Konsep DHF
Konsep DHF
Diajukan Oleh :
A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar DHF
a. Pengertian
Dengan Haemorhagic Faver (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus
dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti (betina). (Effendy, 1999).
DHF adalah penyakit fibris-virus akut, seringkali disertai
dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan
leukopenia sebagai gejalanya. (WHO, 1999)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah demam akut dengan
ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian
(Mansjoer, 1999)
DHF diklasifikasi menjadi empat tingkatan keparahan, dimana
derajat III dan IV dianggap DSS. Adanya trombositopenia dengan
disertai hemokonsentrasi membedakan derajat I dan II DHF
(WHO, 1999).
Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional
nonspesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan
adalah tes tourniket positif dan atau mudah memar.
Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada
derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit
atau perdarahan lain.
Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat
dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau
hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab
serta gelisah.
Derajai IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak
terdekteksi.
b. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes aegypi sehingga terjadi infeksi dalam tubuh manusia.
Hal pertama yang terjadi adalah viremia seperti demam 2-7 hari, skait
kepala, mual-muntah, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hiperemi pada
tenggorokan. Akibat infeksi akan terjadi replikasi virus dalam tubuh
sehingga merangsang kompleks antibody virus dalam tubuh sehingga
terjadi trombositopenia dimana jumlah trombosit menurun yang
dimanifestasikan dengan petekia (bintik-bintik merah pada kulit)
vaskulitis yaitu peradangan pada kulit, reaksi imunologik dimana
tubuh berkompensasi terhadap virus yang masuk kedalam tubuh. Dari
hal ini akan mengakibatkan permeabilitas vaskuler meningkat dimana
terjadi perembesan plasma sehingga akan terjadi hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi, hiponatremia. Jika tubuh kekurangan cairan
yan terus menerus akan terjadi hipotensi dimana tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah, kaki dan tangan dingin, kulit lembab
dan pasien tampak gelisah. Perubahan tersebut memperhatikan gejala
gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma sehingga
tubuh akan kekurangan O2 akibatnya akan terjadi syok dan hipoksia
jaringan. Komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan adalah
pendarahan lebih lanjut, syok hipovolemia dan kematian.
(Effendy, C.(1995).
c. Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
1) Darah
Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari
ke-2 atau hari ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu
kedua kalinya. Pada saat suhu meningkat kedua kalinya sel
limfosit relatif sudah bertambah. Sel-sel eusinofil sangat
berkurang. Dada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan
pemeriksaan penting. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia, SGOT,
SGPT, ureum, dan PH darah mungkin meningkat, sedangkan
reserve merendah.
2) Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3) Sumsun Tulang
Pada awal sakit biasnya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi sedangkan
pada hari ke-10 biasanya sudah kembali normal untuk semua
data.
4) Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan menjadi :
a) Uji serologi memakai serum ganda yaitu serum yang diambil
pada masa akut dan konvalesen, yaitu pengikatan komplemen
(PK), uji netralisasi (NT) dan uji dengue blot. Pada uji ini
dicari kenaikan antibodi anti dengue sebanyak minimal 4
kali.
b) Uji serologi memkai serum tunggal, yaitu uji dengue blot
yang mengukur antibodi, anti dengue tanpa memandang kelas
antibodynya, uji IgM antidengue yang mengukur hanya
antibodi antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari
adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue.
d. Penatalaksanaan Medis
1) Penatalaksanaan penderita DHF adalah
a) Tirah baring atau istirahat baring
b) Diet makanan lunak
c) Minum banyak 50 ml /kg BB dalam 4-6 jam pertama dapat
berupa : susu, teh manis, sirup, dan beri penderita oralit.
Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita. Cairan rumatan 80-100 ml /kg BB dalam 24 jam
berikutnya
d) Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan
dilakukan bila pasien terus menerus muntah sehingga tidak
mungkin diberikan makanan per oral atau didapatkan nilai
hematokrit yang bertendensi terus meningkat (>40 vol %).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat
dehidrasi dan kehilangan elektronik. Dianjrkan cairan
glukosa 5% dalam 1/3 larutan Nacl 0,9%.
e) Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume
dengan cepat mencakup berikut ini :
1) Salin fisiologis (Nacl)
2) Laktat ringer atau asetat ringer.
3) Larutan glokosa 5% diencerkan 1:2 atau 1:1 dalam salin
fisiologis.
4) Plasma, substitusi plasma (misal, dekstran 40) atau
albumin 5% (50 g/l).
f) Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (Suhu, Nadi, TD,
Respirasi) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap
jam.
g) Periksa Hb, Ht, dan trombosit tiap hari.
h) Pemberian obat antipiretik.
i) Monitor tanda – tanda dini renjatan meliputi keadaan umim,
perubahan tanda – tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan
laboratorium yang memburuk.
j) Monitor tanda – tanda pendarahan lebih lanjut.
k) Pemberian antibiotik bila terdapat kekhawatiran infeksi
sekunder.
l) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi
dengan dokter).
b. Perencanaan
Rencana keperawatan disusun berdasarkan dengan penemuan
prioritas, dimana perencanaan disesuaikan dengan prioritas diagnosa
yang paling mengancam jiwa pasien.
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses
penyakit (hipermia).
Tujuan : pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
Tindakan keperawatan :
a) Kaji karakteristik demam :
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam
b) Observasi tanda – tanda vital tiap 3 jam atau lebih sering
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
c) Beri HE tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien
dapat membantu pasien atau keluarga mengurangi
kecemasan yang timbul.
d) Anjurkan pasien banyak minum yaitu + 2,5 cc per hari.
Rasional :Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
e) Beri kompres hangat (pada daerah axilla dan lipat paha).
Rasional : Kompres hangat akan memvasolitasi pengeluaran
suhu, sehingga suhu tubuh cepat keluar.
f) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
Rasional : Dapat membantu menurunkan panas.
3) Alasan dirawat
a) Keluhan utama
Saat MRS tanggal 14 Juni 2008 :
(1) Pasien dikeluhkan oleh keluarga mengalami panas sejak
tanggal 10 Juni 2008
(2) Saat pengkajian tanggal 15 Juni 2008 ; pasien dikeluhkan
panas dan panasnya naik turun.
b) Riwayat Penyakit
Pada tanggal 10 Juni 2008 yaitu hari selasa, pasien dikeluhkan
panas pada malam hari dan sempat diukur oleh ibunya 390C.
Panasnya tidak turun sampai keesokan paginya. Kemudian ibu
membelikan obat penurun panas (paracetamol) di warung dekat
rumah pasien. Setelah diberikan obat penurun panas, panas
tubuh pasien menurun tapi pada malam harinya panas naik
kembali 380C. Panasnya tidak turun sampai keesokan paginya
(tanggal 12 Juni 2008). Kemudian ibu langsung membawa
anaknya ke dokter praktek swasta di sekitar tempat tinggalnya.
Oleh dokter pasien diperiksa dan diberikan obat penurun panas
(ibu lupa nama obatnya) dosisnya 3x ½ tablet. Kemudia siang
sampai malam harinya panas pasien sudah turun dan ibu terus
memberikan obat yang diberikan oleh dokter. Tapi tiba – tiba
pagi harinya (tanggal 13 Juni 2008) pukul 06.00 wita pasien
panas kembali dan ibu langsung membawa anaknya ke dokter
spesialis anak, oleh dokter pasien diberikan obat penurun panas
berupa pamol sirup dengan dosis 3 x cth II, kemudian keesokan
harinya (14 Juni 2008) pukul 19.00 wita pasien panas kembali
dan ibu langsung membawa anaknya ke BRSUD Wangaya
Denpasar untuk mengetahui penyakitnya lebih lanjut.
Keluarga dan pasien tiba di UGD BRSUD Wangaya Denpasar
pukul 19.15 wita dan setelah dilakukan pemeriksaan pasien
disarankan untuk rawat inap. Pasien dan keluarganya tiba pukul
19.55 wita diruang Kaswari. Dan kondisi pasien sebelum
masuk rumah sakit : pasien tampak lemas, panasnya sering
naik turun, dan mengalami peningkatan suhu tubuh pada
malam hari dan mulai turun pada pagi harinya. Pasien
mengeluh pusing dan mual muntah 1 x ½ gelas (+ 50 cc).
Muntah berupa cairan bening. Pasien mengeluh sakit saat
menelan.
Diagnosa medis : DHF Grade I
Therapy : Tanggal 15 Juni 2008
: IVFD RL 20 tts/mnt
: Dexa 3 x 1cc.
4) Kebutuhan Bio, Psiko, Sosial, Spiritual
a) Biologis
(1) Bernafas.
Keluarga mengatakan sebelum sakit dan saat pengkajian
pasien tidak mengalami kesulitan bernafas, baik saat
menarik nafas maupun saat mengeluarkan nafas.
b) Data Psikologis
(1) Rasa nyaman
Pasien mengatakan sakit pada saat menelan sejak 2 hari
yang lalu, serta rasa sakit dikepalanya, nyeri dirasakan
seperti ditusuk – tusuk dengan skala nyeri 5 (sedang) dari
10 skala nyeri yang diberikan, tonsil membesar dan
memerah ada nyeri saat menelan.
(2) Rasa aman (orang tua)
Keluarga mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya.
Raut wajah ibu tampak tegang.
c) Data Sosial
(1) Sosial anak
Hubungan pasien dengan orang tua baik, saat sakit anak
dijaga oleh kedua orang tuanya, hubungan anak dengan
perawat baik, anak paling dekat dengan ibunya.
(2) Bermain
Sebelum sakit pasien biasa bermain – main dengan teman
sebayanya, saat pengkajian pasien tampak berbaring di
tempat tidur sambil berbincang – bincang dengan kedua
orang tuanya.
(3) Rekreasi
Keluarga (ibu) mengatakan kalau pasien biasanya setiap
hari sabtu sore sering diajak jalan – jalan ke lapangan
dekat rumahnya, saat pengkajian ibu mengatakan untuk
saat ini pasien belum bisa jalan – jalan keluar karena
pasien lemah perlu perawatan dan ibu berjanji pada
anaknya kalau sembuh pasien akan diajak jalan – jalan.
(4) Prestasi
Anak berada dalam masa anak sekolah, sewaktu di TK
pasien dikatakan aktif dan lincah dalam setiap kegiatan,
saat sakit pasien kooperatif saat perawatan terutama saat
pemberian obat injeksi serta pengukuran tanda – tanda
vital
(5) Lingkungan sosial
Keluarga mengatakan dilingkungan tempat tinggalnya
tidak ada yang terkena demam berdarah, baik saat ini
maupun tiga (3) bulan terakhir di tahun 2008. ibu
mengatakan rajin membersihkan lingkungan di dalam
rumah maupun di lingkungan luar rumahnya (pekarangan
sekitar rumahnya) ibu pasien mengtakan tidak pernah
menggantung baju kotor di kamar tempat tidur. Dan ibu
juga tidak memelihara unggas seperti : burung, ayam dll.
d) Spiritual
Pasien beragama Hindu dan menurut ibunya, anaknya
sembahyang jika diajak ibunya, pada saat pengkajian pasien
hanya bisa berdoa ditempat tidur. Orang tua pasien mengatakan
tidak henti – hentinya memohon kepada yang diatas (Tuhan)
memohon agar anaknya cepat sembuh.
b) Ukuran – ukuran
(1) Berat badan sebelum sakit : 21 kg
(2) Berat badan saat pengkajian : 21 kg
(3) Lingkar kepala : 52 cm
(4) Lingkar lengan : 14 cm
(5) Tinggi badan : 125
c) Gejala Kardinal
Tanggal 15 juni 2008
(1) Suhu : 38,80C
(2) Nadi : 110 x/mnt
(3) Pernapasan : 20 x/mnt
(4) Tekanan darah : 110/90 mmHg
d) Keadaan Fisik
(1) Kepala : Bentuk bulat, rambut bersih, nyeri tekan tidak
ada, kebersihan cukup.
(2) Mata : Bentuk simetris, secret tidak ada, kunjungtiva
merah muda, nyeri tekan tidak ada.
(3) Hidung : Kebersihan cukup, mukosa hidung merah
muda, sekret tidak ada, epistaksis tidak ada.
(4) Mulut : Bentuk simetris, mukosa bibir kering, reflek
muntah ada, lidah kotor, tonsil membesar dan
memerah, perdarahan pada gusi tidak ada gigi
karies ada.
(5) Telinga : Bentuk simetris, pendengaran baik, kebersihan
cukup.
(6) Leher : Bentuk simetris, pembesaran vena jugularis
dari kelenjar tiroid tidak ada, nyeri tekan tidak
ada, nyeri saat menelan.
(7) Thorak : Bentuk simetris, retraksi otot dada, tidak ada,
nyeri tekan tidak ada wheezing--, ronchi -/- s1,
s2, normal regular, suara nafas vesicular.
(8) Abdomen : Bentuk simetris, banjolan tidak ada, nyeri
tekan tidak ada, distensi tidak ada, hepatome
gali tidak ada.
(9) Eksramitas :
Atas : Pergerakan baik, pada tangan kiri terpasang
IVFD RL 20 ttd/mnt, sianosis tidak ada, nyeri
otot tidak ada, uji tourniquet positif (+).
Bawah : Pergerakan baik, oedema tidak ada.
e) Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15 juni 2008
Pemeriksaan Hasil Normal
WBC 6.0 H 10 3/UL 4.0-9.0
RBC 5.01 10 6/UL 3.80-5.30
HGB 13.3 g/dl 12.0-18.0
HCT 35.7 % 34.0-48.0
MCV 71.3L fl 80.0-100
MCH 26.5L pg 27.0-32.0
MCHC 37.3H g/dl 32.0-36.0
PLT 59 103/UL 120-380
(%) (103/UL) (%)
LY 56.7H 4.4 11.0-49.0
MO 10.9H 0.8 0.0-9.0
GR 32.4L 2.3 42.0-85.0
Eo (0.7)
ROW 14.1 % 11.5-14.5
PCT 0.04L % 11.5-14.5
MPV 7.8 fl 6.0-10.0
PDW 17.9H % 10.0-15.0
b. Analisa Data
TABEL 2
ANALISA DATA PASIEN B.N DENGAN DHF GRADE I
DI RUANG KASWARI BRSUD WANGAYA DENPASAR
TANGGAL 15 JUNI 2008
tangan kiri.
2 - Pasien dikeluhkan - S = 38,80C.
Hipertermia
panas naik turun sejak - N = 110 x/menit
3 hari yang lalu.
- Mukosa bibir kering.
- Badan teraba panasa
3 - Pasien mengatakan - Ada nyeri saat menelan
444 444
444 444
mengatakan hanya
sedikit tahu tentang
penyakit anaknya dan
ibu terus bertanya
apakah penyakit
anaknya berbahaya dan
apakah bisa
disembuhkan. Dan
keluarga (Ibu) juga
menanyakan tentang
penyebab dan
pencegahan penyakit
DHF.
c. Perumusan Masalah
1) Kekurangan volume cairan
2) Hipertemia
3) Nyeri akut
4) Intoleransi aktivitas.
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6) Ansietas orang tua
d. Analisa Masalah
1)P : Kekurangan volume cairan.
E : Peningkatan permeabilitas kapiler
S : Pasien baru minum 1 gelas (+ 100 cc), mukosa bibir
kering, PLT = 1 k/ul, HCT = 35,7% (tanggal 7 Mei 2007),
mual (+), muntah (+) 1 kali, ½ gelas (+ 50 cc), muntahan
berupa cairan bening.
Proses terjadi :
Karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga menyebabkan kebocoran plasma divaskuler
yang dapat menyebabkan volume cairan berkurang dalam
tubuh.
Akibat bila tidak ditanggulang :
Akan menyebabkan syok hipovolemik
2)P : Hipertermia
E : Proses penyakitnya
S : Pasien dikeluhkan panas naik turun sejak 6 hari yang lalu,
suhu = 38,80C, Nadi : 110 x/mnt, terpasang IVFD RL
pada tangan kiri, badan teraba panas.
Proses terjadi :
Masuknya virus ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti akan mempunyai faktor imunologis, bila
tubuh tidak mampu melawannya sehingga akan
menimbulkan peradangan dan salah satu tandanya adalah
peningkatan suhu tubuh sampai hipertemia.
Akibat bila tidak ditanggulangi
Resiko terjadinya kejang akan mengakibatkan terjadinya
kejang demam.
Proses terjadi :
Karena penurunan nafsu makan, menyebabkan asupan
nutrisi kedalam tubuh berkurang, sehingga kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi secara adekuat.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Akan menyebabkan malnutrisi.
e. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler ditandai dengan keluarga mengatakan pasien
minum hanya 1 gelas (+ 100 cc) dan mukosa bibir kering, mual (+),
muntah (+) kali, ½ gelas (+ 50 cc), muntahan berupa cairan
bening.
2) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
pasien dikeluhkan panas naik turun sejak 3 hari yang lalu, suhu =
38,80C, nadi = 110 x/mnt terpasang IVFD RL pada tangan kiri
badan pasien teraba panas.
3) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai pasien
mengatakan sakit pada saat menelan sejak 2 hari yang lalu, serta
sakit kepalanya, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 5 (sedang) dari 10 skala nyeri yang diberikan, tonsil
membesar dan memerah, ada nyeri saat menelan, anak tampak
lemah, nadi = 110 x/mnt.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan keluarga (ibu) mengatakan pasien hanya berbaring di
tempat tidur saja, pasien tampak lemah, terpasang IVFD RL pada
tangan kiri, pasien tirah baring, kekuatan tonus otot
444 444
444 444
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan keluarga mengatakan nafsu makan
anaknya menurun, pasien makan hanya ½ porsi dari 1 porsi yang
disediakan di RS dan minum 1 gelas (+ 100 cc) perhari, sakit saat
menelan, lidah kotor, mual (+), muntah (+) 1 kali, ½ gelas (+ 50
cc) muntahan berupa cairan bening.
6) Ansietas orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan
kurang informasi ditandai dengan keluarga (ibu) mengatakan
khawatir dengan keadaan pasien dan ditanya (ibu) mengatakan
hanya sedikit tahu tentang penyakit pasien dan ibu terus bertanya
apakah penyakit pasien berbahaya dan apakah bisa disembuhkan.
Dan keluarga (ibu) juga menanyakan tentang penyebab dan
pencegahan penyakit DHF, keluarga (ibu) tampak tegang.
2. Perencanaan
a. Prioritas diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis gunakan adalah
berdasarkan masalah yang mengancam jiwa pasien.
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler ditandai dengan keluarga mengatakan pasien
biasa minum hanya 1 gelas,mukosa bibir kering, mual (+), muntah
(+) 1 kali, ½ gelas (+ 50 cc), muntahan berupa cairan bening.
2) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan
pasien dikeluhkan panas naik turun sejak 6 hari yang lalu, suhu =
38,80C, nadi = 110 x/mnt terpasang IVFD RL pada tangan kiri badan
pasien teraba panas.
3) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai pasien
mengatakan sakit pada saat menelan sejak 2 hari yang lalu, serta rasa
sakit dikepalanya, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 5 (sedang) dari 10 skala nyeri yang diberikan, tonsil membesar
dan memerah, ada nyeri saat menelan, anak tampak lemah, nadi =
110 x/mnt.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan keluarga (ibu) mengatakan pasien hanya berbaring di tempat
tidur saja, pasien tampak lemah, terpasang IVFD RL pada tangan
kiri, pasien tirah baring, kekuatan tonus otot
444 444
444 444
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan keluarga mengatakan nafsu makan
anaknya menurun, pasien makan habis ½ porsi dari 1 porsi yang
disediakan di RS dan minum 1 gelas (+ 100 cc) perhari, sakit saat
menelan, lidah kotor, mual (+), muntah (+) 1 kali, ½ gelas (+ 50 cc)
muntahan berupa cairan bening.
6) Ansietas orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan
kurang informasi ditandai dengan keluarga (ibu) mengatakan
khawatir dengan keadaan pasien dan ditanya (ibu) mengatakan
hanya sedikit tahu tentang penyakit pasien dan ibu terus bertanya
apakah penyakit pasien berbahaya dan apakah bisa disembuhkan.
Dan keluarga (ibu) juga menanyakan tentang penyebab dan
pencegahan penyakit DHF, keluarga (ibu) tampak tegang.
Daftar Pustaka
1. Alimul, A.H. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
2. Carpenito, L.J. (1998). Diagnosa Keperawatan (Edisi ke enam). Jakarta :
EGC
3. Doenges, M.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi Ketiga).
Jakarta: EGC
4. Effendy, C.. (1995) Perawatan Pasien DHF. Jakarta : EGC
5. Masjoer, Dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi ketiga) jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius
6. Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Jakarta : PT
Fajar Inter Pratama
7. Sudrajat, H. (2007). Demam Berdarah Dengue (DBD). Di peroleh tanggal 11
Mei 2007. Dari Http ://www.sumberkes.com