Anda di halaman 1dari 146

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan layanan klinis di Puskesmas Wonokromo antara lain:

1. Unit Pendaftaran

2. Poli Umum

3. Poli Gigi

4. Poli KIA - KB

5. Unit Laboratorium

6. Unit Obat

7. Pojok TB

8. Pojok Gizi

9. Pojok Laktasi

10. Poli Konsultasi Kesehatan Lingkungan (Kesling)

11. Poli Konsultasi Psikologi

B. METODE
Kegiatan pelayanan klinis dilakukan secara terpadu dengan
mengutamakan keselamatan pasien. Dalam rangka memberikan pelayanan,
setiap Petugas wajib mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan guna
menjaga mutu layanan klinis dan mencegah adanya kejadian yang tidak
diinginkan.

C. LANGKAH KEGIATAN

1. UNIT PENDAFTARAN
a. Falsafah Rekam Medis
Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan
diberikan oleh Dokter dan Tenaga Kesehatan lainnya kepada pasien, hal
ini merupakan cerminan kerjasama lebih dari satu orang tenaga
kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Bukti tertulis pelayanan yang
dilakukan setelah pemeriksaan tindakan, pengobatan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Proses pelayanan diawali dengan identifikasi pasien baik jati diri,
maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan
medis lainnya yang akan dijadikan dasar di dalam menentukan tindakan
lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya
yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke Instalasi
Kesehatan.

b. Pengertian Rekam Medis


Pengertian Rekam Medis dijelaskan dalam Pasal 1 angka 1
Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
yakni Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada Pasien. Kalau diartikan
secara dangkal, rekam medis seakan-akan hanya merupakan catatan dan
dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih dalam rekam
medis mempunyai makna yang lebih luas dari pada hanya sekedar
catatan biasa, karena di dalam catatan tersebut sudah tercermin segala
informasi menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar di
dalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun
tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seorang pasien yang
datang ke instalasi kesehatan dalam hal ini datang ke Puskesmas.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan
yang dimulai pada saat diterimanya pasien di instalasi kesehatan,
diteruskan kegiatan pencatatan data medis pasien selama pasien itu
mendapatkan pelayanan medis di puskesmas maupun yang tidak dapat
dilayani di puskesmas dan dilanjutkan dengan pembuatan rujukan ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan.

c. Pemberian nomer Rekam Medis


Sistem penomoran dikenal dengan istilah numbering system, ini
penting artinya untuk kesinambungan informasi. Dengan menggunakan
sistem penomoran, maka informasi-informasi dapat secara runtut dan
meminimalkan informasi yang hilang.
Tujuan memberi nomor rekam medis pada dokumen rekam medis
adalah mempermudah pencarian kembali dokumen rekam medis yang
telah terisi berbagai informasi tentang pasien kemudian datang kembali
berobat di sarana pelayanan kesehatan yang sama yaitu dengan mencari
nomor rekam medis yang telah diberikan kepada pasien.
Sistem penomoran di Puskesmas Wonokromo adalah Pemberian
nomor secara unit ( Unit Numbering System). Sistem penomoran dimana
sistem ini memberikan satu nomor rekam.
medis pada pasien berobat jalan, setiap pasien yang datang berobat
mendapatkan satu nomor pada saat pertama kali pasien datang ke
puskesmas untuk satu keluarga dan digunakan selamanya untuk
kunjungan berikutnya.

d. Penulisan nama dan indeks pasien


Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas
kepada seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya, sehingga mempermudah /
memperlancar dalam memberikan pelayanan rekam medis kepada
pasien yang datang berobat Puskesmas
Sistem penamaan yang digunakan di puskesmas menggunakan
sistem penamaan sendiri dengan mengunakan KTP, KK atau
identitas yang lain yaitu:
a. Nama pasien itu sendiri apabila nama sudah terdiri dari satu
kata atau lebih.
b. Untuk pemberian gelar mengikuti gelar yang telah di terima
selama pendidikan, misal : dr. Anton , Budi, SH
c. Bagi bayi yang belum mempunyai nama bisa memakai nama
ibu di belakang namanya misal, Bayi Ny Cholifah

e. Prosedur Pendaftaran

Pelaksanaan Pendaftaran dilakukan seperti dibawah ini:

1. Mempersiapkan alat alat pendaftaran seperti dibawah ini :


a. Komputer, Printer yang sudah memiliki jaringan internet dan
lokal jaringan
b. Alat tulis kantor

c. Kwitansi dan karcis pembayaran

d. Power on komputer dan sudah log in aplikasi SIMPUS dan

PCARE

2. Membuka situs http://118.97.241.131/simpusv2 pada google atau


mozilla dan https://pcare.bpjs-kesehatan.go.id untuk cek kepersertaan
BPJS.
3. Persiapan peralatan ; kartu berobat, status rekam medis umum, anak,
hamil, form Jamkesda dan SKM
4. Petugas memanggil nomor antrian secara berurutan dengan mengklik
ambil antrian di simpus
5. Menyapa pasien
6. Menanyakan kartu berobat, apabila hilang atau tidak membawa kartu,
mencari data di simpus
7. Bagi pasien baru petugas harus mencek terlebih dahulu nama pasien,
alamat dan nama KK dengan menginputnya terlebih dahulu secara
bergantian, apabila tidak ditemukan, klik pasien baru
8. Mengarahkan pasien untuk menunggu di depan poli yang dituju
9. Bagi pasien yang ber KTP / KK surabaya, gratis retribusi loket
pendaftaran
10. Bila pasien mempunyai jaminan kesehatan bisa disertai dengan
kartu tersebut (BPJS, Jamkesda, SKM).
11. Untuk pasien Jamkesda dan SKM disertai tanda tangan form yang
telah di sediakan
12. Ketentuan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk pasien SKM
(peserta yang tidak mempunyai jaminan kesehatan manapun bisa
memakai SKM dengan mengecek NIK pasien di data base, masa
berlaku SKM 2 bulan dan bisa di perbarui lagi apabila masih belum
memiliki jaminan kesehatan).
13. Petugas pendaftaran menuliskan kartu berobat bagi pasien baru dan
pasien yang hilang kartu berobatnya
14. Menulis di status rekam medis pasien baru No. RM, Nama Pasien,
Tanggal Lahir, Nama KK, Alamat, Pekerjaan dan No Telepon.
15. Bagi pasien yang memiliki 2 kartu berobat, maka harus di pilih
kartu yang terakhir kunjungan, no kartu berobat lama pada
SIMPUS di edit, dan status rekam medis lama di satukan ke status
rekam medis no kartu kunjungan terakhir
16. Untuk anak di bawah 7 tahun masuk di KIA teriebih dahulu
17. Penerimaan pasien rawat jalan
Setiap pasien di terima di loket pendaftaran dan akan
diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan informasi
mengenai data identitas sosial pasien yang harus diinput dalam
SIMPUS. Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien
yang akan digunakan sebagai kartu kunjungan berobat, yang
harus dibawa pada setiap kunjungan berikutnya ke puskesmas.
Setelah selesai proses pendaftaran, pasien dipersilahkan
menunggu di depan poli yang dituju, sementara petugas loket
pendaftaran menyiapkan status rekam medis. Selanjutkan status
rekam medis akan didistribusikan di poli yang dituju. Setelah
mendapatkan pelayanan yang cukup dari poli, ada beberapa
kemungkinan dari setiap pasien :
 Pasien boleh langsung pulang dengan diberi resep untuk di
ambil di Unit Obat.
 Pasien diberikan pengantar ke Laboratorium
 Pasien dirujuk ke Rumah Sakit
 Semua kartu statusrekam medis yang telah selesai berobat
harus kembali ke loket pendaftaran 1x 24 jam.
18. Penerimaan Pasien Darurat
Pasien datang ke loket pendaftaran, petugas mempersilahkan masuk
ke poli umum untuk di triage kegawatdaruratan nya, bila masuk
triage hijau pasien bisa mengambil no antrian yang ada di loket
pendaftaran, bila kuning dan merah bisa di tangani langsung oleh
tenaga medis di ruang tindakan
19. Penerimaan Pasien Rawat Inap Bersalin
Pasien datang ke Unit Pendaftaran. Jika ada indikasi pasien harus
dirawat, maka Bidan mengarahkan pasien untuk masuk di Kamar
Perawatan Lantai 2.
f. Pencatatan
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian
sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan
kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan
dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan
yang dimulai pada saat diterimanya pasien diteruskan kegiatan
pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan
pelayanan medis dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam
medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta
pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan. Pencatatan disini
dimaksudkan pendokumentasian segala informasi medis seorang
pasien ke dalam Rekam Medis. Pada dasarnya pendokumentasian
memuat data, yang akan menjadi bahan informasi. Data pasien dapat
dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu data sosial dan data
medis. Data sosial didapatkan pada saat pasien mendaftarkan diri ke
tempat penerimaan pasien. Data medis baru diperoleh dari pasien,
apabila pasien telah memasuki unit pelayanan kesehatan. Petugas di
unit pelayanan adalah dokter dan ahli-ahli profesi kesehatan lainnya
(termasuk penunjangnya, seperti perawat, bidan, laboratorium, gizi
dan lain-lain).
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli kesehatan lainnya,
yaitu:

a. Mencatat secara tepat waktu;


b. Up to date;
c. Cermat dan lengkap;
d. Dapat dipercaya dan menurut kenyataan;
e. Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak
bertele-tele; dan
f. Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas.
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di
Puskesmas Wonokromo yang memberikan pelayanan ataupun
tindakan kepada pasien.

g. Ketentuan Pengisian Status Rekam Medis


Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien
menerima pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien wajib di
tulis dalam Rekam medis.
b. Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/ tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama
terangnya serta diberi tanggal.
c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa
lainnya ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang
merawat atau oleh dokter pembimbingnya.
d. Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.

h. Pengambilan status rekam medis


Pengambilan rekam medis pada rak status penyimpanan rekam
medis. pengambilan harus sesuai dengan no. rekam medis pasien
berobat. Tahapan pencarian rekam medis pada rak penyimpanan
yaitu :

1. Ambil slip no antrian


2. Temukan family folder pasien berdasarkan no. rekam medis pasien
yang terdiri dari 6 digit
3. Lihat kembali nama pasien yang mau berobat, temukan kartu
rekam medis pasien yang berobat di dalam family folder-nya.
4. Apabila kartu rekam medis pasien tidak ditemukan, cari kunjungan
terakhir di di simpus, mengecek di unit pelayanan , bila masih
belum ditemukan dapat dibuatkan sementara. Apabila status lama
ditemukan, dijadikan satu dengan yang baru
5. Susun dan taruh kartu rekam medis yang sudah ditemukan
6. Stempel tanggal kunjungan di kartu rekam medis
7. Bila status rekam medis habis di buatkan lagi dengan mencatat
identitas lengkap dan status kepesertaan di lembar baru dan
dijadikan satu (steples)
8. Satukan slip no antrian di status rekam medis dengan paper clips
Permintaan rekam medis yang tidak rutin dapat juga dilayani oleh
petugas rekam medis, dengan cara sebagai berikut :
1. Harus datang sendiri untuk mengambil rekam medisnya
2. Perekam medis mengambil status rekam medis yang akan
dipinjam
3. Di catat dibuku peminjaman rekam medis no. rekam medis dan
nama pasien yang diminta status rekam medisnya, nama yang
meminta rekam medis, tanggal pinjam rekam medis dan tanggal
jatuh tempo kembali rekam medis serta paraf peminjam dan
perekam medis
4. Menginformasikan peminjaman 1x 24 jam

Ketentuan pokok yang harus ditaati ditempat penyimpanan adalah :


a. Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang Rekam Medis,
tanpa sepengetahuan petugas unit Pendaftaran. Karena status Rekam
Medis pasien adalah tanggung jawab dari petugas Unit Pendaftaran.
b. Rekam medis yang keluar ke poli-poli lain berkewajiban untuk
dikembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya yang pada hari
itu juga. Seharusnya setiap rekam medis kembali lagi ke raknya pada
setiap akhir hari kerja, sehingga dalam keadaan darurat staf Puskesmas
dapat mencari informasi yang diperlukan.

i. Pendistribusian Rekam Medis


Pendistribusian rekam medis dilakukan secara manual, dilakukan
setelah administrasi pendaftaran dilakukan, yaitu dengan memilah status
rekam medis berdasarkan poli tujuan lalu mengurutkan no antrian
panggilan dari nomor terkecil ke nomor terbesar, lalu didistribusikan
kepoli tujuan. Rekam Medis tidak sekalipun di benarkan dibawa oleh
pasien itu sendiri.

j. Pemberian kode (coding)

Pemberian kode adalah pemberian penetapan kode dengan


menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang
mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan seta diagnosis yang ada
didalam rekam medis di harus diberi kode dan selanjutnya di indeks agar
memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang
fungsi perencanaan, manajemen dan riset dibidang kesehatan. Kode
penyakit oleh WHO (Word Helath Organization) bertujuan untuk
menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor
yang mempengaruhi kesehatan. WHO mengharuskan negara anggota
nya menggunakan ICD-10 (International Statitical Clasification
Deseases) revisi 10. ICD - 10 menggunakan kode kombinasi yaitu
menggunakan abjad dan angka (alpha numeric).
k. Penyimpanan Status Rekam Medis
Kegiatan penyimpanan rekam medis bertujuan untuk melindungi
dari kerusakan fisik dan isinya itu sendiri. Rekam medis harus dilindungi
dan dirawat karena merupakan benda yang sangat berharga bagi
Puskesmas
Sistem penyimpanan yang digunakan di Puskesmas Wonokromo
adalah sistem sentralisasi. Dengan cara sentralisasi, karena semua pasien
hanya memiliki satu nomor rekam medis.
Kebaikan dari sistem sentralisasi adalah :
1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan
penyimpanan rekam medis , sehingga pasien dapat dilayani lebih
cepat.
2) Mengurangi jumlah biaya yang digunakan untuk peralatan dan
ruangan.
3) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis
mudah distandarisasikan.
4) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja Petugas
penyimpanan.
Sistem penjajaran yang dipakai adalah sistem angka langsung.
Penjajaran dengan sistem angka langsung atau disebut dengan “ Straigth
Numerical Filling”.

Kelebihan dari siatem angka langsung :


1) Bila ingin mengambil beberapa dokumen dengan nomor yang
berurutan dari rak untuk keperluan pendidikan penelitian atau di
non aktifkan akan sangat mudah.
2) Mudah melatih petugas-petugas yang harus melaksanakan
pekerjaan penyimpanan tersebut.
Kekurangan dari sistem angka langsung :
1. Petugas harus memperhatikan seluruh angka nomor rekam
medis agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyimpanan.
2. Makin besar angka yang diperhatikan makin besar
kemungkinan membuat kesalahan.
3. Terjadinya konsentrasi dokumen rekam medis pada rak
penyimpanan untuk nomor besar, yaitu rekam medis dengan
nomor terbaru, sehingga beberapa petugas yang bekerja
bersamaan akan berdesak-desakan di satu tempat.
Kekurangan dari sistem angka langsung :

1. Petugas harus memperhatikan seluruh angka nomor rekam


medis agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyimpanan.
2. Makin besar angka yang diperhatikan makin besar
kemungkinan membuat kesalahan.
3. Terjadinya konsentrasi dokumen rekam medis pada rak
penyimpanan untuk nomor besar, yaitu rekam medis dengan
nomor terbaru, sehingga beberapa petugas yang bekerja
bersamaan akan berdesak-desakan di satu tempat.

l. Tanggung Jawab Pengisian Rekam Medis

Pengisian Rekam Medis menjadi tanggung jawab petugas kesehatan


yang melakukan pelayanan yaitu:
1. Petugas pendaftaran mengisi kelengkapan identitas dan tanggal
kunjungan
2. Perawat, bidan, dokter gigi dan dokter yang melayani langsung,
mengisi Rekam Medis segera setelah pelayanan dilaksanakan.
3. Seluruh petugas kesehatan yang melakukan pengisian Rekam Medis
bertanggung jawab terhadap kebenaran dan ketepatan isi Rekam
Medis.
4. Bila terjadi kesalahan pencatatan rekam medis, catatan dan berkas
tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun.
Perubahan catatan atas kesalahan dapat dilakukan dengan
pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf petugas yang
bersangkutan.
5. Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis,
tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada
pasien dapat membuat/mengisi rekam medis atas
perintah/pendelegasian secara tertulis.

m. Kelengkapan Rekam medis


1. Kelengkapan pengisian Rekam Medis menjadi tanggung jawab
pemberi pelayanan.
2. Rekam Medis harus diisi lengkap sebelum dikembalikan kepada
petugas penyimpanan Rekam Medis. Khusus untuk pelayanan
pasien observasi ruang tindakan harus dilengkapi dalam waktu 1x24
jam setelah pemberian pelayanan.
3. Mengecek kelengkapan dalam status rekam medis, bila belum
lengkap, dikembalikan lagi ke tenaga medis yang menangani
4. Mengecek kelengkapan paraf dan kode icd–x, bila belum lengkap
paramedis di benarkan untuk melengkapinya.
n. Kerahasiaan rekam medis
1. Hanya Petugas Rekam Medis, Tenaga Medis dan Paramedis, yang
di izinkan masuk ke Ruang Penyimpanan
2. Semua status rekam medis harus kembali dalam waktu 1x24 jam
3. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi Rekam Medis untuk
Pihak Ketiga tanpa persetujuan pasien
4. Selama status rekam medis berada di Poli maka keamanan Rekam
Medis merupakan tanggung jawab Poli tersebut
5. Tenaga Medis dan tenaga lainnya tidak dibenarkan memberikan
status Rekam Medis kepada pasien atau keluarga pasien
6. Status Rekam Medis tidak boleh di fotocopi kecuali atas permintaan
pengadilan
7. Informasi mengenai kondisi kesehatan pasien dan resiko menjadi
tanggung jawab Dokter yang memberikan pelayanan
8. Isi Rekam Medis milik pasien, status Rekam Medis milik
Puskesmas dan harus dijaga kerahasiaannya

o. Penyusutan dan Pemusnahan

Rekam Medis di Puskemas mempunyai ruangan penyimpanan rekam


medis yang kecil, sehingga timbul masalah mengenai kurangnya ruang
penyimpanan. Perencanaan tentang pengelolaan rekam medis yang tidak
aktif harus ditetapkan sehingga selalu tersedia tempat penyimpanan
untuk rekam medis yang baru. Pada umumya rekam medis dinyatakan
tidak aktif apabila selama 5 tahun terakhir dihitung sejak tanggal terakhir
berobat status rekam medis tersebut tidak digunakan lagi. Lakukan
pemilahan berkas rekam medis aktif dan tidak aktif. Berkas rekam medis
tidak aktif di simpan dalam dus untuk dipisahkan.

Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan berkas


rekam medis dari rak penyimpanan dengan cara :

1. Memindahkan berkas rekam medis in aktif dari rak file aktif ke


dalam dus. Dengan memilah status rekam medis pasien yang sudah
tidak lagi berkunjung lagi selama lima tahun di puskemas
Wonokromo dilihat dari kunjungan terakhir pasien, dus yang berisi
rekam medis inaktif dicatat tahun kunjungan terakhir.
2. Memusnahkan berkas rekam medis yang ada didalam dus (in aktif
selama 2 tahun) dengan cara meleburkan/membuburkan rekam
medis atau pembakaran.

Tujuan penyusutan rekam medis adalah :

a. Mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin


bertambah
b. Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat
penyimpanan berkas rekam medis yang baru.
3. Menyiapkan berita acara pemusnahan rekam medis yang ditanda
tanagni oleh Kepala Puskesmas, Perekam medis dan saksi,
menyiapkan status yang akan di musnahkan, melakukan
pemusanahan.
4. Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan
rekam medis jika sewaktu-waktu diperlukan
5. Menyelamatkan rekam medis yang bernilai guna tinggi serta
mengurangi yang tidak bernilai guna

Pemusnahan rekam medis adalah suatu proses kegiatan


penghancuran secara fisik arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi
dan nilai gunanya. Penghancuran harus dilakukan secara total dengan
cara membakar habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat
lagi dikenal isi maupun bentuknya.

Pelaporan
Pelaporan pada Puskesmas Wonokromo ada setiap hari dan bulanan,
untuk laporan harian rekapan jumlah pasien harian untuk Laporan Sensus
Harian, untuk laporan bulanan berupa laporan Eksekutif, Pelayanan tindakan,
pelayanan sore, dan kunjungan rawat inap bersalin.

2. POLI UMUM

a. Pra dan Paska Pelayanan


Pra Pelayanan adalah segala sesuatu yang harus dikerjakan sebelum
kegiatan pelayanan meliputi tempat, sound system, barang cetak, alat tulis,
sampah medis dan alat medis. Kegiatan pra pelayanan di poli umum Puskesmas
Wonokromo meliputi :
1. Petugas poli umum melakukan cuci tangan 7 langkah sebelum memulai
pelayanan
2. Menyalakan peralatan elektronik (komputer, AC, router, dispenser,
amplifier)
3. Menyiapkan alat-alat medis (stetoskop, tensimeter, senter, termometer)
4. Menyiapkan buku, formulir, blangko resep, blangko laboratorium
5. Memberi stempel pada blangko surat sakit, surat sehat, surat keterangan
berobat, resep rujuk balik, blangko rujukan SKTM
6. Menata meja dan kursi
7. Mencatat pada checklist pra pelayanan
Pasca Pelayanan adalah segala sesuatu yang harus dikerjakan setelah
kegiatan pelayanan meliputi tempat, sound system, barang cetak, alat tulis,
sampah medis dan alat medis. Kegiatan paska pelayanan di poli umum
Puskesmas Wonokromo meliputi :
1. Petugas poli umum melakukan cuci tangan 7 langkah setelah selesai
pelayanan
2. Mensterilkan alat yang telah dipakai di ruang tindakan
3. Memeriksa safety box, bila sudah hampir penuh segera diganti yang baru
4. Memasukkan alat-alat medis di laci / lemari (tensimeter, stetoskop,
termometer, senter)
5. Menyimpan buku, formulir, blangko-blangko ke dalam laci / lemari
6. Mematikan semua peralatan elektronik (amplifier, AC, komputer,
dispenser, router)
7. Merapikan meja dan kursi

8. Mencatat pada checklist pasca pelayanan

b. Pengkajian Awal Klinis


Pengkajian awal klinis adalah suatu kegiatan wawancara yang
dilakukan terhadap pasien untuk mengumpulkan data penyakit. Pengkajian
awal klinis merupakan tahapan yang cukup penting dalam memberikan
pelayanan kepada pasien karena ketepatan pengkajian awal klinis berpengaruh
pada ketepatan diagnosa dan terapi.
Langkah-langkah dalam pengkajian awal klinis meliputi proses
pemanggilan pasien oleh petugas paramedis sesuai dengan urutan sesuai
dengan nomer yang ada kartu status dilanjutkan memberi sapaan kepada
pasien. Selanjutnya petugas harus mencocokkan identitas pasien dengan
rekam medis untuk menghindari resiko tertukarnya kartu status. Untuk
memastikan kecocokan tersebut, petugas harus menanyakan nama pasien,
umur, serta alamat apakah sesuai dengan yang tercantum pada kartu status.
Proses pengkajian awal klinis dilanjutkan dengan tahap anamnesa penyakit
yang meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit dalam keluarga, lama sakitnya, pengobatan yang sudah di
dapat, serta riwayat alergi obat.
Tahap berikutnya, petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh sesuai dengan
kebutuhan. Semua hal yang telah dilakukan pada proses pengkajian awal
klinis harus dicatat pada kartu rekam medis sebelum pasien dikonsulkan ke
dokter.

c. Proses Triase

Triase adalah suatu sistem untuk menyeleksi keadaan pasien sesuai


dengan skala prioritas kegawatdaruratannya. Petugas paramedis yang
menerima pasien awal, pada saat proses pengkajian awal klinis juga
menetapkan prioritas kegawatdaruratan pasien, antara lain dengan mengenali
adanya tanda-tanda : pasien dengan panas tinggi, pasien
dengan kejang, pasien dalam kondisi lemah / tidak sadar, pasien dengan
kecelakaan, pasien dengan sesak nafas, pasien dengan disabilitas. Setelah
menetapkan skala kegawatdaruratan pasien, petugas memberi warna pada
kartu status berupa warna hijau untuk pasien tanpa kegawatdaruratan, warna
kuning untuk pasien dengan cedera tapi tidak mengancam nyawa, warna
merah untuk pasien gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera.

d. Prosedur penatalaksanaan penyakit


 Penatalaksanaan Hipertensi Esensial
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
≥ 140mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90mmHg tanpa
menggunakan obat-obat hipertensi apapun. Penatalaksanaan hipertensi
dimulai dari penggalian informasi penyakit pasien berupa adanya
keluhan sakit kepala, nyeri tengkuk, riwayat hipertensi pada keluarga.
Selanjutnya pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kenaikan tekanan
darah dan bisa disertai adanya tanda pembesaran jantung. Setelah dokter
menegakkan diagnosa hipertensi, selanjutnya dokter memberikan terapi
hipertensi sesuai dengan obat yang tersedia di puskesmas, antara lain:

 Hidroklorothiazide 25 mg 1 x ½ tablet
 Captopril 25 mg 2-3 x ½-1 tablet − Nifedipin 10 mg 2-3 x ½ - 1 tablet
 Amlodipin 5mg atau 10 mg 1x 1 tablet

Konseling dan edukasi yang diberikan kepada pasien antara lain:


 Edukasi tentang cara minum obat di rumah
 Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
 Pentingnya menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat
teratur meskipun tidak ada gejala
 Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan
pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara
teratur

• Penatalaksanaan Influenza
Influenza tergolong infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya
terjadi dalam bentuk epidemi. Disebut common cold atau selesma bila
gejala di hidung lebih menonjol, sementara "influenza" dimaksudkan untuk
kelainan yang disertai faringitis dengan tanda demam dan lesu yang lebih
nyata. Dokter menegakkan diagnosa dengan ditemukannya gejala klinis
berupa demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nafsu makan
hilang, disertai gejala lokal berupa nyeri tenggorokan, kadang batuk kering,
hidung tersumbat, bersin, dan ingus encer.
Pada pemeriksaan ditemukan tenggorokan tampak hiperemia, konka
hidung sembab dan hiperemia, adanya sekret dapat bersifat serous,
seromukus atau mukopurulen bila ada infeksi sekunder. Penatalaksanaan
yang diberikan berupa pengobatan simptomatis, parasetamol 500 mg 3 x
sehari. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder. Anjuran
istirahat dan banyak minum sangat penting pada pasien influenza.

• Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin dan sekresi insulin atau
keduanya. Gambaran klinis yang ditemukan pada penderita diabetes
mellitus antara lain penderita sering mengeluh lemah, kadang-kadang
terasa kesemutan atau rasa baal serta gatal yang kronik. Penderita pada
umumnya mengalami poliuria, polidipsia dan polifagia, adanya
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Diagnosis diabetes mellitus ditegakkan dengan pemeriksaan


kadar gula darah yaitu:

− Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl


− Glukosa darah puasa > 126 mg/dl

Selanjutnya dokter memberikan terapi sesuai dengan obat yang


tersedia di puskesmas yaitu metformin 500 mg dan/atau glibenclamid 5
mg sesuai dengan gula darah pasien. Konseling dan edukasi yang
diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang:

− Penyakit DM tidak dapat sembuh tapi dikontrol


− Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita, misalnya
olahraga, menghindari rokok, dan menjaga pola makan

− Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2


minggu

• Penatalaksaan Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat
akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Pasien datang ke dokter karena
rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas, kadang disertai
mual, muntah, dan kembung. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri
tekan epigastrium dan bising usus yang meningkat, bila terjadi proses
inflamasi berat dapat ditemukan perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, biasanya pada pasien gastritis kronis tampak
anemis pada konjungtiva.
Penatalaksanaan gastritis sesuai dengan obat yang ada di puskesmas
yaitu :

• Antasida DOEN 3x 500-1000 mg / hari


• Ranitidin 150 mg 2x / hari
Konseling dan edukasi yang diberikan pada pasien yaitu
menginformasikan supaya pasien menghindari pemicu terjadinya keluhan,
antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi kecil dan
hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut kembung
seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol.

• Penatalaksanaan Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat
mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku. Penularan terjadi melalui
kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari
manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur
geofilik).
Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi,
yaitu antara lain:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

2. Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot


3. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut
bagian bawah
4. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan
5. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki
6. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas
Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan
keluhan bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan
orang yang mengalami dermatofitosis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
gambaran lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian
tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik.
Penatalaksanaan sesuai dengan obat yang tersedia di puskesmas berupa :
• Griseofulvin 0,5-1 gr per hari untuk dewasa dan 10-25 mg/kgBB/hari
untuk anak-anak
• Pengobatan topikal : krim mikonazol
Konseling dan edukasi yang diberikan kepada pasien yaitu
mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Pasien dan keluarga juga
diedukasi untuk menjaga higiene tubuh, menghindari pemakaian handuk /
pakaian secara bersamaan.
• Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan adalah reaksi peradangan kulit non-
imunologik yang disebabkan oleh bahan yang bersifat iritan. Keluhan di kulit
dapat beragam, tergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala
akut, sedangkan iritan lemah memberikan gejala kronis. Gejala yang paling
umum dikeluhkan adalah pearsaan gatal dan timbulnya bercak kemerahan
pada daerah yang terkena kontak bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh
rasa pedih, panas, dan terbakar.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi berupa eritema, edema, bula,
kadang disertai nekrosis atau fisur (kulit retak).Terapi yang diberikan sesuai
dengan obat yang tersedia di puskesmas yaitu:
• Topikal kortikosteroid: betametason krim 0,1% (2 kali sehari)
• Anti histamin oral : klorfeniramin 4 mg
Konseling dan edukasi yang diberikan kepada pasien yaitu :

1. Konseling untuk menghindari bahan iritan di rumah saat mengerjakan


pekerjaan rumah tangga
2. Edukasi untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan
dan sepatu boot
3. Memodifikasi lingkungan tempat bekerja

• Penatalaksanaan Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO
mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung
selama 3-7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Pada
anamnesis biasanya pasien datang ke dokter dengan keluhan buang air
besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Keluhan penyerta lain
dapat berupa rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan
muntah serta tenesmus.
Pemeriksaan fisik (Objective) pada penderita gastroenteritis
didapatkan:
1. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
2. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata : cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata,
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
3. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik

4. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia
5. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi Terapi yang diberikan pada
pasien gastroenteritis sesuai dengan obat yang tersedia di puskesmas
antara lain:

• Attapulgit : Dewasa : 2 tablet setelah buang air besar, maksimal 12


tablet/hari. Anak > 6 tahun 1 tablet setelah buang air besar, maksimal 6
tablet / hari
• Zinc diberikan pada balita selama 10 hari dengan dosis : ½ tablet (10 mg)
per hari untuk anak umur < 6 bulan dan 1 tablet (20 mg) per hari untuk anak
umur > 6 bulan
• Bila dehidrasi ringan, ajarkan pasien atau ibunya tentang rehidrasi untuk
pasien diare. Rehidrasi dilakukan dengan cara pemberian cairan oralit atau
cairan rumah tangga seperti larutan gula garam. Hindari susu sapi dan cairan
yang mengandung alkohol atau kafein

• Bila dehidrasi sedang sampai berat, segera rujuk pasien ke Rumah Sakit

terdekat

• Penatalaksanaan Tension Headache


Tension Headache (TTH) atau nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk
sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan
jangka waktu dan peningkatan stres. Nyeri kepala ini lebih sering terjadi
pada perempuan dengan perbandingan 3:1. TTH dapat mengenai semua
usia, namun sebagian besar pasien adalah dewasa muda yang berusia
sekitar 20-40 tahun.
Pasien datang dengan keluhan nyeri yang tersebar secara difus dan
sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang. Nyeri pada awalnya
dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke bagian
depan. Selain itu, nyeri juga dapat menjalar ke bahu. Nyeri kepala dirasakan
seperti kepala terasa berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan
bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala.
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosa nyeri
kepala tipe tegang ini. Pada pemeriksaan fisik tanda vital normal,
pemeriksaan neurologis normal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang normal. Anamnesis yang
mendukung adalah adanya faktor psikis yang melatarbelakangi dan
karakteristik gejala nyeri kepala (tipe, lokasi, frekuensi dan durasi nyeri)
harus jelas. Penatalaksanaan berupa pemberian analgetik serta konseling
dan edukasi untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan.
• Penatalaksaan Infeksi Saluran Kencing
Infeksi saluran kencing adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian
dari saluran kencing. Masalah infeksi saluran kemih tersering adalah sistitis
akut, sistitis kronik, dan uretritis. Hasil anamnesis pada sistitis akut didapatkan
keluhan berupa:
1. Demam
2. Susah buang air kecil
3. Nyeri saat di akhir BAK
4. Sering BAK (frequency)
5. Nokturia
6. Anyang-anyangan (polakisuria)
7. Nyeri suprapubik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di puskesmas untuk


menunjang diagnosa ini adalah pemeriksaan urinalisis, darah perifer lengkap,
ureum dan , kadar gula darah. Penatalaksanaan terhadap infeksi saluran kencing
berupa :
1. Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal
2. Menjaga higienitas genetalia eksterna
3. Pada kasus non-komplikata, pemberian antibiotik 3 hari dengan
trimetoprim-sulfametoxazole 2x960 mg atau amoxycillin 3x500
mg
Konseling dan edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga antara lain:
1. Edukasi tentang penyebab dan faktor resiko penyakit infeksi saluran kemih.
Penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering adalah karena
masuknya flora anus ke kandung kemih melalui perilaku atau higiene
pribadi yang kurang baik
2. Pada saat pengobatan infeksi saluran kemih, diharapkan tidak melakukan
hubungan seks
3. Waspada terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih bagian atas (nyeri
pinggang) dan pentingnya untuk kontrol kembali
4. Patuh dalam pengobatan antibiotik yang telah direncanakan
5. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan
• Penatalaksanaan Askariasis

Askariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi


parasit Ascaris lumbricoides. Hasil anamnesis pada kasus askariasis
didapatkan keluhan nafsu makan menurun, perut membuncit, lemah, pucat,
berat badan menurun, mual, muntah. Pada pemeriksaan fisik bisa
didapatkan :
− Konjungtiva anemis
− Tanda-tanda malnutrisi
− Nyeri abdomen jika terjadi obstruksi
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
tinja, dimana didapatkan adanya telur cacing merupakan penegak diagnosa
askariasis. Terapi yang diberikan pada kasus askariasis yaitu :
1. Pirantel pamoat 10 mg / kgBB, dosis tunggal, atau
2. Mebendazol 500 mg, dosis tunggal
Konseling dan edukasi yang diberikan kepada pasien dan
keluarganya yaitu untuk membiasakan cuci tangan dengan sabun, menutup
makanan, menjaga kebersihan lingkungan.

• Penatalaksanaan Reaksi Anafilaktik


Anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas generalisata atau sitemik
yang beronset cepat, serius, dan mengancam. Jika reaksi tersebut cukup
hebat dapat menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik.
Dokter menilai CAB-MSW (circulation, Airway, Breathing, Mental
Status, Skin, Body Weight) dengan segera dan secepat mungkin, didapatkan
: pasien tampak sesak, frekuensi napas meningkat, sianosis, hipotensi,
takikardia, edema periorbital, tanda prodormal pada kulit berupa urtikaria
dan eritema, gejala respirasi berupa bersin, hidung tersumbat, atau batuk
yang diikuti sesak napas, gangguan gastrointestinal berupa kram, mual,
muntah.
Tatalaksana pada syok anafilaktik berupa :
1. Posisi trendelenburg
2. Pemberian oksigen 3-5 liter/menit
3. Pemasangan infus Ringer laktat atau NaCl fisiologis bila tidak
tersedia plasma expander (Dextran) di puskesmas
4. Adrenalin 0.3-0.5 ml dari larutan 1:1000 diberikan secara subcutan,
dapat diulang 5-10 menit. Bila respon pemberian subcutan kurang
efektif, berikan secara intravenous setelah 0.1-0.2 ml adrenalin
dilarutkan dalam 10 ml NaCl fisiologis
5. Aminofilin 250 mg intravena dapat diberikan dengan sangat hati-hati
dan perlahan selama 10 menit apabila bronkospasme belum hilang
dengan pemberian adrenalin
6. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua setelah
adrenalin
7. Resusitasi jantung paru dilakukan bila terjadi henti jantung

• Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan
terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang terutama mengenai jaringan
persendian. Pada hasil anamnesis didapatkan keluhan prodormal berupa
lelah, anoreksia, tubuh terasa lemah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan. Gejala spesifik pada banyak sendi secara simetris terutama sendi
proximal
interphalangeal, metacarpophlangeal, metarsophalangeal, pergelangan
tangan, bahu, lutut, dan kaki). Gejala sinovitis pada sendi berupa bengkak,
nyeri, kaku pada pagi hari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bengkak/efusi sendi, nyeri tekan
sendi, sendi teraba hangat, deformitas. Dapat ditemukan adanya
manifestasi ekstraartikuler. Dokter harus mencari ada / tidaknya
deformitas atau komplikasi. Bila ditemukan deformitas atau komplikasi
maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Tata laksana
yang diberikan :

− Anti inflamasi non steroid, seperti diklofenak 50-100 mg 2x/hari,


Meloksikam 7.5-15 mg/hari
− Golongan steroid seperti prednison atau metil prednisolon dosis rendah
(sebagai bridging therapy)

• Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue


Demam Berdarah Dengue adalah sekumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang pada umumnya
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pada anamnesis
didapatkan keluhan demam 2-7 hari yang mendadak, tinggi, terus
menerus, bifasik, adanya manifestasi perdarahan, nyeri kepala, myalgia,
artralgia, nyeri retroorbital.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan ulu hati, uji
torniquet positif, hepatomegali. Pada kondisi lebih berat tekanan darah
menurun dan nadi lemah dan bisa jatuh pada keadaan Dengue Shock
Syndrome. Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan adanya
trombositopenia <100.000 mm3, peningkatan hematokrit, leukopenia.
Dokter segera memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut
setelah menegakkan diagnosa.

• Penatalaksanaan Refluks Gastroesofageal


Refluks gastroesofageal / Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
adalah mekanisme refluks melalui inkompeten sfingter esofagus. Pada
hasil anamnesis didapatkan keluhan rasa panas dan terbakar di retrosternal
atau epigastrik dan dapat menjalar ke leher, tiba-tiba ada rasa asam di
mulut, cegukan, mual dan muntah. Tidak didapatkan tanda spesifik pada
pemeriksaan fisik.
Bila tidak didapatkan komplikasi, maka dokter memberikan
penatalaksanaan berupa :
1. Modifikasi gaya hidup : mengurangi berat badan, berhenti merokok,
tidak mengonsumsi zat yang mengiritasi lambung, makan porsi kecil,
tidur dengan posisi kepala lebih tinggi, kurangi makanan berlemak
2. Terapi Medikamentosa : Proton Pump Inhibitor (PPI) berupa
omeprazole 1 x 20mg/hari. Bila PPI tidak tersedia maka penggunaan
H2 Blocker 2x/hari : simetidin 400-800 mg atau Ranitidin 150 mg.
Boleh ditambah prokinetik seperti domperidon 3x10 mg
Konseling dan edukasi yang diberikan pada pasien dan keluarga yaitu
mengenai GERD dan terutama untuk mengurangi makanan berlemak dan
dapat mengiritasi lambung (asam, pedas)

• Penatalaksanaan Hepatitis A
Hepatitis A adalah sebuah kondisi penyakit infeksi akut di liver yang
disebabkan oleh Hepatitis A virus (HAV), sebuah virus RNA yang
disebarkan melalui rute fecal oral. Pada hasil anamnesis didapatkan
keluhan demam, mata dan kulit kuning, penurunan nafsu makan, nyeri
otot dan sendi, lemah, letih, lesu, mual dan muntah, warna urine seperti
teh, tinja seperti dempul. Adanya faktor resiko : sering mengkonsumsi
makanan yang tidak terjaga sanitasinya, memakai alat makan/minum dari
penderita hepatitis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan febris, sklera ikterik,
hepatomegali. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di puskesmas
yaitu tes laboratorium urin (bilirubin dalam urin), pemeriksaan darah
(peningkatan SGOT/SGPT). Apabila tidak ada komplikasi maka terapi
yang diberikan berupa terapi simptomatik antara lain :
1. Demam : Ibuprofen 200-400 mg, 2-3x/ hari
2. Mual : metoklopramid 3x10 mg/hari atau domperidon 3x10 mg/hari
3. Perut perih dan kembung : Simetidin 3x200 mg/hari atau ranitidin
2x150 mg/hari atau omeprazol 1x20 mg/hari
Dokter memberikan konseling dan edukasi pada pasien dan
keluarga tentang penyakitnya, anjuran tirah baring dan asupan kalori serta
cairan yang adekuat, menjaga sanitasi dan higiene.

• Penatalaksanaan Kandidiasis Mulut


Kandidiasis mulut adalah infeksi jamur Candida albicans pada daerah
mulut. Infeksi ini dapat menyerang kulit, mukosa maupun organ dalam,
sedangkan pada bayi dapat terinfeksi melalui vagina saat dilahirkan, atau
karena dot yang tidak steril. Pada hasil anamnesis didapatkan keluhan rasa
gatal dan perih di mukosa mulut, daya kecap penderita berkurang. Dokter
melakukan pemeriksaan fisik dan dapat ditemukan becak merah dengan
maserasi di sekitar mulut disertai bercak merah yang terpisah di sekitarnya
(satelit), guam atau oral trush yang diselaputi pseudomembran pada
mukosa mulut. Apabila dokter menemukan gejala-gejala lain yang
mengarah pada penyakit lain seperti HIV maka dokter segera memberikan
rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
Apabila tidak ada kecurigaan adanya penyebab penyakit lain, maka
terapi yang dapat diberikan adalah gentian violet 1% yang dioleskan 2-3
kali sehari selama 3 hari. Konseling dan edukasi
yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah tentang penyakitnya,
perlunya memperbaiki status gizi dan menjaga kebersihan oral, kontrol 3
hari bila tidak ada perbaikan.
• Penatalaksanaan Morbili
Morbili adalah suatu penyakit infeksi virus yang ditandai dengan
gejala prodormal berupa demam, batuk, pilek, konjungttivitis, eksantem
patognomonik, diikuti dengan lesi makulopopular eritem pada hari ketiga
hingga hari ketujuh. Pada hasil anamnesis didapatkan keluhan demam,
malaise, batuk, pilek, dan konjungtivitis. Pada hari keempat muncul lesi
makula dan papula eritem yang dimulai pada kepala, belakang telinga, dan
menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka, badan, ektremitas.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan demam, konjungtivitis,
limfadenopati general, gejala eksantem. Bila tidak ada komplikasi, dokter
memberikan terapi untuk gejala simptomastis, dan antibiotik jika ada
infeksi bakteri sekunder. Suplementasi vitamin A diberikan dengan aturan
:
1. Bayi usia <6 bulan 50.000IU/hari PO 2 dosis
2. Umur 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis
3. Umur 1 tahun ke atas 200.000IU/hari PO 2 dosis
4. Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosisi pertama sesuia
umur, dilanjutkan dosis ketiga sesuai umur yang diberikan 2-4
minggu kemudian
Konseling dan edukasi yang diberikan pada pasien dan
keluarga yaitu tentang penyakit dan pentingnya memperhatikan cairan
yang hilang bila disertai diare / emesis

• Penatalaksanaan Alergi Makanan


Alergi makanan adalah gejala yang ditimbulkan oleh reaksi imun
terhadap alergen asal makanan. Pada hasil anamnesis adanya keluhan bisa
terjadi pada kulit berupa eksim atau urtikaria, pada saluran nafas berupa
rinitis atau asma, pada saluran cerna berupa edema, pruritus bibir, mukosa
pipi, muntah/diare/ demam. Adanya faktor resiko berupa riwayat alergi di
keluarga. Terapi yang diberikan kepada pasien berupa obat anti alergi
yang tersedia di
puskesmas. Konseling dan edukasi yang diberikan adalah untuk menghindari makanan
penyebab, serta memperhatikan label makanan.

• Penatalaksanaan Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata (margo palpebra)
yang dapat disertai terbentuknya ulkus dan dapat melibatkan folikel
rambut. Pada hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan gatal, rasa
panas, merah pada tepi kelopak mata, kadang disertai kerontokan bulu
mata, dapat keluar sekret yang mengering selama tidur sehingga sulit
dibuka ketika bangun.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan skuama atau krusta pada tepi
kelopak, bulu mata rontok, dapat ditemukan pembengkakan dan merah
pada kelopak mata. Terapi yang diberikan sesuai obat yang tersedia di
puskesmas yaitu :
h. Obat topikal : Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep
mata setiap 8 jam
i. Gejala penyerta dapat diatasi sesuai indikasi (analgetik/antipiretik)
j. Anjuran kompres hangat selama 5-10 menit, membersihkan kelopak
mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat Konseling dan
edukasi yang diberikan kepada pasien yaitu
supaya menjaga higiene personal dan lingkungan.

• Penatalaksanaan Herpes Zoster


Herpes zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh
virus Varisela zoster, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. Pada hasil anamnesis ditemukan keluhan nyeri radikular
dan gatal sebelum erupsi, gejala prodormal berupa demam, pusing,
malaise, timbul kulit kemerahan yang menjadi vesikel berkelompok.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya sekelompok vesikel
dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf
spinal atau kranial. Terapi yang diberikan berupa antivirus (asiklovir
5x800 mg/hari untuk dewasa, asiklovir 4x20 mg/kgBB untuk anak-anak,
selama 7 hari. Bedak salisil 2 % untuk
pengobatan topikal pada stadium vesikel. Gejala prodormal diatasi sesuai
indikasi.
Konseling dan edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
yaitu tentang perjalanan penyakit herpes, nutrisi yang baik, istirahat,
mencegah kontak dengan orang lain.

• Penatalaksanaan Hordeolum
Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata,
biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak mata. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan kelopak
mata bengkak disertai rasa sakit, rasa mengganjal, merah, serta sensasi
terbakar pada kelopak mata.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kelopak mata bengkak,
merah, dan nyeri pada perabaan. Apabila sudah terjadi abses dapat timbul
undulasi. Terapi yang diberikan yaitu :
1. Obat topikal : Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata
setiap 8 jam
2. Gejala penyerta dapat diatasi sesuai indikasi (analgetik/antipiretik, anti
histamin)
3. Anjuran kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit Konseling dan
edukasi antara lain: penyakit hordeoulum dapat
berulang, perlunya menjaga higiene dan kebersihan lingkungan, hindari
pemakaian make-up pada mata dan lensa kontak mata saat masih sakit.

• Penatalaksanaan Migren
Migren adalah istilah untuk nyeri kepala primer dengan kualitas
vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia,
fonofobia, gangguan tidur dan depresi. Dari hasil anamnesis didapatkan
adanya keluhan sakit kepala berdenyut pada satu atau kedua sisi kepala,
diperberat dengan aktivitas fisik, mual, fotofobia atau fonofobia.
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan pada tanda
vital dan neurologis. Terapi yang diberikan berupa analgetik (aspirin/
asetaminofen/ ibuprofen/ ergotamin), anti emetik (domperidon atau
metoklopramid). konseling dan edukasi untuk menghindari pemicu,
berolahraga secara teratur.
• Penatalaksanaan Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang pada liang telinga luar. Dari hasil
anamnesis didapatkan adanya keluhan rasa sakit dan rasa penuh pada
telinga, pendengaran dapat berkurang, suara mendengung, keluhan
penyerta seperti demam, telinga terasa basah.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter ditemukan adanya
nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik daun telinga. Pada pemeriksaan
otoskopi didapatkan liang telinga luar sempit, hiperemis dan edem, serta
dapat ditemukan sekret minimal. Penatalaksanaan yang diberikan berupa :
1. Non medikamentosa : membersihkan liang telinga dengan kapas yang
dibasahi dengan H2O2 3%
2. Medikamentosa : antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup
berat, analgetik seperti paracetamol atau ibuprofen
Konseling dan edukasi yang diberikan pada pasien dan keluarga
supaya tidak mengorek telinga, tidak boleh berenang selama pengobatan,
menjaga liang telinga agar dalam kondisi kering dan tidak lembab.

• Penatalaksanaan Otitis Media Akut


Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang
terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Dari hasil anamnesis didapatkan
adanya keluhan telinga terasa penuh atau nyeri, pendengaran dapat
berkurang, demam, keluar sekret dari liang telinga.
Pada pemeriksaan fisik, melalui otoskopi ditemukan adanya
membrana timpani suram/ hiperemis dan edema/ menonjol/ perforasi/
dipenuhi sekret. Penatalaksanaan yang diberikan berupa antibiotik,
antihistamin (bila terdapat tanda-tanda alergi), analgetik/antipiretik. Pasien
diberikan konseling untuk tidak mengorek-ngorek telinga, menjaga agar
telinga tidak kemasukan air

• Penatalaksanaan Perdarahan Subkonjungtiva


Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat ruptur pembuluh
darah di bawah lapisan konjungtiva. Dari hasil anamnesis
didapatkan adanya keluhan darah pada mata atau sklera berwarna merah
terang atau tipis, sebagian besar tidak ada gejala simptomatis, perdarahan
akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama dan kemudian berkurang. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya perdarahan di sklera. Penatalaksanaan
yang diberika berupa :
1. Pengobatan penyakit yang mendasari bila ada
2. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-
2 minggu tanpa diobati
Konseling dan edukasi yang diberikan pada pasien dan keluarga
bahwa tidak perlu khawatir karena perdarahan akan berkurang perlahan.

• Penatalaksanaan Varisela
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, yang ditularkan melalui udara dan kontak
langsung. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan demam,
malaise, nyeri kepala, timbulnya lesi kulit berupa papul eritem yang
berubah menjadi vesikel dalam beberapa jam, bisa disertai rasa gatal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan erupsi kulit berupa papul
eritematosa dan vesikel-vesikel dengan gambaran polimorfik. Apabila
tidak didapatkan adanya komplikasi maka dokter dapat memeberikan
terapi sesuai obat yang ada di puskesmas antara lain
:
1. Obat anti virus oral : Asiklovir 5x800 mg/hari (dewasa) dan 4x20
mg/kgBB (anak-anak)
2. Gejala prodormal dapat diatasi sesuai indikasi (analgetik/antipiretik,
anti histamin)
Dokter memberikan konseling dan edukasi untuk menjaga kebersihan
tubuh, hindari gesekan kulit, anjuran makan bergizi, istirahat, dan
mencegah kontak dengan orang lain.

• Penatalaksanaan Demam Tifoid


Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan demam
turun naik terutama sore dan malam hari, sakit kepala, gangguan
gastrointestinal, dan gejala penyerta lain. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh, typhoid
tongue, tremor lidah, bradikardi relatif, nyeri epigastrik,
hepatoslenomegali, delirium pada kasus berat.
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dapat dilakukan yaitu
darah perifer lengkap (leukopenia/leukositosis/ trombositopenia ringan/
anemia) dan/atau tes Widal. Dokter memberikan terapi sesuai obat yang
tersedia di puskesmas yaitu :
• Antibiotik : Kloramfenikol 4x500 mg atau Amoksisilin 3x500 mg atau
kotrimoksazol 2x960 mg
• Analgetik-antipiretik : Parasetamol 3 x 500mg atau ibuprofen 3x 200-
400 mg atau asam mefenamat 3 x 500 mg
Dokter memberikan konseling dan edukasi mengenai anjuran
tirah baring, memperbaiki higiene makanan/minuman, kecukupan cairan.

• Penatalaksanaan Faringitis
Faringitis adalah peradangan dinding faring yang disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Dari hasil anamnesis
didapatkan adanya rasa nyeri di tenggorokan, demam, sekret dari hidung,
batuk, nyeri kepala, mual, muntah, nafsu makan berkurang.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya hiperemis pada faring dan
tonsil, bisa terdapat eksudat dan pemberasan tonsil. Terapi yang diberikan
berupa :
• Antibiotik bila dicurigai penyebab bakteri : Amoksisilin 3x500 mg atau
eritromisin 4x500 mg
• Bila perlu, diberikan obat batuk antitusif (codein 3x10mg) atau
ekpektoran (ambroksol 3x30 mg atau gliseril guaiakolat 3x100 mg atau
OBH)
• Analgetik-antipiretik : Parasetamol 3 x 500mg atau ibuprofen 3x 200-
400 mg atau asam mefenamat 3 x 500 mg
• Steroid dapat diberikan untuk menekan reaksi inflamasi : deksametason
3 x 0.5 mg
Dokter memberikan konseling dan edukasi untuk menjaga daya tahan
tubuh, berhenti merokok, menghindari makanan yang megiritasi
tenggorokan, menjaga higiene mulut dan tangan
• Penatalaksanaan Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi, atau reaksi alergi. Dari hasil
anamnesis didapatkan adanya keluhan mata merah, rasa mengganjal, gatal
dan berair, kadang disertai sekret. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya injeksi konjungtival, dapat disertai edema kelopak, kemosis,
eksudasi.
Terapi diberikan sesuai obat yang tersedia di puskesmas yaitu
:

− Obat mata topikal : Kloramfenikol tetes mata 0.5% atau


kloramfenikol salep mata 1%, atau oksitetrasiklin salep mata 1%,
atau sulfacetamid natrium tetes mata 15%
− Dokter memberikan konseling dan edukasi untuk mencegah
penularan

• Penatalaksanaan Parotitis
Parotitis adalah peradangan pada kelenjar parotis. Dari hasil
anamnesis didapatkan adanya keluhan pembengkakan pada area di depan
telinga hingga rahang bawah dan bisa dsertai nyeri, demam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan edema dan eritema pada area kelenjar parotis,
suhu tubuh meningkat. Terapi yang dapat diberikan berupa :
• Antibiotik bila dicurigai penyebab bakteri : Amoksisilin 3x500 mg atau
eritromisin 4x500 mg
• Analgetik-antipiretik : Parasetamol 3 x 500mg atau ibuprofen 3x 200-
400 mg atau asam mefenamat 3 x 500 mg
• Vitamin : vitamin C atau B kompleks
Dokter memberikan konseling dan edukasi mengenai penyakit dan
tata laksananya, menjaga kecukupan hidrasi dan higiene oral.

• Penatalaksanaan Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldeyer. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya rasa kering
di tenggorokan, nyeri telan, demam, nyeri kepala, mulut berbau, nafsu
makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil dan
hiperemis. Terapi yang diberikan sesuai dengan obat yang tersedia di
puskesmas :
• Antibiotik bila dicurigai penyebab bakteri : Amoksisilin 3x500 mg atau
eritromisin 4x500 mg
• Analgetik-antipiretik : Parasetamol 3 x 500mg atau ibuprofen 3x 200-
400 mg atau asam mefenamat 3 x 500 mg
• Vitamin : vitamin C atau B kompleks
Dokter memberikan konseling dan edukasi untuk menghindari
pencetus, menjaga daya tahan tubuh, berhenti merokok, menjaga higiene
mulut dan tangan.

e. Prosedur Tindakan Klinis


• Perawatan Luka
Perawatan luka adalah suatu tindakan merawat luka dengan baik
dan sesuai dengan bentuk luka. Langkah-langkah tindakan perawatan
luka adalah sebagai berikut :
a. Jelaskan prosedur kerja yang dilakukan
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan steril
d. Siapkan alat perawatan luka.
e. Buka verban penutup luka dengan pinset.
f. Bedakan status luka (bersih/kotor)
1. Luka kotor bersihkan dengan larutan Nacl bila jaringan mati
atau sulit diangkat dengan larutan H2O2.
2. Luka bersih bersihkan luka dengan larutan Nacl
g. Berikan betadine atau obat sesuai dengan resep dokter
h. Tutup luka dengan kasa steril dan diplester/hipafik
i. Berikan nasehat kepada pasien, luka tidak boleh basah.
j. Bereskan dan rapikan alat
k. Cuci tangan

• Pengangkatan Jahitan
Pengangkatan jahitan adalah tindakan mengangkat atau membuka
benang jahit pada kulit paska tindakan penjahitan luka. Langkah-langkah
tindakan pengangkatan jahitan adalah :
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan.
c. Buka verban penutup luka.
d. Lakukan desinfeksi pada dareah luka yang akan diangkat jahitannya
dengan Betadine
e. Tarik simpul jahitan dengan pinset cirurgis, potong benang dengan
gunting benang.
f. Setelah semua benang jahitan terangkat, desinfeksi kembali daerah
luka dengan Betadine
g. Bereskan dan rapikan alat
h. Cuci tangan

• Pemasangan Infus
Pemasangan infus set adalah tindakan memasukkan cairan atau
obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan infus set.
Langkah-langkah pemasangan infus adalah :
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan
c. Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan
d. Botol cairan digantungkan pada standar Infus
e. Tutup botol cairan desinfeksi dengan kapas alcohol,
f. Masukkan Infus set ke dalam botol cairan
g. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar, sehingga udara
tidak ada dalam slang saluran Infus, dan jarum ditutup kembali.
Tabung tetesan jangan sampai penuh.
h. Pasang Tournikuet atau pembendung
i. Daerah permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi, lalu jarum
ditusukkan ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas.
j. Bila berhasil, darah akan keluar tarik jarum.
k. Buka pembendung dan sambungkan ke selang infus dan pengatur
tetesan dibuka.
l. Bila tetesan lancar, bekas pungsi dioles dengan betadine dan
pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester, kemudian
tetesan diatur sesuai dengan yang ditentukan.
m. Jarum dan tempat tusukan ditutup dengan kain kasa steril dan
diplester.
n. Atur posisi pasien pada lokasi pemasangan infus
o. Rapikan Pasien
p. Bersihkan dan bereskan alat ke tempat semula.
q. Beritahu pasien bahwa pemasangan infus sudah selesai.
r. Cuci tangan

• Ekstraksi Kuku
Ekstraksi kuku adalah pengangkatan kuku yang disebabkan:
a. Infeksi pada kuku yang berulang yang disebabkan oleh kuku
yang tumbuh ke arah dalam (ingrow toenail removal )
b. Adanya trauma yang menyebabkan kuku hampir terlepas dari matrik
tunasnya.
Langkah-langkah tindakan ekstraksi kuku adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan
c. Lakukan desinfeksi pada area kuku yang akan dicabut. Luka karena
trauma (kecelakaan), bersihkan dulu dengan Nacl
d. Lakukan anestesi block jari yang bersangkutan, tunggu sampai efek
anestesi muncul (tes efek anestesi).
e. Gunakan gunting, lakukan pemotongan kuku secara hati-hati terutama
saat memotong/melewati permukaan bawah kuku sehingga tidak
terjadi laserasi pada dasar kuku, buang kuku yang rusak dengan klem
tarik dan lepaskan dari dasar kuku
f. Bersihkan kotoran (debris) keratotik dari lekukan sisi kuku.
g. Berikan sofratul pada dasar kuku yang terpapar/terlihat.
h. Balut luka dengan kasa kering dan fiksasi dengan
Hipafix/plester.
i. Pesan-pesan setelah tindakan : luka jangan basah/terkena air, obat
diminum secara teratur dan sesuai aturan, dan kontrol 3 hari
kemudian.
j. Bersihkan dan rapikan alat
k. Cuci Tangan

• Pemberian suntikan secara intra muskuler (IM)


Injeksi IM adalah Pemberian obat dengan cara memasukkan obat
ke dalam jaringan otot. Langkah-langkah tindakan pemberian suntikan
secara IM adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan Prosedur dari tujuan pada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
c. Siapkan dosis obat dan spuit
d. Bantu atur posisi pasien
e. Tentukan lokasi penyuntikan
f. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol 70% pada tempat
penyuntikan.
g. Lakukan penyuntikan dengan sudut 90 derajat.
h. Lakukan aspirasi bila tidak ada darah masukkan obat secara perlahan-
lahan.
i. Tarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol 70%.
j. Buang spuit ke safety box dan kapas pada sampah medis.
k. Bereskan alat-alat
l. Catat reaksi, jumlah dosis dan waktu pemberian obat di kartu status
pasien
m. Beri tahu pasien tindakan selesai dilakukan.
n. Obsevasi tanda-tanda kemungkinan terjadi syok anapilatik dan
memberi tahu pasien untuk menunggu 30 menit
0. Bila terjadi syok anapilatik lakukan tindakan sesuai prosedur kerja
penanganan syok anapilatik
p. Cuci Tangan
q. Lakukan pencatatan

• Tindakan suntikan secara intra vena (IV)


Tindakan suntikan IV adalah tindakan memasukkan obat dengan
menggunakan spuit ke dalam pembuluh darah vena. Langkah-langkah
dalam tindakan suntikan intra vena adalah sebagai berikut :
a. Petugas cuci tangan
b. Petugas memberitahu pasien tentang tujuan dan rencana tindakan
c. Petugas mempersiapkan alat suntik dan obat suntik
d. Petugas membantu mengatur posisi pasien
e. Petugas mengaspirasi obat suntik ke dalam spuit
f. Petugas melakukan skin test utuk obat-obatan tertentu, bila
diperlukan
g. Petugas menentukan daerah yang akan disuntik, kemudian
melakukan pembendungan di bagian atasnya, selanjutnya
permukaan kulit di daerah yang bersangkutan didesinfeksi dengan
kapas alkohol dan ditegangkan
x
h. Petugas memasang pengalas di bagian yang akan disuntik &
dekatkan nierbecken ke bagian tubuh yang akan disuntik
i. Petugas memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah yang
dimaksud dengan lubang jarum menghadap ke atas
j. Petugas menghisap spuit ditarik sedikit untuk mengecek darah vena
akan masuk dengan sendirinya, lalu bukalah segera karet
pembendung
k. Petugas memasukkan obat perlahan-lahan sampai habis
l. Petugas mencabut jarum suntik dengan agak cepat setelah obat
masuk semua dan bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
m. Petugas memberitahu bahwa tindakan sudah selesai dilakukan
n. Petugas mencatat semua tindakan yang dilakukan di status pasien

f. Pencatatan dan Pelaporan


• Pencatatan rekam medik.
Berikut adalah langkah-langkah dalam pencatatan rekam medik :
a. Menuliskan Identitas pasien secara lengkap.
b. Memakai metode penulisan pada rekam medik. S :
Pemeriksaan Subjektif.
P : Planning (perawatan tindakan ).
c. Penulisan diagnosa berdasarkan pedoman ICD X
d. Konseling dan edukasi yang diberikan oleh dokter tercatat dalam rekam
medik
e. Nama dan paraf dokter harus dicantumkan
f. Perawat membuat asuhan keperawatan dan tercatat di rekam medik

• Informed Concent
Informed consent adalah pernyataan persetujuan (consent) atau
izin dari pasien atau keluarga yang diberikan dengan bebas, rasional,
tanpa paksaan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang
cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. Langkah-langkah
dalam pengisian informed consent adalah :
a. Petugas yang akan melakukan tindakan menyiapkan blangko lembar
persetujuan tindakan medis.
b. Pasien mengerti informasi diagnosa, tujuan tindakan, resiko dan
alternatif serta prognosa yang dijelaskan petugas.
c. Pasien mengisi data yang terdapat di lembar Informed Consent dan
mendatanganinya.
d. Petugas yang melakukan perawatan juga mendatangani Informed
Consent.
e. Saksi ikut menandatangani informed consent
f. Lembar informed consent dilekatkan dengan rekam medik pasien

3. Poli Gigi

• Tata Laksana Pulpitis Irreversibel Akut


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Dilakukan perawatan tumpatan sementara eugenolcavit.
e) Diberikan resep analgesik diminum disaat sakit saja.
f) Pemberian motivasi pada saat pasca tindakan yaitu kontrol satu miggu
bila masih terasa sakit .
g) DHE pada pasien.

• Tata Laksana Periodontitis Akut


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Menghilangkan traumatik oklusi.
e) Diberikan resep antibiotik dan analgesik selama 3 hari.
f) Intruksisegera kontrolsetelahobathabis.
g) DHE pada pasien.

• Tata Laksana Periodontal Abses.


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Melakukan tindakandrainase abses dengan open bor.
e) Diberikan resep antibiotik, antiiflamsi dan analgesik selama 5 hari.
f) Intruksisegeracontrol setelah obat habis.
g) DHE pada pasien.

• Tata Laksana Ginggivitis Akut,


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Melakukan tindakan pembersihan karang gigi pada regio yang sakit.
e) Diberikan resep antibiotik, antiiflamsi dan analgesik selama 5 hari.
f) Pemberian motivasi setelah obat habis kontrol kembali ke puskesmas.
g) DHE pada pasien.

• Tata Laksana Pericoronitis Akut karena Gigi Impaksi


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Melakukan tindakan irigasi H2O2 3 %.
e) Diberikan resep antibiotik, antiiflamsi dan analgesik selama 5 hari.
f) DHE pada pasien.

• Tata Laksana Gingival abses.


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.

• Tata Laksana pencabutan gigi permanen tanpa kompilkasi


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Melakukan tindakan anestesi sesuai SOP.
e) Diberikan resep antibiotik, antiiflamsi dan analgesik selama 5 hari.
f) Pemberian motivasi pada saat pasca tindakan pencabutan gigi.
g) DHE pada pasien.

• Tata Laksana pencabutan gigi sulung


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Melakukan tindakan anestesi topikal sesuai SOP.
e) Intruksipasca pencabutan gigi.
f) DHE pada pasien

• Tata Laksana restorasi tumpatan sementara pada pupitis reversibel.


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Pada kunjungan I : eugenol + cotton pelet + tumpatan sementara.
e) Pada kunjungan yang ke II dilakukan tindakan tumpatan tetap.
f) Intruksipasca tindakan pencabutan gigi.
g) DHE pada pasien

• Tata Laksana restorasi tumpatan sementara pada pulpitis irreversibel


kronis.
a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Pada kunjungan I dilakukan tindakan arsen dan Tumpatansementara.
e) Pada kunjungan II(1 minggu darikunjungan pertama ) dilakukan
tindakan open boor.setelahitu cotton pellet , TKF Dan tumpatan
sementara.
f) Pada kunjungan III (jarak 1 minggu dari kunjungan II )
dilakukan tindakan cotton pellet, CHKM dan tumpatan
sementara.
g) Pada kunjunganIV (jarak 1 minggu dari kunjungan III)
dilakukan tindakanpengisian lodoform + basis.
h) Padakunjungan V ( jarak 1 munggudarikunjungan IV)
dilakukantumpatantetap

• Tata Laksana restorasi tumpatan sementara pada periodentitis kronis


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Pada kunjungan pertama dilakukan cotton pellet, TKF, dan tumpatan
sementara.
e) Pada kunjungan ke dua( jarak 1 minggu antara kunjungan ke pertam
dengan kunjungan ke dua ) dilakukan tindakan cotton pellet, chkm,dan
tumpatan sementara.
f) Pada kunjungan ke tiga( jarak 1 minggu antara kunjungan ke dua
dengan kunjungan ke tiga ) dilakukan tindakan lodoform dan basis.
g) Akan dilakukan tumpatan tetap pada kunjungan ke 4.
h) DHE pada pasien

• Tata Laksana restorasi tumpatan tetap glass ionomer


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Memblokir daerah kerja.
e) Mengeringkan kavitas.
f) Mengaplikasikan bahan tumpatan GIC yang diaduk sesuai SOP ke
dalam kavitas.
g) Melakukan cek oklusi dengan articulating paper.

h) Pemberian motivasi pada saat pasca tindakan untuk kembali ke


puskesmas.
i) DHE pada pasien

• Tata Laksana Restorasi tumapatan tetap komposit light cure.


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Memblokir daerah kerja.
e) Mengeringkan kavitas.
f) Melakukan aplikasi etsa.
g) Melakukan aplikasi bonding
h) Melakukan aplikasicomposit light cure
i) Melakukan cek oklusi.

• Tata Lakasana pemeriksaan gigi dan mulut untuk OHI.


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan antara lain : kaca
mulut, sonde, pinset, ekscavator.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Memeriksa status gigi
e) Memeriksa status kebersihan rongga mulut.
f) Menghitung oral hygiene indeks (OHI-S).

• Tata Laksana pembersihan karang gigi dengan ultrasonic scaler.


a) Persiapan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan
c) Memasang penutup dada pada pasien.
d) Memakai masker dan sarung tangan
e) Melakukan scaling sesuai SOP.
f) Intruksipasca perawatan.
g) DHE pada pasien.

• Tata Laksana pemeriksaan gigi ibu hamil


a) Persiapan alat diagnosa yang akan digunakan.
b) Memberitahu pasien tujuanpemeriksaan.
c) Memakai masker dan sarung tangan.
d) Melakukan pemeriksaan DMF dan oral hygiene.
e) Mengisi statusgigi pada status ibu hamil.
f) DHE pada pasien.

4. Poli KIA dan Ruang Bersalin

A. Poli KIA

• Pra dan Pasca Pelayanan

Pra pelayanan adalah kegiatan yang harus dilakukan sebelum


melakukan pelayanan di poli KIA meliputi ruangan ,alat dan bahan.
Kegiatan pra pelayanan di ruang poli KIA meliputi :
a. Datang 15 menit sebelum pelayanan
b. Menyalakan AC/kipas angin
c. Memastikan kebersihan ruangan
d. Memeriksa kelengkapan dan kelayakan alat pelayanan
e. Menyiapkan blangko resep,nota pembayaran, rujukan internal, rujukan
eksternal, laboratorium.dan dokumen
f. Menyiapkan pelayanan KIA,KB,.Imunisasi
Pasca pelayanan adalah kegiatan yang harus dilakukan setelah
melakukan pelayanan di poli KIA meliputi ruangan, alat dan bahan.
Kegiatan pasca pelayanan di poli KIA meliputi :
a. Memasukkan status pasien dalam buku register,simpus,pcare,lidi dan
kohort.
b. Mengembalikan kartu status ke unit pendaftaran.
c. Membereskan alat pemeriksaan dan tindakan.
d. Mengecek kebersihan ruangan.
e. Membuang sampah medis dan non medis yang ada di meja tindakan
pada tempatnya.
f. Menutup gorden ,matikan kipas angin/AC dan lampu.
• Tata Laksana Kegiatan Pelayanan
a. Pemeriksaan ANC Terpadu
Pemeriksaan ANC terpadu merupakan pelayanan antenatal
kompreshensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil
serta terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama
kehamilannya. Langkah-langkah pemeriksaan ANC terpadu adalah sebagai
berikut :
a. Petugas menimbang BB dan TB sesuai SOP
b. Petugas mengukur tekanan darah sesuai dengan SOP
c. Petugas mengukur lingkar lengan atas untuk mengetahui nilai status
gizi
d. Petugas mengukur tinggi fundus uteri sesuai dengan SOP palpasi
abdomen
e. Petugas menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ )
f. Petugas melakukan skrining status imunisasi TT dan berikan
imunisasi TT bila di perlukan
g. Petugas memberi tablet tambah darah ( tablet besi )
h. Petugas memeriksa laboratorium ( rutin dan khusus )
- periksa golongan darah
- periksa kadar hemoglobin darah ( Hb )
- pemeriksaan protein dalam urin
- pemeriksaan kadar gula darah
- pemeriksaan darah malaria ( bila ada indikasi )
- pemeriksaan tes sifilis
- pemeriksaan HIV ( PITC )
- pemeriksaan BTA ( bila di curigai menderita TBC )
i. Petugas melakukan penanganan kasus sesuai dengan hasil
pemeriksaan antenatal dan hasil laboratorium
j. Petugas melakukan temu wicara ( konseling ) meliputi :
- Kesehatan ibu
- Perilaku hidup bersih dan sehat
- Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan perencanan persalinan
yang aman
- Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
- Asupan gizi seimbang
- Gejala penyakit menular dan tidak menular
- Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV
- Inisiasi menyusu dini ( IMD ) dan pemberian ASI ekslusif
- KB paska persalinan
- Imunisasi ( TT ) pada ibu hamil
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan ( Brain booster )

b. Pemberian Vaksin TT pada Ibu Hamil


Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus murni ( 10 lf
) yang telah di murnikan dan terabsobsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat
thimersol1.5 mg/ml di gunakan sebagai pengawet, dengan dosis 0,5 ml
secara intra muscular. Langkah-langkah prosedur pemberian vaksin TT
pada ibu hamil adalah :
• Petugas melakukan screning pada pasien
• Petugas memberikan infoment konsen pada pasien/keluarga pasien
• Petugas menyarankan posisi yang benar dan aman untuk pasien
• Petugas cuci tangan sesuai SOP
• Petugas melakukan desinfektan pada daerah 1/3 bagian atas lengan
kiri pasien
• Petugas mengimunisasi vaksin TT secara IM dengan dosis 0,5 cc di
1/3 bagian atas lengan kiri ( insertion musculus deltridens
)
• Petugas memasukkan spuit habis pakai di safety box
• Petugas cuci tangan sesuai SOP
• Petugas mencatat hasil imunisasi di kartu pasien
• Petugas memberi konseling jadwal pemberian imunisasi selanjutnya

c. Pemberian Vaksin Hepatitis B


Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang mengandung virus
Hepatitis B recombinan yang di in aktifasikan dan bersifat non
infectious, berasal dari HbsAG yang di hasilkan dalam sel ragi (
hansenulu polymorpha ) yang di berikan pada bayi usia 0- 7 hari dengan
cara IM 0,5 di 1/3 bagian atas paha kanan sebanyak 1
kali suntikan. Langkah-langkah pemberian vaksin hepatitis B adalah
sebagai berikut :
Petugas memberikan infomen consen kepada ibu bayi/keluarga bayi
• Petugas melihat jadwal imunisasi yang akan diberikan
• Petugas cuci tangan sesuai dengan SOP
• Petugas memposisikan bayi yang benar dan aman kemudian
melakukan desinfektan dengan kapas aquades di bagian atas paha
kanan yang akan diimunisasi,
• Petugas mengimunisasi Hepatitis B ( unijek ) dengan dosis 0,5 ml
secara IM sesuai SOP di 1/3 bagian atas paha kanan bayi
• Petugas cuci tangan sesuai SOP
• Petugas mencatat hasil imunisasi dalam buku KIA/KMS , Kartu anak
dan register kohort bayi.
• Petugas memberi konseling jadwal pemberian imunisasi selanjutnya

d. Pemberian Vaksin BCG


Vaksinasi BCG diberikan pada usia 0 sampai 3 bulan 1 kali untuk
mencapai kekebalan aktif terhadap tuberculosis yang pemberiannya secara
intra cutan di daerah lengan kanan atas ( insertion musculus deltridens ).
Langkah-langkah pemberian vaksinasi BCG adalah sebagai berikut :
• Petugas melihat jadwal imunisasi yang akan di lakukan
• Petugas memposisikan bayi yang benar dan aman
• Petugas cuci tangan sesuai SOP
• Petugas mengiunisasi BCG dengan dosis 0.05 ml secara intra cutan
di daerah lengan atas ( insertion musculus deltridens )
• Petugas memasukkan spuit habis pakai di safety box
• Petugas cuci tangan sesuai SOP
• Petugas mencatat hasil imunisasi di kartu anak,buku KIA/KMS,
regester bayi
• Petugas memberi konseling jadwal pemberian imunisasi selanjutnya
e. Pemberian Vaksin Pentabio
Vaksin pentabio merupakan vaksin yang mengandung DPT
berupa toxoid, difteri tetanus yang di murnikan dan pertusis yang
diinaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin
yang mengandung Hbs AG murni yang bersifat noninfectious,HIB yang
pemberiannya pada usia 2 bulan ke atas dengan cara IM dengan dosis
0,5 cc di 1/3 bagian atas paha sebayak 3 kali, dengan interval minimal 4
minggu dan dilakukan boster pada usia 18 sampai 36 bulan sebayak 1
kali. Langkah-langkah pemberian vaksin pentabio adalah sebagai berikut
:
• Petugas melihat jadwal imunisasi yang akan di lakukan
• Petugas memberikan infoment consen pada ibu/keluarga bayi
• Petugas memposisikan bayi yang benar dan aman
• Petugas cuci tangan sesuai SOP
• Petugas melakukan desinfektan pada paha bayi yang akan
diimunisasi dengan kapas aquades
• Petugas mengimunisasi bayi dengan dosis 0.5 ml secara IM di
daerah 1/3 bagian atas paha.
• Petugas memasukkan spuit habis pakai di safety box
• Petugas cuci tangan sesuai SOP
• Petugas mencatat hasil imunisasi di kartu anak,buku KIA/KMS,
register bayi
• Petugas memberi konseling jadwal pemberian imunisasi selanjutnya
• Petugas memberi resep parasetamol sesuai dengan advis dokter
dengan dosis anak 10- 15 mg/kg BB dan mengambil obat di unit
obat

f. Pemberian Vaksin Polio


Vaksin polio trivalent yang tediri dari suspense virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan,dibuat
dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. Langkah-
langkah dalam pemberian vaksin polio adalah sebagai berikut :
• Petugas melihat jadwal imunisasi yang akan di lakukan
• Petugas memposisikan bayi yang benar dan aman
• Petugas mencuci tangan sesuai sop
• Petugas memasang pipet penetes/dropper pada vial vaksin
• Petugas memberikan secara oral (melalui mulut) 1 dosis adalah 2
tetes sebanyak 4 kali dosis pemberian,dengan interval setiap dosis
minimal 4 minggu
• Petugas cuci tangan sesuai sop
• Petugas mencatat hasil imunisasi di kartu anak,buku KIA/KMS,
register bayi
• Petugas memberi konseling jadwal pemberian imunisasi
selanjutnya.
g. Pemberian Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan, setiap dosis ( 0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000
infecto unit.virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu
kanamycin dan 30 mcg erythromycin .vaksin ini pemberiannya pada usia 9
– 11 bulan dan di ulang/ boster pada usia 24 – 36 bln dengan injeksi SC
sesuai SOP. Langkah-langkah pemberian vaksin campak adalah sebagai
berikut :

• Petugas memberikan infoment consen pada ibu/keluarga bayi


• Petugas melihat jadwal imunisasi yang akan diberikan
• Petugas memposisikan bayi yang benar dan aman
• Petugas mencuci tangan dengan sesuai sop
• Petugas melarutkan vaksin campak dengan pelarut aquabidest yang
telah tersedia
• Petugas melakukan desinfektan pada 1/3 bagian atas lengan kiri bayi
dengan kapas aquabidest
• Petugas mengimunisasi campak dengan cara SC sesuai dengan SOP
di 1/3 bagian atas lengan kiri
• Petugas memasukkan spuit yang habis dipakai ke dalam safety box
• Petugas cuci tangan sesuai dengan SOP
• Petugas mencatat hasil imunisasi dalam buku KIA/KMS , Kartu anak
dan regester kohort bayi.
• Petugas memberi konseling jadwal imunisasi selanjutnya
h. Pemeriksaan IVA

Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan cervik (mulut rahim) dengan


menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat. Langkah-langkah
dalam pelayanan pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :

a. Menyarankan ibu untuk mengkosongkan kandung kemih terlebih


dahulu ( BAK )
b. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan IVA

c. Cuci tangan

d. Menyiapkan pasien dalam posisi litotomi

e. Memakai sarung tangan

f. Membuka servik dengan spekulum

g. Mengusap atau membersihkan mulut rahim sesuai arah jarum jam

h. Mengusap serviks dengan larutan asam Asetat dengan lidi warton


serah jarum jam
i. Memeriksa hasil usapan larutan Asam Asetat

j. Menentukan diagnosa hasil pemeriksaan IVA

k. Rendam alat pada larutan klorin 10% selama 10 menit

l. Mencuci alat

m. Cuci tangan

n. Sterilisasi alat

o. Merapikan alat pada tempatnya

• Pelayanan KB

1. Implan a.

Definisi :

Adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang


mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik
silikon polidimetri.

b. Mekanisme Kerja
Yaitu menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat
dilewati oleh sperma.

c. Waktu Pemasangan
Kapsul implan Norplan dapat dipasang setiap saat selama
siklus haid,bila sudah dipastikan klien tidak hamil.
Waktu yang optimal untuk memasang implan
Norplan adalah:
- Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid)
- Pascapersalinan (3-4 minggu), bila tidak menyusukan
bayinya
- Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari pertama),atau
- Sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (lebih dari 6
minggu pascapersalinan dan sebelum 6 bulan
pascapersalinan)
Bila klien saat itu sedang memakai metode kontrasepsi
dan ingin menggantinya dengan implan,maka waktu pemasangan
akan tergantung dari metode yang sedang dipakai.
2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) a.
Definisi

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan


menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga
tidak terjadi pembuahan,terdiri dari bahan plastik polietilena,ada
yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.

b. Mekanisme Kerja
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
- Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
c. Waktu Pemasangan
- Setiap waktu dalam siklus haid,yang dapat dipastikan klien
tidak hamil
- Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
- Setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
- Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak terlindungi
3. Suntik
a. Suntik yang mengandung hormon progestin
1) Definisi
Merupakan metode kontrasepsi dengan menggunakan
progestin,yaitu bahan tiruan dari progesteron
2) Mekanisme Kerja
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Waktu mulai menggunakan
- Setiap saat selama siklus haid,asal ibu tersebut tidak hamil
- Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
- Pada ibu yang tidak haid /ibu dengan perdarahan teratur,injeksi
pertama dapat diberikan setiap saat,asalkan saja ibu tersebut tidak
hamil.Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
b. Suntik yang mengandung hormon kombinasi
1) Definisi

Merupakan metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi


hormon esterogen dan progesteron

2) Mekanisme Kerja
- Menekan ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma
terganggu
- Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Waktu mulai menggunakan
- Suntikan dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan
- Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid,klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari /
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
- Bila klien tidak haid,suntikan pertama dapat diberikan setiap
saat,asalkan saja ibu tersebut tidak hamil.Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual /
menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama 7 hari
- Bila klien pascapersalinan 6 bulan,menyusui,serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan,asal saja ibu tersebut tidak
hamil.
- Bila pascapersalinan > 6 bulan ,menyusui,serta telah mendapat
haid,maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan
7
- Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui,jangan diberikan
suntikan kombinasi
- Bila pascapersalinan 3 minggu dan tidak menyusui ,suntikan
kombinasi dapat diberi
- Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan /
dalam waktu 7 hari
4. Pil
a. Pil yang mengandung hormon progestin 1)
Definisi
Merupakan metode kontrasepsi dengan menggunakan
progestin,yaitu bahan tiruan dari progesteron.
2) Mekanisme Kerja
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Waktu mulai menggunakan
- Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid.Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi lain
- Dapat digunakan setiap saat,asal saja tidak hamil.Bila
menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid,jangan melakukan
hubungan seksual selama 2 hari / menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 2 hari saja
- Bila klien tidak haid (amenorea),minipil dapat digunakan setiap
saat,asalkan saja ibu tersebut tidak hamil.Selama 2 hari tidak
boleh melakukan hubungan seksual / menggunakan metode
kontrasepsi yang lain untuk 2 hari saja
- Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan
tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat.Bila menyusui
penuh,tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan
- Bila pascapersalinan > 6 minggu dan klien telah mendapat
haid,minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid
- Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran b. Pil
yang mengandung hormon kombinasi
1) Definisi
Merupakan metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi
hormon esterogen dan progesteron.(Pedoman Pelayanan Keluarga
Berencana Pasca Persalinan Di Fasilitas Kesehatan,2014)
2) Mekanisme Kerja
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
- Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula
3) Waktu mulai menggunakan
- Setiap saat selagi haid. asal ibu tersebut tidak hamil
- Hari ke 1-7 siklus haid
- Boleh menggunakan pada hari ke 8 ,tetapi perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8-14 / tidak
melakukan hubungan seksual sampai telah habis paket pil
tersebut
- Setelah melahirkan :
• Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
• Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
• Pascakeguguran (segera / dalam waktu 7 hari)
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu
metode kontrasepsi atu alat untuk mencegah kehamilan dan atau
penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Penggunaan kondom
perlu memperhatikan cara menggunakan kondom yang benar dan tepat.
2) Mekanisme Kerja
- Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan
- Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
6) Cara penggunaan
- Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
- Jangan menggunakan gigi,benda tajam seperti pisau,silet,gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan
5. UNIT LABORATORIUM
A. Penyimpanan bahan laboratorium
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih
dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out).
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan
yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur.

Hal-hal khusus yang harus diperhatikan:


Reagen jadi (komersial)
a. Tutuplah botol waktu penyimpanan.
b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
c. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
d. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang berdekatan
satu dengan lainnya.
e. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan
label tanda bahaya.
f. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa,
tanggal wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang diambil dan jumlah
reagen sisa serta paraf tenaga pemeriksa yang menggunakan.

B. Pelayanan Laboratorium
Penerimaan permintaan pemeriksaan laboratorium
a. Pengertian :
Permintaan pemeriksaan laboratorium adalah suatu prosedur untuk
menerima permintaan pemeriksaan dari tiap-tiap poli.
b. Prosedur :
a. Petugas laboratorium mengecek blanko permintaan pemeriksaan
laboratorium
b. Cocokkan antara blanko permintaan pemeriksaan dengan kuitansi
( jika pasien umum / BPJS atas permintaan sendiri ) dan tanya
identitas kepada pasien
c. Tanyakan kondisi puasa atau tidak , minum obat / tidak, merokok
atau tidak, menstruasi atau tidak, bisa berdahak atau tidak, urin
bewarna coklat teh atau tidak kepada pasien ( disesuaikan dengan
jenis pemeriksaannya )
d. Jelaskan isi dari blanko permintaan pemeriksaan, cara
pengambilan sampel, lama proses pemeriksaan dan resiko dari
pengambilan
e. Minta pasien mengisi dan menanda tangani lembar persetujuan /
penolakan pengambilan darah
f. Jika pasien setuju atas pengambilan darah maka siapkan peralatan
untuk proses selanjutnya
g. Jika pasien tidak setuju maka sarankan pasien kembali ke poli

Teknik pengambilan spesimen


a. Pengambilan Spesimen Darah
1. Pengambilan Spesimen Darah Vena dengan Venoject
a. Pengertian :
Pengambilan darah vena dengan Venoject adalah pengambilan
darah dari pembuluh darah vena sebagai sampel untuk
pemeriksaan laboratorium tertentu sesuai dengan diagnosa dan
prosedur yang benar dengan menggunakan tabung venoject
dan jarum venoject
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan ( tabung
venoject, holder, jarum venoject, kapas alkhohol 70 %,
plester, torniquet, spidol / label )
2. Tulis kode pada tabung vacuum sesuai blanko permintaan
laboratorium
3. Jelaskan sedikit tentang proses pengambilan darah yang akan
dilakukan
4. Minta pasien / wali mengisi dan menanda tangani
lembar persetujuan / penolakan pengambilan darah
5. Jika pasien tidak setuju, meminta pasien kembali ke poli
6. Jika pasien setuju, petugas laboratorium memakai sarung
tangan
7. Minta posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan
pasien harus lurus, siku tidak boleh bengkok.
8. Minta pasien untuk mengepalkan tangan
9. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas tempat yang akan diambil
darahnya
10. Pilih bagian vena yang lebih menonjol
11. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya
dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah
terjadinya hemolisis dan rasa terbakar.Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
12. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum
menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan
kulit ± 15 derajat
13. Bila jarum berhasil masuk vena, segera pasang tabung
vakuum pada holder dan tekan tabung vakuum sehingga darah
terhisap ke dalam tabung
14. Lepas torniquet dan minta pasien melepaskan kepalan tangan
perlahan.
15. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai.
16. Apabila dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda
dan volume yang lebih banyak, digunakan tabung vakum yang
lain.
17. Tarik jarum dan Letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas
tusukan dan plester, mintalah pasien menekan selama ± 2
menit
18. Ucapkan terima kasih dan meminta pasien menunggu di ruang
tunggu

2. Pengambilan Spesimen Darah Vena dengan Spuit


a. Pengertian
Pengambilan darah vena dengan spuit adalah pengambilan darah
dari pembuluh darah vena sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium tertentu sesuai dengan diagnosa dan prosedur yang
benar
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan ( tabung,
spuit, kapas alkhohol 70 %, plester, torniquet, spidol / label )
2. Tulis kode pada tabung sesuai blanko permintaan laboratorium
3. Jelaskan sedikit tentang proses pengambilan darah yang akan
dilakukan
4. Minta pasien / wali mengisi dan menanda tangani lembar
persetujuan / penolakan pengambilan darah
5. Jika pasien tidak setuju, meminta pasien kembali ke poli
6. Jika pasien setuju, petugas laboratorium memakai sarung
tangan
7. Minta posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan
pasien harus lurus, siku tidak boleh bengkok.
8. Minta pasien untuk mengepalkan tangan
9. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas tempat yang akan diambil
darahnya
10. Pilih bagian vena yang lebih menonjol
11. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya
dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah
terjadinya hemolisis dan rasa terbakar.Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
12. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap
ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit ± 15
derajat
13. Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk
dalam spuit. Selanjutnya lepas torniquet dan pasien diminta
lepaskan kepalan tangan perlahan.
14. Tarik jarum perlahan sampai mendapat volume darah yang
diinginkan
15. Letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan dan plester,
mintalah pasien menekan selama ± 2 menit
16. Ucapkan terima kasih dan meminta pasien menunggu di ruang
tunggu
3. Pengambilan Spesimen Darah Kapiler
a. Pengertian
Pengambilan darah kapiler adalah pengambilan darah dari ujung
jari sebagai sampel untuk pemeriksaan laboratorium tertentu
sesuai dengan diagnosa dan prosedur yang benar
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan ( blood lancet,
soft clik dan kapas alkhohol 70 % )
2. Jelaskan sedikit tentang proses pengambilan darah yang akan
dilakukan
3. Memakai sarung tangan
4. Desinfeksi ujung jari ( jari tengah atau jari manis) atau tumit
sebelah pinggir yang akan diambil darahnya dengan kapas
Alkohol 70%, biarkan kering sendiri.
5. Bendung bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
sedikit ditekan , tusuk dengan lancet steril sedalam kurang lebih
3mm ( pada bayi tidak boleh lebih 2,5 mm) biarkan darah harus
keluar dengan sendirinya.
6. Hapus tetesan darah pertama dengan kapas kering, tetesan
berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.
7. Tutup bekas tusukan dengan kapas Alkohol
8. Ucapkan terima kasih dan minta pasien menunggu di ruang
tunggu

4. Pengumpulan Spesimen Urine


a. Pengertian :
Pengumpulan spesimen urin adalah proses untuk pengumpulan
spesimen urin untuk pemeriksaan tertentu
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan ( pot urin,
etiket / label / spidol )
2. Memberi pot urin yang telah diberi etiket / label / kode kepada
pasien
3. Memberi informasi kepada pasien tentang cara menampung
spesimen urin yang benar (urin yang keluar pertama dibuang
kemudian urin selanjutnya ditampung kira-kira 1/2 pot urin
sebagai spesimen dan sisa urin selanjutnya dibuang)
4. Meminta pasien untuk menampung spesimen urin dikamar
mandi
5. Memakai sarung tangan
6. Menerima spesimen urin dari pasien
7. Mengecek volume urin pada saat diterima
8. Jika volume urin tidak memenuhi syarat maka meminta pasien
memberi urin yang baru
9. Jika volume urin sudah memenuhi syarat maka menaruh
spesimen di tempat khusus penerimaan specimen
10. Mengucapkan terima kasih dan meminta pasien menunggu di
ruang tunggu
Pengumpulan Dahak
a. Pengertian :
Pengumpulan dahak adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan spesimen dahak dari penderita
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan ( pot dahak,
spidol / label )
2. Tulis identitas / kode / keterangan pada pot sesuai blanko
permintaan laboratorium / form TB 05
3. Beri pot dahak tersebut kepada pasien
4. Beri informasi pada pasien cara pengumpulan spesimen dahak
yang benar ( pasien diarahkan keluar halaman yang luas dan
terang, pasien disuruh berdiri dengan posisi punggung agak
condong kedepan dan menarik napas dalam – dalam, kemudian
keluarkan nafas bersamaan batuk yang kuat, sampai keluar
dahak yang kental )
5. Minta pasien untuk menampung dahak dalam pot dengan cara
mendekatkan pot kemulut kemudian ditutup rapat dan
diserahkan ke Petugas laboratorium
6. Memakai sarung tangan
7. Cek kondisi fisik dahak ( apakah bercampur darah atau tidak)
pada saat diterima
8. Jika dahak bercampur darah maka petugas laboratorium
meminta pasien kembali ke dokter
9. Jika dahak tidak bercampur darah maka petugas laboratorium
menaruh pot dahak di tempat khusus penerimaan spesimen
10. Beri pot dahak kepada pasien untuk dibawa pulang untuk
pengumpulan dahak pagi
11. Anjurkan pasien untuk datang pada hari berikutnya untuk
menyerahkan dahak pagi
12. Beri pot dahak kepada pasien untuk dibawa pulang untuk
pengumpulan dahak pagi
13. Anjurkan pasien untuk datang pada hari berikutnya untuk
menyerahkan dahak pagi

5. Pengambilan Spesimen Reitz Serum


a. Pengertian :
Pengambilan reitz serum merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan sampel reitz serum dari penderita
Kusta

b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan
pembuatan sediaan (skalpel, kapas alkhohol,objek glass
(yang bersih, tidak berlemak, tidak tergores), lampu spiritus,
pensil kaca )
2. Berikan informasi pada pasien cara pengambilan reitz serum
/ bubur jaringan
3. Kaca objek diberi nama dan kode disesuaikan dengan blanko
permintaan laboratorium
4. Minta pasien / wali mengisi dan menanda tangani lembar
persetujuan / penolakan pengambilan reitz serum / bubur
jaringan
5. Jika pasien tidak setuju, meminta pasien kembali ke poli
6. Jika pasien setuju, petugas laboratorium memakai sarung
tangan
7. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif ( kulit
muka dihindari) biasanya di area cuping telinga, lengan,
bokong, punggung dan paha
8. Permukaan kulit di bersihkan dengan kapas alkhohol 70 %
9. Kulit dijepit dengan jari tangan hingga memutih untuk
menghentikan aliran darah
10. Skapel di celup dispiritus lalu dilalukan diatas nyala api
11. Kulit disayat ± 5 mm dengan kedalaman ± 2 mm agar
mencapai dermis, jika terjadi pendarahan dibersihkan dengan
kapas
12. Keroklah tepi dan dasar sayatan secukupnya dan diambil
bubur jaringannya
13. Kemudian dikumpulkan di atas objek glass, diratakan
membentuk lingkaran dengan garis tengah ± 1 cm
14. Tutup luka dan Petugas laboratorium memberi pasien catatan
perkiraan hasil pemeriksaan selesai dan nomer telepon
15. Ucapkan terima kasih dan meminta pasien kembali ke dokter
/ langsung mengambil resep di unit obat

Pelabelan spesimen
a. Pengertian :
Pelabelan spesimen adalah suatu usaha pemberian label pada
spesimen dan lembar permintaan pemeriksaan laboratorium yang
bertujuan menjaga agar spesimen tidak tertukar baik identitas
maupun jenis pemeriksaannya
b. Prosedur :

1. Pasien datang membawa blanko permintaan pemeriksaan


laboratorium.
2. Petugas laboratorium memeriksa ulang identitas dan jenis
pemeriksaan laboratorium yang diminta.
3. Beri nomer urut / kode pada blanko permintaan laboratorium,
blanko hasil laboratorium dan tabung / wadah yang akan
digunakan
4. Lakukan pengambilan sampel.
5. Periksa sampel apakah sesuai dengan permintaan.
6. Lakukan pencatatan dan pelaporan.
Penerimaan spesimen

a. Pengertian :
Penerimaan spesimen adalah proses menerima spesimen yang
memenuhi syarat di laboratorium untuk diberi identitas dan
dikerjakan sesuai permintaan pemeriksaan laboratorium.
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium memakai APD
2. Terima spesimen dari pasien
3. Cek kesesuaian identitas blanko permintaan dengan identitas
spesimen yang diterima
4. Cek kondisi fisik spesimen pada saat diterima
5. Jika spesimen tidak memenuhi syarat maka petugas
laboratorium meminta pasien memberi spesimen yang baru
6. Jika spesimen sudah memenuhi syarat maka petugas
laboratorium mencatat spesimen yang diterima
7. Taruh spesimen di tempat khusus penerimaan spesimen
8. Siapkan peralatan untuk proses selanjutnya

Penyimpanan spesimen berupa serum / plasma

a. Pengertian :
Penyimpanan spesimen adalah usaha untuk menyimpan bahan
pemeriksaan laboratorium ( serum / plasma ) sebelum dikirim ke
laboratorium luar ketika pemeriksaan tidak bisa dilakukan saat itu
juga.
b. Prosedur
1. Petugas laboratorium melakukan pengambilan darah pasien
2. Lakukan proses sentrifugasi darah pasien untuk mendapatkan
serum / plasma darah
3. Lakukan pemisahan serum / plasma ke dalam cup serum
4. Beri label / kode pada cup serum yang disesuaikan dengan
blanko permintaan laboratorium
5. Simpan serum ke dalam kulkas di suhu 2ºC-8 ºC atau freezer
sampai spesimen dikirim
6. Catat spesimen yang disimpan di kulkas / freezer ( identitas /
kode spesimen, volume spesimen, tanggal pengambilan
spesimen, tanggal pemisahan spesimen / keterangan lainnya )

Penyimpanan spesimen berupa sediaan / preparat

a. Pengertian :
Penyimpanan spesimen berupa sediaan / slide / preparat adalah
usaha untuk menyimpan sediaan / slide / preparat sebelum dikirim
ke laboratorium luar / Puskesmas Rujukan Mikroskopik yang
nantinya sediaan tersebut akan diperiksa sesuai dengan permintaan
pemeriksaan laboratorium dan dibaca dibawah mikroskop
b. Prosedur
1. Setelah sediaan dikeringkan pada suhu kamar, jika sudah kering
di fiksasi diatas lidah api dengan cepat 3 kali selama 3-5 detik
2. Sediaan disimpan di kotak preparat yang kemudian akan dikirim
ke PRM Sawahan disertai dengan formulir permintaan
pemeriksaan

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Hematology
- Darah Lengkap dengan Hematology Analyzer
Pengertian :
Darah Lengkap adalah pemeriksaan hemotologi lengkap yang
terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, pcv, jumlah lekosit,
jumlah trombosit dan jumlah eritrosit
Pemeriksaan darah lengkap dengan menggunakan hematologi
analyzer SFRI adalah suatu pemeriksaan darah lengkap dengan
menggunakan alat pengujian hematologi yang dikendalikan
oleh komputer dengan layar LCD , dilengkapi mouse dan
printer
Prosedur :
- Petugas menyalakan stavolt, UPS kemudian tombol power “
on “ alat hematologi analyzer
- Petugas mengisi pat info yang berisi data pasien, klik ok
- Petugas menghomogenkan darah EDTA sampi benar benar
tercampur rata
- Petugas memasukkan sampel pada jarum hingga menyentuh
dasar tabung, tekan tombol “ start “ dan hasil akan muncul
pada layar
- Petugas merobek hasil print hasil yang otomatis keluar jika
proses sudah selesai
- Jika akan mematikan alat dengan cara masuk ke menu “
shutdown” muncul text box “ turn the instrument now” klik
ok lalu muncul text box lagi “ place the sample tube with
concentrated cleaner under the sample needle. Press start key
“ petugas memasukkan cairan diluclair / hemaclair lalu tekan
tombol start. Lalu tekan tombol power off, UPS off dan
stavolt off
- Jika tidak, biarkan alat dalam keadaan menyala

- Hemoglobine
Hemoglobine Stik
Pengertian :
- hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi didalam
sel darah merah
- hemoglobinometer adalah alat otomatis yang digunakan untuk
pemeriksaan hemoglobin
- Pemeriksaan hemoglobin dengan hemoglobinometer adalah
pemeriksaan untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
secara kuantitatif dengan hemoglobinometer
- Prosedur :
o Petugas menyiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan
hemoglobin
o Petugas memastikan batre sudah terpasang dan
masih berfungsi dengan baik
o Petugas memasukkan kode strip pada samping kanan alat,
tekan tombol power, dilayar akan tampil angka kode strip
yang sama dengan angka kode pada tabung wadah strip
Hb
o Petugas memasukkan strip pada alat, tunggu hingga ada
simbol teesan darah pada layar
o Petugas meneteskan darah ± 10 µl darah segar tanpa
EDTA atau darah dengan EDTA pada area
tes
o Petugas menunggu hasil keluar dan tampil di layar o

Petugas mencatat hasil hemoglobin dan hematocrit

Hemoglobine Sahli
Cara Manual.
- Siapkan peralatan dan reagen untuk pemeriksaan
hemoglobin.
- Tabung sahli diisi HCL 0,1 N sampai tanda 2.
- Hisap darah EDTA / darah kapiler dengan pipet sahli sampai
tanda 20 µL.
- Masukkan ke dalam tabung yang telah berisi HCL 0,1 N
tadi, bilas pipet sebelum diangkat, lalu dikocok dan tunggu ±
5 menit sampai membentuk asam hematin berwarna coklat.
- Asam hematin yang telah jadi encerkan dengan aquadest
pelan – pelan (tetes demi tetes) sampai warna coklat yang
terbentuk sesuai dengan warna standard.
- Baca tinggi aquadest pada tabung. Angka yang terbaca
sebanding dengan konsentrasi hemoglobin sampel.

- Hitung Lekosit ( Cara Manual )


- Pemeriksaan lekosit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui jumlah sel darah putih dalam darah.
- Prosedur :
- Siapkan peralatan dan reagen untuk pemeriksaan
lekosit.
- Hisap darah EDTA / darah kapiler dengan pipet
lekosit sampai tepat pada garis 0,5. Hapus kelebihan
darah dengan tissue secara cepat.
- Masukkan ujung pipet lekosit dalam larutan TURK
sambil menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang
dengan sudur 45º dan larutan TURK dihisap perlahan –
lahan (jangan sampai timbul gelembung) sampai tanda
garis 11.
- Angkatlah pipet dari cairan dan tutup ujungnya dengan
jari lalu lepaskan karet penghisapnya
- Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dengan kaca
penutup terpasang mendatar diatasnya. Kocoklah pipet
lekosit tadi selama 2-3 menit dan buanglah cairannya
sebanyak 3 – 4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet
dengan sudut 30º pada permukaan kamar hitung serta
menyinggung pinggir kaca penutup, biarkan kamar
hitung terisi secara perlahan – lahan dengan sendirinya.
Diamkan selama 2-3 menit.
- Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
40 kali. Hitung pada 4 kotak lekosit dan hasilnya
dikalikan 50 dengan satuan /µL.

- Hitung Eritrosit ( cara manual )


- Pemeriksaan eritrosit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui jumlah sel darah merah dalam darah.
- Prosedur :
- Siapkan peralatan dan reagen untuk pemeriksaan eritrosit.
- Hisap darah EDTA / darah kapiler dengan pipet
eritrosit sampai tepat pada garis 0,5. Hapus
kelebihan darah dengan tissue secara cepat.
- Masukkan ujung pipet eritrosit dalam larutan Hayem
sambil menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang
dengan sudur 45º dan larutan Hayem dihisap perlahan –
lahan (jangan sampai timbul gelembung) sampai tanda
garis 101.
- Angkatlah pipet dari cairan dan tutup ujungnya dengan jari
lalu lepaskan karet penghisapnya.
- Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dengan kaca
penutup terpasang mendatar diatasnya. Kocoklah pipet
eritrosit tadi selama 2-3 menit dan buanglah cairannya
sebanyak 3 – 4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet
dengan sudut 30º pada permukaan kamar hitung serta
menyinggung pinggir kaca penutup, biarkan kamar hitung
terisi secara perlahan – lahan dengan sendirinya. Diamkan
selama 2-3 menit.
- Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40
kali. Hitung pada 5 kotak eritrosit dan hasilnya dikalikan
10.000 dengan satuan /µL.

Hitung Trombosit ( cara manual )

- Pemeriksaan trombosit merupakan suatu kegiatan yang


dilakukan untuk mengetahui jumlah sel pembeku dalam darah.
- Prosedur :
- Siapkan peralatan dan reagen untuk pemeriksaan trombosit.
- Hisap darah EDTA / darah kapiler dengan pipet eritrosit,
yang telah dibilas terlebih dahulu dengan larutan Rees
Ecker, sampai tepat pada garis 0,5. Hapus kelebihan darah
dengan tissue secara cepat.
- Masukkan ujung pipet eritrosit dalam larutan Rees Ecker
sambil menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang
dengan sudur 45º dan larutan Hayem dihisap perlahan –
lahan (jangan sampai timbul gelembung) sampai tanda
garis 101.
- Angkatlah pipet dari cairan dan tutup ujungnya dengan jari
lalu lepaskan karet penghisapnya.
- Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dengan kaca
penutup terpasang mendatar diatasnya. Kocoklah pipet
eritrosit tadi selama 2-3 menit dan buanglah cairannya
sebanyak 3 – 4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet
dengan sudut 30º pada permukaan kamar hitung serta
menyinggung pinggir
kaca penutup, biarkan kamar hitung terisi secara perlahan –
lahan dengan sendirinya. Diamkan selama
10 menit.
- Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40
kali. Hitung pada 4 kotak Lekosit dan hasilnya dikalikan
500 dengan satuan /µL.

- LED ( Cara westergen )


- Pemeriksaan Lanju Endap Darah merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui Laju Endap Darah (LED).
- Prosedur :
o Siapkan peralatan dan bahan untuk pemeriksaan Laju Endap
Darah (LED).
o Botol kecil / tabung diisi NaCl 0,9 % sebanyak 0,4 ml
kemudian hisap darah EDTA sebanyak 1,6 ml masukkan ke
dalam botol yang berisi NaCl tadi.
o Campur dan hisaplah dengan menggunakan tabung LED
Westergren dengan bantuan karet penghisap
sampai garis bertanda 0 mm.
o Biarkan tabung LED Westergren itu dalam sikap tegak
lurus pada rak westegren selam 1 jam (pasang timer).
o Bacalah tingginya lapisan plasma pada jam pertama
dan kedua dari 0 sampai batas plasma dengan endapan
darah.
o Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam milimeter per jam dan
2 jam (... mm/jam dan ... mm/2 jam).

- Pemeriksaan Golongan Darah


- Golongan darah adalah antigen yang terdapat dalam sel darah
merah
- Prosedur :
a. Siapkan sebuah kartu golongan darah dan tulis identitas
pasien pada kartu golongan darah
b. Kemudian teteskan 1 tetes darah kapiler / darah vena di atas
kartu pada 4 tempat bersebelahan
c. Tambahkan masing masing satu tetes reagen golongan
darah
• 1 tetes reagen Anti A
• 1 tetes reagen Anti B
• 1 tetes reagen Anti AB
• 1 tetes reagen Anti RH Faktor
d. Campurlah dengan menggunakan tusuk gigi
e. Goyangkan kartu golongan darah dengan membuat gerakan
melingkar ± selama 30 s/d 60 detik.
f. Lihat, campuran mana yang ada aglutinasinya.
g. Pelaporan
Golongan darah A :
Anti A aglutinasi Positif
Anti B aglutinasi Negatif
Anti AB aglutinasi Positif
Golongan darah B :
Anti A aglutinasi Negatif
Anti B aglutinasi Positif
Anti AB aglutinasi Potitif

Golongan darah AB :
Anti A aglutinasi Positif
Anti B aglutinasi Positif
Anti AB aglutinasi Positif
Golongan darah O :
Anti A aglutinasi Negatif
Anti B aglutinasi Negatif
Anti AB aglutinasi Negatif
Rhesus Positif :
Anti Rh Faktor aglutinasi Positif
Rhesus Negatif :
Anti Rh Faktor aglutinasi Negatif
Catat hasil di buku register laboratorium

a. Pemeriksaan Imun Serologi


- Widal Test
- Pemeriksaan Widal adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui penyakit Typhoid dengan memeriksa adanya
Antibodi dalam serum tes.
- Prosedur :
a. Petugas laboratorium menyiapkan 2 objek glass yang bersih
dan kering.
b. Teteskan masing-masing 1 tetes ( ± 25 µl ) serum atau
plasma pada 4 bagian pada objek glass dengan pipet tetes
c. Tambahkan masing-masing 1 tetes suspensi Antigen
Salmonella typhi pada 4 bagian serum atau plasma dengan
Antigen yang berbeda ( O, H, PA, PB )
d. Campur dengan ujung ujung tusuk gigi dan menggoyang
goyangkan objek glass
e. Gunakan mikroskop dengan pembesaran obyektif 10x untuk
melihat adanya aglutinasi.
f. Pembacaan:
1. Tidak ada aglutinasi : NEGATIF
2. Ada aglutinasi : POSITIF
g. Pelaporan
1. Bila tidak ada aglutinasi dilaporkan NEGATIF
2. Bila ada aglutinasi dilaporkan POSITIF dengan titernya (
1/80, 1/160, 1/320 ) sesuai dengan besarnya aglutinasi.
h. Nilai Rujukan Normal : tes Widal yang normal adalah
Negatif
i. Catat hasil di register laboratorium

- HIV
- Pemeriksaan HIV adalah serangkaian kegiatan untuk
mendeteksi adanya virus HIV dalam darah pasien yang hanya
dapat dilakukan oleh petugas laboratorium yang sudah
mendapatkan pelatihan-HIV rapid.
- Prosedur :
a. Pemeriksaan HIV 1
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan
pemeriksaan HIV 1: reagen rapid test ( merk SD ), mikro
pipet dan buffer, sampel : serum / plasma / whole blood
2. Letakkan sampel dan lakukan test pada suhu kamar, di
tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada
membrane
4. Teteskan 10 µl serum / plasma atau 20 µl whole blood
dengan mikropipet kedalam lubang sampel ( S ),
5. tambahkan 4 tetes (sekitar 120 µl) buffer secara benar
benar vertikal ke dalam sampel
6. Tunggu waktu 10 sampai 20 menit untuk mendapatkan
hasil
7. Interpretasi hasil :
Negatif : jika muncul satu garis merah pada garis kontrol
saja
Positif : Jika muncul garis merah pada garis kontrol dan
pada garis test 1 dan test 2 atau salah satu dari test 1 dan
test 2
8. Jika hasil negatif, hasil disimpulkan dan dicatat non
reaktif maka pemeriksaan selesai
9. Jika hasil positif maka lanjut ke pemeriksaan HIV 2
b. Pemeriksaan HIV 2
1. Menyiapkan peralatan dan bahan pemeriksaan HIV 2: reagen
rapid test ( merk intec-triline advance ), pipet tetes dan
buffer, sampel : serum / plasma
2. Letakkan sampel dan lakukan test pada suhu kamar, di
tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada
membrane
4. Teteskan 1 tetes serum / plasma dengan pipet tetes ( ada
dalam kit ) +/- 30 ul kedalam lubang sampel ( S ), kemudian
teteskan 1 tetes buffer dan biarkan menyerap
5. Baca Hasil dalam waktu 15 menit
6. Jika hasil pemeriksaan HIV 2 negatif maka ulangi
pemeriksaan HIV 1
7. Jika hasil pemeriksaan HIV 2 positif maka lanjut ke
pemeriksaan HIV 3
c. Pemeriksaan HIV 3
1. Menyiapkan peralatan dan bahan pemeriksaan HIV 3 :
reagen rapid test ( merk Oncoprobe ), pipet tetes dan buffer,
sampel : darah , serum / plasma
2. Letakkan sampel dan lakukan test pada suhu kamar, di
tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada
membrane
4. Teteskan 1 tetes serum / plasma dengan pipet tetes ( ada
dalam kit ) +/- 25 ul kedalam lubang sampel ( S ), kemudian
teteskan 1 tetes buffer
5. Baca Hasil dalam waktu 15-20 menit dan tarik kesimpulan
dari keseluruhan pemeriksaan HIV 1, 2 dan 3
6. Jika hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 ( + ), HIV 3 (
+ ), maka kesimpulan hasil pemeriksaan HIV adalah Reaktif
7. Jika ditemukan hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 (
+ ), HIV 3 ( - ) atau HIV 1 ( + ), HIV 2 ( - ), HIV 3 ( + ),
maka kesimpulan hasil pemeriksaan HIV adalah
Indeterminate
8. Jika ditemukan hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 ( - ),
HIV 3 ( - ) pada pasien beresiko tinggi, maka
kesimpulan hasil pemeriksaan HIV adalah Indeterminate
9. Jika ditemukan hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 ( - ),
HIV 3 ( - ) pada pasien beresiko rendah, maka kesimpulan
hasil pemeriksaan HIV adalah negatif Catat kesimpulan
pemeriksaan HIV dan serahkan blanko hasil pemeriksaan
kepada poli yang mengirim

- Pemeriksaan HbsAg
Pengertian :
Pemeriksaan HBsAg adalah serangkaian kegiatan untuk mendeteksi adanya
virus Hepatitis B dalam darah pasien yang hanya dapat dilakukan oleh
petugas laboratorium. Prosedur :

1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan : reagen SD,


mikro pipet, sampel : serum / plasma
2. Taruh sampel dan test pada suhu kamar 15 s/d 30 oC, di tempat datar
dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada membrane
4. Teteskan 100 µl serum / plasma dengan mikropipet kedalam lubang
sampel ( S )
5. Baca hasil dalam waktu 20 menit
6. Interpretasi Hasil :
7. Non Reaktif : jika hanya muncul satu garis merah di garis kontrol saja
8. Reaktif : Jika garis kontrol muncul garis merah dan di garis test 1 dan
test 2 muncul garis merah atau salah satu dari test 1 dan test 2 muncul
garis merah
9. Catat hasil pemeriksaan HBsAg
10. Jika hasil non reaktif maka blanko hasil pemeriksaan laboratorium
HbsAg bisa langsung diserahkan ke pasien, namun jika reaktif harus
di tes konfirmasi dahulu ke BBLK Surabaya ( sampel bisa disimpan
terlebih dahulu di lemari es
pada suhu 2 – 8 oC, lalu dikirim ke BBLK Surabaya pada waktu yang
ditentukan )
11. Beri informasi kepada pasien perihal masalah tersebut

- Pemeriksaan Syphilis
Pengertian :
Pemeriksaan Sifilis adalah serangkaian kegiatan untuk mendeteksi adanya
antibodi sifilis pada serum / plasma dan darah pasien. Prosedur :
Sampel : Serum / Plasma
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan : reagen sifilis,
mikro pipet / pipet tetes, sampel : serum / plasma
2. Taruh sampel dan test pada tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada membrane
4. Teteskan 70 - 100 µl atau 2 – 3 tetes serum / plasma kedalam lubang
sampel ( S )
5. Baca hasil dalam waktu 10 - 15 menit
6. Interpretasi Hasil :
Non Reaktif : jika hanya muncul satu garis merah di garis kontrol saja
Reaktif : Jika garis kontrol dan garis tes, keduanya muncul garis merah
10. Catat hasil pemeriksaan sifilis
11. Jika hasil non reaktif maka blanko hasil pemeriksaan laboratorium
sifilis bisa langsung diserahkan ke pasien, namun jika reaktif harus di
tes konfirmasi dahulu ke Puskesmas Putat Jaya Surabaya ( sampel bisa
disimpan terlebih dahulu di lemari
es pada suhu 2 – 8 oC, lalu dikirim ke Puskesmas Putat Jaya Surabaya
pada waktu yang ditentukan )
12. Beri informasi kepada pasien perihal masalah tersebut

Sampel : Darah
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan : reagen sifilis,
sampel : darah
2. Taruh sampel dan test pada tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada membrane
4. Teteskan 1 tetes darah kedalam lubang sampel ( S ), tunggu sampai
terserap sempurna
5. Tambahkan 1 tetes larutan pengencer darah
6. Baca hasil dalam waktu 10 - 15 menit
7. Interpretasi Hasil :
Non Reaktif : jika hanya muncul satu garis merah di garis kontrol saja
Reaktif : Jika garis kontrol dan garis tes, keduanya muncul garis merah
8. Catat hasil pemeriksaan sifilis
9. Jika hasil non reaktif maka blanko hasil pemeriksaan laboratorium
sifilis bisa langsung diserahkan ke pasien, namun jika reaktif harus di
tes konfirmasi dahulu ke Puskesmas Putat Jaya Surabaya ( sampel bisa
disimpan terlebih dahulu di lemari
es pada suhu 2 – 8 oC, lalu dikirim ke Puskesmas yang ditentukan
pada waktu yang ditentukan pula )
10. Beri informasi kepada pasien perihal masalah tersebut b.

Pemeriksaan Kimia Klinik dengan Fotometer


- Glukosa
- Pemeriksaan gula darah adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet 500µl, 5µlRak
tabung
Serum pasien
Yellow tip
Blue tip
Reagen kit Glucose
b. Petugas menyiapkan pencampuran untuk pemeriksaan
Blanko : 500µl reagen Glucose
Standart : 500µl reagen Gucose + 5µl standart
Sampel : 500µl reagen glucose + 5µl serum
c. Inkubasi 10 menit pada suhu ruangan
d. Baca di Fotometer
tekan zero dan masukkan aquadest ke sampel probe
kemudian tekan start key
tekan zero dan masukkan reagen blanko ke sampel probe
kemudian tekan start key
Tekan standart dan masukkan campuran reagen Glucose
dan standrat ke sampel probe kemudian tekan start key
Tekan sampel dan masukkan campuran reagen Glucose dan
sampel ke sampel probe kemudian tekan start key
e. Mencatat hasil

- Asam Urat
- Pemeriksaan asam urat adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kadar asam urat dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet 500µl, 10 µl
Rak tabung
Serum pasien
Yellow tip
Blue tip
Reagen kit asam Urat
b. Petugas menyiapkan pencampuran untuk pemeriksaan
Blanko : 500µl reagen Asam Urat
Standart : 500µl reagen Asam Urat + 10µl standart
Sampel : 500µl reagen Asam Urat + 10µl serum
c. Inkubasi 10 menit pada suhu ruangan
d. Baca di Fotometer
tekan zero dan masukkan aquadest ke sampel probe
kemudian tekan start key
tekan zero dan masukkan reagen blanko ke sampel probe
kemudian tekan start key
Tekan standart dan masukkan campuran reagen Asam
Urat dan standrat ke sampel probe kemudian tekan start
key
Tekan sampel dan masukkan campuran reagen Asam Urat
dan sampel ke sampel probe kemudian tekan start key
e. Mencatat hasil

- Kolesterol Total
- Pemeriksaan Cholesterol adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui cholesterol dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet 500µl, 5 µl
Rak tabung Serum
pasien
Yellow tip Blue

tip Reagen kit

Cholesterol

b. Petugas menyiapkan pencampuran untuk pemeriksaan


Blanko : pipet 500µl reagen Cholesterol dan masukkan ke
tabung reaksi
Standart : pipet 500µl reagen Cholesterol + 5µl standart ke
dalam tabung reaksi
sampel : pipet 500µl reagen Cholesterol + 5µl serum ke dalam
tabung reaksi
c. Inkubasi 10 menit pada suhu ruangan
d. Baca di fotometer :
tekan zero dan masukkan aquadest ke sampel probe kemudian
tekan start key
tekan zero dan masukkan reagen blanko ke sampel probe
kemudian tekan start key
Tekan standart dan masukkan campuran reagen cholesterol dan
standrat ke sampel probe kemudian tekan start key
Tekan sampel dan masukkan campuran reagen cholesterol dan
sampel ke sampel probe kemudian tekan start key
e. Mencatat hasil

- BUN
- Pemeriksaan BUN adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar BUN dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet
Rak tabung
Serum pasien
Yellow tip
Blue tip
 Reagen kit BUN

b. Petugas menyiapkan Working reagen ( 4 Reagen 1 : 1 Reagen


2)
Dengan perbandingan 400µl (Reagen 1) +100 µl (Reagen 2)
c. Petugas menyiapkan fotometer pada suhu 36ºC
d. Petugas menambhkan 4µl sampel pada 500 working reagen
e. Kocok lalu langsung baca di Fotometer
f. Petugas mencatat hasil

- Kreatinin
- Pemeriksaan Creatinin adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kadar creatinin dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet

Rak tabung
Serum pasien
Yellow tip

Blue tip
Reagen kit Creatinin
b. Petugas menyiapkan Working reagen 500 µl
Yaitu : ( 1 Reagen 1 : 1 Reagen 2) atau ( R1 250 µl : R2 250
µl )

c. Petugas menyiapkan fotometer pada suhu 36ºC


d. Petugas menambahkan 25µl sampel pada 500µl working
reagen
e. Kocok lalu langsung baca di Fotometer
f. Petugas mencatat hasil di register laboratorium dan lembar
hasil pemeriksaan

- SGOT
- Pemeriksaan SGOT adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar SGOT dalam darah
- Pemeriksaan SGOT adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar SGOT dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan
1. Tabung reaksi
2. Mikropipet 500µl, 50 µl
3. Rak tabung
4. Serum pasien
5. Yellow tip
6. Blue tip
7. Reagen kit SGOT
b. Siapkan fotometer pada suhu 36ºC
c. Tekan Zero dan masukkan aquadest ke sample probe
kemudian tekan start key lalu tekan tombol sampel ( pada alat
fotometer )
d. Siapkan Working reagen (500 µl Reagen 1 + 100 µl Reagen
2) lalu homogenkan
e. Buang 100 µl working reagen ( tinggal 500 µl working reagen
)
f. Tambahkan 50µl sampel ( berupa serum ) pada working
reagen
g. Kocok lalu langsung baca di Fotometer dengan cara
memasukkan campuran working reagen tersebut pada sampel
probe kemudian tekan start key
h. Catat hasil di register laboratorium dan blanko hasil
pemeriksaan

- SGPT
- Pemeriksaan SGPT adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar SGPT dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan
• Tabung reaksi
• Mikropipet 500µl, 50 µl
• Rak tabung
• Serum pasien
• Yellow tip
• Blue tip
• Reagen kit SGPT
b. Siapkan fotometer pada suhu 36ºC
c. Tekan Zero dan masukkan aquadest ke sample probe kemudian
tekan start key lalu tekan tombol sampel ( pada alat fotometer )
d. Siapkan Working reagen (500 µl Reagen 1 + 100 µl Reagen 2) lalu
homogenkan
e. Buang 100 µl working reagen ( tinggal 500 µl working reagen
)
f. Tambahkan 50µl sampel ( berupa serum ) pada working reagen
g. Kocok lalu langsung baca di Fotometer dengan cara memasukkan
campuran working reagen tersebut pada sampel probe kemudian
tekan start key
h. Catat hasil
- Triglyserid
- Pemeriksaan Triglyserid adalah suatu untuk mengetahui kadar
trigliserid dalam darah
- Prosedur :
- Activated reagen = Tg Activator + Tg Reagen = 10 µL + 1000
µL
- Campur dan inkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan.
- Siapkan 3 tabung reaksi
- Tabung 1 sebagai blanko diisi dengan Activated reagen
1000 µL
- Tabung 2 sebagai standard diisi dengan Activated
reagen 1000 µL + standard Trigliserid 10 µL
- Tabung 3 sebagai sampel diisi dengan Activated reagen
1000 µL + Sampel 10 µL
- Diinkubasi dengan suhu kamar 37ºC selama 10 menit.
- Setelah itu, hasilnya dibaca pada fotometer. c.

Pemeriksaan Kimia Klinik dengan Strip

- Glukosa
- Pemeriksaan Gula darah adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui kadar gula darah dalam Darah
- Prosedur :
a. Siapkan alat pemeriksaan gula darah
b. Masukkan Baterai pada alat gula darah
c. Masukkan kode tes pada samping alat
d. Buka Test strip lalu masukkan ke dalam alat sampai
tampil angka kode yang sesuai dengan kode strip.
e. Desinfektan ujung jari dengan alkohol kemudian tusuk
jari dengan lancet kemudian keluarkan darah kapiler.
f. Sentuhkan ujung Test strip dengan darah sampai darah
masuk ke dalam Test strip.
g. Tunggu 10 detik, maka di layar akan tampil hasil gula
darah.
h. Catat di lembar hasil dan register laboratorium.

- Asam Urat
- Pemeriksaan Asam urat adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui kadar asam urat dalam Darah
- Prosedur :
Siapkan alat pemeriksaan asam urat Masukkan
Baterai pada alat asam urat Masukkan kode tes
pada samping alat
Buka Test strip lalu masukkan ke dalam alat sampai tampil
angka kode yang sesuai dengan kode strip.
Desinfiktan ujung jari dengan alkohol kemudian tusuk
jari dengan lancet kemudian keluarkan darah kapiler.
Sentuhkan ujung Test strip dengan darah sampai darah masuk
ke dalam Test strip.
Tunggu beberapa detik, maka di layar akan tampil hasil asam
urat.
Catat di lembar hasil dan register laboratorium.

- Kolesterol Total
- Pemeriksaan Kolesterol total adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui kadar kolesterol total dalam Darah
- Prosedur :
Siapkan alat pemeriksaan kolesterol total
Masukkan Baterai pada alat kolesterol total
Masukkan kode tes pada samping alat
Buka Test strip lalu masukkan ke dalam alat sampai tampil
angka kode yang sesuai dengan kode strip.
Desinfiktan ujung jari dengan alkohol kemudian tusuk
jari dengan lancet kemudian keluarkan darah kapiler.
Sentuhkan ujung Test strip dengan darah sampai darah masuk
ke dalam Test strip.
Tunggu beberapa detik, maka di layar akan tampil hasil
kolesterol total.
Catat di lembar hasil dan register laboratorium.

1. Pemeriksaan Urine
- Pemeriksaan Urine Analyzer
- Urine analyzer adalah alat yang digunakan untuk membaca stik
urine 10 Parameter
- Prosedur :
a. Petugas memastikan alat urine analyzer sudah siap pakai
dengan cara :
• Petugas menghidupkan UPS
• setelah beberapa menit kemudian petugas
menghidupkan alat urine analyzer dengan menekan
tombol power On dibagian belakang alat.
• Lakukan pemanasan alat selama ± 5 menit
• Tekan Start kemudian tempat stick akan keluar
b. Petugas melihat penampakan makroskopik warna urin (
Warna, kejernihan, buih )
c. memastikan stik urin sudah tercelup pada urin pasien
secara keseluruhan ( masing masing strip reagen pada stik
sudah basah oleh urin )
d. Petugas menaruh stik urin diatas tissue agar kelebihan
urin bisa terserap
e. Petugas meletakkan stik urin pada tempatnya lalu tekan
Start Ditunggu ± 60 detik , tempat stick akan masuk
f. Hasil pemeriksaan tampil dilayar alat. Tekan print hasil
akan tercetak .
g. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada buku register
dan blanko hasil pemeriksaan
h. Tekan cancel untuk kembali keposisi awal.
Untuk mematikan alat ,tekan tombol power off dibagian
belakang alat.
- Sediment Urine
- Pemeriksaan Sedimen urine adalah pemeriksan untuk
mengetahui unsur-unsur sel dan Kristal yang terdapat pada
endapan urine
- Sebagai prosedur untuk menemukan adanya unsur-unsur
sedimen organik dan non organik dalam urine secara
mikroskopik
- Prosedur :
a. Untuk mendapatkan endapan urin dengan cara : dengan
mensentrifus urin pada alat sentrifuge, yaitu :
• Sebelumnya kocoklah urin dalam pot urin supaya bila ada
sedimen akan bercampur rata
• Petugas memasukkan 5 ml urin pada tabung sentrifuge
dan memasukkan air biasa / larutan lain pada tabung
sentrifuge lain ( sebagai penyeimbang )
• Tempatkan tabung sentrifuge di dudukan sentrifuge.
Petugas menyeimbangkan dengan tabung
sentrifuge lain yang telah diisi larutan yang berbeda yang
sudah di taruh pada ruang test tube yang berlawanan.
• Tutup kaca sentrifuge dan putar tombol serta atur waktu
serta kecepatan sentrifuge . ± ( selama 5 menit dengan
kecepatan 2000 rpm )
• Petugas harus memperhatikan sentrifuge dalam keadaan
benar benar berhenti baru boleh membuka tutup kaca
sentrifuge dan mengambil spesimen ( untuk secara efektif
memisahkan endapan dan solusi )
b. Petugas menuang cairan bagian atas urin sehingga sampi
dengan volume dari cairan dan endapan urin ± ½ ml
c. kocoklah endapan urin dalam tabung sentrifuge supaya
diperoleh endapan urin yang bercampur rata
d. Teteskan 1 tetes pada objek glass dan tutup dengan cover
glass
e. Periksa dibawah miskroskop
Cara menggunakan mikroskop:
• Tekan tombol ”On” untuk menyalakan.
• Mikroskop bisa dipakai ( pertama dengan objektif 10x
kemudian dengan objektif 40x )
• Perhatikan unsur unsur yang terlihat di mikroskop (
eritrosit, lekosit, sel epitel, kristal, silinder, jamur,
bakteri, trichomonas dll )
• Setelah selesai tekan tombol ”Off” untuk mematikan.
f. Catat hasil

- Pemeriksaan HCG / Tes Kehamilan / Plano Tes


- Pemeriksaan HCG atau Plano test adalah suatu pemeriksaan
untuk mengetahui adanya hormon HCG dalam urine pasien
- Prosedur :
a. Siapkan rapid tes HCG
b. Ambil urine dengan pipet kemudian teteskan 3 tetes pada test
pack & tunggu 3 menit akan tampak garis kontrol pada test
pack
c. Pembacaan :
- Negatif : tampak hanya satu garis
- Positif : tampak dua garis
d. Pelaporan pada form hasil pemeriksaan lab: hasil
pemeriksaan HCG disimpulkan POSITIF atau
NEGATIF
- Negatif : tampak hanya satu garis
- Positif : tampak dua garis

3.. Administrasi dan pencatatan


a. Pencatatan
Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku
sebagai berikut:
1. Setiap laboratorium harus menentukan waktu penyerahan hasil sesuai
dengan kemampuan laboratorium masing masing.
2. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeriksaan laboratorium
diperlukan dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta
pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan laboratorium.
Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan
kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan
Pencatatan kegiatan pemeriksaan dilaboratorium dapat dilakukan
dengan membuat buku sebagai berikut :
a. Buku Register Laboratorium
b. Buku kegiatan sehari hari
c. Data masing masing pemeriksaan
d. Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima
e. Buku ekspedisi
f. Buku komunikasi internal
g. Buku perawatan / kerusakan peralatan
h. Kartu status alat dan kartu stok reagen
i. Catatan kalibrasi

b. Pelaporan

Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari:


1. Laporan kegiatan rutin bulanan/triwulan/tahunan
2. Laporan khusus (misalnya KLB, HIV, NAPZA dll)
3. Laporan hasil pemeriksaan

1. Penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien


Penulisan Hasil Pemeriksaan
a. Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan hasil pemeriksaan
yaitu :
Hasil pemeriksaan harus divalidasi oleh penanggung jawab
laboratorium
b. Penulisan angka dan satuan yang digunakan
Pada penulisan hasil pemeriksaan perlu disesuaikan mengenai
desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap nilai rujukan.
Saruan yang bisa digunakan adalah satuan konvensional dan atau
satuan internasional
c. Pencantuman nilai rujukan
d. Setiap hasil laboratorium harus mencantumkan nilai rujukan, nilai
rujukan bisa diadopsi dari :
1. Kit Insert
2. Buku teks baku
3. Konsesnsus nasional / internasional
e. Pada penulisan hasil pemeriksaan perlu dicantumkan nilai rujukan,
yaitu : rentang nilai yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan
normal, kondisi lain yang harus diinformasikan ( usia dan jenis
kelamin). Satuan penulisan juga harus sama antara hasil
pemeriksaan dengan nilai rujukan.

2. Penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis


Pengertian :
Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis adalah pelaporan
hasil laboratorium yang menggambarkan kondisi tidak normal pasien
yang nilainya diluar batas normal yang telah disepakati bersama, baik di
bawah atau di atas nilai normal, dimana pasien memerlukan tindakan
medis lebih lanjut.
Prosedur :
a. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan laboratorium.
b. Jika mendapatkan hasil laboratorium yang kritis, periksa
kondisi spesimen.
c. Laporkan hasil laboratorium yang kritis kepada dokter / perawat /
bidan pengirim
d. Tulis hasil lab kritis yang pertama di buku lab kritis
e. Dokter memeriksa kondisi klinis pasien.
f. Jika kondisi klinis pasien tidak sesuai dengan hasil laboratorium yang
kritis dokter meminta Petugas laboratorium memeriksa ulang
menggunakan sampel yang baru.
g. Petugas laboratorium memeriksa ulang dengan sampel baru.
h. Jika tetap mendapatkan hasil laboratorium yang kritis, maka Petugas
laboratorium melaporkan segera kepada kepada dokter / perawat /
bidan pengirim
i. Dokter / perawat / bidan pengirim melakukan penanganan segera
untuk mengatasi hasil laboratorium yang kritis.
j. Petugas laboratorium menuliskan hasil laboratorium di buku lab kritis
dan blanko hasil laboratorium.
k. Serahkan blanko hasil laboratorium kepada dokter / perawat / bidan
pengirim

l. Minta paraf dokter / perawat / bidan pengirim di buku hasil


laboratorium yang kritis

5. UNIT OBAT

1. Kegiatan pra pelayanan

Kegiatan pra pelayanan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan


sebelum memberikan pelayanan di unit pelayanan. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk memperlancar proses kegiatan kefarmasian yang
dilakukan sehingga dapat meningkatkan mutu dan kinerja puskesmas.
Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pra pelayanan di unit obat adalah,
a. Petuga farmasi datang tepat waktu
b. Mempersiapkan peralatan (alat tulis menulis serta mortir dan
stamper atau blender obat, sealing machine) yang dibutuhkan
c. Melihat ketersediaan stok obat yang ada di lemari pelayanan unit
obat
d. Mempersiapkan buku-buku yang dibutuhkan dalam pelayanan
e. memakai APD yang diperlukan
f. Cuci tangan 7 langkah
g. Mencatat pada cek list pra pelayanan unit obat
h. Siap melakukan pelayanan

2. Kegiatan pasca pelayanan

Kegiatan pasca pelayanan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan


setelah memberikan pelayanan di unit obat. Langkah-langkah kegiatan
pasca pelayanan di unit obat adalah:
a. Petugas farmasi merapikan meja pelayanan
b. Membersihkan peralatan pelayanan yang telah digunakan
c. Menghitung pengeluaran obat pada buku catatan penggunaan obat
(buku melidi)
d. Meletakkan buku-buku ke tempat semula
e. Membendel resep dalam sehari
f. Melepas APD
g. Cuci tangan 7 langkah
h. Mencatat pada cek list pasca pelayanan
i. Siap meninggalkan tempat pelayanan

A. PELAYANAN FARMASI KLINIK

1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan
resep adalah adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanana resep
dilakukan sebagai berikut:
a. Penerimaan resep
Setelah menerima resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memberikan nomer urut resep
2. Memeriksa kelengkapan administrasi resep dan kesesuaian
farmasetik dalam resep.
Kelengkapan administrasi resep:
a. Nama , nomer SIP dan paraf/tanda-tangan dokter penulis
resep
b. Tanggal penulisan resep
c. Nama, alamat, umur/berat badan dan status pasien

Kesesuaian farmasetik obat:


d. Nama dan bentuk sediaan obat
e. Jumlah dan dosis obat
f. Ketersediaan obat di unit pelayanan
g. Aturan pakai dan cara penggunaan obat
3. Konsultasikan kepada dokter penulis resep bila resep tidak
lengkap atau tidak sesuai

b. Peracikan obat
Setelah memeriksa, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. mengambil jumlah obat yang dibutuhkan pada tempat
penyimpanan obat dengan alat yang sesuai (misal sendok
obat) dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa
dan keadaan fisik obat
2. melakukan peracikan bila diperlukan, dengan melakukan
perhitungan jumlah obat yang diminta dalam resep dokter.
3. Memberikan etiket pada masing-masing obat dengan
ketentuan, warna putih untuk obat dalam/oral dan warna biru
untuk obat luar dan injeksi serta memberikan label “KOCOK
DAHULU” pada sediaan suspensi atau emulsi
4. Pada penulisan etiket mencantumkan nomor resep, nama
pasien, tanggal resep, aturan pakai dan instruksi lain yang
tertulis dalam resep
5. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah
dengan tujuan menjaga mutu obat dan mencegah penggunaan
obat yang salah

c. Penyerahan obat
Setelah peracikan, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memeriksa kembali resep yang telah disiapkan/diracik,
meliputi penulisan nama pasien, aturan pakai, serta jenis dan
jumlah obat
2. Memanggil nama pasien sesuai nomer urut
3. Memastikan identitas pasien sesuai dengan yang tertera dalam
resep dan meminta tanda tangan pasien bila sudah sesuai
4. Menyerahkan obat satu persatu kepada pasien dengan
menjelaskan informasi tentang obat
5. Menyampaikan makanan atau minuman yang harus
dihindari
5. Memberikan informasi efek samping atau reaksi alergi obat
yang mungkin muncul selama penggunaan obat tersebut yang
tidak banyak diketahui oleh pasien dan memberikan informasi
tentang apa yang harus dilakukan bila efek samping atau
reaksi alergi obat muncul
6. Memberikan informasi tentang cara penyimpanan obat di
rumah
7. Memastikan pasien mengerti informasi yang diberikan

2. Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat
diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.
Sumber informasi obat yang digunakan dapat berupa Buku farmakope
Indonesia (FI), Informasi Spesilalite Obat Indonesia (ISO), serta buku-
buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan
atau brosur obat.

Informasi obat yang diperlukan oleh pasien adalah:


a. Kegunaan obat
b. Waktu penggunaan obat/aturan pakai obat (berapa kali obat
digunakan dalam sehari; pagi, siang, sore atau malam)
c. Waktu minum obat; sebelum, bersamaan atau sesudah makan
d. Lama penggunaan obat, diminum bil ada keluhan atau harus
dihabiskan, khususnya untuk obat antibiotik
e. Cara penggunaan obat untuk sediaan farmasi tertentu seperti: tetes
mata, tetes telinga, suppositoria, salep/krim atau tablet vagina

Petunjuk beberapa mengenai cara penggunaan obat khusus:


1. Petunjuk pemakaian obat tetes mata
a. Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun
(termasuk mata) dan selalu ditutup rapat setelah
digunakan
b. Cuci tangan
c. Kepala ditengadahkan dan dengan jari telunjuk kelopak
mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka
kantung konjungtiva, obat diteteskan sesuai dosis yang
tertera dalam etiket
d. Mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip
e. Ujung mata yang dekat dengan hidung ditekan selama 1-
2 menit
f. Ulangi bila perlu
g. Cuci tangan
2. Petunjuk pemakaian obat salep mata
a. Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun
(termasuk mata)
b. Cuci tangan
c. Kepala ditengadahkan dan dengan jari telunjuk bagian
mata ditarik ke bawah untuk membuka kantung
konjungtiva, salep ditekan hingga salep masuk dalam
kantung konjungtiva
d. Mata ditutup selama 1-2 menit, mata digerakkan ke kiri-
kanan, ke atas-bawah
e. Ulangi pemakaian pada mata yang lain bila diperlukan
f. Cuci tangan

3. Petunjuk pemakaian obat tetes hidung

a. Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila


penggunaan obat dilakukan sambil berdiri dan duduk
b. Cuci tangan
c. Teteskan obat pada lubang hidung sesuai dengan dosis
yang tertera dalam etiket obat dan biarkan selama
beberapa menit agar obat tersebar dalam hidung
d. Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan
diantara dua paha

e. Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air


panas dan keringkan dengan tissue bersih

f. Cuci tangan

4. Petunjuk pemakaian obat tetes telinga


a. Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga
b. Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton buds/kapas
bertangkai pembersih telinga
c. Jika sediaan berupa suspensi, obat harus dikocok
terlebih dahulu
d. Pasien berbaring miring dengan posisi telinga yang akan
ditetesi obat menghadap ke atas
e. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah
ditetesi maka bagi penderita dewasa daun telinga ditarik
ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak daun
telinga ditarik ke bawah dan ke belakang.
f. Obat diteteskan sesuai aturan pakai yang tertera dalam
etiket obat dan biarkan obat selama 5 menit
g. Ulangi pemakaian pada telinga yang lain bila diperlukan
h. Bersihkan ujung penetes dengan tisue bersih
i. Cuci tangan
5. Petunjuk pemakaian obat suppositoria
a. Cuci tangan
b. Suppositoria dikeluarkan dari kemasan
c. Suppositoria dibasahi dengan air

d. Penderita berbaring dengan posisi miring dan


suppositoria dimasukkan kedalam rektum (anus/dubur)

e. Masukkan suppositoria, dengan cara bagian ujung


suppositoria didorong denga ujung jari sampai melewati
otot sfingter kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi dan 1 inchi
pada dewasa
f. Gunakan suppositoria sesuai aturan pakai yang tertera
dalam etiket obat.
g. Cuci tangan
h. Simpan sisa suppositoria dalam lemari es

6. Petunjuk pemakaian obat intravaginal


a. Cuci tangan
b. Gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan
c. Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan
d. Masukkan obat dengan menggunakan aplikator obat ke
dalam lubang vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan
dan biarkan beberapa waktu
x
e. Cuci tangan dan palikator setelah menggunakan obat
dengan sabung dan air hangat

Informasi cara penyimpanan obat di rumah, meliputi:


a. simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
b. simpan obat dalam suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung
c. jangan menyimpan obat ditempat panas atau lembab
d. jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar
tidak beku, kecuali tertulis dalam etiket atau label obat
e. jauhkan dari jangkauan anak-anak
f. jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau yang sudah
rusak (obat berubah warna, bentuk, bau dan rasa)

B. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemautauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis
pakai yang efisien, efektif, dan rasional. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai, meliputi:

1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan seleksi obat dan bahan medis
habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan dilakukan perencanaan adalah:
a. Memperkirakan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai
yang mendekati kebutuhan
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit dan pola komsumsi obat periode
sebelumnya serta mengacu pada formularium nasional namun tetap
menyesuaikan dengan peresepan obat yang dibutuhkan oleh pasien
dilayanan sesuai dengan terapi obat yang ditentukan oleh dokter.

2. Permintaan

Tujuan dilakukan permintaan obat dan bahan medis habis pakai


adalah untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Permintaan di UPTD Puskesmas Wonokromo dilakukan setiap


bulan sekali dengan melampirkan blangko Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) kepada Gudang Farmasi Kesehatan
(GFK) Kota Surabaya. Permintaan dilakukan dengan mempertimbangkan
stok optimum obat dan waktu kosong obat di unit kerja.

Perhitungan Stok Optimum (SO):

Jumlah Pemakaian bulan yang telah berjalan


SO = X2
Jumlah bulan

Perhitungan permintaan:

Permintaan = Stok optimum (SO) – Sisa Stok

Blanko LPLPO terdiri dari beberapa kolom yang menggambarkan


kondisi atau persediaan obat atau bahan medis habis pakai pada bulan
terlapor serta laporan kunjungan resep baik gratis, umum maupun BPJS
yang datang di Unit Kerja UPTD Puskesmas Wonokromo dengan
mengetahui Kepala
Puskesmas, petugas pengelola unit obat, Kepala Gudang Farmasi
Kesehatan Kota Surabaya dan petugas pengelola obat GFK. Blanko
LPLPO terdiri dari:
a. Kolom 1: nomor urut obat atau bahan medis habis pakai

b. Kolom 2 : nama obat dan bahan medis habis pakai yang dibedakan
menurut fornas (formularium nasional), non formularium nasional,
perbekkalan kesehatan/bahan medis habis pakai.

c. Kolom 3 : satuan

d. Kolom 4: stok awal = stok akhir di bulan lalu

e. Kolom 5 : penerimaan = jumlah obat atau bahan medis habis pakai


yang diterima di bulan terlapor

f. Kolom 6 : persediaan = total antara sisa stok dan penerimaan. Di


kolom ini menggambarkan persediaan atau jumlah obat atau bahan
medis pakai yang ada dan tersedia di unit Obat Puskesmas
Wonokromo

g. Kolom 7 : pemakaian = total penggunaan atau pengeluaran obat di


masing-masing sub unit kerja atau puskesmas pembantu.

h. Kolom 8 – 10 : berisi tentang jumlah obat atau bahan medis habis


pakai yang dikembalikan karena kondisi tertentu, misalnya
kadaluarsa, rusak dan realokasi ke puskesmas lain. Kolom
pengembalian obat ini tidak mempengaruhi stok optimum obat
namum mempengaruhi sisa stok obat.

i. Kolom 11 : stok akhir = persediaan dikurangi pemakaian. Di dalam


kolom ini menggambarkan sisa persediaan yang ada di unit obat
untuk pemakaian bulan berikutnya. Dari kolom ini dapat diketahui
berapa jumlah obat yang akan diminta untuk persediaan bulan
depan.

j. Kolom 12 : stok optimum = stok yang harus ada di puskesmas untuk


memenuhi kebutuhan obat selama satu bulan dengan
memperhitungkan buffer stok dan waktu tunggu obat.
k. Kolom 13 : permintaan = stok optimum dikurangi sisa stok

l. Kolom 14 – 19 : pemberian, adalah jumlah yang


diberikan atau diterima oleh puskesmas dengan mempertimbangkan
antara permintaan di LPLPO dengan stok obat di GFK. Pemberian
obat dan bahan medis pakai terdiri dari beberapa sumber dana yaitu,
DAK (Dana Alokasi Khsus), APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah), program, buffer, JKN (Jaminan Kesehatan
nasional) dan realokasi puskesmas lain.

3. Penerimaan

Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
dalam menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Gudang Farmasi
Kesehatan Kota Surabaya sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas sehingga dapat
meningkatkan mutu dan kinerja Puskesmas.

Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat


Dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan, keadaan, jumlah obat dan bentuk obat sesuai dengan dokumen
(LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima dan diketahui oleh
Kepala Puskesmas. Apabila tidak memenuhi syarat, maka petugas dapat
melakukan penolakan terhadap obat yang diterima dengan mengisi berita
acara penolakan obat.

4. Penyimpanan

Penyimpanan obat adalah merupakan suatu kegiatan pengaturan


terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Tujuan dilakukan penyimpanan obat adalah
agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan sehingga dapat meningkatkan mutu
dan kinerja di puskesmas. Langkah-langkah yang dalam proses
penyimpanan obat adalah sebagai berikut:
a. Mencatat penerimaan dalam buku penerimaan, meliputi nama,
jumlah, dan tanggal kadaluarsa obat
b. Mencatat penerimaan dalam kartu stok gudang obat, meliputi, nama,
jumlah dan tanggal kadaluarsa obat
c. Mencocokkan kesesuaian jumlah obat yang tersedia, dengan melihat
jumlah obat yang diterima dengan sisa obat sebelumnya
d. Menyusun obat yang diterima. Meliputi:
1. Obat disusun dalam rak atau almari
2. Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan (tablet, salep, sirup,
supprositoria, alkes, dll), alfabetis dan
penyimpanan khusus (narkotika, psikotropika, suppositoria,
injeksi, dll)
3. Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus
4. Obat - obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan yang
khusus (seperti: suppositoria, injeksi), disimpan dalam lemari
es
5. Obat yang disimpan di lantai harus diletakkan di atas palet
6. Jangan meletakkan kardus obat terlalu tinggi, karena
menyulitkan dalam pengambilannya dan akan merusak kardus
e. Merotasi obat dengan sistem FEFO dan FIFO
sistem FEFO :
1. Obat yang tanggal kadaluarsanya lebih cepat
diletakkan paling depan
2. Bila tanggal kadaluarsa sama maka mengikuti sistem
FIFO
Sistem FIFO:
1. Obat yang baru datang diletakkan paling belakang
g. Memberi atau memeriksa kembali tanda – tanda warna disetiap
item obat mengenai tanggal kadaluarsanya
Tanda – tanda warna:
a. warna merah : bila tanggal kadaluarsa kurang dari 3 bulan
(< 3 bulan)
b. warna kuning : bila tanggal kadaluarsa antara 3 – 6 bulan
c. warna hijau : bila tanggal kadaluarsa lebih dari 6 bulan
(> 6 bulan)
h. Memberikan tanda – tanda lain untuk meningkatkan keamanan dan
kewaspadaan serta mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian
obat, meliputi:
1. Label : “HIGH ALERT” untuk elektrolit dengan konsentrasi
kuat (MgSO4 20% dan MgSO4 40 %)
2. Label : “LASA” untuk obat yang terlihat mirip (Look A Like),
kedengaran atau pelafalannya mirip (Sound A Like), satu jenis
obat dengan dua atau lebih kekuatan
3. Tanda gambar “CORROSIVE” untuk bahan medis habis pakai
yang dapat menyebabkan kerusakan atau korosif pada tubuh
(mis, Chlorine)
4. Tanda gambar “EXPLOSIVE” untuk bahan medis habis pakai
yang dapat menyebabkan kebakaran (mis, alkohol)
i. Mengeluarkan obat yang letaknya paling depan, bila ada permintaan
dan mencatat dalam kartu stok gudang obat jumlah obat yang
dikeluarkan
j. Meletakkan kartu stok dekat dengan obat tersebut

5. Pendistribusian

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan


kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit pelayanan
atau puskesmas pembantu yang berada di bawah UPTD Puskesmas
Wonokromo.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit


pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat sehingga dapat meningkatkan mutu
dan kinerja UPTD Puskesmas Wonokromo.

Sub-sub unit pelayanan yang ada di UPTD Puskesmas Wonokromo,


antara lain:
a. Sub unit poli umum
b. Sub unit poli gigi
c. Sub unit poli KIA/KB
Pendistribusian dilakukan dengan cara petugas sub unit pelayanan
poli dan pustu melakukan permintaan kepada petugas gudang obat sesuai
dengan kebutuhan (buku permintaan sub unit) dan kemudian petugas
gudang obat mencatat pengeluaran obat dalam kartu stok dan buku
distribusi gudang obat.

6. Pengendalian

Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu


kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
obat di unit palayanan. Tujuan dilakukan pengendalian adalah agar tidak
terjadinya kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan sehingga
dapat meningkatkan mutu dan kinerja UPTD Puskesmas Wonokromo.
Pengendalian obat terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan
Tujuan dilakukannya pengendalian persediaan adalah untuk
menjamin ketersediaan obat di masing-masing sub unit sehingga
tidak terjadi kelebihan atau kekurang di sub unit kerja. Yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian persediaan adalah rekapan
penggunaan obat atau bahan medis habis pakai selama satu tahun
yang digunakan untuk membuat perencanaan kebutuhan obat satu
tahun kedepan.

b. Pengendalian penggunaan
Penggunaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
Wonokromo berasal dari resep dan buku pelaporan penggunaan
obat dan bahan medis habis pakai yang ada disetiap unit kerja
Puskesmas Wonokromo. Tujuannya adalah untuk mengetahui
jumlah pemakaian obat atau bahan medis habis pakai yang
digunakan selama satu bulan.
Yang perlu diperhatikan dalam pengendalian penggunaan obat
dan bahan medis habis pakai adalah tercatatnya semua permintaan
yang dibutuhkan setiap sub
unit dalam “buku permintaan sub unit”, kartu stok dan buku
distribusi gudang obat serta pengeluaran obat hanya boleh
menggunakan resep yang setiap harinya dicatat dalam buku catatan
harian penggunaan obat (buku melidi) kemudian disalin dalam buku
register dan dijumlah penggunaanya. Jumlah ini yang digunakan
sebagai dasar untuk permintaan obat atau bahan medis habis pakai
di bulan depan.

c. Penanganan obat rusak dan kadaluarsa


Penanganan obat rusak dan kadaluarsa adalah kegiatan
pengecekkan dan memisahkan obat-obat yang sudah tidak layak
digunakan dan tidak sesuai standar dikarenakan sudah lewat dari
tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan obat. Tujuannya
dilakukan penanganan obat rusak dan kadaluarsa adalah untuk
melindungi atau menjamin pasien dari pemberian obat kadaluarsa
sehingga dapat meningkatkan mutu dan kinerja Puskesmas
Wonokromo.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penanganan
obat rusak dan kadaluarsa adalah sebagai berikut:
1. Petugas farmasi melakukan pengecekkan obat rusak dan
tanggal kadaluarsa obat setiap akhir bulan
2. Mengidentifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa
3. Mengeluarkan dan mengurangkan stok obat yang kadaluarsa
atau rusak dari sisa obat yang ada di kartu stok obat
4. memisahkan penyimpanan obat rusak atau kedaluarsa dari
penyimpanan obat lainnya dan diberi keterangan
“OBAT KADALUASA DAN RUSAK”
5. mencatat obat yang rusak atau kedaluarsa di buku catatan obat
rusak atau kadaluarsa (mencatat nama obat, nomer batch,
jumlah dan tanggal kedaluarsa obat)
6. melaporkan dan membuat usulan pengembalian obat rusak
atau kedaluarsa ke UPTD Gudang Farmasi Kota setiap akhir
tahun
7. membuat berita acara pengembalian (BAP) obat rusak atau
kedaluarsa rangkap 3 dan mengetahui Kepala Puskesmas
8. mengirimkan obat rusak atau kedaluarsa ke UPTD Gudang
Farmasi Kota disertai berita acara pengembalian (BAP) obat
rusak atau kadaluarsa.

7. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan

Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan merupakan rangkaian


kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai
secara tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima
disimpan, didistribusikan dan digunakan di UPTD Puskesmas
Wonokromo atau sub unit lainnya. Tujuan dilakukan pencatatan,
pelaporan dan pengarsipan adalah, sebagai:
- Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah
dilakukan
- Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
- Sumber data untuk pembuatan laporan
Sehingga dapat meningkatkan mutu dan kinerja UPTD Puskesmas
Wonokromo

a. Buku-buku pencatatan yang ada, sebagai berikut:


- Buku penerimaan = untuk mencatat setiap penerimaan dari
berbagai sumber baik APBD/DAK/Program, JKN, bapemas.
Berisi jumlah yang diterima dan tanggal kadaluarsa obat
- Buku monitoring obat kadaluarsa
- Kartu stok obat
- Buku distribusi gudang obat
- Buku permintaan obat sub unit
- Buku pelaporan penggunaan obat atau bahan medis habis pakai
- Buku pencatatan penggunaan obat harian (buku melidi)
- Buku lidian status kunjungan resep dan obat generik, non
generik
- Buku register obat
- Buku catatan penggunaan obat narkotika dan psikotropika

b. Pelaporan-pelaporan yang dikerjakan, sebagai berikut:


- LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
- Pelaporan narkotika dan psikotropika

c. Pengarsipan, meliputi pengarsipan resep-resep yang berasal dari


masing-masing sub unit pelayanan. Resep yang telah dilayani
dibendel dan diurutkan berdasarkan tanggal pelayanan dan disimpan
sekurang-kurangnya 5 tahun. Resep yang mengandung obat
narkotika atau psikotropik disendirikan. Resep yang telah disimpan
dalam jangka waktu tertentu dapat dimusnahkan dengan cara
dibakar atau cara lain yang memadai dengan disaksikan oleh
apoteker dan sekurang-kurangnya satu orang petugas farmasi. Berita
acara pemusnahan resep dibuat 4 rangkap dan dikirim kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dan arsip unit obat.

8. Pemantauan dan evaluasi

Pemantauan dan evaluasi Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai


dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat
menjaga kaulitas maupun pemerataan pelayanan
b. Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan Obat Dan Bahan
Medis Habis Pakai
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

6. POJOK GIZI
1. Prinsip umum pelayanan Pojok Gizi adalah konseling.
Konseling adalah merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan pasien.
Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong pasien untuk saling bertukar
informasi dan memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengembalian
keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pasien.
 Langkah langkah konseling :
- Memberikan penjelasan tentang kondisi pasien saat ini dan rencana tindakan
yang dilakukan selanjutnya.
- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk lebih mengerti situasi pasien dan
latar belakangnya.
- Identifikasi kebutuhan pasien, masalah pasien dan informasi yang belum
diketahui pasien.
- Merencanakan dan memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan di
lakukan selanjutnya.
- Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut.
 Prinsip yang perlu diperhatikan saat konseling :
- Buat pasien merasa nyaman dan diterima dengan baik.
- Gunaka dengan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
- Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan rapi serta
terjaga kerahasiannya.
- Petugas / konselor tidak boleh memaksa pasien untuk mengatasi masalahnya
dengan solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien. Bimbing pasien dan
keluarganya untuk menganalisa kelebihan dan kekurangannya dari setiap
pilihan yang mereka miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.

2. Pelayanan yang di layani di Pojok Gizi adalah Konseling tentang :


 Balita menderita gizi kurang/ gizi buruk
 Ibu Hamil menderita Kurang Energi Kronis ( KEK )
 Ibu menyusui menderita Kurang Energi Kronis ( KEK )

A. METODE
Metode dalam melakukan pelayanan di Pojok Gizi dilakukan melalui pelayanan
yang paripurna, berkesinambungan,memperhatikan hak dan kewajiban pasien,
memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien serta melibatkan pasien
dalam mengambil keputusan untuk menentukan rencana pelayanan.

B. LANGKAH KEGIATAN

Kegiatan yang dilakukan dalam Pojok Gizi meliputi langkah-langkah berupa


rangkaian tahap-tahap yang ada di SOP ( Standart Operasional Prosedur).

 Berikut langkah-langkah kegiatan yang dilakukan di Pojok Gizi :


1. LANGKAH-LANGKAH PENERIMAAN PASIEN di Pojok Gizi
 Petugas memanggil pasien sesuai nama dan nomer urut dengan ramah dan
sopan
 Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu status
 Pasien dipersilakan duduk di kursi pasien
 Petugas mengukur Panjang Badan/ Tinggi Badan
 Petugas menimbang Berat Badan
 Petugas menentukan status gizi pasien
 Petugas memberikan konseling sesuai dengan diagnosa dari BP, KIA-KB
 Petugas memberikan kesempatan bertanya kepada pasien
 Petugas memberikan keimpulan tentang konseling yang sudah di berikan
kepada pasien
 Petugas berpesan untuk kunjungan ulang bulan berikutnya
 Petugas mempersilahkan pasien untuk kembali ke BP, KIA-KB bila perlu.
Kalau tidak boleh langsung ambil obat trus pulang
2. MELENGKAPI REKAM MEDIS
 Setelah melakukan pelayanan petugas mengecek rekam medis yang di isi oleh
dokter.
 Apabila ada rekam medis yang kurang lengkap, petugas meminta
dokter/perawat untuk melengkapi rekam medis tersebut.
 Setelah semua lengkap, buku rekam medis petugas mencatat di buku
kunjungan Pojok Gizi dan di kembalikan ke loket pendaftaran

7. POJOK TB

A. PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
memerlukan perhatian, karena sampai dengan tahun 2014 Indonesia merupakan salah satu dari 5
negara di dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak setelah India, China, Nigeria dan
Pakistan. Diperkirakan di Indonesia setiap tahun ditemukan 429.730 kasus TB baru dan kematian
sebanyak 62.246 orang. Sedangkan di Surabaya, setiap tahunnya ditemukan lebih kurang 4.000
kasus baru dan merupakan penyumbang kasus TB tertinggi di Jawa Timur.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :


1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara-negara yang sedang
berkembang;
2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparitas yang terlalu lebar, sehingga
masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan
yang buruk;
3. Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran, tingkat pendidikan,
pendapatan per kapita yang masih rendah sehingga berakibat pada kerentanan masyarakat
terhadap TB;
4. Kurang optimalnya program TB yang diakibatkan oleh :
 Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan;
 Tidak memadainya pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan
kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan
pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya);
 Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar,
gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis);
 Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG;
 Infrastruktur kesehatan yang buruk pada Negara-negara yang mengalami krisis ekonomi
atau pergolakan masyarakat;
 Belum adanya Sistem Jaminan Kesehatan yang bisa mencakup masyarakat luas secara
merata.
5. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan
6. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tetap tingginya beban TB seperti
gizi buruk, merokok, diabetes
7. Dampak pandemi HIV
 Pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan HIV
akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan
8. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (Multi Drug
Resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan.
Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.

B. LATAR BELAKANG

TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium


tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru dengan gejala batuk berdahak lebih dari dua
minggu, nafsu makan berkurang, berat badan turun, berkeringat pada malam hari atau demam. Kasus
TB bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin selama 6-9 bulan.

Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan
TB yaitu strategi DOTS (Directly Observed Treatment-Shortcourse) dan telah terbukti sebagai
strategi yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi DOTS adalah strategi
penyembuhan TB-Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. DOTS menekankan
pentingnya pengawasan terhadap penderita TB-Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai
ketentuan sampai dinyatakan sembuh sehingga dengan strategi ini proses penyembuhan TB-Paru
bisa lebih cepat. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan
pada pasien TBC yang menular (hasil pemeriksaan sputum BTA Positif). Strategi ini diharapkan
akan dapat memutus mata rantai penularan dan dengan demikian akan menurunkan insidens TB di
masyarakat.

Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, antara lain :


1) Komitmen Politis;
2) Pemeriksaan dahak mikroskopik yang terjamin mutunya;
3) Pengobatan jangka pendek yang standard bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang
tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan;
4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu;
5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pasien dan kinerja program secara keseluruhan.

Pelaksanaan pengobatan dengan manajemen DOTS mulai diterapkan di Dinas Kesehatan Kota
Surabaya pada bulan Juni 2000, dimana perangkat yang telah disiapkan adalah tenaga medis maupun
paramedis, petugas laboratorium dengan latar belakang pendidikan analis dan ditunjang dengan
bahan laboratorium menggunakan mikroskop binokuler dan zat pelarut pewarnaan Zein Neilson
(ZN).

Keberhasilan Program Penanganan TB Paru juga ditentukan dari banyaknya angka penemuan
penderita baru karena semakin banyak penderita baru yang ditemukan, maka akan semakin banyak
yang akan diobati dengan segera sehingga dapat memotong rantai penularan ke orang lain dan
menurunkan insidens TB-Paru di masyarakat.

Berbagai terobosan telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB
dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Namun upaya tersebut masih memerlukan peningkatan dan dukungan dari berbagai
pihak baik pemerintah maupun swasta serta peran dari masyarakat terutama pasien TB dan
keluarganya.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
“Terwujudnya masyarakat bebas dari penyakit TB dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup
masyarakat”.

2) Tujuan Khusus

 Meningkatkan Angka Penemuan seluruh kasus TB terutama TB Paru BTA Positif;


 Menurunkan Angka Kematian akibat TB;
 Meningkatkan Angka Kesembuhan Pasien TB BTA Positif;
 Menurunkan Angka Putus Berobat;
 Meningkatkan Angka Keberhasilan Pengobatan TB;
 Meningkatkan Angka Keberhasilan Pengobatan TB Anak;
 Meningkatkan Angka Keberhasilan Pengobatan TB MDR atau Treatment Success Rate.

D. SASARAN

Sasaran dalam program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis (P2P-TB)


skala kota adalah :
1. Masyarakat luas;
2. Pasien TB;
3. Mantan Pasien TB;
4. Keluarga Pasien TB;
5. Tenaga Kesehatan;
6. Penyedia Pelayanan Pemerintah, Swasta, Masyarakat (Sukarela), Perusahaan;
7. Peneliti.

E. PENDANAAN

Pendanaan dalam program program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis


(P2P-TB) skala kota yaitu :
1. APBD Kota Surabaya;
2. Sumber Pendanaan Lain (Global Fund) Komponen TB Provinsi Jawa Timur.

F. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Dalam upaya pengendalian penyakit TB di masyarakat dan pengembangan program


pengendalian TB, Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengacu pada Strategi Nasional Program
Pengendalian TB Nasional tahun 2015 – 2019 yang merupakan pengembangan strategi sebelumnya
dengan pengembangan strategi baru untuk menghadapi target dan tantangan yang lebih besar. Adapun
7 (tujuh) strategi yang harus dilaksanakan antara lain :
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu;
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, TB-MDR, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta
rentan lainnya;
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), perusahaan dan
swasta melalui pendekatan Pelayanan TB Terpadu Pemerintah dan Swasta (Public Private Mix)
dan menjamin kepatuhan terhadap Standar Internasional Penatalaksanaan TB (International
Standards for TB Care);
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB;
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program
pengendalian TB;
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB;
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

Kerangka kegiatan pokok dalam tatalaksana program Pengendalian dan Pemberantasan


Penyakit Tuberkulosis (P2P-TB) Kota Surabaya sebagai berikut :
1. Tatalaksana TB Paripurna
a. Promosi TB;
b. Pencegahan TB;
c. Penemuan pasien TB;
d. Pengobatan pasien TB;
e. Rehabilitasi pasien TB.
2. Manajemen Program TB
a. Perencanaan program P2P-TB;
b. Monitoring dan evaluasi program P2P-TB;
c. Pengelolaan logistik program P2P-TB;
d. Pengembangan ketenagaan program P2P-TB;
e. Promosi program P2P-TB.
3. Pengendalian TB Komprehensif
a. Penguatan layanan Laboratorium TB;
b. Public Private Mix (PPM) TB;
c. Kelompok rentan : pasien Diabetes Millitus (DM), ibu hamil, gizi buruk;
d. Kolaborasi TB-HIV;
e. TB Anak;
f. Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB;
g. Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat (MTPTRO);
h. Penelitian/survey terkait TB.

Di samping itu, Dinas Kesehatan Kota Surabaya telah melakukan upaya-upaya kongkrit dalam
rangka akselerasi program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis (P2P-TB) sebagai
berikut :

1. Melakukan penyuluhan pengembangan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan


pelatihan kader untuk upaya pencegahan penularan TB;
2. Melakukan pelacakan kontak erat/keluarga pasien dengan gejala TB dan melakukan
pemeriksaan dahak secara gratis;
3. Memberikan dukungan motivasi terhadap terduga TB untuk melakukan pemeriksaan dan
pengobatan TB ke fasilitas pelayanan kesehatan;
4. Memberikan dukungan motivasi keteraturan pengobatan bagi pasien TB melalui pendampingan
oleh kader (peer educator);
5. Memberikan dukungan transport bagi pasien TB MDR yang tidak mampu;
6. Memberikan pengobatan bagi pasien TB selama 6-9 bulan secara gratis;
7. Memberikan dukungan nutrisi bagi pasien TB berupa PMT dalam bentuk susu;
8. Melakukan diseminasi informasi tentang TB, membentuk kelompok pendidik sebaya dan
testimony pasien TB untuk mengurangai stigma di masyarakat;
9. Membangun jejaring dengan layanan kesehatan swasta dalam upaya meningkatkan penemuan
dan penanganan kasus TB sesuai standard (DOTS);
10. Melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama dengan LSM (Aisyiyah Kota
Surabaya), Paguyuban TB Rekat, antara lain :
 Pelatihan PMO (Pengawas Menelan Obat) yaitu keluarga pasien dalam upaya
meningkatkan keberlangsungan pengobatan pasien TB;
 Melakukan pelatihan TB bagi kader untuk penjaringan suspek TB dan sosialisasi TB di
masyarakat;
 Pelatihan peer educator bagi mantan pasien TB yang sudah sembuh untuk memberikan
motivasi bagi pasien TB yang masih menjalani pengobatan.

G. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan upaya Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Tatalaksana Penemuan Pasien TB

Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkaian kegiatan


mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan laboratoris,
menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB, sehinga dapat
dilakukan pengobatan agar sembuh sehingga tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB serta sekaligus merupakan kegiatan pencegahan
penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Keikutsertaan pasien merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya pengendalian TB.
Strategi dalam penemuan pasien TB sebagai berikut :
a. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok populasi terdampak TB
dan populasi rentan.
b. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif,
sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
c. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan; didukung dengan
promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat.
d. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan
mengurangi keterlambatan pengobatan.
e. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :

 kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien
dengan HIV, Diabetes mellitus dan malnutrisi.
 kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang berisiko tinggi terjadinya
penularan TB, seperti: Lapas/Rutan, tempat penampungan pengungsi, daerah
kumuh, tempat kerja, asrama dan panti jompo.
 Anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB.
 Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resistan obat.

f. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan gejala dan tanda yang
sama dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis kesehatan paru (Practical Approach
to Lung health = PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS), manajemen terpadu
dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan penemuan pasien TB di faskes,
mengurangi terjadinya misopportunity dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.
g. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala :
 Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi
TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasyankes
dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2) Tatalaksana Identifikasi, Diagnosa dan Pengobatan Pasien TB
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3
contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa
dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
 S (Sewaktu) : dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung
pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot
dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
 P (Pagi) : dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
 S (Sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.

b. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb) dimaksudkan
untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal:
 Pasien TB ekstra paru
 Pasien TB anak.
 Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau mutunya. Apabila
dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat yang direkomendasikan
WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat
tersebut.

c. Diagnosis TB Paru
Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosis TB Paru pada orang
dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan
bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung,
biakan dan tes cepat.
 Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis
dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan
ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB.
 Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinis dilakukan setelah pemberian
terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak
memberikan perbaikan klinis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
 Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru,
sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan uji tuberkulin.

d. Diagnosis TB Ekstra Paru


 Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lainnya.
 Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh uji yang diambil dari organ tubuh
yang terkena.
 Dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukan keluhan dan gejala
yang sesuai, untuk menemukan kemungkinan adanya TB paru.
DIAGRAM ALUR DIAGNOSIS DAN TINDAK LANJUT TB PARU PADA PASIEN
DEWASA
TANPA KECURIGAAN/BUKTI : HASIL TES HIV (+) ATAU TERDUGA TB
RESISTEN OBAT)
e. Pengobatan Pasien TB
Tujuan pengobatan adalah :
 Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup;
 Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya;
 Mencegah terjadinya kekambuhan TB;
 Menurunkan penularan TB;
 Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat.

Prinsip Pengobatan TB
Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip :
 Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi;
 Diberikan dalam dosis yang tepat;
 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan
Obat) sampai selesai pengobatan;
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
serta
tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

Tahapan Pengobatan TB
Pengobatan harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan
maksud :
 Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal
pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
 Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa-
sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khusunya kuman persister sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai Rekomendasi WHO dan ISTC)
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adalah :
 Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4 (HR)3
 Kategori 2 : 2 (HRZE) S / (HRZE) / 5 (HR)3 E3
 Kategori Anak : 2 (HRZ) / 4 (HR) atau 2 HRZE (S) / 4-10 HR
 Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri
dari OAT Lini ke-2 yaitu Kanamisib, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS serta AOT Lini-1, yaitu Pirazinamide dan
Etambutol.
3) Tatalaksana Pengobatan Pasien TB Anak
a. Gejala TB pada anak Gejala sistemik/umum
 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat
atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
 Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak
disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
 Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
 Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
 Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
 Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.

b. Pemeriksaan Penunjang untuk Diagnosis TB anak


Saat ini beberapa teknologi baru telah didukung oleh WHO untuk meningkatkan
ketepatan diagnosis TB Anak, diantaranya pemeriksaan biakan dengan metode cepat
yaitu penggunaan metode cair, molekular (LPA=Line Probe Assay dan NAAT=Nucleic
Acid Amplification Test, misalnya Xpert MTB/RIF). Metode ini tersedia di beberapa
laboratorium di seluruh provinsi di Indonesia. WHO mendukung Xpert MTB/RIF pada
tahun 2010 dan telah mengeluarkan rekomendasi pada tahun 2011 untuk menggunakan
GenXpert MTB/RIF.
Rekomendasi WHO tahun 2014 menyatakan pemeriksaan GenXpert MTB/RIF dapat
digunakan untuk mendiagnosis TB MDR dan HIV suspek TB pada anak. Hasil Xpert
MTB/RIF yang negatif tidak selalu menunjukkan anak tidak sakit TB.

Guna mengatasi kesulitan menemukan kuman penyebab TB pada anak penegakan


diagnosis TB pada anak dapat dilakukan dengan memadukan gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang lain yang sesuai. Adanya riwayat kontak erat dengan pasien TB
menular merupakan salah satu informasi penting untuk mengetahui adanya sumber
penularan. Selanjutnya, perlu dibuktikan apakah anak telah tertular oleh kuman TB
dengan melakukan uji tuberkulin. Uji tuberkulin yang positif menandakan adanya reaksi
hipersensitifitas terhadap antigen (tuberkuloprotein) yang diberikan.

Dalam menegakkan diagnosis TB pada anak, semua prosedur diagnostik dapat


dikerjakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik yang tersedia, dapat
menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem
skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli
yang berasal dari IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO dan disepakati sebagai salah
satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB pada anak terutama di fasilitas
kesehatan dasar.
ALGORITMA TATALAKSANA TB ANAK
4) Tatalaksana Pengobatan Pasien TB-MDR
a. Diagnosis TB Resisten Obat
Terduga TB resisten obat adalah semua orang yang mempunyai gejala TB yang
memenuhi satu atau lebih kriteria terduga/suspek di bawah ini :
1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 2;
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah setelah 3 bulan
pengobatan;
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta
menggunakan kuinolon dan obat injeksi Lini ke 2 minimal selama 1 bulan;
4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal;
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 bulan pengobatan;
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2;
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow up (lalai berobat/default);
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR;
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT.

b. Alur Diagnosis TB Resisten Obat


Diagnosis TB resisten obat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan uji kepekaan M.
tuberculosis dengan metode standar yang tersedia di Indonesia adalah metode tes cepat
(rapid test) dan metode konvensional. Saat ini ada 2 metode tes cepat yang dapat
digunakan yaitu pemeriksaan Gen Xpert (uji kepekaan untuk Rifampisin) dan LPA (uji
kepekaan untuk Rifampisin dan Isoniasid). Sedangkan metode konvensional yang
digunakan adalah Lowenstein Jensen/LG dan MGIT.
ALUR DIAGNOSIS TB RESISTEN OBAT
c. Pengobatan TB MDR

Prinsi Pengobatan
Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB RR/TB MDR mengacu kepada strategi
DOTS.
 Paduan OAT MDR untuk pasien TB RR/TB MDR adalah paduan standar yang
mengandung AOT Lini kedua dan Lini pertama;
 Paduan AOT MDR dapat disesuaikan bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan M.
tuberculosis dengan paduan baru yang ditetapkan oleh TAK;
 Penetapan untuk mulai pengobatan pada pasien TB RR/TB MDR serta perubahan
dosis dan frekuensi pemberian OAT MDR diputuskan oleh TAK dengan masukan
dari tim terapeutik;
 Semua pasien TB RR/TB MDR harus mendapatkan pengobatan dengan
mempertimbangkan kondisi klinis awal.

Paduan OAT TB MDR di Indonesia


Pilihan paduan OAT MDR saat ini adalah paduan standar (standardized treatment), yang
pada permulaan pengobatan akan diberikan kepada semua pasien TB RR/TB MDR.

 Paduan standar OAT MDR yang diberikan adalah :


Km – Lfx – Eto – Cs – Z – (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)
Alternatif pengobatan standar pada kondisi khusus adalah sebagai berikut :
1. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin, maka paduan standar
adalah
sebagai berikut :
Cm – Lfx – Eto – Cs – Z - (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)

2. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap fluorokuinolon maka paduan standar
adalah sebagai berikut :
Km-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)

3. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin dan fluorokuinolon (TB
XDR)
maka paduan standar adalah sebagai berikut :
Cm-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)

 Paduan standar ini diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi TB RR/MDR
secara laboratoris.
 Paduan pengobatan ini diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal dan tahap
lanjutan. Tahap awal adalah tahap pemberian obat oral dan suntikan dengan lama
paling sedikit 6 bulan atau 4 bulan setelah terjadi konversi biakan. Tahap lanjutan
adalah pemberian paduan OAT oral tanpa suntikan.
 Lama pengobatan seluruhnya paling sedikit 18 bulan setelah terjadi konversi biakan.
Lama pengobatan berkisar 19-24 bulan.
5) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Pasien TB
a. PMT diberikan kepada pasien TB gakin berdasarkan status gizi pada saat diagnosa
ditegakkan, sesuai ketentuan sebagai berikut :

 Pasien TB dengan gizi kurang


Setiap bulan mendapat 6 kotak susu formula @ 400 gram selama masa pengobatan.
 Pasien TB dengan gizi normal
Setiap bulan mendapat 3 kotak susu formula @ 400 gram selama masa pengobatan.
b. Pada saat penerimaan barang, Puskesmas wajib memeriksa kualitas dan kuantitas barang
c. Tempat penyimpanan PMT harus memenuhi syarat yaitu :

 Bersih, bebas sampah dan kotoran, tidak lembab, bebas dari gangguan serangga,
kecoa, tikus dan binatang pengerat lainnya.
 Atap tempat penyimpanan PMT tidak bocor dan harus tetap bersih.
 Tempat penyimpanan PMT harus mempunyai pintu yang dapat dibuka dan ditutup
dengan rapat pada saat keluar masuk.
 PMT jangan diletakkan di tempat yang langsung menempel dengan tanah/lantai tetapi
harus diberi alas yang kuat berjarak minimal 10-20 cm dari lantai dan minimal 30 cm
dari dinding. Jangan ditumpuk terlalu tinggi karena akan menyebabkan tumpukan
yang paling bawah rusak.
 Tidak boleh dicampur dengan bahan bukan pangan.
d. Pada saat distribusi ke sasaran, Puskesmas diwajibkan memberi informasi tentang:

 Pentingnya PMT tersebut bagi pasien TB sehingga paket tersebut harus benar-benar
dikonsumsi hanya untuk pasien TB yang bersangkutan.
 Jumlah yang diberikan, cara penyajian dan penyimpanan yang baik.
 Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti diare, muntah dan sebagainya maka
keluarga harus segera menghubungi Puskesmas atau Petugas Puskesmas yang
membina wilayah di mana pasien tersebut tinggal.
 PMT ini bukanlah sebagai makanan utama pasien TB, tetapi merupakan makanan
tambahan, sehingga diperlukan makanan utama lain yang bergizi, beragam,
berimbang dan aman (Bahan Makanan Pokok, Protein Hewani & Kacang-
Kacangan, Sayur serta Buah).
e. Meminta fotocopy Jamkesmas/SKM/surat keterangan miskin dari RT/RW dan foto copy
KTP Surabaya/luar Surabaya bagi penerima paket PMT TB.

6) Pendampingan Pasien TB-MDR melalui Peer Educator

H. MONITORING DAN EVALUASI

Dalam upaya monitoring dan evaluasi program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Tuberkulosis (P2P-TB) dilakukan 2 (dua) kegiatan sebagai berikut :
1. Monitoring dan Evaluasi oleh Petugas Puskesmas
a. Mengidentifikasi pasien yang terduga TB;
b. Melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap pasien terduga TB;
c. Melakukan pengobatan terhadap pasien TB;
d. Memantau pengobatan pasien TB;
e. Mendistribusikan Pendamping Makanan Tambahan (PMT) bagi pasien TB;
f. Memotivasi pasien TB untuk melanjutkan pengobatan sampai tuntas;
g. Mengevaluasi hasil pengobatan pasien TB;
h. Membuat laporan triwulan hasil pemantauan pengobatan pasien TB (Register TB 03);
i. Membuat laporan triwulan Program P2-TB melalui aplikasi SITT Versi 10.03 Puskesmas;
j. Membuat laporan pendistribusian PMT bagi pasien TB;
 Mengambil foto pasien TB pada awal dan akhir pemberian makanan tambahan.
 Memantau status gizi pasien TB.
 Membuat laporan rekapitulasi penerima PMT di Puskesmas setiap tiga bulan.
 Membuat laporan stock PMT setiap bulan.
k. Membuat laporan triwulan Kolaborasi TB-HIV melalui SITT Versi 10.03;
l. Membuat laporan triwulan Penerimaan dan Pemakaian OAT Fasyankes (TB 13);
m. Membuat laporan hasil kunjungan rumah pasien TB mangkir.

2. Monitoring dan Evaluasi Tingkat Kota


Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Pengelola Program P2P-TB dari Seksi Pengendalian
dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Surabaya melalui :
 Laporan Tribulanan Program P2P-TB melalui SITT Versi 10.03 Offline dan Online;
 Rekapitulasi Laporan Triwulan Penemuan dan Pengobatan Pasien TB Skala Kota;
 Laporan Triwulan Hasil Pengobatan Pasien TB Skala Kota;
 Laporan Rekapitulasi Hasil Uji Silang Skala Kota;
 Laporan Triwulan Penerimaan dan Pemakaian OAT Skala Kota;
 Laporan Pengembangan Ketenagaan (Staff) Program P2P-TB;
 Hasil Analisa Perkembangan Kasus TB MDR melalui Aplikasi eTB-Manager Online.
8. POJOK LAKTASI
1. Prinsip umum pelayanan di Pojok Laktasi adalah konseling, pencegahan infeksi dan
sistem rujukan (bila diperlukan).
a. Konseling.
Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan ibu serta
keluarganya. Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu untuk saling
bertukar informasi dan memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengambilan
keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
 Langkah – langkah konseling :
- Memberikan penjelasan tentang kondisi ibu / anak saat ini dan rencana tindakan
yang dilakukan selanjutnya.
- Mengajukan pertanyaan – pertanyaan untuk lebih mengerti situasi ibu / anak dan
latar belakangnya.
- Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu dan informasi yang belum diketahui ibu.
- Merencanakan dan memberi tahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
- Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut.

 Prinsip yang perlu diperhatikan saat konseling.


- Buat ibu merasa nyaman dan diterima dengan baik.
- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
- Setiap kali hendak melakukan pemeriksaan atau prosedur / tindakan klinis minta
persetujuan dari ibu dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan rapi serta terjaga
kerahasiaannya.
- Petugas / konselor tidak boleh memaksa ibu untuk mengatasi masalahnya dengan
solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ibu. Bimbing ibu dan keluarganya
untuk menganalisa kelebihan dan kekurangannya dari setiap pilihan yang mereka
miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.
Konseling yang diberikan, antara lain:
1. ASI Eksklusif
Menyusui secara eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI, tidak diberi tambahan
makanan atau cairan lain.
Manfaat ASI adalah
 Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi seluruh kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan
 Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-
kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit
 ASI membuat berat badan bayi lebih ideal
 Pemberian hanya ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) membuat
perkembangan motorik dan kognitif bayi lebih cepat
 ASI meningkatkan jalinan kasih sayang. Bagi yang sering berada dalam
dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya.
Manfaat Menyusui adalah
 Menyusui bayi meningkatkan kesehatan ibu. Menyusui bayi terbukti
secara ilmiah dapat mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur
(ovarium) pada ibu
 Menyusui bayi secara eksklusif sampai bayi umur 6 bulan, merupakan
cara kontrasepsi alamiah.
 Dengan memberi ASI ibu akan mendapatkan kembali berat badan seperti
sebelum hamil. Ini terjadi karena energy yang diperlukan oleh ibu untuk
membuat ASI sebagian diambil dari cadangan lemak selama hamil
 Mengurangi perdarahan setelah melahirkan dan mencegah terjadinya
anemia
 Lebih ekonomis, praktis, higienis dan hemat waktu
Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Peningkatan kebutuhan gizi ibu didasarkan pada jumlah ASI yang dikeluarkan ibu
dan status gizi ibu. Konsumsi ibu menyusui memegang peranan penting yang
dapat menentukan keberhasilan menyusui yang diukur dari durasi ASI eksklusif,
status gizi bayi, dan status gizi ibu.
1. Energi
AKG 2013 merekomendasikan tambahan kebutuhan energy ibu menyusui pada 6
bulan pertama postpartum sebesar 330 Kal/hari dari kebutuhan energi tidak hamil.
Pada 6 bulan ke-2, selain tetap memberikan ASI ibu harus mulai mengenalkan
makanan kepada bayinya berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI). Dengan
mulai diberikannya MP-ASI kepada bayi, AKG 2013 menyebutkan bahwa
tambahan kebutuhan energy ibu pada 6 bulan ke-2 postpartum adalah sebesar 400
Kal/hari.
2. Protein
Selama menyusui tambahan protein diperlukan untuk memproduksi ASI dan
membangun kembali berbagai jaringan tubuh yang rusak akibat proses
melahirkan. AKG 2013 merekomendasikan tambahan asupan protein ibu saat
menyusui sebesar 20 g/hari.
3. Lemak
Lemak berperan sebagai sumber cadangan energi, pelarut vitamin A, D, E, dan K,
dan juga berperan sebagai cadangan energi untuk menghasilkan ASI. AKG 2013
merekomendasikan tambahan asupan lemak menyusui menjadi 11-13 g/hari.
4. Vitamin
 Vitamin A yang direkomendasikan oleh AKG saat menyusui meningkat
sebesar 350 RE. Vitamin A berperan dalam tumbuh kembang bayi dan
kesehatan ibu.
 Vitamin D, AKG 2004 merekomendasikan kebutuhan vitamin D hanya
sekitar 15 µg dan tidak ada penambahan kebutuhan pada saat hamil
maupun menyusui. Ibu menyusui tentu membutuhkan kecukupan vitamin
D, sebab ibu juga akan memberikan vitamin D pada tubuhnya ke bayi.
 Vitamin B dan C merupakan vitamin larut air jumlahnya bergantung pada
asupan vitamin ibu, karena vitamin larut air lebih cepat disekresikan ke
luar tubuh melalui urin atau keringat.
 Vitamin B12 untuk ibu menyusui meningkay sebesar 0,4 µg dari sebelum
hamil sebesar 2,4 µg. Vitamin B12 berkontri busi dalam pembentukan sel
darah merah dan kesehatan jaringan saraf.
 Asam Folat untuk ibu menyusui direkomendasikan untuk meningkatkan
sebesar 100 µg/hari. Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan dan
pertumbuhan sel darah merah, juga untuk produksi inti sel.
 BI menurut AKG 2013 direkomendasikan dibutuhkan sekitar 1,1 mg/hari
dan mengalami peningkatan kebutuhan saat menyusui sebesar 0,3 mg/hari.
B2 mengalami peningkatan kebutuhan saat menyusui sebesar 0,4 mg/hari
menjadi 1,7 mg/hari. Begitu pula B3 yang mengalami peningkatan
kebutuhan sebesar 3 mg/hari menjadi 15 mg/hari. Ketiga vitamin ini
diperlukan untuk menunjang fungsi saraf, pencernaan, serta kesehatan
kulit. Sedangkan B6 dibutuhkan penambahan sekitar 0,5 mg/hari menjadi
1,7 mg/hari ssat menyusui untuk pembentukan sel darah merah serta
kesehatan gigi dan gusi.
 Vitamin K tidak perlu penambahan dan sama seperti kebutuhan hamil
sebesar 55 µg/hari. Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah perdarahan
agar proses pembekuan darah normal. Vitamin C diperlukan penambahan
sekitar 25 mg/hari menjadi 100 mg/hari untuk pembentukan jaringan ikat,
pertumbuhan tulang, gigi, dan gusi, daya tahan terhadap infeksi, serta
memberikan kekuatan pada pembuluh darah.
 Mineral
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terkandung dalam tulang
dan gigi. Karena peranannya dalam pembentukan tulang dan gigi maka ibu
hamil dan menyusui dianjurkan menambah asupan kalsium sebanyak 200
mg/hari menjadi 1300 mg/hari.
 Zat besi diperlukan penambahan sekitar 6 mg/hari, dari 26 mg menjadi 32
mg/hari. Karena pada saat menyusui, zat besi dikeluarkan sebanyak 0,3
mg/Kal/hari dalam bentuk ASI.
 Fosfor tidak perlu penambahan, kebutuhannya sama saat hamil yaitu
sebesar 700 mg/hari. Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan
gigi.
 Yodium, AKG 2013 merekomendasikan kebutuhan yodium sekitar 200
µg/hari saat menyusui. Yodium sangat penting untuk mencegah gangguan
pertumbuhan dan perkembangan seperti kretinisme dan keterbelakangan
mental.
Pengaturan Makan Ibu Menyusui
Ibu menyusui perlu memerhatikan beberapa hal untuk dapat memenuhi kebutuhan
gizinya saat menyusui, diantaranya adalah:
1. meningkatkan frekuensi makan
Ibu menyusui perlu meningkatkan frekuensi makan untuk meningkatkan
asupan energinya. Mengkonsumsi makanan dengan prinsip porsi kecil tapi
sering dapat dilakukan untuk mencapai kebutuhan konsumsi ibu.
2. Mengonsumsi suplemen
Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi ibu sangat tinggi dapat disiasati
dengan konsumsi suplemen jika ibu merasa konsumsi suplemen jika ibu
merasa konsumsi hariannya tidak memenuhi kebutuhan zat gizinya, terutama
zat gizi mikro. Penelitian di Guatemala pada ibu dengan status gizi kurus
membuktikan bahwa ibu yang mengonsumsi suplementasi energi mampu
meningkatkan prosuksi ASI-nya.
3. Mengomsumsi Makanan Padat Gizi
Makanan yang padat gizi penting untuk mencapai kebutuhan gizi ibu. Makanan
dengan volume yang rendah namun bergizi tinggi tepat untuk dikonsumsi oleh
ibu laktasi.
Contoh menu untuk ibu menyusui
Waktu Sarapan Jumlah URT
Makan
07.00 Nasi putih 200 g 1 ½ gls belimbing
Ayam goreng 55 g 1 butir
Tahu 50 g 1 potong kecil
Oseng toge 50 g ½ gelas belimbing
Pisang ambon 50 g 1 buah
10.00 Bubur kacang hijau 100 g 1 gls belimbing
Martabak manis 50 g 1 ptg sdg
12.00 Nasi putih 200 g 1 ½ gls belimbing
Pepes ikan mas 50 g 1 ptg sdg
Lalap (tomat, 50 g ½ gelas belimbing
ketimun, selada)
Jeruk 50 g I buah
16.00 Susu 250 ml 1 gls belimbing
19.00 Nasi putih 200 g 1 ½ gls belimbing
Soto ayam:
Ayam 50 g 1 ptg sedang
Bihun 10 g 2 sdm
Telur 30 g 12 butir
Tempe goring 50 g 1 ptg sedang
Total Energi 2396 Kal
Total Protein 89,1 g (15 %)
Total Lemak 81,7 g (30 %)
Total Karbohidrat 327,2 g (55 %)
Kandungan Makanan Yang Perlu Dibatasi
1. Kafein
Konsumsi kafein ibu perlu dibatasi karena hingga usia 3-4 bulan sistem
pencernaan bayi belum mampu untuk mencerna kafein.
2. Alkohol
Alkohol yang dikonsumsi ibu akan dengan mudah dan cepat untuk masuk ke
ASI ibu dan pengaruhnya terhadap bayi bergantung pada jumlah yang
dikonsusmsi ibu. Bayi yang mengkonsumsi ASI yang mengandung alkohol
akan tidur pulas setelah menyusui. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah
penurunan kemampuan kognitif saat bayi bertambah usia.
3. Nikotin
Kandungan nikotin pada ASI yang dikonsumsi bayi dapat berdampak buruk
seperti dampak nikotin pada orang dewasa.
4. Makanan yang Memproduksi Gas
Kekhawatiran ibu jika mengonsumsi makanan yang dapat menimbulkan gas
akan membuat ASI mengandung gas kerap kali ditemukan. Hingga saat ini
tidak ada bukti ilmiah yang dapat menimbulkan hal tersebut. Menurut
Lawrence dan Lawrence (2011) gas tidak diserap dalam saluran pencernaan
dan tidak mempengaruhi komposisi ASI.
5. Makanan yang Dapat Menimbulkan Alergi
Ibu juga perlu berhati-hati terhadap beberapa jenis makanan tertentu yang
dapat menimbulkan alergi pada bayi jika ibu mengonsumsinya, diantaranya:
 Susu sapi
 Beberapa jenis kacang tertentu
 Tepung gandum
Alergi tidak terjadi pada semua bayi, sehingga ibu dapat tetap mengonsumsi
makanan tersebut jika bayi tidak mengalami alergi.
Hambatan Menyusui dan Cara Mengatasi
1. Mengatasi masalah pemberian ASI pada bayi

Masalah Pemecahan
Bayi banyak  Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait dengan gangguan
menangis atau rewel pemberian ASI
 Periksa popok bayi, myngkin basah
 Gendong bayi, mungkin perlu perhatian
 Susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum
daripada bayi lainnya
Bayi tidak tidur  Merupakan proses alamiah, karena bayi muda perlu menyusu lebih
sepanjang malam sering
 Yidurkan bayi di samping ibu dan lebih sering disusui pada malam
hari
 Jangan berikan makanan lain
Bayi menolak untuk  Mungkin bayi bingung putting, karena sudah diberi susu botol
menetek  Tetap berikan hanya ASI (tunggu sampai bayi betul-betul lapar)
 Berikan perhatian dan kasih sayang
 Pastikan bayi menyusu sampai air susu habis
 Lihat tatlaksana dalam algoritma, kalau perlu dirujuk
Bayi bingung putting  Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi
medis yang tepat
 Ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar
 Kalau terpaksa member susu formula, berikan dengan sendok,
pipet, cangkir. Jangan menggunakan botol dan dot.
 Jangan berikan kempeng
Bayi premature dan  Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya
bayi kecil (BBLR) pendek-pendek
 Jika belum mampu menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa. Berikan ASI dengan sendok atau cangkir
 Untuk merangsang menghisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari
ibu yang bersih
Bayi kuning (ikterus)  Mulai menyusui segera setelah bayi lahir
 Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi
Bayi sakit  Teruskan menyusui. Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau perlu
rujuk
Bayi sumbing  Posisi bayi duduk
 Putting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat
membantu bayi mendapat ASI cukup
 Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi
 Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan dengan
cara manual atau pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet
atau botol dengan dot panjang sehingga ASI dapat masuk dengan
sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar menghisap dan
menelan ASI, menyesuaikan dengan irama pernapasannya
Bayi kembar  Posisi yang mudah adalah posisi memegang bola (football position)
 Paling baik kedua bayi disusui bersamaan
 Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-masing
bayi, umumnya > 20 menit
2. Mengatasi masalah pemberian ASI pada ibu

Masalah Pemecahan
Ibu khawatir bahwa  Katakana pada ibu bahwa semakin sering menyusui, semakin
ASI-nya tidak cukup banyak air susu yang diproduksi
untuk bayi (sindrom  Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa
ASI kurang ) menyusui. Biarkan bayi menyusu sampai payudara terasa kosong.
Berikan ASI dari kedua payudara
 Hindari pemberian makanan atau minuman selain ASI
Ibu mengatakan  Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI
bahwa air susunya  Susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering
tidak keluar  Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui
Ibu mengatakan  Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka tidak begitu
puting susunya terasa sakit
sakit (puting susu  Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi putting susu dengan ASI.
lecet) Mulai menyusui dari puting yang paling tidak lecet
 Putting susu dapat diistirahatkan sementara waktu, kurang lebih
1x24 jam jika puting lecet sangat berat. Selama puting
diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
 Berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk menghilangkan
nyeri. Gunakan BH yang menyokong payudara
 Jika ada luka/bercak putih pada puting susu, segera hubungi bidan
Ibu mengeluh  Usahakan menyusui sampai payudara kosong
payudaranya terlalu  Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut
penuh dan terasa payudara dari arah pangkal menuju puting
sakit (payudara  Bantu ibu untuk memerah ASI sebelum menyusui kembali
bengkak)  Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam) setelah payudara ibu
terasa lebih lembut. Apabila bayi tidak dapat menyusu, keluarkan
ASI dan minumkan kepada bayi. Kompres payudara dengan kain
dingin setelah menyusui. Keringkan payudara
 Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi mastitis
Mastitis dan abses  Beri antibiotika
payudara  Beri obat penghilang rasa nyeri
 Kompres hangat
 Tetap berikan ASI dengan posisi yang benar sehingga bayi dapat
menghisap dengan baik
 Jika telah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak
disusukan
Ibu sakit dan tidak  Jelaskan bahwa ibu yang minum obat, dapat tetap menyusui
mau menyusui bayinya. Susui bayi terlebih dahulu, baru minum obat
bayinya  Tidurkan bayi di samping ibu dan motivasi ibu supaya tetap
menyusui bayinya
 Ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan dokter/bidan, karena
mungkin dapat membahayakan bayinya
Ibu bekerja  Susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera setelah pulang
ke rumah dan lebih sering pada malam hari
 Jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui bayi sesuai
jadwal. Jika tidak ada, perah ASI di tempat bekerja
 ASI perah dapat disimpan untuk dibawa pulang, atau dikirim ke
rumah
 Pastikan pengasuh memberi ASI perah/susu formula memakai
cangkir atau sendok
Bahaya pemberian susu botol
 Botol susu lebih sulit membersihkannya dan mudah tercemar bakteri
ataupun kuman penyakit
 Susu botol tidak mengandung zat kekebalan, karena itu bayi/anak sering
menderita sakit, terutama diare
 Susu botol harganya mahal, karena harus diproses dulu dari susu sapi
2. Cara Menyusui yang Benar
Langkah – langkah menyusui yang benar
1) Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyusui
2) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
putting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu
3) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
 Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk sebaiknya
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
 Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
Posisi kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus
 Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan tangan yang
satu di depan
 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
4) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja
5) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
 Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
 Menyentuh sisi mulut bayi
6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta payudara dimasukkan ke mulut bayi:
usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap
pada puting susu saja akan menyebabkan ASI yang keluar tidak cukup dan
putting susu lecet. Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
 Kosongkan payudara, umumnya ASI akan habis setelah disusukan
selama 10-15 menit
 Menyusui harus bergantian 2 payudara. Dalam sekali proses
menyusui membutuhkan waktu 20-30 menit. Payudara akan kembali
penuh setelah 2 jam
 Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan sekitar kalang payudara biarkan
kering dengan sendirinya.
 Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Melepas isapan
bayi : jari eklingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah
 Menyendawakan bayi
Dilakukan agar udara dari lambung dapat keluar sehingga bayi tidak
muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah:
menggendong bayi dengan posisi tegak dengan bersandar pada bahu
ibu, kemudian punggungnya ditepuk secara perlahan atau bayi tidur
tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan.
Tanda bayi melekat dengan baik:
 Dagu bayi menempel pada payudara ibu
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bibr bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya
 Areola juga masuk ke mulut bayi, tidak hanya putting susu. Areola
bagian atas tampak lebih banyak/lebar
Tanda bayi menghisap dengan efektif:
 Menghisap secara mendalam dan teratur
 Kadang diselingi istirahat
 Hanya terdengar suara menelan
 Tidak terdengar suara mengecap
Tanda bayi mendapat ASI cukup:
 Buang air kecil bayi sebanyak 6x/24 jam
 Buang air besar bayi berwarna kekuningan “berbiji”
 Bayi tampak puas setelah minum ASI
 Tidak ada aturan ketat mengenai frekuensi bayi menyusu (biasanya
sebanyak 10-12 kali/24 jam)
 Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusui
 Berat badan bayi bertambah
b. Pencegahan Infeksi.
Pencegahn infeksi merupakan hal yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan untuk
mencegah penularan penyakit dari atau kepada pasien.
 Menjaga Kebersihan Tangan.
- Jaga agar kuku jari – jari tangan tetap pendek.
- Tutup luka ditangan dengan bahan kedap air.
- Selalu bersihkan tangan pada situasi : sebelum dan sesudah menyentuh pasien,
setelah kontak dengan cairan tubuh / peralatan medis, setelah melepas sarung
tangan (steril maupun non steril).
 Langkah mencuci tangan.
- Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan, lepaskan jam tangan dan
perhiasan.
- Basahi telapak dan punggung tangan dengan air, ambil sabun cir kira – kira 5
ml, ratakan pada tangan yang telah dibasahi.
- Gosok telapak dengan telapak.
- Telapak kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak kiri diatas punggung
tangan kanan.
- Telapak dengan telapak dan jari saling terkait.
- Punggung jari pada telapak satunya denan jari saling mengunci.
- Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan
dan sebaliknya.
- Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya.
- Pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya dengan gerakan
memutar.
- Bersihkan dengan air yang mengalir dan keringkan dengan tissue.
c. Sistem Rujukan
Sistem rujukan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara tepadu. Rujukan terhadap ibu menyusui apabila
didapatkan masalah yang dapat menggagu dalam keberhasilan menyusui merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan.
Secara umum rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu
fasilitas kesehatan tidak mampu menataksanakan komplikasi yang mungkin terjadi.
Terdapat 2 tipe rujukan, diantaranya:
 Rujukan Internal.
Rujukan yang dilakukan masih didalam satu fasilitas kesehatan yang dilakukan
antar unit. Untuk menegakkan diagnosa.
 Rujukan Eksternal.
Rujukan yang dilakukan pindah ke fasilitas kesehatan lain dikarenakan keterbatasan
alat dan tenaga kesehatan yang tidak tersedia.
9. POJOK KESLING
A. RINCIAN KEGIATAN POLI PELAYANAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
- Petugas menerima pasien yang diduga menderita penyakit yang berbasis lingkungan
yang dirujuk dari Poli Umum, Poli KIA-KB, Unit Laboratorium, dan Klien umum.
- Petugas mengisi data umum pasien termasuk alamat lengkap.
- Petugas melakukan wawancara dan tanya jawab untuk mencari fkctor penyebab
penyakit pasien/Klien.
- Petugas mengisi hasil wawancara dan tanya jawab ke dalam check list panduan
wawancara.
- Petugas harus mengetahui dan menetapkan faktor-faktor penyebab penyakit dari
Lembar Wawancara.
- Bila ditemukan kelainan atau penyakit penyerta dan diperlukan tindakan dan
intervensi lebih lanjut pasien dapat dirujuk kembali Poli yang merujuk, Unit
Laboratorium atau Rumah Sakit (apabila menolak dirujuk pasien dan atau keluarga
pasien harus menandatangani Blanko Penolakan yang tersedia di Poli Umum)
- Petugas memberikan penyuluhan terkait faktor sanitasi lingkungan yang menjadi
kemungkinan penyebab penyakit pasien dengan metode Konsultasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE).
- Memberikan Brosur Kesehatan Lingkungan terkait penyakit pasien (bila perlu).
- Petugas bersama pasien menetapkan jadwal kunjungan rumah pasien untuk Inspeksi
Sanitasi Rumah (bila perlu).
- Identitas pasien dicatat dalam Buku Register Kunjungan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan.
- Petugas melaporkan Hasil Kunjungan Pelayanan Kesehatan Lingkungan ke Dinas
Kesehatan Kota Surabaya secara rutin setiap bulan.

B. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Di dalam Gedung
 Penderita
Terhadap penderita, Petugas Pelayanan Kesehatan Lingkungan melakukan langkah –
langkah sebagai berikut :
- Menerima Kartu Rujukan Status dari Petugas Poli yang merujuk;
- Mempelajari Kartu Status tersebut;
- Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik penderita
yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam Buku Register;

- Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga penderita tentang


kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku yang diduga berkaitan dengan
kejadian penyakit dengan mengacu pada Buku “ Pedoman Teknis Klinik Sanitasi di
Puskesmas”;
- Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita;
- Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan;
- Membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang jadwal kunjungan
lapangan (bila diperlukan)

 5.2. Klien
Terhadap Klien, Petugas Pelayanan Kesehatan Lingkungan melakukan langkah –
langkah sebagai berikut :
- Menanyakan permasalahan yang dihadapi klien dan mencatat nama, karakteristik
klien yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam Buku Register.
- Melakukan wawancara atau konseling dengan klien sesaui permasalahan yang
dihadapi dengan mengacu pada Buku “Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk
Puskesmas” dan “Panduan Konseling bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas”.
- Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang diduga
berkaitan dengan permasalahan yang ada.
- Memberikan saran pemecahan masalah yang sederhana, murah, dan mudah untuk
dilaksanakan oleh Klien.
- Membuat kesepakatan dengan Klien tentang jadwal kunjungan lapangan / rumah
klien (bila diperlukan).

Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita/klien atau keluarganya dengan
Petugas, Petugas Pelayanan Kesehatan Lingkungan melakukan kunjungan lapangan /
rumah dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas)
2. Menyiapkan dan membawa berbagai macam peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti Formulir Kunjungan Lapangan, media penyuluhan, dan alat sesuai
dengan jenis penyakitnya.
3. Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada Lintas Sektor dan Lintas
Program.
4. Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku dengan mengacu
pada Buku Pedoman “Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas” sesuai dengan penyakit
/ masalah yang ada.
5. Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6. Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (kelaurga penderita dan keluarga
sekitar).
7. Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, menginformasikan hasil tersebut kepada Petugas Kesehatan beserta Lintas
Sektor untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.
10. POLI KONSULTASI PSIKOLOGI
LINGKUP KEGIATAN
Tatalaksana pelayanan di Poli Konsultasi Psikologi meliputi kegiatan
konseling pasien usia anak, remaja, dewasa dan lansia, di dalam gedung di
lingkup wilayah kerja Puskesmas Wonokromo.

4.2. METODE
Metode dalam melakukan pelayanan di poli konsutasi psikologi dilakukan
melalui pelayanan yang paripurna, berkesinambungan, memperhatikan hak dan
kewajiban pasien, memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien serta
melibatkan pasien dalam mengambil keputusan untuk menentukan rencana
layanan.

4.3. LANGKAH KEGIATAN


Konseling psikologi adalah upaya membantu pasien atau klien melalui
proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan pasien atau klien agar
pasien atau klien mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat
keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga
pasien atau klien merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Tujuan konseling adalah penyusunan kembali kepribadian, penemuan
makna dalam hidup, penyembuhan gangguan emosional, penyesuaian diri
terhadap masyarakat, pencapaian kebahagiaan dan kepuasan, pencapaian
aktualisasi diri, peredaan kecemasan, serta penghapusan tingkah laku maladaptif
dan belajar pola-pola tingkah laku adaptif.
- Melakukan pra pelayanan psikologi
- Melakukan pelayanan psikologi untuk pasien anak, remaja, dewasa, dan lansia
- Melakukan pasca pelayanan psikologi
- Melakukan anamnesa pada pasien/klien psikologi
- Melakukan konseling pada pasien/klien
- Melakukan home visit/kunjungan pada pasien/klien (bila diperlukan)
- Melakukan penyuluhan mengenai gangguan perilaku/jiwa pada masyarakat

Anda mungkin juga menyukai