Anda di halaman 1dari 8

FERTILISASI & PROSES KEHAMILAN

SEL TELUR
Saat ovulasi, sel telur berada pada tahapan pembelahan meiosis II. Sel telur dikelilingi oleh
lingkaran proteinaseosa yang disebut sebagai zona pellucida. Sel granulosa yang menempel
pada permukaan zona pellucida dan dikeluarkan bersama sel telur tetap menempel sebagai
cumulus oophorus
Sperma yang pada akhirnya mengadakan fertilisasi terlebih dulu harus melalui lapisan
disekeliling telur sebelum mengadakan penetrasi ke dalam membran sel telur.
Oosit akan bertahan hidup 6 – 24 jam pasca ovulasi.
SPERMA
Saat koitus dan terjadi ejakulasi, jutaan sperma terdeposit pada vagina bagian atas. Sebagian
besar tidak pernah mencapai lokasi fertilisasi. Sperma abnormal jarang dapat berhasil melakukan
perjalanan yang panjang ini dan mahka majoritas spermatozoa sehat bahkan mati ditengah jalan.
Majoritas sperma keluar dari vagina setelah pengenceran cairan semen dan hanya sebagian kecil
yang mampu menembus servik dalam hitungan menit . Sperma tak dapat melewati kanalis
servikalis bila mukosa servik dalam keadaan tidak siap.
Kesiapan servik biasanya terjadi pada pertengahan siklus ketika kadar estrogen mencapai
puncaknya dan kadar progesteron paling rendah.
Pada kondisi optimal, sperma memerlukan waktu 2 – 7 jam untuk bergerak melalui uterus
menuju lokasi fertilisasi dalam saluran tuba falopii.
Spermatozoa dapat bertahan 24 – 48 jam dalam saluran reproduksi wanita.
Sperma yang baru dikeluarkan saat ejakulasi belum mampu membuahi sel telur. Mereka harus
mengalami kapasitasi. Kapasitasi dapat pula di induksi secara in vitro dengan kultur yang
sesuai.
Selama kapasitasi, selubung glikoprotein yang menempel pada membran sel spermatozoa
dilepaskan dan menyebabkan perubahan pada permukaan membran sperma dan mengadakan
reorganisasi pada membran sperma tersebut.
Kapasitasi sperma memungkinkan terjadinya reaksi akrosom.
Enzym proteolytic yang dilepaskan akrosom memungkinkan penetrasi zona pellucida oleh
sperma yang bergerak seperti cambuk.
Penetrasi zona pelucida memerlukan waktu sekitar 15 menit.

FERTILISASI
Penetrasi zona pellucida memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dengan membran
oosit. membran sel germinal segera mengadakan fusi dan sel sperma berhenti bergerak. Inti sel
sperma kemudian masuk kedalam sitoplasma sel telur
Saat fusi antara sel membran sperma dengan sel telur sudah terjadi maka terjadi 3 peristiwa
penting pada oosit : :

1. Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap polispermia (
spermatozoa lain tak dapat masuk kedalam sel telur ). Hanya satu pronukelus pria yang
dapat ber fusi dengan pro nukleus wanita dan menjaga keadaan diploid dari zygote.
2. Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga mencegah sperma
lain untuk berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder terhadap
polispermia.
3. Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeularkan dari sel
telur sehingga memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid.. Sekali lagi , hal ini
akan menjaga agar zygote tetap diploid. Kegagalab untuk menjaga sifat diploid pada
hasis konsepsi sering menyebabkan kegagalan proses kehamilan.

Setelah berada dalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur dan
membran inti (nukleus) sperma pecah. Membran yang baru terbentuk di sekeliling kromatin
sperma membentuk pronukelus pria. Membran inti oosit yang baru juga terbentuk di sekeliling
pronukleus wanita.
Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan terjadilah pembelahan sel
pertama.

IMPLANTASI
Setelah fertilisasi, hasil konsepsi harus mengadakan implantasi pada dinding uterus dan
memberikan informasi kepada ibu agar mengadakan adaptasi akibat adanya kehamilan.
Tanpa adanya kedua hal itu, zygote akan dengan mudah keluar dari uterus bersamaan dengan
menstruasi berikutnya.
Zygote yang sedang membelah mengapung dalam tuba falopii sekitar 1 minggu, berkembang
dari tahap 16 sel melalui tahapan morula yang padat menjadi tahap blastokis dengan 32 – 64
sel. Tahap blastokis memiliki rongga berisi cairan. Blastokis memiliki dua jenis sel embrionik
yang telah ber diferensiasi : trofoectoderm di bagian luar dan inner cell mass di bagian dalam.

Sel trofoectoderm kelak akan membentuk plasenta dan inner cell mass akan membentuk janin
dan membrane janin.
Pada tahapan blastokista ini, hasil konsepsi masuk uterus dan mengadakan implantasi
Selama dalam tuba falopii, hasil konsepsi tetap diselubungi zona pelucida. Setelah 2 hari dalam
uterus, blastokista melepaskan diri dari zona pellucida. Setelah peristiwa pelepasan tersebut, sel
trofoectoderm blastokista mulai ber diferensiasi menjadi sel trofoblas. Proses yang simultan ini
memungkinkan sel trofoblas berhubungan langsung dengan endometrium. Dalam beberapa jam,
endometrium dibawah blastokista akan terkikis dan lisis sehingga substrat-substrat metabolik
primer yang dihasilkan akan digunakan untuk kehidupan blastokista. Endometrium yang
mengalami perubahan biokimia dan morfologi yang hebat itu disebut sedang mengadakan proses
desidualisasi, suatu proses yang dimulai saat terjadinya implantasi dan menyebar dalam bentuk
gelombang konsentris yang berpusat dari tempat implantasi . Endometrium sekitar hasil
implantasi akan kembali pulih sehingga seluruh hasil implantasi tertanam dalam endometrium.
Bersamaan dengan invasi embrio ke jaringan ibu, sel trofoblas kemudian ber diferensiasi
menjadi 2 jenis sel : sel sitotrofoblas dan sel sinsitiotrofoblas.
Sel sinsitiotrofoblas adalah sel berukuran besar dan multinuklear yang berkembang dari lapisan
sitotrofoblas. Sel ini aktif mengeluarkan hormon plasenta dan mentrasfer zat makanan dari ibu ke
janin.
Sekelompok sel sitotroblas memiliki sifat invasif , melewati stroma endometrium untuk
mencapai pembuluh darah ibu, termasuk arteri spiralis endometrium

Faktor-faktor yang diperlukan agar proses implantasi berlangsung dengan baik:

1. Leukemia inhibiting factor , suatu sitokin


2. Integrin , interaksi antar sel
3. Transforming growth factor beta , stimulasi pembentukan sinsitium dan menghambat
invasi trofoblas

Implantasi terjadi sekitar 7 – 10 hari setelah ovulasi. Jika hasil konsepsi bertahan hidup lebih dari
14 hari setelah ovulasi, corpus luteum ovarium akan terus menghasilkan progesteron.
hCG yang dihasilkan oleh trofoblas yang berkembang dan di sekresi ke dalam aliran darah ibu
bekerja menyerupai hormon luteinisasi , yaitu menunjang corpus luteum dengan menghambat
proses regresi luteal

Anda mungkin juga menyukai