Case Ppok Puji
Case Ppok Puji
KASUS KEGAWATDARURATAN
Disusun Oleh :
dr. RACHMAWATI PUJI LESTARI
Pendamping :
dr. MULYADI
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
dr. Mulyadi
Borang Portofolio Kasus Kegawat Daruratan
Topik : PPOK
Present
Tanggal (kasus) : 4 /12/2017 dr. Rachmawati Puji Lestari
er :
Pendam
Tanggal Presentasi : dr. Mulyadi
ping :
Tempat Presentasi : RSUD dr. Soeratno Gemolong
Objektif Presentasi :
□ Tinjauan
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran
Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Laki- laki, 83 tahun dengan keluhan sesak
□ Tujuan : Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan PPOK
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : Tn S, Umur 83 tahun No. Registrasi : 073913
Nama Klinik : RSUD dr. Soeratno Gemolong Telp : Terdaftar sejak : 09/09/2018
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
PPOK
2. Riwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan TB Paru (-)
Riwayat mondok dengan keluhan yang sama disangkal (-)
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
4. Riwayat Keluarga :
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien hanya beraktivitas di dalam rumah, dahulu pasien seorang petani.
Daftar Pustaka :
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. PPOK: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta
1. Subjektif :
• Keluhan Utama:
Pasien usia lanjut 83 tahun datang diantar keluarga ke IGD dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak dirasakan semakin berat saat
melakukan aktivitas. Pasien mengaku sudah lama mengalami sesak hilang timbul. Jika sesak
timbul, pasien berobat ke dokter, kadang ke mantri/ bidan. Setelah berobat sesak hilang, tetapi
sering timbul kembali. Pasien lupa obat-obatan apa saja yang biasanya diminum untuk
meredakan keluhannya. Pasien juga mengeluh batuk ringan disertai dahak yang sudah
dirasakan sejak 3 bulan SMRS. Terkadang hanya merasakan berdahak tanpa disertai batuk.
Pasien tidak merasakan demam, keringat malam hari, batuk darah, nyeri dada. BAK dan BAB
tidak ada keluhan. Pasien merupakan perokok berat. Sejak masih muda pasien sudah
merokok. Sehari biasa menghabiskan 1 pack rokok. Namun pasien mengaku setelah mulai
usia tua pasien sudah mulai mengurangi kebisaan rokoknya. Pasien mengaku tidak pernah
punya penyakit asma.
2. Objektif :
Status gawat darurat
KU : tampak sesak
Kesadaran : composmentis
Vital signs :
Nadi : 88 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 30x/menit
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 36.4 °C per aksilla
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : napas cuping hidung -/-
Mulut : bibir sianosis -
Tenggorok : faring tidak hiperemis, tonsil T1=T1, tidak hiperemis
Leher : limfonodi tidak teraba, deviasi trakhea -
Thoraks :
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi interkostal (+), Barrel chest(-)
SIC melebar (+)
Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri melemah
C/ ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ hipesonor di seluruh lapang paru
C/ batas jantung-paru dalam batas normal
Auskultasi : P/ vesikuler +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-, eksperium memanjang +
C/ S1-2 reguler, murmur -, gallop -
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
Palpasi : supel diseluruh lapang abdomen, nyeri tekan (-)
lien dan hepar tidak teraba
Ekstremitas
Edema - - , akral dingin - -
- - - -
Capillary refill 1-2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Darah rutin
Hemoglobin : 12.3 g/dl
Leukosit : 6.07/ul
Hematokrit : 34 %
Eritrosit : 4.14x106/ul
Trombosit : 441.000/ul
Kimia Klinik
Sputum BTA
Sewaktu 1 : negatif
Foto Ro Thorax AP
Deskripsi :
Tampak opasitas inhomogen di supra-perihiler, bilateral
Tampak hiperinflasi &hiperlusensi kedua pulmo
Hemidiafragma dextra et sinistra licin
Sudut costrofrenicus dextra et sinistra lancip
Trakhea tampak di tengah
Tak tampak pembesaran limfonodi hilus, paratracheal, dan mediastinum
CTR < 0,5
Struktur dan trabeculasi tulang tak tampak kelainan
Kesan :
PPOK
BRONKITIS KRONIS
BESAR COR NORMAL
3. PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara di dalam saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Gangguan
yang bersifat progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan partikel
atau gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dengan gejala utama sesak nafas,
batuk, dan produksi sputum.
b. Pemeriksaan Fisik.
Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama
auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada
PPOK sedang dan berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan bentuk
anatomi toraks.
Secara umum pada pemeriksaan fisik pada penyakit PPOK dapat ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
Inspeksi
Bentuk dada : barrel chest (dada seperti tong), pada pasien thorax masih dalam batas
normal
Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup). Pada pasien tidak
ditemukan
Takipnea seperti pada pasien ini
Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu napas. Pada pasien tidak
terlihat
Pelebaran sela iga pada pasien tidak ditemukan
Tampilan fisik pink puffer atau blue bloater. Pada pasien tidak ditemukan
Palpasi
Fremitus melemah. Pada pasien fremitus masih normal
Perkusi
Hipersonor. Pada pasien masih sonor.
Auskultasi
Suara napas vesikuler melemah atau normal
Ekspirasi memanjang.
Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi). Pada pasien tidak ditemukan.
Ronki kering.
Bunyi jantung jauh. Pada pasien jantung masih dalam batas normal.
c. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain :
Radiologi (foto toraks)
PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru yang lain.
Spirometri
Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan terjadi hipoksia kronik)
Analisa gas darah
Terutama untuk menilai :
- gagal nafas kronik stabil
- Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik
Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi eksaserbasi)
pemeriksaan mikrobiologi sputum pewarnaan gram dan kultur resistensi diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat.
Meskipun kadang kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada PPOK
ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding dari keluhan pasien.1 Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :
Paru hiperinflasi atau hiperlusen
Diafragma mendatar
Corakan bronkovaskuler meningkat
Bulla
Jantung pendulum
Diagnosis PPOK (secara klinis) apabila sekurang-kurangnya pada anamnesis ditemukan
adanya riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak napas
terutama pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih
tua.
Dari hasil pemeriksaaan fisik didapatkan pasien datang dengan kondisi tampak sesak napas.
Frekuensi napas meningkat yaitu 30 x/menit (takipneu), nadi normal yaitu 88x/menit, suhu tubuh
normal (36.4 ˚C). Eksperium lebih diperpanjang dan didapatkan suara rhonki saat auskultasi .
Faal paru, yang dapat dinilai melalui Volume Ekspirasi Paksa detik pertama atau Force
Expiratory Volume in one second (VEP1=FEV1), Kapasitas Vital Paru atau Force Vital Capacity
(KVP=FVC), dan rasio VEP1/KVP.1,2
Klasifikasi berdasarkan spirometri:
GOLD 1 Ringan FEV1/FVC > 80% predikted
Dengan atau gejala klinis (batuk produksi sputum), keterbatasan aliran udara ringan. Pada
derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal.
GOLD 2 Sedang 50% < FEV1 < 80% predikted
Semakin memburuknya hambatan aliran udara, disertai dengan adanya pemendekan
dalam bernafas. Dalam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena
sesak nafas yang dialaminya.
GOLD 3 Berat 30% < FEV1 < 50% predikted
Ditandai dengan keterbatasan / hambatan aliran udara yang semakin memburuk. Terjadi
sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitan latihan atau eksaserbasi yang
berulang yang berdampak pada hidup pasien.
GOLD 4 Sangat berat FEV1 < 30% predikted
Keterbatasan atau hambatan aliran udara yang berat. Ditambah dengan adanya gagal nafas
kronik dan gagal jantung kanan.
Algoritme Tx PPOK eksaserbasi akut di Rumah Sakit
Foto toraks
1. Tx Oksigen
2. Bronkodilator
3. Antibiotik
4. Kortikosteroid sistemik
Terapi
IGD
- 02 3 lpm (nasal canule) untuk memenuhi suplai oksigen akibat hipoksia yg dapat
ditimbulkan akibat penyempitan saluran napas
- IVFD RL 16 tetes permenit (makrodrip) untuk memenuhi kebutuhan cairan dan sarana
untuk memberikan secara intravena.
- Observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign
Rawat Inap
Instruksi dokter spesialis paru
- 02 3 lpm (nasal kanul) untuk memenuhi suplai oksigen akibat hipoksia yg dapat
ditimbulkan akibat penyempitan saluran napas
- IVFD RL 16 tpm (makrodrip) untuk memenuhi kebutuhan cairan dan sarana untuk
memberikan secara intravena.
- Nebulizer Farbivent/12 jam sebagai bronkodilator/ pelega saat serangan yang bekerja
langsung di saluran napas.
- Inj. Metyl Prednisolon 2 x 62.5mg untuk meningkatkan fungsi paru FEV1 dan
menurunkan resiko kekambuhan awal, kegagalan terapi dan lama dirumah sakit
- Ambroxol tab 3x1 sebagai mukolitik untuk membantu mengencerkan dahak
- Inj. Ceftriaxone 3x 1 gr merupakan antibiotik untuk membantu mengobati infeksi paru
yang mungkin terjadi ketika PPOK eksaserbasi terjadi. Infeksi paru bisa menjadi faktor
terjadinya PPOK.
- Observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign
1. Plan :
a. Diagnosis kerja :
PPOK
b. Terapi :
- 02 3 lpm (nasal kanul)
- IVFD RL 16 tpm (makrodrip)
- Nebulizer ventolin/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg
- Inj. Ceftriaxone 3x 1 gr
- Inj. Metyl Prednisolon 2 x 62.5mg
- Ambroxol tab 3x1
- Antasyd syr 3 x II cth
- Observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign
c. Pendidikan:
Edukasi di berikan dengan bahasa yang sederhana, dan mudah diterima, langsung ke
pokok permasalahan yang ditemukan pada pemeriksaan saat itu
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali saat seseorang di diagnosis PPOK
2. Penggunaan obat-obatan
o Macam obat dan jenisnya
o Cara penggunaan yang tepat
o Waktu penggunaan yang tepat
o Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
3. Penggunaan oksigen
o Kapan oksigen harus digunakan
o Berapa dosisnya
o Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi.
2.1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah Penyakit paru yang dapat
di cegah dan di obati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversibel, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang beracun/ berbahaya, disertai efek ekstapatu yang
berkonstribusi terhadap derajat berat penyakit. Karateristik hambatan aliran udara
pada PPOK disebabkan oleh gabungan antara obstruksi saluran nafas kecil
(Obstruksi Bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfidema0 yang bervariasi pada
setiap individu. PPOK seringkai timbul pada usia pertengahan akibat merokok
dalam waktu yang lama. PPOK sendiri juga mempunyai efek sistemik yang
bermakna sebagai petanda sudah terdapat kondisi komorbid lain nya. (PPDI, 2011)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dapat dicegah dan penyakit yang
dapat diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerusyang
biasanya progresif dan terkait dengan kronis ditingkatkanrespon inflamasi di
saluran udara dan paru-paru terhadap partikelatau gas. Eksaserbasi dan
komorbiditas berkontribusi pada keseluruhankeparahan pada pasien (Gold, 2016)
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga
memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat
dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria
PPOK.
Pertambahan penduduk
Industrialisasi
Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan
(PDPI,2010)
Risiko PPOK berhubungan dengan total beban partikel terhirup
seseorangpertemuan selama hidupnya:
asap tembakau, termasuk rokok, pipa, cerutu, dan lainnyajenis merokok
tembakau populer di banyak negara, sertaasap tembakau lingkungan (ETS)
polusi udara dalam ruangan dari bahan bakar biomassa yang digunakan
untuk memasak dan pemanasdi tempat tinggal berventilasi buruk, faktor
risiko yang sangat mempengaruhiperempuan di negara-negara berkembang
debu Kerja dan bahan kimia (uap, iritasi, dan asap)ketika eksposur yang
cukup intens atau berkepanjangan
polusi udara terbuka juga berkontribusi terhadap total beban paru paru
'darimenghirup partikel, meskipun tampaknya memiliki relatif kecilefek
dalam menyebabkan PPOK (Gold, 2016)
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
Sedang : 200-600
Berat :>600
3. Hipereaktiviti bronkus
2.3 Patogenesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari PPOK
ini adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-
perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas seperti
pada gambar 1.
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK, yakni
: peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen
saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding
saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi
yang terjadi pada penderita asma.(Corwin EJ, 2001)
(Sumber : PDPI,2010)
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD) 2007, dibagi atas 4 derajat :(Antonio et all, 2007)
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP< 70%; 50% < VEP1<
80%), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas. Dalam tingkat ini
pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang
dialaminya.
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 < 30%
prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas kronik
dan gagal jantung kanan.
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh
sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa
diprediksi dengan VEP1
2.5 Diagnosis Banding
Asma
Pneumotoraks
(Sumber : PDPI,2010)
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat – obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan
(2) penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.
a. Bronkodilator
- Golongan antikolinergik
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison.Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
d. Antioksidan
1. Algoritma PPOK
Sumber : PDPI,2014)
DAFTAR PUSTAKA