :

444 444
444 444

- Pasien tirah baring


5 - Keluarga mengatakan - Makanan habis ½ porsi makan

nafsu makan anaknya dari 1 porsi makan yang


menurun, pasien makan disediakan di RS.
Resiko nutrisi kurang
habis ½ porsi makan - Sakit saat menelan.
dari kebutuhan tubuh
dari 1 porsi makan
- Lidah kotor
yang disediakan di RS
dan minum 1 gelas - Mual (+)

- Muntah (+) 1 x ½ gls (+ 50 cc),


1 2 3 4
(+ 100 cc) per hari muntahan berupa cairan bening.
6 - Keluarga (Ibu) - Raut muka (Ibu) tampak tegang

mengatakan khawatir - Keluarga (Ibu) menanyakan


Ansietas orang tua
dengan keadaan
tentang penyebab dan
anaknya.
pencegahan penyakit DHF.
- Saat ditanya (Ibu)

mengatakan hanya
sedikit tahu tentang
penyakit anaknya dan
ibu terus bertanya
apakah penyakit
anaknya berbahaya dan
apakah bisa
disembuhkan. Dan
keluarga (Ibu) juga
menanyakan tentang
penyebab dan
pencegahan penyakit
DHF.

c. Perumusan Masalah
1) Kekurangan volume cairan
2) Hipertemia
3) Nyeri akut
4) Intoleransi aktivitas.
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6) Ansietas orang tua

d. Analisa Masalah
1)P : Kekurangan volume cairan.
E : Peningkatan permeabilitas kapiler
S : Pasien baru minum 1 gelas (+ 100 cc), mukosa bibir
kering, PLT = 1 k/ul, HCT = 35,7% (tanggal 7 Mei 2007),
mual (+), muntah (+) 1 kali, ½ gelas (+ 50 cc), muntahan
berupa cairan bening.
Proses terjadi :
Karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga menyebabkan kebocoran plasma divaskuler
yang dapat menyebabkan volume cairan berkurang dalam
tubuh.
Akibat bila tidak ditanggulang :
Akan menyebabkan syok hipovolemik

2)P : Hipertermia
E : Proses penyakitnya
S : Pasien dikeluhkan panas naik turun sejak 6 hari yang lalu,
suhu = 38,80C, Nadi : 110 x/mnt, terpasang IVFD RL
pada tangan kiri, badan teraba panas.
Proses terjadi :
Masuknya virus ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti akan mempunyai faktor imunologis, bila
tubuh tidak mampu melawannya sehingga akan
menimbulkan peradangan dan salah satu tandanya adalah
peningkatan suhu tubuh sampai hipertemia.
Akibat bila tidak ditanggulangi
Resiko terjadinya kejang akan mengakibatkan terjadinya
kejang demam.

3)P : Nyeri akut


E : Proses penyakit
S : Pasien mengatakan sakit pada saat menelan sejak 2 hari
yang lalu, rasa sakit dikepalanya, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 (sedang) dari 10 skala
nyeri yang diberikan, tonsil membesar dan memerah,
nyeri saat menelan, anak tampak lemah, nadi = 100
x/mnt.
4)P : Intoleransi aktivitas
E : Kelemahan
S : Keluarga mengatakan pasien hanya berbaring di tempat
tidur saja, pasien tampak lemah, pasien tampak berbaring
ditempat tidur, terpasang IVFD RL pada tangan kiri,
pasien tirah baring, kekuatan tonus otot
444 444
444 444
Proses terjadi :
Karena tubuh pasien yang lemah sehingga untuk
melakukan aktivitas pasien tidak mampu melakukannya.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Kebutuhan ADL tidak terpenuhi
5)P : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
E : Anoreksia
S : Keluarga mengatakan nafsu makan anaknya menurun,
pasien makan, makanan habis ½ porsi makan dari 1 porsi
makan yang disediakan di RS dan minum 1 gelas (+ 100
cc) perhari, sakit saat menelan, lidah kotor, mual (+),
muntah (+) 1 kali, ½ gelas (+ 50 cc) muntahan berupa
cairan bening.

Proses terjadi :
Karena penurunan nafsu makan, menyebabkan asupan
nutrisi kedalam tubuh berkurang, sehingga kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi secara adekuat.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Akan menyebabkan malnutrisi.

6)P : Ansietas orang tua tentang penyakit anaknya


E : Kurang informasi
S : Keluarga (ibu) mengatakan khawatir dengan keadaan
pasien, saat ditanya (ibu) mengatakan hanya sedikit tahu
tentang penyakit pasien dan ibu terus bertanya apakah
penyakit pasien berbahaya dan apakah bisa disembuhkan
dan keluarga (ibu) juga menanyakan tentang penyebab
dan pencegahan penyakit DHF, raut muka (ibu) tampak
tegang.
Proses terjadi :
Karena kurangnya informasi tentang penyakit anaknya
sehingga keluarga tidak mengetahui tentang penyebab
maupun cara pencegahannya.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Orang tua tidak kooperatif dalam perawatan anaknya.

e. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler ditandai dengan keluarga mengatakan pasien
minum hanya 1 gelas (+ 100 cc) dan mukosa bibir kering, mual (+),
muntah (+) kali, ½ gelas (+ 50 cc), muntahan berupa cairan
bening.
2) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
pasien dikeluhkan panas naik turun sejak 3 hari yang lalu, suhu =
38,80C, nadi = 110 x/mnt terpasang IVFD RL pada tangan kiri
badan pasien teraba panas.
3) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai pasien
mengatakan sakit pada saat menelan sejak 2 hari yang lalu, serta
sakit kepalanya, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 5 (sedang) dari 10 skala nyeri yang diberikan, tonsil
membesar dan memerah, ada nyeri saat menelan, anak tampak
lemah, nadi = 110 x/mnt.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan keluarga (ibu) mengatakan pasien hanya berbaring di
tempat tidur saja, pasien tampak lemah, terpasang IVFD RL pada
tangan kiri, pasien tirah baring, kekuatan tonus otot
444 444
444 444
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan keluarga mengatakan nafsu makan
anaknya menurun, pasien makan hanya ½ porsi dari 1 porsi yang
disediakan di RS dan minum 1 gelas (+ 100 cc) perhari, sakit saat
menelan, lidah kotor, mual (+), muntah (+) 1 kali, ½ gelas (+ 50
cc) muntahan berupa cairan bening.
6) Ansietas orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan
kurang informasi ditandai dengan keluarga (ibu) mengatakan
khawatir dengan keadaan pasien dan ditanya (ibu) mengatakan
hanya sedikit tahu tentang penyakit pasien dan ibu terus bertanya
apakah penyakit pasien berbahaya dan apakah bisa disembuhkan.
Dan keluarga (ibu) juga menanyakan tentang penyebab dan
pencegahan penyakit DHF, keluarga (ibu) tampak tegang.

2. Perencanaan
a. Prioritas diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis gunakan adalah
berdasarkan masalah yang mengancam jiwa pasien.
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler ditandai dengan keluarga mengatakan pasien
biasa minum hanya 1 gelas,mukosa bibir kering, mual (+), muntah
(+) 1 kali, ½ gelas (+ 50 cc), muntahan berupa cairan bening.
2) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan
pasien dikeluhkan panas naik turun sejak 6 hari yang lalu, suhu =
38,80C, nadi = 110 x/mnt terpasang IVFD RL pada tangan kiri badan
pasien teraba panas.
3) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai pasien
mengatakan sakit pada saat menelan sejak 2 hari yang lalu, serta rasa
sakit dikepalanya, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 5 (sedang) dari 10 skala nyeri yang diberikan, tonsil membesar
dan memerah, ada nyeri saat menelan, anak tampak lemah, nadi =
110 x/mnt.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan keluarga (ibu) mengatakan pasien hanya berbaring di tempat
tidur saja, pasien tampak lemah, terpasang IVFD RL pada tangan
kiri, pasien tirah baring, kekuatan tonus otot
444 444
444 444
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan keluarga mengatakan nafsu makan
anaknya menurun, pasien makan habis ½ porsi dari 1 porsi yang
disediakan di RS dan minum 1 gelas (+ 100 cc) perhari, sakit saat
menelan, lidah kotor, mual (+), muntah (+) 1 kali, ½ gelas (+ 50 cc)
muntahan berupa cairan bening.
6) Ansietas orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan
kurang informasi ditandai dengan keluarga (ibu) mengatakan
khawatir dengan keadaan pasien dan ditanya (ibu) mengatakan
hanya sedikit tahu tentang penyakit pasien dan ibu terus bertanya
apakah penyakit pasien berbahaya dan apakah bisa disembuhkan.
Dan keluarga (ibu) juga menanyakan tentang penyebab dan
pencegahan penyakit DHF, keluarga (ibu) tampak tegang.
Daftar Pustaka
1. Alimul, A.H. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
2. Carpenito, L.J. (1998). Diagnosa Keperawatan (Edisi ke enam). Jakarta :
EGC
3. Doenges, M.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi Ketiga).
Jakarta: EGC
4. Effendy, C.. (1995) Perawatan Pasien DHF. Jakarta : EGC
5. Masjoer, Dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi ketiga) jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius
6. Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Jakarta : PT
Fajar Inter Pratama
7. Sudrajat, H. (2007). Demam Berdarah Dengue (DBD). Di peroleh tanggal 11
Mei 2007. Dari Http ://www.sumberkes.com

Anda mungkin juga menyukai