A. LINGKUP KEGIATAN
1. Unit Pendaftaran
2. Poli Umum
3. Poli Gigi
4. Poli KIA - KB
5. Unit Laboratorium
6. Unit Obat
7. Pojok TB
8. Pojok Gizi
9. Pojok Laktasi
B. METODE
Kegiatan pelayanan klinis dilakukan secara terpadu dengan
mengutamakan keselamatan pasien. Dalam rangka memberikan pelayanan,
setiap Petugas wajib mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan guna
menjaga mutu layanan klinis dan mencegah adanya kejadian yang tidak
diinginkan.
C. LANGKAH KEGIATAN
1. UNIT PENDAFTARAN
a. Falsafah Rekam Medis
Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan
diberikan oleh Dokter dan Tenaga Kesehatan lainnya kepada pasien, hal
ini merupakan cerminan kerjasama lebih dari satu orang tenaga
kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Bukti tertulis pelayanan yang
dilakukan setelah pemeriksaan tindakan, pengobatan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Proses pelayanan diawali dengan identifikasi pasien baik jati diri,
maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan
medis lainnya yang akan dijadikan dasar di dalam menentukan tindakan
lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya
yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke Instalasi
Kesehatan.
e. Prosedur Pendaftaran
PCARE
Pelaporan
Pelaporan pada Puskesmas Wonokromo ada setiap hari dan bulanan,
untuk laporan harian rekapan jumlah pasien harian untuk Laporan Sensus
Harian, untuk laporan bulanan berupa laporan Eksekutif, Pelayanan tindakan,
pelayanan sore, dan kunjungan rawat inap bersalin.
2. POLI UMUM
c. Proses Triase
Hidroklorothiazide 25 mg 1 x ½ tablet
Captopril 25 mg 2-3 x ½-1 tablet − Nifedipin 10 mg 2-3 x ½ - 1 tablet
Amlodipin 5mg atau 10 mg 1x 1 tablet
• Penatalaksanaan Influenza
Influenza tergolong infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya
terjadi dalam bentuk epidemi. Disebut common cold atau selesma bila
gejala di hidung lebih menonjol, sementara "influenza" dimaksudkan untuk
kelainan yang disertai faringitis dengan tanda demam dan lesu yang lebih
nyata. Dokter menegakkan diagnosa dengan ditemukannya gejala klinis
berupa demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nafsu makan
hilang, disertai gejala lokal berupa nyeri tenggorokan, kadang batuk kering,
hidung tersumbat, bersin, dan ingus encer.
Pada pemeriksaan ditemukan tenggorokan tampak hiperemia, konka
hidung sembab dan hiperemia, adanya sekret dapat bersifat serous,
seromukus atau mukopurulen bila ada infeksi sekunder. Penatalaksanaan
yang diberikan berupa pengobatan simptomatis, parasetamol 500 mg 3 x
sehari. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder. Anjuran
istirahat dan banyak minum sangat penting pada pasien influenza.
• Penatalaksaan Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat
akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Pasien datang ke dokter karena
rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas, kadang disertai
mual, muntah, dan kembung. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri
tekan epigastrium dan bising usus yang meningkat, bila terjadi proses
inflamasi berat dapat ditemukan perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, biasanya pada pasien gastritis kronis tampak
anemis pada konjungtiva.
Penatalaksanaan gastritis sesuai dengan obat yang ada di puskesmas
yaitu :
• Penatalaksanaan Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat
mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku. Penularan terjadi melalui
kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari
manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur
geofilik).
Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi,
yaitu antara lain:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
• Penatalaksanaan Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO
mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung
selama 3-7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Pada
anamnesis biasanya pasien datang ke dokter dengan keluhan buang air
besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Keluhan penyerta lain
dapat berupa rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan
muntah serta tenesmus.
Pemeriksaan fisik (Objective) pada penderita gastroenteritis
didapatkan:
1. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
2. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata : cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata,
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
3. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik
4. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia
5. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi Terapi yang diberikan pada
pasien gastroenteritis sesuai dengan obat yang tersedia di puskesmas
antara lain:
• Bila dehidrasi sedang sampai berat, segera rujuk pasien ke Rumah Sakit
terdekat
• Penatalaksanaan Hepatitis A
Hepatitis A adalah sebuah kondisi penyakit infeksi akut di liver yang
disebabkan oleh Hepatitis A virus (HAV), sebuah virus RNA yang
disebarkan melalui rute fecal oral. Pada hasil anamnesis didapatkan
keluhan demam, mata dan kulit kuning, penurunan nafsu makan, nyeri
otot dan sendi, lemah, letih, lesu, mual dan muntah, warna urine seperti
teh, tinja seperti dempul. Adanya faktor resiko : sering mengkonsumsi
makanan yang tidak terjaga sanitasinya, memakai alat makan/minum dari
penderita hepatitis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan febris, sklera ikterik,
hepatomegali. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di puskesmas
yaitu tes laboratorium urin (bilirubin dalam urin), pemeriksaan darah
(peningkatan SGOT/SGPT). Apabila tidak ada komplikasi maka terapi
yang diberikan berupa terapi simptomatik antara lain :
1. Demam : Ibuprofen 200-400 mg, 2-3x/ hari
2. Mual : metoklopramid 3x10 mg/hari atau domperidon 3x10 mg/hari
3. Perut perih dan kembung : Simetidin 3x200 mg/hari atau ranitidin
2x150 mg/hari atau omeprazol 1x20 mg/hari
Dokter memberikan konseling dan edukasi pada pasien dan
keluarga tentang penyakitnya, anjuran tirah baring dan asupan kalori serta
cairan yang adekuat, menjaga sanitasi dan higiene.
• Penatalaksanaan Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata (margo palpebra)
yang dapat disertai terbentuknya ulkus dan dapat melibatkan folikel
rambut. Pada hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan gatal, rasa
panas, merah pada tepi kelopak mata, kadang disertai kerontokan bulu
mata, dapat keluar sekret yang mengering selama tidur sehingga sulit
dibuka ketika bangun.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan skuama atau krusta pada tepi
kelopak, bulu mata rontok, dapat ditemukan pembengkakan dan merah
pada kelopak mata. Terapi yang diberikan sesuai obat yang tersedia di
puskesmas yaitu :
h. Obat topikal : Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep
mata setiap 8 jam
i. Gejala penyerta dapat diatasi sesuai indikasi (analgetik/antipiretik)
j. Anjuran kompres hangat selama 5-10 menit, membersihkan kelopak
mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat Konseling dan
edukasi yang diberikan kepada pasien yaitu
supaya menjaga higiene personal dan lingkungan.
• Penatalaksanaan Hordeolum
Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata,
biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak mata. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan kelopak
mata bengkak disertai rasa sakit, rasa mengganjal, merah, serta sensasi
terbakar pada kelopak mata.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kelopak mata bengkak,
merah, dan nyeri pada perabaan. Apabila sudah terjadi abses dapat timbul
undulasi. Terapi yang diberikan yaitu :
1. Obat topikal : Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata
setiap 8 jam
2. Gejala penyerta dapat diatasi sesuai indikasi (analgetik/antipiretik, anti
histamin)
3. Anjuran kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit Konseling dan
edukasi antara lain: penyakit hordeoulum dapat
berulang, perlunya menjaga higiene dan kebersihan lingkungan, hindari
pemakaian make-up pada mata dan lensa kontak mata saat masih sakit.
• Penatalaksanaan Migren
Migren adalah istilah untuk nyeri kepala primer dengan kualitas
vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia,
fonofobia, gangguan tidur dan depresi. Dari hasil anamnesis didapatkan
adanya keluhan sakit kepala berdenyut pada satu atau kedua sisi kepala,
diperberat dengan aktivitas fisik, mual, fotofobia atau fonofobia.
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan pada tanda
vital dan neurologis. Terapi yang diberikan berupa analgetik (aspirin/
asetaminofen/ ibuprofen/ ergotamin), anti emetik (domperidon atau
metoklopramid). konseling dan edukasi untuk menghindari pemicu,
berolahraga secara teratur.
• Penatalaksanaan Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang pada liang telinga luar. Dari hasil
anamnesis didapatkan adanya keluhan rasa sakit dan rasa penuh pada
telinga, pendengaran dapat berkurang, suara mendengung, keluhan
penyerta seperti demam, telinga terasa basah.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter ditemukan adanya
nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik daun telinga. Pada pemeriksaan
otoskopi didapatkan liang telinga luar sempit, hiperemis dan edem, serta
dapat ditemukan sekret minimal. Penatalaksanaan yang diberikan berupa :
1. Non medikamentosa : membersihkan liang telinga dengan kapas yang
dibasahi dengan H2O2 3%
2. Medikamentosa : antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup
berat, analgetik seperti paracetamol atau ibuprofen
Konseling dan edukasi yang diberikan pada pasien dan keluarga
supaya tidak mengorek telinga, tidak boleh berenang selama pengobatan,
menjaga liang telinga agar dalam kondisi kering dan tidak lembab.
• Penatalaksanaan Varisela
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, yang ditularkan melalui udara dan kontak
langsung. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan demam,
malaise, nyeri kepala, timbulnya lesi kulit berupa papul eritem yang
berubah menjadi vesikel dalam beberapa jam, bisa disertai rasa gatal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan erupsi kulit berupa papul
eritematosa dan vesikel-vesikel dengan gambaran polimorfik. Apabila
tidak didapatkan adanya komplikasi maka dokter dapat memeberikan
terapi sesuai obat yang ada di puskesmas antara lain
:
1. Obat anti virus oral : Asiklovir 5x800 mg/hari (dewasa) dan 4x20
mg/kgBB (anak-anak)
2. Gejala prodormal dapat diatasi sesuai indikasi (analgetik/antipiretik,
anti histamin)
Dokter memberikan konseling dan edukasi untuk menjaga kebersihan
tubuh, hindari gesekan kulit, anjuran makan bergizi, istirahat, dan
mencegah kontak dengan orang lain.
• Penatalaksanaan Faringitis
Faringitis adalah peradangan dinding faring yang disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Dari hasil anamnesis
didapatkan adanya rasa nyeri di tenggorokan, demam, sekret dari hidung,
batuk, nyeri kepala, mual, muntah, nafsu makan berkurang.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya hiperemis pada faring dan
tonsil, bisa terdapat eksudat dan pemberasan tonsil. Terapi yang diberikan
berupa :
• Antibiotik bila dicurigai penyebab bakteri : Amoksisilin 3x500 mg atau
eritromisin 4x500 mg
• Bila perlu, diberikan obat batuk antitusif (codein 3x10mg) atau
ekpektoran (ambroksol 3x30 mg atau gliseril guaiakolat 3x100 mg atau
OBH)
• Analgetik-antipiretik : Parasetamol 3 x 500mg atau ibuprofen 3x 200-
400 mg atau asam mefenamat 3 x 500 mg
• Steroid dapat diberikan untuk menekan reaksi inflamasi : deksametason
3 x 0.5 mg
Dokter memberikan konseling dan edukasi untuk menjaga daya tahan
tubuh, berhenti merokok, menghindari makanan yang megiritasi
tenggorokan, menjaga higiene mulut dan tangan
• Penatalaksanaan Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi, atau reaksi alergi. Dari hasil
anamnesis didapatkan adanya keluhan mata merah, rasa mengganjal, gatal
dan berair, kadang disertai sekret. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya injeksi konjungtival, dapat disertai edema kelopak, kemosis,
eksudasi.
Terapi diberikan sesuai obat yang tersedia di puskesmas yaitu
:
• Penatalaksanaan Parotitis
Parotitis adalah peradangan pada kelenjar parotis. Dari hasil
anamnesis didapatkan adanya keluhan pembengkakan pada area di depan
telinga hingga rahang bawah dan bisa dsertai nyeri, demam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan edema dan eritema pada area kelenjar parotis,
suhu tubuh meningkat. Terapi yang dapat diberikan berupa :
• Antibiotik bila dicurigai penyebab bakteri : Amoksisilin 3x500 mg atau
eritromisin 4x500 mg
• Analgetik-antipiretik : Parasetamol 3 x 500mg atau ibuprofen 3x 200-
400 mg atau asam mefenamat 3 x 500 mg
• Vitamin : vitamin C atau B kompleks
Dokter memberikan konseling dan edukasi mengenai penyakit dan
tata laksananya, menjaga kecukupan hidrasi dan higiene oral.
• Penatalaksanaan Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldeyer. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya rasa kering
di tenggorokan, nyeri telan, demam, nyeri kepala, mulut berbau, nafsu
makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil dan
hiperemis. Terapi yang diberikan sesuai dengan obat yang tersedia di
puskesmas :
• Antibiotik bila dicurigai penyebab bakteri : Amoksisilin 3x500 mg atau
eritromisin 4x500 mg
• Analgetik-antipiretik : Parasetamol 3 x 500mg atau ibuprofen 3x 200-
400 mg atau asam mefenamat 3 x 500 mg
• Vitamin : vitamin C atau B kompleks
Dokter memberikan konseling dan edukasi untuk menghindari
pencetus, menjaga daya tahan tubuh, berhenti merokok, menjaga higiene
mulut dan tangan.
• Pengangkatan Jahitan
Pengangkatan jahitan adalah tindakan mengangkat atau membuka
benang jahit pada kulit paska tindakan penjahitan luka. Langkah-langkah
tindakan pengangkatan jahitan adalah :
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan.
c. Buka verban penutup luka.
d. Lakukan desinfeksi pada dareah luka yang akan diangkat jahitannya
dengan Betadine
e. Tarik simpul jahitan dengan pinset cirurgis, potong benang dengan
gunting benang.
f. Setelah semua benang jahitan terangkat, desinfeksi kembali daerah
luka dengan Betadine
g. Bereskan dan rapikan alat
h. Cuci tangan
• Pemasangan Infus
Pemasangan infus set adalah tindakan memasukkan cairan atau
obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan infus set.
Langkah-langkah pemasangan infus adalah :
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan
c. Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan
d. Botol cairan digantungkan pada standar Infus
e. Tutup botol cairan desinfeksi dengan kapas alcohol,
f. Masukkan Infus set ke dalam botol cairan
g. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar, sehingga udara
tidak ada dalam slang saluran Infus, dan jarum ditutup kembali.
Tabung tetesan jangan sampai penuh.
h. Pasang Tournikuet atau pembendung
i. Daerah permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi, lalu jarum
ditusukkan ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas.
j. Bila berhasil, darah akan keluar tarik jarum.
k. Buka pembendung dan sambungkan ke selang infus dan pengatur
tetesan dibuka.
l. Bila tetesan lancar, bekas pungsi dioles dengan betadine dan
pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester, kemudian
tetesan diatur sesuai dengan yang ditentukan.
m. Jarum dan tempat tusukan ditutup dengan kain kasa steril dan
diplester.
n. Atur posisi pasien pada lokasi pemasangan infus
o. Rapikan Pasien
p. Bersihkan dan bereskan alat ke tempat semula.
q. Beritahu pasien bahwa pemasangan infus sudah selesai.
r. Cuci tangan
• Ekstraksi Kuku
Ekstraksi kuku adalah pengangkatan kuku yang disebabkan:
a. Infeksi pada kuku yang berulang yang disebabkan oleh kuku
yang tumbuh ke arah dalam (ingrow toenail removal )
b. Adanya trauma yang menyebabkan kuku hampir terlepas dari matrik
tunasnya.
Langkah-langkah tindakan ekstraksi kuku adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan
c. Lakukan desinfeksi pada area kuku yang akan dicabut. Luka karena
trauma (kecelakaan), bersihkan dulu dengan Nacl
d. Lakukan anestesi block jari yang bersangkutan, tunggu sampai efek
anestesi muncul (tes efek anestesi).
e. Gunakan gunting, lakukan pemotongan kuku secara hati-hati terutama
saat memotong/melewati permukaan bawah kuku sehingga tidak
terjadi laserasi pada dasar kuku, buang kuku yang rusak dengan klem
tarik dan lepaskan dari dasar kuku
f. Bersihkan kotoran (debris) keratotik dari lekukan sisi kuku.
g. Berikan sofratul pada dasar kuku yang terpapar/terlihat.
h. Balut luka dengan kasa kering dan fiksasi dengan
Hipafix/plester.
i. Pesan-pesan setelah tindakan : luka jangan basah/terkena air, obat
diminum secara teratur dan sesuai aturan, dan kontrol 3 hari
kemudian.
j. Bersihkan dan rapikan alat
k. Cuci Tangan
• Informed Concent
Informed consent adalah pernyataan persetujuan (consent) atau
izin dari pasien atau keluarga yang diberikan dengan bebas, rasional,
tanpa paksaan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang
cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. Langkah-langkah
dalam pengisian informed consent adalah :
a. Petugas yang akan melakukan tindakan menyiapkan blangko lembar
persetujuan tindakan medis.
b. Pasien mengerti informasi diagnosa, tujuan tindakan, resiko dan
alternatif serta prognosa yang dijelaskan petugas.
c. Pasien mengisi data yang terdapat di lembar Informed Consent dan
mendatanganinya.
d. Petugas yang melakukan perawatan juga mendatangani Informed
Consent.
e. Saksi ikut menandatangani informed consent
f. Lembar informed consent dilekatkan dengan rekam medik pasien
3. Poli Gigi
A. Poli KIA
c. Cuci tangan
l. Mencuci alat
m. Cuci tangan
n. Sterilisasi alat
• Pelayanan KB
1. Implan a.
Definisi :
b. Mekanisme Kerja
Yaitu menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat
dilewati oleh sperma.
c. Waktu Pemasangan
Kapsul implan Norplan dapat dipasang setiap saat selama
siklus haid,bila sudah dipastikan klien tidak hamil.
Waktu yang optimal untuk memasang implan
Norplan adalah:
- Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid)
- Pascapersalinan (3-4 minggu), bila tidak menyusukan
bayinya
- Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari pertama),atau
- Sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (lebih dari 6
minggu pascapersalinan dan sebelum 6 bulan
pascapersalinan)
Bila klien saat itu sedang memakai metode kontrasepsi
dan ingin menggantinya dengan implan,maka waktu pemasangan
akan tergantung dari metode yang sedang dipakai.
2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) a.
Definisi
b. Mekanisme Kerja
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
- Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
c. Waktu Pemasangan
- Setiap waktu dalam siklus haid,yang dapat dipastikan klien
tidak hamil
- Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
- Setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
- Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak terlindungi
3. Suntik
a. Suntik yang mengandung hormon progestin
1) Definisi
Merupakan metode kontrasepsi dengan menggunakan
progestin,yaitu bahan tiruan dari progesteron
2) Mekanisme Kerja
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Waktu mulai menggunakan
- Setiap saat selama siklus haid,asal ibu tersebut tidak hamil
- Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
- Pada ibu yang tidak haid /ibu dengan perdarahan teratur,injeksi
pertama dapat diberikan setiap saat,asalkan saja ibu tersebut tidak
hamil.Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
b. Suntik yang mengandung hormon kombinasi
1) Definisi
2) Mekanisme Kerja
- Menekan ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma
terganggu
- Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Waktu mulai menggunakan
- Suntikan dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan
- Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid,klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari /
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
- Bila klien tidak haid,suntikan pertama dapat diberikan setiap
saat,asalkan saja ibu tersebut tidak hamil.Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual /
menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama 7 hari
- Bila klien pascapersalinan 6 bulan,menyusui,serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan,asal saja ibu tersebut tidak
hamil.
- Bila pascapersalinan > 6 bulan ,menyusui,serta telah mendapat
haid,maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan
7
- Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui,jangan diberikan
suntikan kombinasi
- Bila pascapersalinan 3 minggu dan tidak menyusui ,suntikan
kombinasi dapat diberi
- Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan /
dalam waktu 7 hari
4. Pil
a. Pil yang mengandung hormon progestin 1)
Definisi
Merupakan metode kontrasepsi dengan menggunakan
progestin,yaitu bahan tiruan dari progesteron.
2) Mekanisme Kerja
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Waktu mulai menggunakan
- Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid.Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi lain
- Dapat digunakan setiap saat,asal saja tidak hamil.Bila
menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid,jangan melakukan
hubungan seksual selama 2 hari / menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 2 hari saja
- Bila klien tidak haid (amenorea),minipil dapat digunakan setiap
saat,asalkan saja ibu tersebut tidak hamil.Selama 2 hari tidak
boleh melakukan hubungan seksual / menggunakan metode
kontrasepsi yang lain untuk 2 hari saja
- Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan
tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat.Bila menyusui
penuh,tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan
- Bila pascapersalinan > 6 minggu dan klien telah mendapat
haid,minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid
- Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran b. Pil
yang mengandung hormon kombinasi
1) Definisi
Merupakan metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi
hormon esterogen dan progesteron.(Pedoman Pelayanan Keluarga
Berencana Pasca Persalinan Di Fasilitas Kesehatan,2014)
2) Mekanisme Kerja
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
- Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula
3) Waktu mulai menggunakan
- Setiap saat selagi haid. asal ibu tersebut tidak hamil
- Hari ke 1-7 siklus haid
- Boleh menggunakan pada hari ke 8 ,tetapi perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8-14 / tidak
melakukan hubungan seksual sampai telah habis paket pil
tersebut
- Setelah melahirkan :
• Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
• Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
• Pascakeguguran (segera / dalam waktu 7 hari)
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu
metode kontrasepsi atu alat untuk mencegah kehamilan dan atau
penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Penggunaan kondom
perlu memperhatikan cara menggunakan kondom yang benar dan tepat.
2) Mekanisme Kerja
- Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan
- Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
6) Cara penggunaan
- Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
- Jangan menggunakan gigi,benda tajam seperti pisau,silet,gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan
5. UNIT LABORATORIUM
A. Penyimpanan bahan laboratorium
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih
dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out).
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan
yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur.
B. Pelayanan Laboratorium
Penerimaan permintaan pemeriksaan laboratorium
a. Pengertian :
Permintaan pemeriksaan laboratorium adalah suatu prosedur untuk
menerima permintaan pemeriksaan dari tiap-tiap poli.
b. Prosedur :
a. Petugas laboratorium mengecek blanko permintaan pemeriksaan
laboratorium
b. Cocokkan antara blanko permintaan pemeriksaan dengan kuitansi
( jika pasien umum / BPJS atas permintaan sendiri ) dan tanya
identitas kepada pasien
c. Tanyakan kondisi puasa atau tidak , minum obat / tidak, merokok
atau tidak, menstruasi atau tidak, bisa berdahak atau tidak, urin
bewarna coklat teh atau tidak kepada pasien ( disesuaikan dengan
jenis pemeriksaannya )
d. Jelaskan isi dari blanko permintaan pemeriksaan, cara
pengambilan sampel, lama proses pemeriksaan dan resiko dari
pengambilan
e. Minta pasien mengisi dan menanda tangani lembar persetujuan /
penolakan pengambilan darah
f. Jika pasien setuju atas pengambilan darah maka siapkan peralatan
untuk proses selanjutnya
g. Jika pasien tidak setuju maka sarankan pasien kembali ke poli
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan
pembuatan sediaan (skalpel, kapas alkhohol,objek glass
(yang bersih, tidak berlemak, tidak tergores), lampu spiritus,
pensil kaca )
2. Berikan informasi pada pasien cara pengambilan reitz serum
/ bubur jaringan
3. Kaca objek diberi nama dan kode disesuaikan dengan blanko
permintaan laboratorium
4. Minta pasien / wali mengisi dan menanda tangani lembar
persetujuan / penolakan pengambilan reitz serum / bubur
jaringan
5. Jika pasien tidak setuju, meminta pasien kembali ke poli
6. Jika pasien setuju, petugas laboratorium memakai sarung
tangan
7. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif ( kulit
muka dihindari) biasanya di area cuping telinga, lengan,
bokong, punggung dan paha
8. Permukaan kulit di bersihkan dengan kapas alkhohol 70 %
9. Kulit dijepit dengan jari tangan hingga memutih untuk
menghentikan aliran darah
10. Skapel di celup dispiritus lalu dilalukan diatas nyala api
11. Kulit disayat ± 5 mm dengan kedalaman ± 2 mm agar
mencapai dermis, jika terjadi pendarahan dibersihkan dengan
kapas
12. Keroklah tepi dan dasar sayatan secukupnya dan diambil
bubur jaringannya
13. Kemudian dikumpulkan di atas objek glass, diratakan
membentuk lingkaran dengan garis tengah ± 1 cm
14. Tutup luka dan Petugas laboratorium memberi pasien catatan
perkiraan hasil pemeriksaan selesai dan nomer telepon
15. Ucapkan terima kasih dan meminta pasien kembali ke dokter
/ langsung mengambil resep di unit obat
Pelabelan spesimen
a. Pengertian :
Pelabelan spesimen adalah suatu usaha pemberian label pada
spesimen dan lembar permintaan pemeriksaan laboratorium yang
bertujuan menjaga agar spesimen tidak tertukar baik identitas
maupun jenis pemeriksaannya
b. Prosedur :
a. Pengertian :
Penerimaan spesimen adalah proses menerima spesimen yang
memenuhi syarat di laboratorium untuk diberi identitas dan
dikerjakan sesuai permintaan pemeriksaan laboratorium.
b. Prosedur :
1. Petugas laboratorium memakai APD
2. Terima spesimen dari pasien
3. Cek kesesuaian identitas blanko permintaan dengan identitas
spesimen yang diterima
4. Cek kondisi fisik spesimen pada saat diterima
5. Jika spesimen tidak memenuhi syarat maka petugas
laboratorium meminta pasien memberi spesimen yang baru
6. Jika spesimen sudah memenuhi syarat maka petugas
laboratorium mencatat spesimen yang diterima
7. Taruh spesimen di tempat khusus penerimaan spesimen
8. Siapkan peralatan untuk proses selanjutnya
a. Pengertian :
Penyimpanan spesimen adalah usaha untuk menyimpan bahan
pemeriksaan laboratorium ( serum / plasma ) sebelum dikirim ke
laboratorium luar ketika pemeriksaan tidak bisa dilakukan saat itu
juga.
b. Prosedur
1. Petugas laboratorium melakukan pengambilan darah pasien
2. Lakukan proses sentrifugasi darah pasien untuk mendapatkan
serum / plasma darah
3. Lakukan pemisahan serum / plasma ke dalam cup serum
4. Beri label / kode pada cup serum yang disesuaikan dengan
blanko permintaan laboratorium
5. Simpan serum ke dalam kulkas di suhu 2ºC-8 ºC atau freezer
sampai spesimen dikirim
6. Catat spesimen yang disimpan di kulkas / freezer ( identitas /
kode spesimen, volume spesimen, tanggal pengambilan
spesimen, tanggal pemisahan spesimen / keterangan lainnya )
a. Pengertian :
Penyimpanan spesimen berupa sediaan / slide / preparat adalah
usaha untuk menyimpan sediaan / slide / preparat sebelum dikirim
ke laboratorium luar / Puskesmas Rujukan Mikroskopik yang
nantinya sediaan tersebut akan diperiksa sesuai dengan permintaan
pemeriksaan laboratorium dan dibaca dibawah mikroskop
b. Prosedur
1. Setelah sediaan dikeringkan pada suhu kamar, jika sudah kering
di fiksasi diatas lidah api dengan cepat 3 kali selama 3-5 detik
2. Sediaan disimpan di kotak preparat yang kemudian akan dikirim
ke PRM Sawahan disertai dengan formulir permintaan
pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Hematology
- Darah Lengkap dengan Hematology Analyzer
Pengertian :
Darah Lengkap adalah pemeriksaan hemotologi lengkap yang
terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, pcv, jumlah lekosit,
jumlah trombosit dan jumlah eritrosit
Pemeriksaan darah lengkap dengan menggunakan hematologi
analyzer SFRI adalah suatu pemeriksaan darah lengkap dengan
menggunakan alat pengujian hematologi yang dikendalikan
oleh komputer dengan layar LCD , dilengkapi mouse dan
printer
Prosedur :
- Petugas menyalakan stavolt, UPS kemudian tombol power “
on “ alat hematologi analyzer
- Petugas mengisi pat info yang berisi data pasien, klik ok
- Petugas menghomogenkan darah EDTA sampi benar benar
tercampur rata
- Petugas memasukkan sampel pada jarum hingga menyentuh
dasar tabung, tekan tombol “ start “ dan hasil akan muncul
pada layar
- Petugas merobek hasil print hasil yang otomatis keluar jika
proses sudah selesai
- Jika akan mematikan alat dengan cara masuk ke menu “
shutdown” muncul text box “ turn the instrument now” klik
ok lalu muncul text box lagi “ place the sample tube with
concentrated cleaner under the sample needle. Press start key
“ petugas memasukkan cairan diluclair / hemaclair lalu tekan
tombol start. Lalu tekan tombol power off, UPS off dan
stavolt off
- Jika tidak, biarkan alat dalam keadaan menyala
- Hemoglobine
Hemoglobine Stik
Pengertian :
- hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi didalam
sel darah merah
- hemoglobinometer adalah alat otomatis yang digunakan untuk
pemeriksaan hemoglobin
- Pemeriksaan hemoglobin dengan hemoglobinometer adalah
pemeriksaan untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
secara kuantitatif dengan hemoglobinometer
- Prosedur :
o Petugas menyiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan
hemoglobin
o Petugas memastikan batre sudah terpasang dan
masih berfungsi dengan baik
o Petugas memasukkan kode strip pada samping kanan alat,
tekan tombol power, dilayar akan tampil angka kode strip
yang sama dengan angka kode pada tabung wadah strip
Hb
o Petugas memasukkan strip pada alat, tunggu hingga ada
simbol teesan darah pada layar
o Petugas meneteskan darah ± 10 µl darah segar tanpa
EDTA atau darah dengan EDTA pada area
tes
o Petugas menunggu hasil keluar dan tampil di layar o
Hemoglobine Sahli
Cara Manual.
- Siapkan peralatan dan reagen untuk pemeriksaan
hemoglobin.
- Tabung sahli diisi HCL 0,1 N sampai tanda 2.
- Hisap darah EDTA / darah kapiler dengan pipet sahli sampai
tanda 20 µL.
- Masukkan ke dalam tabung yang telah berisi HCL 0,1 N
tadi, bilas pipet sebelum diangkat, lalu dikocok dan tunggu ±
5 menit sampai membentuk asam hematin berwarna coklat.
- Asam hematin yang telah jadi encerkan dengan aquadest
pelan – pelan (tetes demi tetes) sampai warna coklat yang
terbentuk sesuai dengan warna standard.
- Baca tinggi aquadest pada tabung. Angka yang terbaca
sebanding dengan konsentrasi hemoglobin sampel.
Golongan darah AB :
Anti A aglutinasi Positif
Anti B aglutinasi Positif
Anti AB aglutinasi Positif
Golongan darah O :
Anti A aglutinasi Negatif
Anti B aglutinasi Negatif
Anti AB aglutinasi Negatif
Rhesus Positif :
Anti Rh Faktor aglutinasi Positif
Rhesus Negatif :
Anti Rh Faktor aglutinasi Negatif
Catat hasil di buku register laboratorium
- HIV
- Pemeriksaan HIV adalah serangkaian kegiatan untuk
mendeteksi adanya virus HIV dalam darah pasien yang hanya
dapat dilakukan oleh petugas laboratorium yang sudah
mendapatkan pelatihan-HIV rapid.
- Prosedur :
a. Pemeriksaan HIV 1
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan
pemeriksaan HIV 1: reagen rapid test ( merk SD ), mikro
pipet dan buffer, sampel : serum / plasma / whole blood
2. Letakkan sampel dan lakukan test pada suhu kamar, di
tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada
membrane
4. Teteskan 10 µl serum / plasma atau 20 µl whole blood
dengan mikropipet kedalam lubang sampel ( S ),
5. tambahkan 4 tetes (sekitar 120 µl) buffer secara benar
benar vertikal ke dalam sampel
6. Tunggu waktu 10 sampai 20 menit untuk mendapatkan
hasil
7. Interpretasi hasil :
Negatif : jika muncul satu garis merah pada garis kontrol
saja
Positif : Jika muncul garis merah pada garis kontrol dan
pada garis test 1 dan test 2 atau salah satu dari test 1 dan
test 2
8. Jika hasil negatif, hasil disimpulkan dan dicatat non
reaktif maka pemeriksaan selesai
9. Jika hasil positif maka lanjut ke pemeriksaan HIV 2
b. Pemeriksaan HIV 2
1. Menyiapkan peralatan dan bahan pemeriksaan HIV 2: reagen
rapid test ( merk intec-triline advance ), pipet tetes dan
buffer, sampel : serum / plasma
2. Letakkan sampel dan lakukan test pada suhu kamar, di
tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada
membrane
4. Teteskan 1 tetes serum / plasma dengan pipet tetes ( ada
dalam kit ) +/- 30 ul kedalam lubang sampel ( S ), kemudian
teteskan 1 tetes buffer dan biarkan menyerap
5. Baca Hasil dalam waktu 15 menit
6. Jika hasil pemeriksaan HIV 2 negatif maka ulangi
pemeriksaan HIV 1
7. Jika hasil pemeriksaan HIV 2 positif maka lanjut ke
pemeriksaan HIV 3
c. Pemeriksaan HIV 3
1. Menyiapkan peralatan dan bahan pemeriksaan HIV 3 :
reagen rapid test ( merk Oncoprobe ), pipet tetes dan buffer,
sampel : darah , serum / plasma
2. Letakkan sampel dan lakukan test pada suhu kamar, di
tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada
membrane
4. Teteskan 1 tetes serum / plasma dengan pipet tetes ( ada
dalam kit ) +/- 25 ul kedalam lubang sampel ( S ), kemudian
teteskan 1 tetes buffer
5. Baca Hasil dalam waktu 15-20 menit dan tarik kesimpulan
dari keseluruhan pemeriksaan HIV 1, 2 dan 3
6. Jika hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 ( + ), HIV 3 (
+ ), maka kesimpulan hasil pemeriksaan HIV adalah Reaktif
7. Jika ditemukan hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 (
+ ), HIV 3 ( - ) atau HIV 1 ( + ), HIV 2 ( - ), HIV 3 ( + ),
maka kesimpulan hasil pemeriksaan HIV adalah
Indeterminate
8. Jika ditemukan hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 ( - ),
HIV 3 ( - ) pada pasien beresiko tinggi, maka
kesimpulan hasil pemeriksaan HIV adalah Indeterminate
9. Jika ditemukan hasil pemeriksaan HIV 1 ( + ), HIV 2 ( - ),
HIV 3 ( - ) pada pasien beresiko rendah, maka kesimpulan
hasil pemeriksaan HIV adalah negatif Catat kesimpulan
pemeriksaan HIV dan serahkan blanko hasil pemeriksaan
kepada poli yang mengirim
- Pemeriksaan HbsAg
Pengertian :
Pemeriksaan HBsAg adalah serangkaian kegiatan untuk mendeteksi adanya
virus Hepatitis B dalam darah pasien yang hanya dapat dilakukan oleh
petugas laboratorium. Prosedur :
- Pemeriksaan Syphilis
Pengertian :
Pemeriksaan Sifilis adalah serangkaian kegiatan untuk mendeteksi adanya
antibodi sifilis pada serum / plasma dan darah pasien. Prosedur :
Sampel : Serum / Plasma
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan : reagen sifilis,
mikro pipet / pipet tetes, sampel : serum / plasma
2. Taruh sampel dan test pada tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada membrane
4. Teteskan 70 - 100 µl atau 2 – 3 tetes serum / plasma kedalam lubang
sampel ( S )
5. Baca hasil dalam waktu 10 - 15 menit
6. Interpretasi Hasil :
Non Reaktif : jika hanya muncul satu garis merah di garis kontrol saja
Reaktif : Jika garis kontrol dan garis tes, keduanya muncul garis merah
10. Catat hasil pemeriksaan sifilis
11. Jika hasil non reaktif maka blanko hasil pemeriksaan laboratorium
sifilis bisa langsung diserahkan ke pasien, namun jika reaktif harus di
tes konfirmasi dahulu ke Puskesmas Putat Jaya Surabaya ( sampel bisa
disimpan terlebih dahulu di lemari
es pada suhu 2 – 8 oC, lalu dikirim ke Puskesmas Putat Jaya Surabaya
pada waktu yang ditentukan )
12. Beri informasi kepada pasien perihal masalah tersebut
Sampel : Darah
1. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan dan bahan : reagen sifilis,
sampel : darah
2. Taruh sampel dan test pada tempat datar dan kering
3. Buka kemasan rapid test kemudian beri identitas pada membrane
4. Teteskan 1 tetes darah kedalam lubang sampel ( S ), tunggu sampai
terserap sempurna
5. Tambahkan 1 tetes larutan pengencer darah
6. Baca hasil dalam waktu 10 - 15 menit
7. Interpretasi Hasil :
Non Reaktif : jika hanya muncul satu garis merah di garis kontrol saja
Reaktif : Jika garis kontrol dan garis tes, keduanya muncul garis merah
8. Catat hasil pemeriksaan sifilis
9. Jika hasil non reaktif maka blanko hasil pemeriksaan laboratorium
sifilis bisa langsung diserahkan ke pasien, namun jika reaktif harus di
tes konfirmasi dahulu ke Puskesmas Putat Jaya Surabaya ( sampel bisa
disimpan terlebih dahulu di lemari
es pada suhu 2 – 8 oC, lalu dikirim ke Puskesmas yang ditentukan
pada waktu yang ditentukan pula )
10. Beri informasi kepada pasien perihal masalah tersebut b.
- Asam Urat
- Pemeriksaan asam urat adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kadar asam urat dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet 500µl, 10 µl
Rak tabung
Serum pasien
Yellow tip
Blue tip
Reagen kit asam Urat
b. Petugas menyiapkan pencampuran untuk pemeriksaan
Blanko : 500µl reagen Asam Urat
Standart : 500µl reagen Asam Urat + 10µl standart
Sampel : 500µl reagen Asam Urat + 10µl serum
c. Inkubasi 10 menit pada suhu ruangan
d. Baca di Fotometer
tekan zero dan masukkan aquadest ke sampel probe
kemudian tekan start key
tekan zero dan masukkan reagen blanko ke sampel probe
kemudian tekan start key
Tekan standart dan masukkan campuran reagen Asam
Urat dan standrat ke sampel probe kemudian tekan start
key
Tekan sampel dan masukkan campuran reagen Asam Urat
dan sampel ke sampel probe kemudian tekan start key
e. Mencatat hasil
- Kolesterol Total
- Pemeriksaan Cholesterol adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui cholesterol dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet 500µl, 5 µl
Rak tabung Serum
pasien
Yellow tip Blue
Cholesterol
- BUN
- Pemeriksaan BUN adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar BUN dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet
Rak tabung
Serum pasien
Yellow tip
Blue tip
Reagen kit BUN
- Kreatinin
- Pemeriksaan Creatinin adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kadar creatinin dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Tabung reaksi
Mikropipet
Rak tabung
Serum pasien
Yellow tip
Blue tip
Reagen kit Creatinin
b. Petugas menyiapkan Working reagen 500 µl
Yaitu : ( 1 Reagen 1 : 1 Reagen 2) atau ( R1 250 µl : R2 250
µl )
- SGOT
- Pemeriksaan SGOT adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar SGOT dalam darah
- Pemeriksaan SGOT adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar SGOT dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan
1. Tabung reaksi
2. Mikropipet 500µl, 50 µl
3. Rak tabung
4. Serum pasien
5. Yellow tip
6. Blue tip
7. Reagen kit SGOT
b. Siapkan fotometer pada suhu 36ºC
c. Tekan Zero dan masukkan aquadest ke sample probe
kemudian tekan start key lalu tekan tombol sampel ( pada alat
fotometer )
d. Siapkan Working reagen (500 µl Reagen 1 + 100 µl Reagen
2) lalu homogenkan
e. Buang 100 µl working reagen ( tinggal 500 µl working reagen
)
f. Tambahkan 50µl sampel ( berupa serum ) pada working
reagen
g. Kocok lalu langsung baca di Fotometer dengan cara
memasukkan campuran working reagen tersebut pada sampel
probe kemudian tekan start key
h. Catat hasil di register laboratorium dan blanko hasil
pemeriksaan
- SGPT
- Pemeriksaan SGPT adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui kadar SGPT dalam darah
- Prosedur :
a. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan
• Tabung reaksi
• Mikropipet 500µl, 50 µl
• Rak tabung
• Serum pasien
• Yellow tip
• Blue tip
• Reagen kit SGPT
b. Siapkan fotometer pada suhu 36ºC
c. Tekan Zero dan masukkan aquadest ke sample probe kemudian
tekan start key lalu tekan tombol sampel ( pada alat fotometer )
d. Siapkan Working reagen (500 µl Reagen 1 + 100 µl Reagen 2) lalu
homogenkan
e. Buang 100 µl working reagen ( tinggal 500 µl working reagen
)
f. Tambahkan 50µl sampel ( berupa serum ) pada working reagen
g. Kocok lalu langsung baca di Fotometer dengan cara memasukkan
campuran working reagen tersebut pada sampel probe kemudian
tekan start key
h. Catat hasil
- Triglyserid
- Pemeriksaan Triglyserid adalah suatu untuk mengetahui kadar
trigliserid dalam darah
- Prosedur :
- Activated reagen = Tg Activator + Tg Reagen = 10 µL + 1000
µL
- Campur dan inkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan.
- Siapkan 3 tabung reaksi
- Tabung 1 sebagai blanko diisi dengan Activated reagen
1000 µL
- Tabung 2 sebagai standard diisi dengan Activated
reagen 1000 µL + standard Trigliserid 10 µL
- Tabung 3 sebagai sampel diisi dengan Activated reagen
1000 µL + Sampel 10 µL
- Diinkubasi dengan suhu kamar 37ºC selama 10 menit.
- Setelah itu, hasilnya dibaca pada fotometer. c.
- Glukosa
- Pemeriksaan Gula darah adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui kadar gula darah dalam Darah
- Prosedur :
a. Siapkan alat pemeriksaan gula darah
b. Masukkan Baterai pada alat gula darah
c. Masukkan kode tes pada samping alat
d. Buka Test strip lalu masukkan ke dalam alat sampai
tampil angka kode yang sesuai dengan kode strip.
e. Desinfektan ujung jari dengan alkohol kemudian tusuk
jari dengan lancet kemudian keluarkan darah kapiler.
f. Sentuhkan ujung Test strip dengan darah sampai darah
masuk ke dalam Test strip.
g. Tunggu 10 detik, maka di layar akan tampil hasil gula
darah.
h. Catat di lembar hasil dan register laboratorium.
- Asam Urat
- Pemeriksaan Asam urat adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui kadar asam urat dalam Darah
- Prosedur :
Siapkan alat pemeriksaan asam urat Masukkan
Baterai pada alat asam urat Masukkan kode tes
pada samping alat
Buka Test strip lalu masukkan ke dalam alat sampai tampil
angka kode yang sesuai dengan kode strip.
Desinfiktan ujung jari dengan alkohol kemudian tusuk
jari dengan lancet kemudian keluarkan darah kapiler.
Sentuhkan ujung Test strip dengan darah sampai darah masuk
ke dalam Test strip.
Tunggu beberapa detik, maka di layar akan tampil hasil asam
urat.
Catat di lembar hasil dan register laboratorium.
- Kolesterol Total
- Pemeriksaan Kolesterol total adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui kadar kolesterol total dalam Darah
- Prosedur :
Siapkan alat pemeriksaan kolesterol total
Masukkan Baterai pada alat kolesterol total
Masukkan kode tes pada samping alat
Buka Test strip lalu masukkan ke dalam alat sampai tampil
angka kode yang sesuai dengan kode strip.
Desinfiktan ujung jari dengan alkohol kemudian tusuk
jari dengan lancet kemudian keluarkan darah kapiler.
Sentuhkan ujung Test strip dengan darah sampai darah masuk
ke dalam Test strip.
Tunggu beberapa detik, maka di layar akan tampil hasil
kolesterol total.
Catat di lembar hasil dan register laboratorium.
1. Pemeriksaan Urine
- Pemeriksaan Urine Analyzer
- Urine analyzer adalah alat yang digunakan untuk membaca stik
urine 10 Parameter
- Prosedur :
a. Petugas memastikan alat urine analyzer sudah siap pakai
dengan cara :
• Petugas menghidupkan UPS
• setelah beberapa menit kemudian petugas
menghidupkan alat urine analyzer dengan menekan
tombol power On dibagian belakang alat.
• Lakukan pemanasan alat selama ± 5 menit
• Tekan Start kemudian tempat stick akan keluar
b. Petugas melihat penampakan makroskopik warna urin (
Warna, kejernihan, buih )
c. memastikan stik urin sudah tercelup pada urin pasien
secara keseluruhan ( masing masing strip reagen pada stik
sudah basah oleh urin )
d. Petugas menaruh stik urin diatas tissue agar kelebihan
urin bisa terserap
e. Petugas meletakkan stik urin pada tempatnya lalu tekan
Start Ditunggu ± 60 detik , tempat stick akan masuk
f. Hasil pemeriksaan tampil dilayar alat. Tekan print hasil
akan tercetak .
g. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada buku register
dan blanko hasil pemeriksaan
h. Tekan cancel untuk kembali keposisi awal.
Untuk mematikan alat ,tekan tombol power off dibagian
belakang alat.
- Sediment Urine
- Pemeriksaan Sedimen urine adalah pemeriksan untuk
mengetahui unsur-unsur sel dan Kristal yang terdapat pada
endapan urine
- Sebagai prosedur untuk menemukan adanya unsur-unsur
sedimen organik dan non organik dalam urine secara
mikroskopik
- Prosedur :
a. Untuk mendapatkan endapan urin dengan cara : dengan
mensentrifus urin pada alat sentrifuge, yaitu :
• Sebelumnya kocoklah urin dalam pot urin supaya bila ada
sedimen akan bercampur rata
• Petugas memasukkan 5 ml urin pada tabung sentrifuge
dan memasukkan air biasa / larutan lain pada tabung
sentrifuge lain ( sebagai penyeimbang )
• Tempatkan tabung sentrifuge di dudukan sentrifuge.
Petugas menyeimbangkan dengan tabung
sentrifuge lain yang telah diisi larutan yang berbeda yang
sudah di taruh pada ruang test tube yang berlawanan.
• Tutup kaca sentrifuge dan putar tombol serta atur waktu
serta kecepatan sentrifuge . ± ( selama 5 menit dengan
kecepatan 2000 rpm )
• Petugas harus memperhatikan sentrifuge dalam keadaan
benar benar berhenti baru boleh membuka tutup kaca
sentrifuge dan mengambil spesimen ( untuk secara efektif
memisahkan endapan dan solusi )
b. Petugas menuang cairan bagian atas urin sehingga sampi
dengan volume dari cairan dan endapan urin ± ½ ml
c. kocoklah endapan urin dalam tabung sentrifuge supaya
diperoleh endapan urin yang bercampur rata
d. Teteskan 1 tetes pada objek glass dan tutup dengan cover
glass
e. Periksa dibawah miskroskop
Cara menggunakan mikroskop:
• Tekan tombol ”On” untuk menyalakan.
• Mikroskop bisa dipakai ( pertama dengan objektif 10x
kemudian dengan objektif 40x )
• Perhatikan unsur unsur yang terlihat di mikroskop (
eritrosit, lekosit, sel epitel, kristal, silinder, jamur,
bakteri, trichomonas dll )
• Setelah selesai tekan tombol ”Off” untuk mematikan.
f. Catat hasil
b. Pelaporan
5. UNIT OBAT
1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan
resep adalah adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanana resep
dilakukan sebagai berikut:
a. Penerimaan resep
Setelah menerima resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memberikan nomer urut resep
2. Memeriksa kelengkapan administrasi resep dan kesesuaian
farmasetik dalam resep.
Kelengkapan administrasi resep:
a. Nama , nomer SIP dan paraf/tanda-tangan dokter penulis
resep
b. Tanggal penulisan resep
c. Nama, alamat, umur/berat badan dan status pasien
b. Peracikan obat
Setelah memeriksa, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. mengambil jumlah obat yang dibutuhkan pada tempat
penyimpanan obat dengan alat yang sesuai (misal sendok
obat) dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa
dan keadaan fisik obat
2. melakukan peracikan bila diperlukan, dengan melakukan
perhitungan jumlah obat yang diminta dalam resep dokter.
3. Memberikan etiket pada masing-masing obat dengan
ketentuan, warna putih untuk obat dalam/oral dan warna biru
untuk obat luar dan injeksi serta memberikan label “KOCOK
DAHULU” pada sediaan suspensi atau emulsi
4. Pada penulisan etiket mencantumkan nomor resep, nama
pasien, tanggal resep, aturan pakai dan instruksi lain yang
tertulis dalam resep
5. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah
dengan tujuan menjaga mutu obat dan mencegah penggunaan
obat yang salah
c. Penyerahan obat
Setelah peracikan, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memeriksa kembali resep yang telah disiapkan/diracik,
meliputi penulisan nama pasien, aturan pakai, serta jenis dan
jumlah obat
2. Memanggil nama pasien sesuai nomer urut
3. Memastikan identitas pasien sesuai dengan yang tertera dalam
resep dan meminta tanda tangan pasien bila sudah sesuai
4. Menyerahkan obat satu persatu kepada pasien dengan
menjelaskan informasi tentang obat
5. Menyampaikan makanan atau minuman yang harus
dihindari
5. Memberikan informasi efek samping atau reaksi alergi obat
yang mungkin muncul selama penggunaan obat tersebut yang
tidak banyak diketahui oleh pasien dan memberikan informasi
tentang apa yang harus dilakukan bila efek samping atau
reaksi alergi obat muncul
6. Memberikan informasi tentang cara penyimpanan obat di
rumah
7. Memastikan pasien mengerti informasi yang diberikan
f. Cuci tangan
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemautauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis
pakai yang efisien, efektif, dan rasional. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai, meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan seleksi obat dan bahan medis
habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan dilakukan perencanaan adalah:
a. Memperkirakan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai
yang mendekati kebutuhan
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit dan pola komsumsi obat periode
sebelumnya serta mengacu pada formularium nasional namun tetap
menyesuaikan dengan peresepan obat yang dibutuhkan oleh pasien
dilayanan sesuai dengan terapi obat yang ditentukan oleh dokter.
2. Permintaan
Perhitungan permintaan:
b. Kolom 2 : nama obat dan bahan medis habis pakai yang dibedakan
menurut fornas (formularium nasional), non formularium nasional,
perbekkalan kesehatan/bahan medis habis pakai.
c. Kolom 3 : satuan
3. Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
dalam menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Gudang Farmasi
Kesehatan Kota Surabaya sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas sehingga dapat
meningkatkan mutu dan kinerja Puskesmas.
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
b. Pengendalian penggunaan
Penggunaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
Wonokromo berasal dari resep dan buku pelaporan penggunaan
obat dan bahan medis habis pakai yang ada disetiap unit kerja
Puskesmas Wonokromo. Tujuannya adalah untuk mengetahui
jumlah pemakaian obat atau bahan medis habis pakai yang
digunakan selama satu bulan.
Yang perlu diperhatikan dalam pengendalian penggunaan obat
dan bahan medis habis pakai adalah tercatatnya semua permintaan
yang dibutuhkan setiap sub
unit dalam “buku permintaan sub unit”, kartu stok dan buku
distribusi gudang obat serta pengeluaran obat hanya boleh
menggunakan resep yang setiap harinya dicatat dalam buku catatan
harian penggunaan obat (buku melidi) kemudian disalin dalam buku
register dan dijumlah penggunaanya. Jumlah ini yang digunakan
sebagai dasar untuk permintaan obat atau bahan medis habis pakai
di bulan depan.
6. POJOK GIZI
1. Prinsip umum pelayanan Pojok Gizi adalah konseling.
Konseling adalah merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan pasien.
Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong pasien untuk saling bertukar
informasi dan memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengembalian
keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pasien.
Langkah langkah konseling :
- Memberikan penjelasan tentang kondisi pasien saat ini dan rencana tindakan
yang dilakukan selanjutnya.
- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk lebih mengerti situasi pasien dan
latar belakangnya.
- Identifikasi kebutuhan pasien, masalah pasien dan informasi yang belum
diketahui pasien.
- Merencanakan dan memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan di
lakukan selanjutnya.
- Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut.
Prinsip yang perlu diperhatikan saat konseling :
- Buat pasien merasa nyaman dan diterima dengan baik.
- Gunaka dengan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
- Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan rapi serta
terjaga kerahasiannya.
- Petugas / konselor tidak boleh memaksa pasien untuk mengatasi masalahnya
dengan solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien. Bimbing pasien dan
keluarganya untuk menganalisa kelebihan dan kekurangannya dari setiap
pilihan yang mereka miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.
A. METODE
Metode dalam melakukan pelayanan di Pojok Gizi dilakukan melalui pelayanan
yang paripurna, berkesinambungan,memperhatikan hak dan kewajiban pasien,
memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien serta melibatkan pasien
dalam mengambil keputusan untuk menentukan rencana pelayanan.
B. LANGKAH KEGIATAN
7. POJOK TB
A. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
memerlukan perhatian, karena sampai dengan tahun 2014 Indonesia merupakan salah satu dari 5
negara di dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak setelah India, China, Nigeria dan
Pakistan. Diperkirakan di Indonesia setiap tahun ditemukan 429.730 kasus TB baru dan kematian
sebanyak 62.246 orang. Sedangkan di Surabaya, setiap tahunnya ditemukan lebih kurang 4.000
kasus baru dan merupakan penyumbang kasus TB tertinggi di Jawa Timur.
B. LATAR BELAKANG
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan
TB yaitu strategi DOTS (Directly Observed Treatment-Shortcourse) dan telah terbukti sebagai
strategi yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi DOTS adalah strategi
penyembuhan TB-Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. DOTS menekankan
pentingnya pengawasan terhadap penderita TB-Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai
ketentuan sampai dinyatakan sembuh sehingga dengan strategi ini proses penyembuhan TB-Paru
bisa lebih cepat. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan
pada pasien TBC yang menular (hasil pemeriksaan sputum BTA Positif). Strategi ini diharapkan
akan dapat memutus mata rantai penularan dan dengan demikian akan menurunkan insidens TB di
masyarakat.
Pelaksanaan pengobatan dengan manajemen DOTS mulai diterapkan di Dinas Kesehatan Kota
Surabaya pada bulan Juni 2000, dimana perangkat yang telah disiapkan adalah tenaga medis maupun
paramedis, petugas laboratorium dengan latar belakang pendidikan analis dan ditunjang dengan
bahan laboratorium menggunakan mikroskop binokuler dan zat pelarut pewarnaan Zein Neilson
(ZN).
Keberhasilan Program Penanganan TB Paru juga ditentukan dari banyaknya angka penemuan
penderita baru karena semakin banyak penderita baru yang ditemukan, maka akan semakin banyak
yang akan diobati dengan segera sehingga dapat memotong rantai penularan ke orang lain dan
menurunkan insidens TB-Paru di masyarakat.
Berbagai terobosan telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB
dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Namun upaya tersebut masih memerlukan peningkatan dan dukungan dari berbagai
pihak baik pemerintah maupun swasta serta peran dari masyarakat terutama pasien TB dan
keluarganya.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
“Terwujudnya masyarakat bebas dari penyakit TB dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup
masyarakat”.
2) Tujuan Khusus
D. SASARAN
E. PENDANAAN
Di samping itu, Dinas Kesehatan Kota Surabaya telah melakukan upaya-upaya kongkrit dalam
rangka akselerasi program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis (P2P-TB) sebagai
berikut :
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB serta sekaligus merupakan kegiatan pencegahan
penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Keikutsertaan pasien merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya pengendalian TB.
Strategi dalam penemuan pasien TB sebagai berikut :
a. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok populasi terdampak TB
dan populasi rentan.
b. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif,
sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
c. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan; didukung dengan
promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat.
d. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan
mengurangi keterlambatan pengobatan.
e. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :
kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien
dengan HIV, Diabetes mellitus dan malnutrisi.
kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang berisiko tinggi terjadinya
penularan TB, seperti: Lapas/Rutan, tempat penampungan pengungsi, daerah
kumuh, tempat kerja, asrama dan panti jompo.
Anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB.
Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resistan obat.
f. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan gejala dan tanda yang
sama dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis kesehatan paru (Practical Approach
to Lung health = PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS), manajemen terpadu
dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan penemuan pasien TB di faskes,
mengurangi terjadinya misopportunity dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.
g. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala :
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi
TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasyankes
dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2) Tatalaksana Identifikasi, Diagnosa dan Pengobatan Pasien TB
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3
contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa
dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
S (Sewaktu) : dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung
pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot
dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
P (Pagi) : dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
S (Sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
b. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb) dimaksudkan
untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal:
Pasien TB ekstra paru
Pasien TB anak.
Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau mutunya. Apabila
dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat yang direkomendasikan
WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat
tersebut.
c. Diagnosis TB Paru
Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosis TB Paru pada orang
dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan
bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung,
biakan dan tes cepat.
Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis
dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan
ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB.
Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinis dilakukan setelah pemberian
terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak
memberikan perbaikan klinis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru,
sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan uji tuberkulin.
Prinsip Pengobatan TB
Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip :
Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi;
Diberikan dalam dosis yang tepat;
Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan
Obat) sampai selesai pengobatan;
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
serta
tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Tahapan Pengobatan TB
Pengobatan harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan
maksud :
Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal
pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa-
sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khusunya kuman persister sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai Rekomendasi WHO dan ISTC)
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adalah :
Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4 (HR)3
Kategori 2 : 2 (HRZE) S / (HRZE) / 5 (HR)3 E3
Kategori Anak : 2 (HRZ) / 4 (HR) atau 2 HRZE (S) / 4-10 HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri
dari OAT Lini ke-2 yaitu Kanamisib, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS serta AOT Lini-1, yaitu Pirazinamide dan
Etambutol.
3) Tatalaksana Pengobatan Pasien TB Anak
a. Gejala TB pada anak Gejala sistemik/umum
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat
atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak
disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
Prinsi Pengobatan
Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB RR/TB MDR mengacu kepada strategi
DOTS.
Paduan OAT MDR untuk pasien TB RR/TB MDR adalah paduan standar yang
mengandung AOT Lini kedua dan Lini pertama;
Paduan AOT MDR dapat disesuaikan bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan M.
tuberculosis dengan paduan baru yang ditetapkan oleh TAK;
Penetapan untuk mulai pengobatan pada pasien TB RR/TB MDR serta perubahan
dosis dan frekuensi pemberian OAT MDR diputuskan oleh TAK dengan masukan
dari tim terapeutik;
Semua pasien TB RR/TB MDR harus mendapatkan pengobatan dengan
mempertimbangkan kondisi klinis awal.
2. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap fluorokuinolon maka paduan standar
adalah sebagai berikut :
Km-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)
3. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin dan fluorokuinolon (TB
XDR)
maka paduan standar adalah sebagai berikut :
Cm-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)
Paduan standar ini diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi TB RR/MDR
secara laboratoris.
Paduan pengobatan ini diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal dan tahap
lanjutan. Tahap awal adalah tahap pemberian obat oral dan suntikan dengan lama
paling sedikit 6 bulan atau 4 bulan setelah terjadi konversi biakan. Tahap lanjutan
adalah pemberian paduan OAT oral tanpa suntikan.
Lama pengobatan seluruhnya paling sedikit 18 bulan setelah terjadi konversi biakan.
Lama pengobatan berkisar 19-24 bulan.
5) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Pasien TB
a. PMT diberikan kepada pasien TB gakin berdasarkan status gizi pada saat diagnosa
ditegakkan, sesuai ketentuan sebagai berikut :
Bersih, bebas sampah dan kotoran, tidak lembab, bebas dari gangguan serangga,
kecoa, tikus dan binatang pengerat lainnya.
Atap tempat penyimpanan PMT tidak bocor dan harus tetap bersih.
Tempat penyimpanan PMT harus mempunyai pintu yang dapat dibuka dan ditutup
dengan rapat pada saat keluar masuk.
PMT jangan diletakkan di tempat yang langsung menempel dengan tanah/lantai tetapi
harus diberi alas yang kuat berjarak minimal 10-20 cm dari lantai dan minimal 30 cm
dari dinding. Jangan ditumpuk terlalu tinggi karena akan menyebabkan tumpukan
yang paling bawah rusak.
Tidak boleh dicampur dengan bahan bukan pangan.
d. Pada saat distribusi ke sasaran, Puskesmas diwajibkan memberi informasi tentang:
Pentingnya PMT tersebut bagi pasien TB sehingga paket tersebut harus benar-benar
dikonsumsi hanya untuk pasien TB yang bersangkutan.
Jumlah yang diberikan, cara penyajian dan penyimpanan yang baik.
Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti diare, muntah dan sebagainya maka
keluarga harus segera menghubungi Puskesmas atau Petugas Puskesmas yang
membina wilayah di mana pasien tersebut tinggal.
PMT ini bukanlah sebagai makanan utama pasien TB, tetapi merupakan makanan
tambahan, sehingga diperlukan makanan utama lain yang bergizi, beragam,
berimbang dan aman (Bahan Makanan Pokok, Protein Hewani & Kacang-
Kacangan, Sayur serta Buah).
e. Meminta fotocopy Jamkesmas/SKM/surat keterangan miskin dari RT/RW dan foto copy
KTP Surabaya/luar Surabaya bagi penerima paket PMT TB.
Dalam upaya monitoring dan evaluasi program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Tuberkulosis (P2P-TB) dilakukan 2 (dua) kegiatan sebagai berikut :
1. Monitoring dan Evaluasi oleh Petugas Puskesmas
a. Mengidentifikasi pasien yang terduga TB;
b. Melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap pasien terduga TB;
c. Melakukan pengobatan terhadap pasien TB;
d. Memantau pengobatan pasien TB;
e. Mendistribusikan Pendamping Makanan Tambahan (PMT) bagi pasien TB;
f. Memotivasi pasien TB untuk melanjutkan pengobatan sampai tuntas;
g. Mengevaluasi hasil pengobatan pasien TB;
h. Membuat laporan triwulan hasil pemantauan pengobatan pasien TB (Register TB 03);
i. Membuat laporan triwulan Program P2-TB melalui aplikasi SITT Versi 10.03 Puskesmas;
j. Membuat laporan pendistribusian PMT bagi pasien TB;
Mengambil foto pasien TB pada awal dan akhir pemberian makanan tambahan.
Memantau status gizi pasien TB.
Membuat laporan rekapitulasi penerima PMT di Puskesmas setiap tiga bulan.
Membuat laporan stock PMT setiap bulan.
k. Membuat laporan triwulan Kolaborasi TB-HIV melalui SITT Versi 10.03;
l. Membuat laporan triwulan Penerimaan dan Pemakaian OAT Fasyankes (TB 13);
m. Membuat laporan hasil kunjungan rumah pasien TB mangkir.
Masalah Pemecahan
Bayi banyak Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait dengan gangguan
menangis atau rewel pemberian ASI
Periksa popok bayi, myngkin basah
Gendong bayi, mungkin perlu perhatian
Susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum
daripada bayi lainnya
Bayi tidak tidur Merupakan proses alamiah, karena bayi muda perlu menyusu lebih
sepanjang malam sering
Yidurkan bayi di samping ibu dan lebih sering disusui pada malam
hari
Jangan berikan makanan lain
Bayi menolak untuk Mungkin bayi bingung putting, karena sudah diberi susu botol
menetek Tetap berikan hanya ASI (tunggu sampai bayi betul-betul lapar)
Berikan perhatian dan kasih sayang
Pastikan bayi menyusu sampai air susu habis
Lihat tatlaksana dalam algoritma, kalau perlu dirujuk
Bayi bingung putting Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi
medis yang tepat
Ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar
Kalau terpaksa member susu formula, berikan dengan sendok,
pipet, cangkir. Jangan menggunakan botol dan dot.
Jangan berikan kempeng
Bayi premature dan Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya
bayi kecil (BBLR) pendek-pendek
Jika belum mampu menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa. Berikan ASI dengan sendok atau cangkir
Untuk merangsang menghisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari
ibu yang bersih
Bayi kuning (ikterus) Mulai menyusui segera setelah bayi lahir
Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi
Bayi sakit Teruskan menyusui. Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau perlu
rujuk
Bayi sumbing Posisi bayi duduk
Putting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat
membantu bayi mendapat ASI cukup
Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi
Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan dengan
cara manual atau pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet
atau botol dengan dot panjang sehingga ASI dapat masuk dengan
sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar menghisap dan
menelan ASI, menyesuaikan dengan irama pernapasannya
Bayi kembar Posisi yang mudah adalah posisi memegang bola (football position)
Paling baik kedua bayi disusui bersamaan
Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-masing
bayi, umumnya > 20 menit
2. Mengatasi masalah pemberian ASI pada ibu
Masalah Pemecahan
Ibu khawatir bahwa Katakana pada ibu bahwa semakin sering menyusui, semakin
ASI-nya tidak cukup banyak air susu yang diproduksi
untuk bayi (sindrom Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa
ASI kurang ) menyusui. Biarkan bayi menyusu sampai payudara terasa kosong.
Berikan ASI dari kedua payudara
Hindari pemberian makanan atau minuman selain ASI
Ibu mengatakan Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI
bahwa air susunya Susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering
tidak keluar Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui
Ibu mengatakan Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka tidak begitu
puting susunya terasa sakit
sakit (puting susu Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi putting susu dengan ASI.
lecet) Mulai menyusui dari puting yang paling tidak lecet
Putting susu dapat diistirahatkan sementara waktu, kurang lebih
1x24 jam jika puting lecet sangat berat. Selama puting
diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
Berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk menghilangkan
nyeri. Gunakan BH yang menyokong payudara
Jika ada luka/bercak putih pada puting susu, segera hubungi bidan
Ibu mengeluh Usahakan menyusui sampai payudara kosong
payudaranya terlalu Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut
penuh dan terasa payudara dari arah pangkal menuju puting
sakit (payudara Bantu ibu untuk memerah ASI sebelum menyusui kembali
bengkak) Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam) setelah payudara ibu
terasa lebih lembut. Apabila bayi tidak dapat menyusu, keluarkan
ASI dan minumkan kepada bayi. Kompres payudara dengan kain
dingin setelah menyusui. Keringkan payudara
Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi mastitis
Mastitis dan abses Beri antibiotika
payudara Beri obat penghilang rasa nyeri
Kompres hangat
Tetap berikan ASI dengan posisi yang benar sehingga bayi dapat
menghisap dengan baik
Jika telah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak
disusukan
Ibu sakit dan tidak Jelaskan bahwa ibu yang minum obat, dapat tetap menyusui
mau menyusui bayinya. Susui bayi terlebih dahulu, baru minum obat
bayinya Tidurkan bayi di samping ibu dan motivasi ibu supaya tetap
menyusui bayinya
Ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan dokter/bidan, karena
mungkin dapat membahayakan bayinya
Ibu bekerja Susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera setelah pulang
ke rumah dan lebih sering pada malam hari
Jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui bayi sesuai
jadwal. Jika tidak ada, perah ASI di tempat bekerja
ASI perah dapat disimpan untuk dibawa pulang, atau dikirim ke
rumah
Pastikan pengasuh memberi ASI perah/susu formula memakai
cangkir atau sendok
Bahaya pemberian susu botol
Botol susu lebih sulit membersihkannya dan mudah tercemar bakteri
ataupun kuman penyakit
Susu botol tidak mengandung zat kekebalan, karena itu bayi/anak sering
menderita sakit, terutama diare
Susu botol harganya mahal, karena harus diproses dulu dari susu sapi
2. Cara Menyusui yang Benar
Langkah – langkah menyusui yang benar
1) Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyusui
2) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
putting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu
3) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk sebaiknya
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
Posisi kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus
Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan tangan yang
satu di depan
Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
4) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja
5) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
Menyentuh sisi mulut bayi
6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta payudara dimasukkan ke mulut bayi:
usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap
pada puting susu saja akan menyebabkan ASI yang keluar tidak cukup dan
putting susu lecet. Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
Kosongkan payudara, umumnya ASI akan habis setelah disusukan
selama 10-15 menit
Menyusui harus bergantian 2 payudara. Dalam sekali proses
menyusui membutuhkan waktu 20-30 menit. Payudara akan kembali
penuh setelah 2 jam
Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan sekitar kalang payudara biarkan
kering dengan sendirinya.
Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Melepas isapan
bayi : jari eklingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah
Menyendawakan bayi
Dilakukan agar udara dari lambung dapat keluar sehingga bayi tidak
muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah:
menggendong bayi dengan posisi tegak dengan bersandar pada bahu
ibu, kemudian punggungnya ditepuk secara perlahan atau bayi tidur
tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan.
Tanda bayi melekat dengan baik:
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
Mulut bayi terbuka lebar
Bibr bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya
Areola juga masuk ke mulut bayi, tidak hanya putting susu. Areola
bagian atas tampak lebih banyak/lebar
Tanda bayi menghisap dengan efektif:
Menghisap secara mendalam dan teratur
Kadang diselingi istirahat
Hanya terdengar suara menelan
Tidak terdengar suara mengecap
Tanda bayi mendapat ASI cukup:
Buang air kecil bayi sebanyak 6x/24 jam
Buang air besar bayi berwarna kekuningan “berbiji”
Bayi tampak puas setelah minum ASI
Tidak ada aturan ketat mengenai frekuensi bayi menyusu (biasanya
sebanyak 10-12 kali/24 jam)
Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusui
Berat badan bayi bertambah
b. Pencegahan Infeksi.
Pencegahn infeksi merupakan hal yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan untuk
mencegah penularan penyakit dari atau kepada pasien.
Menjaga Kebersihan Tangan.
- Jaga agar kuku jari – jari tangan tetap pendek.
- Tutup luka ditangan dengan bahan kedap air.
- Selalu bersihkan tangan pada situasi : sebelum dan sesudah menyentuh pasien,
setelah kontak dengan cairan tubuh / peralatan medis, setelah melepas sarung
tangan (steril maupun non steril).
Langkah mencuci tangan.
- Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan, lepaskan jam tangan dan
perhiasan.
- Basahi telapak dan punggung tangan dengan air, ambil sabun cir kira – kira 5
ml, ratakan pada tangan yang telah dibasahi.
- Gosok telapak dengan telapak.
- Telapak kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak kiri diatas punggung
tangan kanan.
- Telapak dengan telapak dan jari saling terkait.
- Punggung jari pada telapak satunya denan jari saling mengunci.
- Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan
dan sebaliknya.
- Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya.
- Pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya dengan gerakan
memutar.
- Bersihkan dengan air yang mengalir dan keringkan dengan tissue.
c. Sistem Rujukan
Sistem rujukan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara tepadu. Rujukan terhadap ibu menyusui apabila
didapatkan masalah yang dapat menggagu dalam keberhasilan menyusui merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan.
Secara umum rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu
fasilitas kesehatan tidak mampu menataksanakan komplikasi yang mungkin terjadi.
Terdapat 2 tipe rujukan, diantaranya:
Rujukan Internal.
Rujukan yang dilakukan masih didalam satu fasilitas kesehatan yang dilakukan
antar unit. Untuk menegakkan diagnosa.
Rujukan Eksternal.
Rujukan yang dilakukan pindah ke fasilitas kesehatan lain dikarenakan keterbatasan
alat dan tenaga kesehatan yang tidak tersedia.
9. POJOK KESLING
A. RINCIAN KEGIATAN POLI PELAYANAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
- Petugas menerima pasien yang diduga menderita penyakit yang berbasis lingkungan
yang dirujuk dari Poli Umum, Poli KIA-KB, Unit Laboratorium, dan Klien umum.
- Petugas mengisi data umum pasien termasuk alamat lengkap.
- Petugas melakukan wawancara dan tanya jawab untuk mencari fkctor penyebab
penyakit pasien/Klien.
- Petugas mengisi hasil wawancara dan tanya jawab ke dalam check list panduan
wawancara.
- Petugas harus mengetahui dan menetapkan faktor-faktor penyebab penyakit dari
Lembar Wawancara.
- Bila ditemukan kelainan atau penyakit penyerta dan diperlukan tindakan dan
intervensi lebih lanjut pasien dapat dirujuk kembali Poli yang merujuk, Unit
Laboratorium atau Rumah Sakit (apabila menolak dirujuk pasien dan atau keluarga
pasien harus menandatangani Blanko Penolakan yang tersedia di Poli Umum)
- Petugas memberikan penyuluhan terkait faktor sanitasi lingkungan yang menjadi
kemungkinan penyebab penyakit pasien dengan metode Konsultasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE).
- Memberikan Brosur Kesehatan Lingkungan terkait penyakit pasien (bila perlu).
- Petugas bersama pasien menetapkan jadwal kunjungan rumah pasien untuk Inspeksi
Sanitasi Rumah (bila perlu).
- Identitas pasien dicatat dalam Buku Register Kunjungan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan.
- Petugas melaporkan Hasil Kunjungan Pelayanan Kesehatan Lingkungan ke Dinas
Kesehatan Kota Surabaya secara rutin setiap bulan.
5.2. Klien
Terhadap Klien, Petugas Pelayanan Kesehatan Lingkungan melakukan langkah –
langkah sebagai berikut :
- Menanyakan permasalahan yang dihadapi klien dan mencatat nama, karakteristik
klien yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam Buku Register.
- Melakukan wawancara atau konseling dengan klien sesaui permasalahan yang
dihadapi dengan mengacu pada Buku “Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk
Puskesmas” dan “Panduan Konseling bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas”.
- Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang diduga
berkaitan dengan permasalahan yang ada.
- Memberikan saran pemecahan masalah yang sederhana, murah, dan mudah untuk
dilaksanakan oleh Klien.
- Membuat kesepakatan dengan Klien tentang jadwal kunjungan lapangan / rumah
klien (bila diperlukan).
Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita/klien atau keluarganya dengan
Petugas, Petugas Pelayanan Kesehatan Lingkungan melakukan kunjungan lapangan /
rumah dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas)
2. Menyiapkan dan membawa berbagai macam peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti Formulir Kunjungan Lapangan, media penyuluhan, dan alat sesuai
dengan jenis penyakitnya.
3. Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada Lintas Sektor dan Lintas
Program.
4. Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku dengan mengacu
pada Buku Pedoman “Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas” sesuai dengan penyakit
/ masalah yang ada.
5. Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6. Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (kelaurga penderita dan keluarga
sekitar).
7. Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, menginformasikan hasil tersebut kepada Petugas Kesehatan beserta Lintas
Sektor untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.
10. POLI KONSULTASI PSIKOLOGI
LINGKUP KEGIATAN
Tatalaksana pelayanan di Poli Konsultasi Psikologi meliputi kegiatan
konseling pasien usia anak, remaja, dewasa dan lansia, di dalam gedung di
lingkup wilayah kerja Puskesmas Wonokromo.
4.2. METODE
Metode dalam melakukan pelayanan di poli konsutasi psikologi dilakukan
melalui pelayanan yang paripurna, berkesinambungan, memperhatikan hak dan
kewajiban pasien, memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien serta
melibatkan pasien dalam mengambil keputusan untuk menentukan rencana
layanan.