Anda di halaman 1dari 18

ELEVATOR SYSTEM

PADA SAHID RICH HOTEL YOGYAKARTA

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Utilitas Bangunan

Dosen Pemgampu :

Ir. Soemardjito, M. T.

Disusun Oleh:

FACHRY RAMADHANI (17505244015)

BRYANT RIZWANTUANA (17505244033)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gedung atau rumah adalah bangunan yang dimanfaatkan oleh manusia untuk tempat
melakukan kegiatan, kegiatan keluarga maupun kegiatan kerja. Oleh karena itu supaya bangunan
gedung yang di dibangun dapat digunakan / dimanfaatkan, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna.
Maka perlu dilengkapi dengan fasilitas lain yang disebut prasarana bangunan atau utilitas
bangunan.

Utilitas bangunan adalah seala perlengkapan dan prasarana menunjang suatu bangunan
gedung bertingkat tingggi. Tujuan adanya perlengkapan dan prasarana disini untuk mencapai
kenyamanan kemudahan, keamanan, kecepatan, dan kesehatan bagi penghuni bangunan gedung
tersebut. Utilitas bangunan sendiri mencakup beberapa lingkup materi diantaranya : Water System,
Sewage/Sewerage System, Fire Protection, Air Conditioning System, Elevator System, dan
Electrical System

Pada laporan ini penulis membahas tentang electrical system. Pada intinya hampir semua
peralatan pada bangunan tinggi membutuhkan tenaga listrik. Maka dari itu berbagai macam
kebutuhan yang terdapat di hotel ini erat kaitannya dengan electrical system.

Pada dasarnya, electrical system harus dipantau dengan teratur dan dirawat secara baik agar
komponen yang ada tetap berjalan dengan baik. Contohnya genset, genset harus diperiksa dan
dirawat secara teratur agar ketika terjadi mati listrik dari PLN, genset dapat berfungsi dengan baik
dan cepat menggantikan daya listrik yang sempat padam. Karena listrik amat sangat penting,
misalnya untuk lift atau elevator, apabila tidak ada listrik, maka lift akan berhenti dan tidak akan
berjalan, otomatis orang yang terdapat didalamnya akan kesusahan untuk keluar dan bernafas jika
listrik padam dan tidak diganti dengan genset.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui anatomi dan system electrical pada Rich Hotel
2. Untuk mengetahui kebutuhan pencahayaan listrik pada Rich Hotel
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Listrik

Listrik adalah hasil dari pergerakan elektron. Dalam semua zat, elektron bermuatan
negatif dalam atom bergerak secara acak. Ketika elektron mulai mengalir dalam arah
tertentu dalam suatu zat, atau dari satu objek ke yang lain, hasilnya adalah listrik.
Pergerakan elektron dapat dimanfaatkan untuk energi.

Gerakan elektron terjadi ketika dua benda yang digosok bersama-sama dan elektron
ditransfer dari satu ke yang lain, yang merupakan listrik statis. Ketika elektron mengalir
dalam arus, seperti melalui melalui konduktor seperti kawat tembaga, listrik disebut dengan
arus listrik. Pada sebuah bangunan, listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dan
memilliki prioritas yang tinggi. Bangunan berskala kecil maupun besar membutuhkan
instalasi listrik yang memadahi untuk kelancaran aktivitas didalamnya.

B. Peralatan Instalasi Listrik


1. Travo atau Transformator
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan
masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang
idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini
menginduksikan gaya gerak listrik (ggl) dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi
sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
2. Panel Hubung Bagi (PHB)
Panel Hubung Bagi (PHB) adalah panel berbentuk almari (cubicle), yang dapat
dibedakan sebagai: - Panel Utama/MDP : Main Distribution Panel - Panel
Cabang/SDP : Sub-Distribution Panel - Panel Beban/SSDP : Subsub-Distribution
Panel Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder
dan biasanya menggunakan NYFGBY. Di dalam panel biasanya busbar/rel dibagi
menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan sakelar pemisah, yang satu
mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari
sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara
langsung atau melalui SDP dan atau SSDP.
Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari PLN
mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan
terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan. Peralatan
pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus terdiri dari: • CB (Circuit
Breaker) • MCB (Miniatur Circuit Breaker) • MCCB (Mold Case Circuit Breaker) •
NFB (No Fuse Circuit Breaker) • ACB (Air Circuit Breaker) • OCB (Oil Circuit
Breaker) • VCB (Vacuum Circuit Breaker) • SF6CB (Sulfur Circuit Breaker) •
Sekering dan pemisah • Switch dan DS (Disconnecting Switch) Peralatan tambahan
dalam PHB antara lain: • Reley proteksi • Trafo tegangan, Trafo arus • Alat-alat listrik:
Amperemeter, Voltmeter, Frekuensi meter, Cos meter, Lampu Indikator, dll

3. MCB (Miniatur Circuit Breaker)

MCB adalah pengaman rangkaian yang dilengkapi dengan pengaman thermis (bimetal)
untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk
pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu phasa
dan tiga phasa. Keuntungan menggunakan MCB sebagai berikut.

1. Dapat memutuskan rangkaian tiga phasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah
satu phasanya.

2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau
beban lebih.

3. Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih.

Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis,
pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan
pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat.
Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload
yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara
thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus
diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan
yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu
kutub untuk pengaman satu phasa, sedangkan untuk pengaman tiga phasa biasanya
memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan
pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus.

4. MCCB (Molded Case Circuit Breaker)


MCCB merupakan alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat penghubung. Jika dilihat dari segi
pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung
singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu, pengaman ini mempunyai
kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

5. ACB (Air Circuit Breaker) ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit
breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada
tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun
gangguan. Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan
menengah.

6. OCB (Oil Circuit Breaker)


Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai sarana
pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api dalam
minyak, maka minyak yang dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan
busur api akan dikelilingi oleh gelembung gelembung uap minyak dan gas. Gas yang
terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dengan tegangan
ionisasi tinggi sehingga baik sekali digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan
bunga api.
7. VCB (Vacuum Circuit Breaker) Pada dasarnya kerja dari CB ini sama dengan jenis
lainnya hanya ruang kontak di mana terjadi busur api merupakan ruang hampa udara
yang tinggi sehingga peralatan dari CB jenis ini dilengkapi dengan seal penyekat udara
untuk mencegah kebocoran.
C. Faktor Perencanaan Jaringan Instalasi Listrik
1. Fleksibilitas
Jaringan instalasi listrik harus memiliki kemungkinan untuk perubahan beban, namun
tetap dalam batas ekonomis.
2. Kepercayaan
Jaringan listrik harus dapat dipercaya untuk pembebanan peralatan listrik yang sering
tidak dapat dicek.
3. Keamanan
Jaringan instalasi harus dirancang sesuai peraturan nasional yang berlaku (Peraturan
Umum Instalasi Listrik). Kelompok pembebanan listrik dalam suatu bangunan adalah
sebagai berikut :
a. Pencahayaan listrik
b. Stop kontak untuk peralatan rumah tangga
c. Heating, ventilasi dan airconditioning
d. Plambing/sanitasi
e. Transportasi vertikal
f. Peralatan dapur

D. Prinsip Pembebanan Pemakaian Listrik


Listrik berasal dari main panel yang merupakan panel pusat distribusi Instalasi listrik. Arus
listrik dibagi menjadi 2 :
1. Instalasi utuk penerangan
a. Setiap lantai bangunan minimal terdapat satu panel penerangan.
b. Apabila setiap lantai memiliki luas yang besar maka dipasang beberapa panel.
c. Setiap jenis peralatan mekanikal harus dipasang subpanel tenaga terpisah dengan
sub panel penerangan.
2. Instalasi untuk power
Untuk perletakan panel tenaga, setiap jenis peralatan mekanikal misalnya lift, pompa,
AC diberi pannel tenaga tersendiri.
Peralatan mekanikal
 Memerlukan beban besar
 Tidak dapat diparalel dengan peralatan lainnya
 Jika terjadi kerusakan pada salah satu panel tidak mengganggu bekerjanya
panel lain.
Sistem pendistribusian daya listrik darurat yang bersumber dari energi listrik cadangan
hanya diperuntukkan bagian tertentu:

1. Keamanan

 Alat pendeteksi kebakaran

 Alat penyedot asap

 Pompa kebakaran

 Sistem komunikasi untuk evaluasi

2. Lampu penerangan 50 – 60 

3. Power outlet

4. Lift penumpang

E. Hitungan Untuk Penerangan


Estimasi penerangan listrik perlu dipahami khususnya untuk estimasi perhitungan daya
listrik suatu bangunan gedung.

Jumlah watt per m2 untuk:


Gedung kantor/toko : 20-40 watt /m2
Perumahan :10-20 watt /m2
Hotel :10-20 watt /m2
Sekolah :15-30 watt /m2
Rumah sakit :10-30 watt /m2
Untuk penerangan langsung dengan warna plafond dan dinding terang.

Coefisien Of Utilization (Cu) = 50 - 60 %


Ligh Loss Factors (LLF) = 0,7 - 0,8

Sedangkan yang dimaksud dengan penerangan umum adalah penerangan standar


dengan lampu menempel pada plafon suatu ruangan, serta kondisi dinding dan plafond
dengan warna cerah. Pada intinya untuk menghitung penerangan umum harus diketahui
fungsi ruangan yang akan diberi penerangan, luas ruangan dan jenis lampu yang akan
dipasang.hal tersebut berbeda dengan special lighting yang digunakan untuk menampilkan
efek khusus.

Rumus menghitung jumlah lampu

N = jumlah lampu pada suatu luas ruang


E = kuat penerangan yang dibutuhkan pada suatu fungsi ruang (lux)
A = luas ruang (m2)
 = Kuat cahaya jenis lampu tertentu (lux)
Cu = faktor daya terang lampu (50- 65 )
LLF = faktor daya yg berkuran (70-80)

Tabel 1. Tipe Sistem Penerangan


Penerangan langsung 90-100 
Setengah langsung 80 
Kombinasi 40-60 
Setengah tidak langsung 60-90 
Tidak langsung 60 

Tabel 2. Tingkat penerangan lampu


No Sumber Cahaya/Lampu Lumen/Watt Jam Penggunaan
1 Pijar 11-18 1000 Indoor Outdoor
2 Tc (termasuk ballast) 50-80 9000-1800 Indoor Outdoor
3 Halogen 16-20 1000 Outdoor Lampu
Lapangan tenis
4 Mercury (termasuk ballast) 30-60 16000 Outdor Lampu taman
5 Halide 80-100 7500-15000 Lampu sorot
6 Sodium 120-140 16000-24000 Lampu jalan
Catatan:

Indoor bisa untuk gedung kantor, perumahan, hotel, rumah sakit

System pencahayaan pada suatu bangunan berdasarkan kualitas maupun kuantitas cahaya
yang dihasilkan, dibedakan menjadi dua:

1. Special Lighting
System ini lebih menonjolkan kualitatifnya, digunakan pada loby hotel, mall dll.
2. General lighting
System ini lebih menonjolkan segi kuantitatif cahaya yang dihasilkan, digunakan pada
ruang kuliah, perpustakaan, ruang rapat dll.

Tabel 3. Iluminasi pada setiap jenis gedung


No Jenis Bangunan Lux (iluminasi)
1 Hall 200
2 Kantor Umum 500
3 Swalayan 500
4 Auditorium 100
5 Ruang Kuliah 300
6 Wisma 100
7 Kantor 300
8 Laboratorium 750
9 Parkir 100
10 Koridor 100
BAB III

DESKRIPSI KASUS

Kami melakukan pada Rich Hotel. The Sahid Rich Jogja Hotel merupakan salah satu hotel
berbintang 4 dan hotel terbesar di Yogyakarta. Hotel dengan atmosfer klasik yang kental ini juga
memiliki fasilitas hotel yang lengkap seperti Lavender Lounge yang menyediakan berbagai macam
jenis minuman dan assorted bakery, Lotus Swimming Pool, Malibu Sky lounge, Rich Sky Garden,
Fitness Centre dan hotel yang terkoneksi dengan Mall. Gedung Rich Hotel memiliki 9 lantai
dengan basement, yang memiliki spesifikasi sebagai berikut : Total kamar

1. Lobby

 Ukuram Luas : 15m x 40m


 Berisikan Ruang Receptionis, Ruang Tunggu untuk Tamu
 Total Lampu : LED (24Watt) : 42 pcs

2. Ballroom (3 Ruang)

 Ukuran Luas : 37m x 49m


 Berisikan 3 Ruang Ballroom Bila di Sekat
 Total Lampu : 218 pcs
Lampu LED (24 Watt) : 100 pcs
Lampu Halogen (15 Watt) : 100 pcs
Lampu Celling LED Strip (20 Watt) : 18 pcs

3. Meeting Room (20 Ruang) :

 Ukuran Luas : 8m x 16m


 Total Lampu : 30 pcs
Lampu LED (8 watt) : 10 pcs
Lampu LED (13 watt) : 20 pcs
4. Kamar :

a. Deluxe Room :
 Ukuran Luas : 4m x 8m
 Total Lampu : 5 pcs
Room : 4 pcs LED (8 Watt)
Bathroom : 1 pcs LED (5 Watt)
b. Corner Suite :
 Ukuran Luas : 5m x 9m
 Total Lampu : 6 pcs
Room : 5 pcs LED (8 Watt)
Bathroom : 1 pcs LED (5 Watt)
c. Esecutive Room :
 Ukuran Luas : 6m x 10m
 Total Lampu : 8 pcs
Room : 6 pcs LED (8 Watt)
Bathroom : 2 pcs LED (5 Watt)

5. Koridor :

 Ukuran Luas : 6m x 35,5m


 Total Lampu :55 pcs LED (8 Watt)

6. Kitchen :

 Ukuran Luas : 6m x 18m


 Total Lampu :50 pcs LED (13 Watt)

7. Ruang Makan :

 Ukuran Luas : 8m x 18m


 Total Lampu :62 pcs LED (8 Watt)
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan System Electrical

Swp

BP
B. Kebutuhan Pencahayaan

Menghitung Kebutuhan penerangan untuk masing-masing ruang di Rich Hotel :

Perhitungan Jumlah Lampu Tiap Ruang


Rumus:
𝐄𝐱𝐀
𝐍=
∅𝐋𝐚𝐦𝐩𝐮 𝐱 𝐋𝐋𝐅 𝐱 𝐂𝐔

CONTOH PERHITUNGAN
1. Deluxe Room
Data di lapangan:
E = 150 Lux (Kamar Tidur Hotel)
A = 32 m2
ØLampu = 8 Watt x 100 Lumen/Watt = 800 Lumen
LLF = 0.8
CU = 0.6
150 x 32
N= = 12,5 = 13 Unit
800 x 0.8 x 0.6

Dengan cara yang sama didapatkan data sebagai beikut:

NO NAMA RUANGAN JUMLAH RUANGAN LUAS E JENIS LAMPU BESAR WATT LUMEN LAMPU Ø LAMPU LFF CU JUMLAH LAMPU TOTAL LAMPU
1 Lobby 1 600 300 LED 24 100 2400 0,8 0,6 156 156
LED 13 100 1300
2 Meeting Room 20 128 300 0,8 0,6 38 38
LED 8 100 800
LED 24 100 2400
3 Ballroom 1 1813 300 Halogen 15 20 300 0,8 0,6 241 241
LED Strip 20 100 2000
4 Kamar Deluxe Room 163 32 150 LED 8 100 800 0,8 0,6 13 13
5 Kamar Corner Suite 8 45 150 LED 8 100 800 0,8 0,6 18 18
6 Kamar Executive Room 2 60 150 LED 8 100 800 0,8 0,6 23 23
7 Bathroom 173 4 100 LED 5 100 500 0,8 0,6 2 2
8 Kitchen 1 108 500 LED 13 100 1300 0,8 0,6 87 87
9 Ruang Makan 1 144 200 LED 8 100 800 0,8 0,6 75 75
10 Koridor 8 213 150 LED 8 100 800 0,8 0,6 83 83
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN :

Berdasakan data yang ada di lapangan dengan perhitungan yang kami lakukan terdapat perbedaan
jumlah lampu sebagai berikut :

No Nama Ruang Jumlah Lampu


Lapangan Perhitungan
1 Lobby 42 156
2 Meeting Room 30 38
3 Ballroom 218 241
4 Kamar Deluxe Room 4 13
5 Kamar Corner Suite 5 18
6 Kamar Executive Room 6 23
7 Bathroom 2 2
8 Kitchen 50 87
9 Ruang Makan 62 75
10 Koridor 55 83
LAMPIRAN :

Anda mungkin juga menyukai