Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN DAN KOROSI

“Uji Tarik”

Disusun oleh:

Kelompok 2 kelas 2B-D3

1. Aldian Bayu Kusuma (1831410066)


2. Anggraeni Puspita Sari (1831410103)
3. Diyah Indriya Lestari (1831410112)
4. Dyah Ayu Puspa Ningrum (1831410082)
5. Esi Dwi Setyowati (1831410101)
6. Fenndy Mahandyka Putra (1831410143)
7. Galih Pamungkas Indragiri (1831410100)
8. Handini Listyorini (1831410165)
9. Ishmah Maflihah Jaini (1831410036)
10. Liananda Rahma Agniestasya(1831410146)
11. Mevia Ivu Nunitasari (1831410073)
12. Nadia Rizki Anisa (1831410054)
Dosen pembimbing:
Dr. Sandra Santosa, B.Tech,MPd

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2019
LAPORAN PRAKTIKUM KOROSI
UJI TARIK

I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menerapkan teori ilmu bahan dan kekuatan bahan.
2. Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian tarik dengan menggunakan
mesin uji TARNOGROCKI.
3. Mahasiswa dapat menganalisi data hasil uji tarik.

II. Dasar teori:


Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland,
1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk
rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan
material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 2.1 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua
arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan


pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

Bentuk dan Dimensi Spesimen uji. Spesimen uji harus memenuhi standar
dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena
kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang
lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan
patahan terjadi di daerah gage length.

Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu
tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji
tidak bergesekan langsung dengan face.

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan
bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan
estándar baku pengujian.

Gambar 2.2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Grafik 2.1. Contoh Kurva Uji Tarik


Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata
dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda
uji. Dituliskan seperti dalam persamaan berikut.

𝑃
𝜎=
𝐴0

Keterangan ;

𝜎: besarnya tegangan (kg/mm2)

P : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah


regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan
yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan
seperti dalam persamaan berikut.

𝐿 − 𝐿0
𝜀=
𝐿0

Keterangan ;

𝜀 : Besar regangan

L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

L0 : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung


pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan,
temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva
tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik
luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama
adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan
keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding


lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan
disebut daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan
kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada
daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar
dengan bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan berikut.
𝜎
𝜖=
𝜀
Keterangan ;

𝜖 : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

𝜀 : Regangan

σ : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan
teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan
bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan
luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi
beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama
kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah
dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis
berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami
penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih
cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban
sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan
berkurang hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut
antara lain [Dieter, 1993]:

1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
III. Bahan yang digunakan
Baja ST37

IV. Alat yang digunakan


Mesin uji tarik TARNOGROCKI
Mikrometer
Penanda (spidol atau penggores)
Dial indikator

V. Skema Kerja

Mengukur dimensi (diameter rata-rata) baja dengan


mikrometer

Menandai panjang ukur (gauge length) yaitu jarak


dua titik pada baja menggunakan spidol

Memasang benda uji pada grip mesin uji Tarnogrocki


dan mencatat setiap langkah operasional

Memulai penarikan dan perhatikan mekanisme


deformasi yang terjadi pada benda uji.

Mengamati terjadinya beban maksimum dan


dilanjutkan dengan necking lalu perpatahan.

Melepas benda uji dari grip mesin uji, lalu satukan


kembali patahan benda uji dan mengukur panjang
akhir (Lf) antara dua titik (gauge marks).
Mengukur diameter akhir pada bagian benda uji
yang mengalami necking

Mengamati dan mencatat karakteristik tipe


perpatahan yang terjadi

Melakukan uji untuk benda yang lain

Menghitung titik luluh, kakuatan tarik maksimum,


presentase elongasi, presentase pengurangan area, dan
modulus elastisitas.
VI. Analisa Hasil Pengamatan

 Data Pengamatan

BENDA UJI
DATA DAN PERHITUNGAN
SILINDRIS RATA
Diameter benda uji, d (mm) 4,1
Lebar (w) dan Tebal (t) (mm) - 12,2
Luas Area
Awal. A0 (mm2) - 50,02
Akhir, Af (mm2) 19,8
Panjang ukur 50
Awal, L0 (mm) - 69,3
Akhir, Lf (mm) 83,4
Beban Maksimum (kgf) - 3285,45
Beban putus (kgf) - 2591,95
UTS, (Beban maks./ A0) - 65,68272691
Kekuatan putus, kg/mm2 (Beban
putus/A0) - 51,81827269
Elongasi, % - 28,2
Tabel 4.1. Data Pengukuran

DATA PENCATATAN BEBAN DAN PERTAMBAHAN PANJANG


P (kg) ΔL TEGANGAN REGANGAN
2076,9 1 41,52139144 0,014430014
2332,85 2 46,63834466 0,014430014
2653,85 3 53,05577769 0,014430014
2889,05 4 57,75789684 0,014430014
3046,8 5 60,91163535 0,014430014
3142,2 6 62,81887245 0,014430014
3204,4 7 64,06237505 0,014430014
3246,05 8 64,89504198 0,014430014
3268 9 65,33386645 0,014430014
3285,45 10 65,68272691 0,014430014
3277,25 11 65,51879248 0,014430014
3245,35 12 64,88104758 0,014430014
3147,75 13 62,92982807 0,014430014
2931,15 14 58,59956018 0,014430014
2591,95 15 51,81827269 0,014430014
Tabel 4.2. Data Pencatat Beban dan Pertambahan Panjang
KURVA REGANGAN TEGANGAN

68
66
64
62
TEGANGAN(𝜎)

60
58
56
54
52
50
48
46
44
42
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
REGANGAN(𝜀)

Grafik 1. Kurva Regangan-Tegangan

 Data Perhitungan
a) A0 = t0 x w0
= 4,1mm x 12,2mm
= 50,2mm2
b) Af = tf x wf
= 2,2mm x 9mm
= 19,8mm2
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑢𝑠
c) Kekuatan putus = 𝐴0
2591,95
= 50,2

= 51,81827269 kg/mm2
= 518,81827269 N/mm2
𝐿𝑓−𝐿0
d) Elongasi % = × 100%
𝐿0
83,4−69,3
= × 100%
69,3

= 28,2%
𝑃
e) 𝜎 = ∆𝐿

2076,90
= 1

= 41,52139144 N/mm

∆𝐿
f) 𝜀 = 𝐿0
1
= 69,3

= 0,014430014

VII. Pembahasan
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah pengujian tarik pada suatu
material, untuk dapat mengetahui fenomena pada saat pengujian tarik dan dapat
mengetahui bagaimana cara untuk mengukur keelastisan suatu material yang di
beri gaya tarik. Spesimen yang digunakan sebaiknya yang memiliki grip pada
kedua sisinya, agar tidak terjadi slip atau tergelincir ketika ditarik. Spesimen ini
berbentuk penampang lingkaran. Spesimen yang digunakan adalah baja karbon
rendah. Pertama-tama, alat uji tarik dikalibrasikan terlebih dahulu. Kemudian,
spesimen ditempatkan pada penjepit yang ada di bagian atas dan bagian bawah
alat uji.
Grafik tegangan-regangan pada uji tarik sangat mempengaruhi sifat material
spesimen uji tarik. Semakin panjang garis grafik dengan besar tegangan yang
kecil maka benda dapat digolongkan ke dalam material yang memiliki
elastisitas yang tinggi. Sedangkan bila semakin pendek garis grafiknya maka
dapat digolongkan dalam material yang getas.
Pada grafik hasil percobaan dapat diketahui bahwa grafik hanya
menunjukkan bahwa spesimen memiliki sifat plastis tapi tidak menunjukkan
adanya sifat elastis hal itu diketahui dari garis grafik yang tidak adanya garis
linier. Tidak terdapat titik yield strength yang menunjukkan nilai tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan regangan pada material, yang menunjukkan
bahwa material telah mengalami deformasi plastis. Menurut literatur grafik
tegangan regangan menunjukan sifat elastis dan plastis specimen, artinya terjadi
ketidaksesuaian blablabal.
Pada grafik 1 dapat dilihat bahwa tegangan dari specimen yang diuji adalah
41,5219144 N/mm. Dan regangan dari specimen yang diuji adalah 0,014430014
N/mm. Kekuatan putus dari material yang diuji adalah 518,81827269 N/mm2
sehingga jika dibandingkan dengan data literatur tentang kekuatan uji tarik
dapat diketahui bahwa specimen termasuk kedalam jenis bahan Feritik Stainless
Steel. Ketidaksesuaian jenis bahan yang seharusnya termasuk ke dalam jenis
baja karbon rendah tetapi dalam perhitungan dari hasil percobaan bahan
termasuk jenis Feritik Stainless Steel dimungkinkan karena bahan merupakan
alloy yang merupakan campuran dari bahan-bahan tertentu.

VIII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin elastis suatu material, maka tidak akan mudah putus ketika
dilakukan penarikan.

2. Semakin panjang garis tegangan pada grafik, maka benda tersebut semakin
elastis

IX. Daftar Pustaka

1. Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate


Edition, PWS Engineering, Boston, USA
2. Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”, Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama.

Malang, 14 Oktober 2019

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Dr. Sandra Santosa B.Tech.,M,Pd.)

Anda mungkin juga menyukai