Anda di halaman 1dari 10

KONSERVASI TANAH, AIR, UDARA, TUMBUHAN DAN HEWAN

1. KONSERVASI TANAH

Tanah dan air merupakan sumber alam yang menyokong kehidupan berbagai makhluk
di bumi termasuk manusia. Kedua sumber alam tersebut mudah mengalami kerusakan atau
degradasi. Kerusakan tanah bisa terjadi karena hilangnya unsur hara, penjenuhan tanah oleh
air, dan erosi. Apabila tanah mengalami Kerusakan, maka kita bisa bayangkan bahwa tanah
tersebut sangat tidak produktif jika dimanfaatkan.
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas fase padat, cair dan gas dan
mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Benda alami ini (T) terbentuk atas hasil kerja
interaksi antara iklim (I), dan jazad hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi
oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w), yang dapat digambarkan dalam hubungan
fungsi sebagai berikut:
T = ∫ (I, o, b, r, w)
T adalah tanah dan masing-masing peubah adalah factor-faktor tersebut di atas. Sebagai
produk alami yang heterogen dan dinamik, maka sifat dan perilaku tanah berbeda dari satu
tempat ke tempat lain dan berubah dari waktu ke waktu.
Sebagai sumber daya alam, tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu (1) sebagai
sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan (2) sebagai matrik tempat akar berjangkar dan air tanah
tersimpan, dan tempat unsure-unsur hara dan air ditambahkan. Kedua fungsi tersebut dapat
habis dan hilang disebabkan oleh kerusakan tanah. Hilangnya fungsi yang pertama dapat terus
menerus diperbaharui dengan pemupukan, tetapi hilangnya fungsi kedua tidak mudah
diperbaharui oleh karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan
tanah.
Degradasi tanah di Indonesia yang paling dominan adalah erosi. Proses ini telah
berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan pada lahan-lahan pertanian. Jenis degradasi
yang lain adalah pencemaran kimiawi, kebakaran hutan, aktivitas penambangan dan industri,
serta dalam arti luas termasuk juga konversi lahan pertanian ke nonpertanian. Degradasi lahan
pertanian juga sering disebabkan oleh banjir dan longsor, yang membawa tanah dari puncak
atau lereng bukit ke bagian di bawahnya. Proses ini menimbulkan kerusakan pada lahan
pertanian baik di lokasi kejadian maupun areal yang tertimbun longsoran tanah, serta alur di
antara kedua tempat tersebut. Proses degradasi lahan pertanian (dalam makna yang
sebenarnya), yang tergolong sangat cepat menurunkan bahkanmenghilangkan produktivitas
pertanian adalah konversi ke penggunaan nonpertanian.
Sejak berabad-abad jenis degradasi lahan yang terjadi diantaranya disebabkan oleh
erosi air, angin, dan mekanis; degradasi secara kimiawi dan biologi. Empat jenis degradasi
lainnya telah muncul di abad ini, yaitu :
Pencemaran akibat aktivitas pertanian, industri, pertambangan, dan aktivitas komersial
Hilangnya lahan yang mampu ditanami akibat pembangunan habitat manusia
Radioaktif antropogenik, umumnya tidak disengaja
Cekaman lahan akibat konflik bersenjata
Secara rinci ada 36 jenis degradasi lahan yang semuanya disebabkan oleh manusia. Degradasi
lahan merupakan masalah serius yang sebagian besar terkait dengan aktivitas pertanian.
Penyebab utama termasuk:
-Pembersihan lahan, seperti tebang habis dan deforestasi
-Hilangnya nutrisi tanah secara permanen akibat praktek pertanian yang kurang baik
-Penggembalaan hewan berlebih
-Irigasi yang tidak baik dan pengambilan air tanah berlebih
-Rebakan kota dan pembangunan usaha komersial
-Kontaminasi tanah
-Pertambangan
-Aktivitas olahraga seperti berkendara off-road
-Perluasan lahan yang menabrak habitat hewan liar
-Pembajakan tanah berlebihan (erosi mekanis)
-Pertanian monokultur
-Pembuangan sampah non-biodegradable seperti plastik
Kepadatan populasi manusia yang tinggi tidak selalu terkait dengan degradasi lahan,
melainkan praktek yang dilakukan manusia terhadap lahan yang ditempatinya. Populasi dapat
mendayagunakan sekaligus melestarikan lahan jika menginginkannya tetap produktif dalam
waktu lama.
Kata “konservasi“ mengandung makna pengawetan atau usaha menuju kearah
perbaikan. Menurut Dephut (1985 dan 1990), konservasi berarti upaya pengelolaan sumber
daya alam secara bijaksana dengan berpedoman pada azas kelestarian. Berdasarkan Surat
Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum
No.19/1984, No. 059/Kpts-II/84 dan No.124/Kpts/84, Konservasi tanah adalah upaya untuk
mempertahankan atau memperbaiki daya guna lahan termasuk kesuburan tanah dengan cara
pembuatan bangunan teknik sipil disamping tanaman (vegetatif), agar tidak terjadi kerusakan
tanah dan kemunduran daya guna dan produktifitas lahan.
Menurut Siswomartono (1989), konservasi adalah perlindungan, perbaikan dan
pemakaian sumber daya alam menurut prinsip-prinsip yang akan menjamin keuntungan
ekonomi atau sosial yang tertinggi secara lestari. Konservasi standar adalah standar untuk
berbagai type tanah dan pemakaian tanah, meliputi kriteria, teknik dan metode-metode untuk
pengendalian erosi dan sedimen yang disebabkan oleh aktivitas penggunaan tanah. Sedangkan
Pengolahan Konservasi adalah setiap sistem pengolahan tanah yang mengurangi kehilangan
tanah atau air dibanding pengolahan tanah yang lain, yang tidak mengindahkan kaidah
konservasi. Konservasi tanah dan air mengandung pengertian bagaimana kita menggunakan
tanah agar dapat memberi manfaat yang optimum bagi kepentingan umat manusia dalam
jangka waktu berkelanjutan. Kegiatan konservasi tanah meliputi pengendalian erosi, banjir,
pengaturan pemanfaatan air, peningkatan daya guna lahan, peningkatan produksi dan
pendapatan petani termasuk peningkatan peran serta masyarakat yang terpadu dan kegiatan
pengamanannya .

Pada dasarnya teknik konservasi dibedakan menjadi tiga yaitu: (a) vegetatif; (b) mekanik; dan
(c) kimia. Teknik konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan
tanaman/vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi,
penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta perbaikan sifat-
sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Teknik konservasi tanah secara mekanis atau
disebut juga sipil teknis adalah upaya menciptakan fisik lahan atau merekayasa bidang olah
lahan pertanian hingga sesuai dengan prinsip konservasi tanah sekaligus konservasi air. Teknik
ini meliputi: guludan, pembuatan teras gulud, teras bangku, teras individu, teras kredit,
pematang kontur, teras kebun, barisan batu, dan teras batu. Khusus untuk tujuan pemanenan
air, teknik konservasi secara mekanis meliputi pembuatan bangunan resapan air, rorak, dan
embung.

Teknik konservasi tanah secara kimiawi adalah setiap penggunaan bahan-bahan kimia
baik organik maupun anorganik, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah dan menekan
laju erosi. Teknik ini jarang digunakan petani terutama karena keterbatasan modal, sulit
pengadaannya serta hasilnya tidak jauh beda dengan penggunaan bahan-bahan alami. Bahan
kimiawi yang termasuk dalam kategori ini adalah pembenah tanah (soil conditioner) seperti
polyvinil alcohol (PVA), urethanised (PVAu), sodium polyacrylate (SPA), polyacrilamide
(PAM), vinylacetate maleic acid (VAMA) copolymer, polyurethane, polybutadiene (BUT),
polysiloxane, natural rubber latex, dan asphalt (bitumen). Bahan-bahan ini diaplikasikan ke
tanah dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan stabilitas agregat
tanah, sehingga tahan terhadap erosi.

Teknik konservasi mekanik dan vegetatif telah banyak diteliti dan dikembangkan.
Namun mengingat teknik mekanik umumnya mahal, maka teknik vegetatif berpotensi untuk
lebih diterima oleh masyarakat. Teknik konservasi tanah secara vegetatif mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan teknik konservasi tanah secara mekanis maupun kimia,
antara lain karena penerapannya relatif mudah, biaya yang dibutuhkan relatif murah, mampu
menyediakan tambahan hara bagi tanaman, menghasilkan hijauan pakan ternak, kayu, buah
maupun hasil tanaman lainnya. Hal tersebut melatarbelakangi pentingnya informasi mengenai
teknologi konservasi tanah secara vegetatif. Konservasi tanah adalah penempatan tiap bidang
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Pemakaian
istilah konservasi tanah sering diikuti dengan istilah konservasi air. Meskipun keduanya
berbeda tetapi saling terkait. Ketika mempelajari masalah konservasi sering menggunakan
kedua sudut pandang ilmu konservasi tanah dan konservasi air. Secara umum, tujuan
konservasi tanah adalah meningkatkan produktivitas lahan secara maksimal, memperbaiki
lahan yang rusak/kritis, dan melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah akibat erosi.

Sasaran konservasi tanah meliputi keseluruhan sumber daya lahan, yang mencakup
Kelestarian produktivitas tanah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendukung
keseimbangan ekosistem. Penelitian tentang konservasi tanah telah dirintis sejak zaman
Belanda tahun 1911, tetapi baru mulai berkembang pada tahun 1970- an, dengan berdirinya
Bagian Konservasi Tanah dan Air, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor (sekarang menjadi
Kelompok Peneliti Konservasi Tanah dan Pengelolaan Air, Balai Penelitian Tanah). Penelitian-
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses erosi mulai dari pengelupasan
tanah, pengangkutan sampai pengendapan material terangkut beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta akibat yang ditimbulkannya. Selanjutnya dilakukan pula penelitian
dasar tentang teknik-teknik pencegahan erosi. Lahan-lahan yang diteliti sebagian besar berupa
lahan dengan sifat tanah yang buruk (agregat yang tidak stabil, aerasi buruk, permeabilitas
rendah dan infiltrasi tanah rendah, serta hara tersedia Kegiatan konservasi tanah diutamakan
menggunakan metode mekanis (teknik sipil), seperti pembuatan teras sering, bangunan
pengendali, bangunan penahan sedimen dan erosi dan lain-lain. Tahapan pelaksanaan kegiatan
konservasi meliputi perencanaan, pelaksanaan, bimbingan teknis pelaksanaan, pemeliharaan,
monitoring dan penyuluhan pada masyarakat.
2. KONSERVASI AIR

Sebagian besar planet bumi tertutupi oleh air. Air yang meliputi bumi, 2.5% diantaranya
yang tergolong air tawar. Jumlah 2,5% tersebut sebagian besar tersimpan dalam bentuk es, air
tanah dalam, dan hanya sebagian kecil yang dapat diakses dan digunakan oleh manusia (Oki &
Kanae, 2006). Terus bertambahnya jumlah penduduk dunia berhubungan dengan kebutuhan
air yang lebih banyak lagi, sementara ketersediaan air terus mengalami penurunan.
Ketersediaan air tawar dengan persentase tersebut berpotensi menjadi sumberdaya yang
diperebutkan selain minyak bumi dikemudian hari. Hal ini cukup beralasan, mengingat air
adalah salah satu kebutuhan vital bagi mahluk hidup.

Semua mahluk hidup termasuk manusia mempunyai ketergantungan erat dengan air.
Air berperan dalam menyusun sel tubuh, proses metabolisme, senyawa penting dalam reaksi
fotosintesis dan berbagai fungsi lainnya. Kebutuhan air mesti diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup setiap aspek biotik yang ada di bumi. Oleh karenanya penggunaan air
memerlukan tindakan yang bijak agar pemanfaatannya terus berkelanjutan. Namun demikian,
di Indonesia berbagai fenomena alam sehubungan dengan masalah air seakan telah menjadi
siklus tahunan.

Sumber daya air merupakan bagian dari kekayaan alam dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat, secara lestari sebagaimana tertera
dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Ketetapan ini ditegaskan kembali dalam pasal
1 Undang Undang Pokok Agraria tahun 1960 bahwa bumi, air dan ruang
angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah
Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah merupakan
kekayaan nasional. Sumber daya air ini memberikan manfaat serba guna untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat di segala bidang baik sosial,
ekonomi, budaya, politik maupun bidang ketahanan nasional. Dalam UU No 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Bab I ayat I ditegaskan sumber daya air
adalah air, sumber air dan daya (potensi) air yang terkandung di dalamnya.
Sumber daya air merupakan bagian dari kekayaan alam dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat, secara lestari sebagaimana tertera dalam pasal 33 ayat
3 UUD 1945. Ketetapan ini ditegaskan kembali dalam pasal 1 Undang Undang Pokok
Agraria tahun 1960 bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa adalah merupakan kekayaan nasional. Sumber daya air ini memberikan manfaat serba
guna untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat di segala bidang baik
sosial, ekonomi, budaya, politik maupun bidang ketahanan nasional. Dalam UU No 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air Bab I ayat I ditegaskan sumber daya air adalah air, sumber
air dan daya (potensi) air yang terkandung di dalamnya. Dalam UU tersebut ayat 2
ditegaskan istilah air adalah semua air yang terdapatpada, di atas atau di bawah
permukaan tanah. Termasuk pengertian airpermukaan, air tanah, air hujan dan air
laut yang berada di darat. Secarakeseluruhan konservasi sumber daya air dalam UU
tersebut ayat 18 mempunyaidefinisi: upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat danfungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan
kualitasyang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik pada
waktusekarang maupun yang akan datang.

Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) nomor 14 tahun 1987, maka pengelolaan sarana
dan prasarana air bersih diserahkan kepada pemerintah daearah tingkat I sedangkan
pengelolaannnya dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang berada dibawah
kendali pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten/Kota. Kebijakan ini prinsipnya dapat
membantu daerah untuk melakukan pengelolaan sumber daya air secara mandiri dengan
melihat tingkat kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini ternyata belum mampu menjawab
kebutuhan air bersih di masyarakat.

Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan
mengurangi penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial. Usaha
konservasi air bertujuan untuk:
1. Keseimbangan - Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air
segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
2. Penghematan energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah
mengonsumsi energi besar. Di beberapa daerah di dunia (contohnya, California).
3. Konservasi habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu
mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi
aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain
(pemeliharaan yang lama).
Untuk skala kawasan pengelolaan sumber daya air dibedakan ke dalam beberapa
karateristik zona yang spesifik, yaitu :
· Zona I merupakan zona rendah sepanjang garis pantai, seringkali banjir, memiliki tanah yang
lembek dan adanya intrusi air laut ke air bawah tanah
· Zona II merupakan zona rendah, beresiko banjir, baik untuk budidaya tanaman pangan, dan
air tanah yang sensitif (rawan) terhadap polusi
· Zona III merupakan zona datar dengan muka tanah yang relatif tinggi, memiliki slope cukup,
kualitas air tanah yang baik, dan tidak ada resiko banjir, walaupun kerap tergenang.
· Zona IV merupakan zona berbukit, berlokasi pada dataran agak tinggi, tidak ada resiko banjir
maupun genangan, lahan relatif subur, namun ketersediaan air tanah sedikit karena merupakan
daerah tangkapan air (catchment area) bagi zona I, II, dan III.
· Zona V merupakan zona pegunungan dengan kelerengan (slope) yang tinggi dan kecepatan
aliran permukaan (fast flowing surface water) yang tinggi pula.
Konservasi air melibatkan peran serta aktif dari masyarakat dan menjadi tanggung
jawab pemerintah, pemerintah daerah serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan
masyarakat. Upaya untuk konservasi air adalah sebagai berikut :
· Menata ulang tata kota agar berbasis ekologis
· Membuat “rumah” untuk cacing tanah. Rumah itu disebut dengan biopori atau pori-pori hidup
di dalam tanah. Cacing tanah adalah organisme dari kelas oligochaeta yang mampu menembus
tanah hingga kedalaman 8 m. Dengan membuat satu rumah cacing, paling tidak kita akan
mendapatkan sebidang tanah yang pori-porinya cukup ramah untuk menerima limpasan air
hujan dan menyimpannya pada kedalaman yang lebih dalam. Hal ini dilakukan untuk
menanggulangi kelangkaan air pada musim kemarau.
· Melakukan upaya konservasi air dengan cara menampung atau menyimpan air pada saat
berlebih untuk digunakan pada saat dibutuhkan (kemarau) terutama untuk pemenuhan
kebutuhan domestik (seperti desa saya-Waimana-Larantuka- Flores Timur)
· Pembangunan waduk
· Menjaga kelestarian sawah sebagai preservasi air
· Memulai program pengijauan pada lahan kosong
· Penggunaan teknologi Biogas guna mengurangi risiko polusi sungai dan sumber air oleh
kegiatan peternakan
· Mendaur ulang air limbah atau Curieau atau disebut juga Aqua Industrial Water Treatment.

3. KONSERVASI UDARA
Selama kita hidup tentu membutuhkan udara untuk bernapas. Di dalam udara
terkandung dari gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93% argon, 0,03% karbon
dioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Gas oksigen merupakan
komponen esensial bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Komposisi seperti itu
dibilang sebagai udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia. Namun, akibat
aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya.
Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa
pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara.
Kondisi seperti itu lazim disebut dengan pencemaran (polusi) udara.

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau
tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan.
Pencemaran udara dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran
udara.
2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer
di atmosfer. Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan
asam sulfurik.
Pencemara Udara merupakan faktor yang penting yang membutuhkan perhatian lebih,
namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara
telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan
lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar
ke dalam udara. Substansi ini bisa berupa gas, cair maupun partikel padat. Ada lima jenis
polutan di udara, yaitu partikulat , sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon
monoksida (CO) dan timbal. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan
konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar.
WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut: Pencemaran tingkat pertama;
yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia. Pencemaran tingkat kedua;
yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi
pada indra kita. Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada
faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis. Pencemaran tingkat keempat;
yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun
hewan dan tumbuh- tumbuhan.

Sedangkan untuk ciri-ciri bagaimana udara tersebut tercemar adalah adanya : Udara
berwarna kecoklatan karena banyaknya debu Suhu di tempat yang udaranya tercemar biasanya
tinggi Apabila kita sesak nafas, bisa saja udara di sekitar kita sudah tercemar Ada bau
menyengat ketika ketika menghirup udara. Dengan tingginya tingkat polusi udara atau
pencemaran udara tersebut juga ada upaya untuk mengurangi pencemaran tersebut yaitu
dengan konservasi dengan pelaksanaan yang tepat.

Konservasi udara adalah jenis konservasi ini lebih tertuju pada pengurangan pada
penyebab yang akan mengakibatkan udara semakin kotor seperti polusi yang dikeluarkan oleh
asap knalpot kendaraan atau pun polusi yang disebabkan oleh pabrik – pabrik, yang akan
menyebabkan ozon semakin menipis akibat cfc (cloro floro carbon) yang dikeluarkan oleh air
conditioner maupun kulkas, konservasi ini pun sangat penting bagi manusia karena banyak
dampak yang akan timbul apabila udara yang bersih ini semakin tercemar.

Berbagai usaha yang bisa dilakukan pada konservasi udara adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-
gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan
2. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang
bahan penyerap polutan atau saringan
3. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam larutan pengikat sebelum dibebaskan
ke air. atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas dibuang ke udara bebas
4. Membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan
inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu permukiman
atau kota
5. Mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan
mengurangi angktutan pribadi
6. Memperbanyak tanaman hijau di daera polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaan
tumbuhan adalah sebagai inikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan
bahan partikel lain.

Anda mungkin juga menyukai