Anda di halaman 1dari 16

1

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulisan laporan ini dilatar belakangi sebagai salah satu tugas laporan
praktikum mata kuliah wajib geologi dasar, disamping itu juga sebagai
pendalaman materi mengenai waktu geologi yang masuk dalam mata kuliah
wajib geologi dasar, semester pertama jurusan teknik geofisika. Mempelajari
dan mengidentifikasi umur bebatuan merupakan pengeathuan dasar untuk
memahami lebih dalam tentang usia bumi. Dengan mempelajari waktu
geologi kita dapat mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Di Bumi ini
banyak batuan yang menjadi punyusun kerak bumi. Dan batuan itu tentunya
mempunyai umur yang berbeda-beda.
Waktu geologi adalah sistem penanggalan bumi yang dipakai untuk
menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang
sejarah bumi.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Praktikan dapat membaca skala waktu geologi.
2. Praktikan dapat memperkirakan umur suatu perlapisan berdasarkan skala
waktu geologi.
2

II.TEORI DASAR

Pada tahun 1785, James Hutton mengeluarkan pendapatnya yang disebut


doctrine of unifornitarianism dan kemudian para ilmuwan memberikangelar
kepadanya dengan sebutan bapak ilmu geologi modern. Doctrine of
unifornitarianism merupakan paham yang menyatakan bahwa alam semesta ada
keteraturan sehingga suatu peritiwa akan terulang kembali. Menurut James
Hutton (1788), bila ada lapisan, atau lapisan-lapisan yang terptong oleh batuan
lain, maka umur batuan yang terpotong lebih muda.

Selain itu, cara menentukan umur pada lapisan adalah dengan menggunakan
indeks fosil, dimana umur-umurnya ditetapkan dalam masa kehidupan fosil dan
stratigrafi, susun lapisan demi lapisan maka disusunlah satu kolom waktu
geologi (Suharno, 2008).

Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk
menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah
Bumi. Tabel periode geologi yang ditampilkan di halaman ini disesuaikan
dengan waktu dan tatanama yang diusulkan oleh International Commission on
Stratigraphy dan menggunakan standar kode warna dari United states geological
survey (Anonim, 2012).

Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa unit menurut peristiwa yang
terjadi pada tiap periode. Masing-masing zaman pada skala waktu biasanya
ditandai dengan peristiwa besar geologi atau paleontologi, seperti kepunahan
massal. Sebagai contoh, batas antara zaman Kapur dan Paleogen didefinisikan
dengan peristiwa kepunahan dinosaurus dan baerbagai spesies laut. Periode yang
lebih tua, yang tak memiliki peninggalan fosil yang dapat diandalkan perkiraan
usianya, didefinisikan dengan umur absolut (Magetsari, 1989).

Pendekatan berbeda yang dilakukan untuk menentukan waktu geologi, yaitu :


Penanggalan relatif (relative dating) yang menempatkan berbagai peristiwa
geologi dalam urutan kronologis berdasarkan posisinya dalam rekaman data
geologi. Penanggalan mutlak (absolute dating) menggunakan berbagai teknik
dan hasilnya dinyatakan dalam angka tahun sebelum sekarang. Yang paling
lazim adalah penanggalan radiometrik dengan menggunakan unsur-unsur
radioaktif di dalam batuan (Rumidi, 2011).
3

Ada tiga Kurun dalam pembagian waktu geologi yakni kurun Arkaikum,
Proterozoikum dan Fanerozoikum. Kurun Arkaikum adalah kurun pertama,
dimulai sekitar 3.8 milyar hingga 2.5 milyar tahun yang lalu. Kurun sebelum
Arkaikum, dikenal Pra-Arkaikum, ditandai oleh pembentukan planet hingga 542
juta tahun yang lalu. Kurun Arkaikum dan Proterozoikum juga disebut Pra-
Kambrium. Kemunculan besar-besaran dari hewan invertebrata menandai akhir
dari Proterozoikum dan dimulainya Kurun Fanerozoikum (Noor, 2009).

Berdasarkan skala waktu relatif, searah bumi dikelmpokkan menadi eon (


kurun), era (masa), period (zaman), dan epoch (kala). Dalam Kurun Archaen
dan Proterozoic tidak diketahui sebaik Phanerozoic, yang dibagi menadi
Paleozoic, Mesozoic, dan Cenozoic. Paleozoic, pada masa ini berkembang dari
invertebrata laut sampai ikan, ampibi, dan reptil. Pada akhir masa ini mamalia
mulai berkembang. Mesozoic, saat ayanya dinosaurus, menadi vertebrata
dominan di darat. Pada akhir masa ini mamalia dan tumbuhan berbunga mulai
berkembang. Cenozoic, mamalia dominan di darat dan tumbuh rerumputan yang
penting bagi makanan mamalia. Masa Phanerozoic dibagi dalam beberapa
zaman dengan interval sekitar 100 tahun. Kala dari zaman Tersier diabarkan
secara bertahap.

Ahli geologi dapat menentukan umur lapisan batuan dalam bentuk umur absolut
atau umur relatif. Dalam penentuan umur relatif lapisan batuan, ilmuwan
menggunakan tiga prinsip sederhana. Prinsip pertama adalah Hukum
Superposisi, yang menyatakan bahwa pada perlapisan batuan yang tidak
terganggu, lapisan batuan yang lebih muda akan berada di atas lapisan batuan
yang lebih tua. Prinsip kedua adalah Hukum Hubungan Potong-memotong, yang
menyatakan bahwa setiap kenampakan batuan atau struktur yang memotong dan
mengganggu lapisan batuan selalu lebih muda daripada lapisan batuan yang
dipotong tersebut. Prinsip ketiga, yaitu suksesi fosil, berhubungan dengan fosil
yang terekam di dalam batuan sedimen (Rachwibowo, 2008).
4

III.METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Gambar 3.1 Skala Waktu Geologi

Gambar 3.2 Alat Tulis


5

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir dalam pengamatan umur perlapisan adalah sebagai
berikut.

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mengamati gambar perlapisan

Menentukan umur masing-masing


perlapisannya

Selesai
6

IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang kami lakukan pada percobaan waktu geologi ini
terdapat pada lampiran. Berupa Tabel 1 Skala Waktu Geologi I (geologic time
scale) lengkap hingga kurang lebih 450 juta tahun lalu dan Tabel 2 Skala
Waktu Geologi II (geologic time scale) hingga kala paleocene yang merupakan
tugas awal pada saat praktikum.

B. Pembahasan

Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah berikut.

Praktikum geologi dasar yang dilakukan pada Senin, 14 Oktober 2019


membahas tentang waktu geologi. Diadakannya praktikum ini bertujuan untuk
praktikan dapat membaca skala waktu geologi dan memperkirakan umur
perlapisan suatu batuan berdasarkan skala waktu geologi. Praktikum yang
dilakukan lebih mengarah pada diskusi antar praktikan dan asisten. Sebelum
melakukan praktikum, praktikan harus melalukan pretest sebagai tolak ukur
pemahaman praktikan terhadap materi yang diberikan. Setelah itu, asisten
mengulas materi-materi tentang skala waktu geologi, sejarah pembentukan
bumi, dan materi-materi lainnya yang sebelumnya telah menjadi bahan belajar
pretest. Selama praktikum berlangsung, praktikan dapat menanyakan mengenai
materi-materi yang belum dipahami kepada para asisten dan praktikan
diajarkan untuk dapat membaca skala waktu geologi. Saat diskusi berlangsung,
praktikan diharuskan untuk aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan para
asisten. Kemudian diakhir praktikum asisten juga menampilkan suatu video
mengenai proses pembentukan bumi dengan disertai kurun waktu terjadinya

Zaman Paleozoikum atau zaman kehidupan tertua adalah suatu zaman yang
berlangsung kurang lebih 340 juta tahun 542-251 juta tahun yang lalu. Zaman
Paleozoikum adalah era pertama dari tiga era pada eon Fanerozoikum. Era ini
dibagi menjadi enam periode, yaitu Cambrian, Ordovician, Silurian, Devonian,
Carboniferous, Permian.

Cambrian adalah periode pada skala waktu geologi yang dimulai pada sekitar
542±1,0 juta tahun yang lalu dan berakhir pada sekitar 488,3±1,7 juta tahun
yang lalu. Periode ini merupakan periode pertama era Paleozoikum.
Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan pada periode ini kemungkinan
7

berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Ordovician adalah suatu


periode pada era Paleozoikum yang berlangsung antara 488,3 ± 1,7 hingga
443,7 ± 1,5 juta tahun lalu. Silurian adalah periode pada skala waktu geologi
yang berlangsung mulai akhir periode Ordovician, sekitar 443,7 ± 1,5 juta
tahun lalu, hingga awal periode Devonian, sekitar 416,0 ± 2,8 juta tahun yang
lalu. Seperti periode geologi lainnya, lapisan batuan yang menentukan awal
dan akhir periode ini teridentifikasi dengan baik, tapi tanggal tepatnya
memiliki ketidakpastian sebesar 5-10 juta tahun. Devonian adalah periode pada
skala waktu geologi yang termasuk dalam era Paleozoikum dan berlangsung
antara 416 ± 2,8 hingga 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu. Pada masa Devonian,
antropoda dan vertebrata awal melanjutkan kolonisasi di daratan. Selama
periode Devonian, bumi saat itu terdiri dari tiga benua utama besar: Amerika
Utara dan Eropa tergabung menjadi satu terletak di dekat daerah equator di
mana pada saat ini sebagian besar daratan ini tenggelam di dasar laut. Di
sebelah utara terhampar sebagian dari Siberia modern. Dan sebuah gabungan
benua Amerika Selatan, Afrika, Antartika, India dan Australia, yang lebih
dikenal dengan Daratan Gondwana, mendominasi sebelah selatan belahan
bumi. Carboniferous adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang
berlangsung sejak akhir periode Devonian sekitar 359,2 ± 2,5 juta tahun yang
lalu hingga awal periode Perm sekitar 299,0 ± 0,8 juta tahun yang lalu. Pada
masa Carboniferus, benua-benua bergabung membentuk kelompok-kelompok
kecil daratan luas dengan jembatan-jembatan darat dari Eropa ke Amerika
Utara, dan dari Afrika ke Amerika Selatan, Antartika, dan Australia. Tabrakan
antarbenua menghasilkan sabuk Pegunungan Appalachian di sebelah timur
Amerika Utara dan Pegunungan Hercynian di Inggris. Tumbukan lebih lanjut
antara Siberia dan Eropa Timur membentuk Pegunungan Ural. Permian adalah
periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 299,0 ± 0,8 hingga
251,0 ± 0,4 juta tahun yang lalu. Periode ini merupakan periode terakhir dalam
era Paleozoikum. Permian dibagi menjadi tiga kala yaitu Lopongian,
Guadalupian, dan Cisuralian. Pada periode Permian, benua-benua bergerak
lebih mendekat dibandingkan masa Carboniferus, di mana bagian utara dan
bagian selatan superbenua Laurasia dan Gondwana mulai menyatu dan
membentuk sebuah benua mahaluas yang disebut Pangaea. Periode Permian
merupakan periode final dari masa Paleozoikum dan diberi nama sesuai nama
sebuah provinsi, Perm, di Rusia, tempat di mana batu pada periode ini
dipelajari.

Zaman Mesozoikum diperkirakan berumur kurang lebih 150 juta tahun yang
lalu. Kemunculan makhluk hidup telah mulai beraneka ragam, dan pada masa
ini telah hidup binatang bertubuh besar seperti halnya reptil besar (dinosaurus)
seperti Tyrannosaurus, Spinosaurus, Stegosaurus dan reptil besar lainnya pun
mulai muncul, berkembang dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Pada
zaman Mesozoikum, keadaan alam mulai berubah dengan tanah yang semakin
kering. Ada beberapa binatang yang tetap bertahan hidup walau ada juga yang
punah. Kehidupan hewan seperti ikan banyak yang berubah tetapi, ada jenis
yang tetap bisa bertahan hidup walau berada di tanah. Beberapa hewan amphibi
menjelma menjadi besar, kulit telurnya mengeras dan hewan ini sudah mulai
8

berada di darat. Inilah permulaan munculnya binatang reptil. Jenis reptil yang
ada pada zaman Mesozoikum bentuknya besar-besar, contohnya dinosaurus,
brontosaurus, dan tyrannosaurus. Di samping reptil berbentuk besar yang hidup
di darat, beberapa jenis burung juga sudah ada di zaman ini. Pada zaman itu
ada corak kehidupan yang unik yaitu “jokken moddinger” merupakan
timbunan sampah dapur yang terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra
berupa sampah dari kulit siput dan kerang. Zaman Mesozoikum dibagi menadi
tiga, yaitu Triassic, Jurrassic, Createceous.

Zaman Triassic (sekitar 245 juta-208 juta tahun lalu) adalah yang paling kering
dan tidak subur, ditandai dengan jarangnya didapat fosil hewan maupun
tumbuhan. Pada zaman ini, Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai
muncul pertama kali. Amonit semakin umum, sedangkan gastropoda dan
bivalvia semakin meningkat. Mamalia pertama mulai muncul dan reptilia air
semakin banyak seperti penyu dan kura-kura. Pada zaman ini benua Pangea
bergerak ke utara dan membentuk gurun. lapisan es dibagian selatan mencair
dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea. Zaman Jurrassic (208 juta-145 juta
tahun lalu)adalah zaman kejayaan Dinosaurus yang menguasai daratan. Lautan
dikuasai reptilia laut seperti Ichthyosaurus dan Plesiosaurus. Angkasa dikuasai
reptilia terbang seperti Pterosaurus serta Pterodactyl. Berbagai je nis buaya
mulai muncul. Amonit dan Belemnit semakin menjadi sangat umum. Benua
Pangea terpecah, dimana Amerika Utara terpisah dari Afrika, sementara
Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia. Zaman
Createceous (145 juta-65 juta tahun lalu)dimana mamalia, tumbuhan berbunga,
serta makhluk hidup lainnya mulai berkembang menjadi berbagai ragam dan
bentuk. Banyak terdapat lapisan kapur (kalsium karbonat yang terbentuk oleh
cangkang invertebrata laut). Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus,
Pterosaurus, Stegosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit, mulai punah,
sedangkan Ankylosaurus dijumpai pada akhir zaman Createceous bersama
dengan Tyrannosaurus, Trachydon, Triceratops, Struthiomimus, dan Pterodon.

Paleontologi adalah ilmu yang mempelaari tentang bentuk-bentuk kehidupan


yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan
yang lainnya serta lingkungannya paleoekologi) selama umur bumi atau dalam
skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Hampir semua batuan
yang ada di permukaan bumi adalah batuan sedimen. Sebagaimana diketahui
bahwa batuan sedimen terbentu dari partikel-partikel batuan yang lebih tua
yang hancur akibat gerusan air dan angin. Partikel-partikel yang berukuran
kerikil, pasir, dan lempung ini melalui media air atau angin diangkut dan
kemudian diendapkan di dasar-dasar sungai, danau, atau lautan. Endapan
sedimen kemungkinan dapat mengubur binatang atau tanaman yang masih
hidup atau yang sudah mati di dasar danau atau lautan. Dengan berjalannya
waktu serta sering terjadinya perubahan lingkungan kimiawinya, maka
endapan sedimen ini kemudian akan berubah menjadi batuan sedimen dan
rangka binatang dan tumbuhan akan menjadi fosil. Partikel-partikel yang
mempunyai berat jenis yang besar yang berada dalam suatu larutan fluida akan
mengendap terlebih dahulu ke bagian bawah sesuai dengan urutan berat
jenisnya yang lebih besar. Partikel yang besar dan memiliki berat jenis yang
9

besar akan diendapkan pertama kali sedangkan partikel yang berukuran lebih
kecil dan lebih ringan akan terendapkan belakangan. Adanya perpedaan ukuran
butir (partikel) atau komposisi mineral akan membentuk suatu perlapisan.
Perlapisan pada batuan sedimen pada umumnya dapat dilihat dengan jelas,
karena batuan sedimen dibangun dari susunan partikel-partikel yang
membentuk pola laminasi dan selanjutnya membentuk perlapisan yang cukup
tebal. Setiap urutan (sekuen) lapisan batuan mempunyai arti bahwa lapisan
bagian bawah akan selalu lebih tua dibandingkan dengan lapisan diatasnya. Hal
ini dikenal sebagai “Hukum Superposisi”. Hukum Superposisi merupakan
dasar untuk penafsiran sejarah bumi, karena disetiap lokasi akan dicirikan oleh
umur relatif dari lapisan-lapisan batuan dan fosil yang ada didalamnya.
Mineral batuan secara alamiah mengandung unsur-unsur radioaktif yang terus
mengalami proses peluruhan.Dengan mengetahui berapa jumlah unsur
radioaktif yang meluruh dan konstanta peluruhannya, maka pentarikhan umur
suatu mineral dapat dimungkinkan untuk dilakukan. Salah satu unsur radioaktif
di bumi yang mengalami peluruhan adalah uranium dengan produk akhirnya
adalah timbal. Dalam system periodik, semua untur yang memiliki nomor atom
diatas atau sama dengan 82 adalah unsur radioaktif. Ada 3 jenis unsur yang
sering digunakan dalam radioaktif, yaitu Potasium, Uranium, Thorium.
Penentuan umur dengan radiometri memberikan keuntungan kita dapat
menafsirkan umur suatu contoh batuan. Radiometri memberikan keterangan
dalam jutaan tahun. Penentuan umur dengan cara radiometri adalah mengamati
peluruhan atom-atom yang ada pada suatu batuan. Contohnya isotop dengan
nomor atom yang lebih besar, seperti mineral-mineral yang ada pada batuan
beku. Suatu atom lama-kelamaan akan mempengaruhi peluruhan atau
pengurangan, tapi peluruhan radioaktif adalah reaksi dimana jumlah atom yang
terurai dalam suatu waktu t adalah setara atau proporsional dengan jumlah
yang ada. Perbandingan ini digunakan untuk menentukan umur batuan.
Pada saat atom mengalami peluruhan waktunya tidak dapat diperkirakan tapi
pada nomor atom yang lebih besar hal itu mungkin dilakukan dengan
perbandingan waktu peluruhan yang dibutuhkan. Radioaktifitas proses statistik
yang mengikuti hukum probabilitas, mirip dengan melempar uang logam.
Suatu isotop mempunyai sifat yang khas yaitu waktu paruh, ia akan
memberikan gambaran statistik dari waktu yang diperlukan untuk
peluruhannya. Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
terurainya setengah dari atom yang semula ada. Perbandingan ini digunakan
untuk menentukan umur batuan.

METODE BIOPREDIKSI PERUBAHAN IKLIM MENGGUNAKAN FOSIL


POLEN DAN SPORA PADA KALA PLIOSEN DI DAERAH BANYUMAS

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi metode bioprediksi


berdasarkan data polen dan sphore, untuk mengetahui perubahan morfologi
yang terjadi karena perubahan iklim pada usia Pliosen di Banyumas. Penelitian
ini terdiri dari pekerjaan lapangan dan labolatory. Pekerjaan lapangan adalah
untuk mengambil sampel batuan dan membuat kolom stratigrafi. Pekerjaan
laboratorium terdiri dari membuat piring dari sampel menggunakan metode
asetolisis, identifikasi dan klasifikasi fosil dan analisis palynologi. Perubahan
10

iklim merupakan suatu sistem yang berkesinambungan seak keberadaan bumi


ini dari masa lampau hingga sekarang. Fosil merupakan salah satu kunci utama
dari informasi perubahan iklim masa lampau. Penelitian perubahan iklim masa
lampau (paleoklimat) dengan memanfaatkan rekam fosil akan memberikan
gambaran penting mengenai climate system variability, dan hubungannya
dengan iklim di masa sekarang dan akan datang. Penelitian ini bisa menjadi
salah satu proksi dalam mengungkap fenomena iklim masa lampau.
Pemanfaatan dan korelasi bukti palinologi bersama proksi yang lain seperti
data glasiologi (ice cores) yang mengandung rekam isotop O dan CO2 masa
lampau, data biologi lain (tree ring, fosil foram, fosil diatom, fosil
nanoplankton, fosil moluska, radioisotop dari tumbuhan C3/C4, dll) maupun
data geologi (sedimen endapan laut, danau, terestrial/eolian) dapat
mengungkapkan dinamika iklim masa lampau secara lebih komprehensif dan
terintegrasi sehingga dapat dijadikan dasar dalam memahami serta antisipasi
terhadap perubahan iklim masa sekarang maupun yang akan datang.

Penelitian meliputi penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan


meliputi pembuatan penampang stratigrafi (PPS) dan pengambilan sampel
batuan pada Formasi Tapak yang berumur Pliosen, didaerah Bobotsari
Purbalingga (Kali Bunkanel), sedangkan penelitian laboratorium meliputi
prepasi batuan untuk pembuatan sediaan preparat mikroskopis, identifikasi dan
klasifikasi fosil polen serta analisis data. Analisis fosil polen dan spora yang
ditemukan pada setiap stratum lapisan sedimen yang diambil adalah sebagai
sebagai berikut. Pertama, pengamatan morfologi fosil polen dan spora dan
selanjutnya diidentifikasi untuk menentukan jenis taksanya, menggunakan
mikroskop. Kedua, mengelompokkan taksa tumbuhan kedalam kelompok
vegetasi atas dasar habitusnya yaitu pohon (abroreal) dan bukan pohon (non
abroreal). Interpretasi iklim purba didasarkan pada fluktuasi dari persentase
jumlah takson – takson arboreal (AP) dan non arboreal pollen (NAP) serta
spora yang terekam dalam sedimen. AP tersusun oleh polen tumbuhan berkayu
penyusun vegetasi hutan, sedangkan NAP tersusun oleh polen tumbuhan non
berkayu yang terdiri dari semak dan herba. Sedangkan untuk spora/fern-
bryophytes dihitung tersendiri (Prebble et al., 2005). Hal ini untuk
menggambarkan perubahan bentang alam vegetasi yang asumsikan akibat
perubahan iklim pada periode waktu tertentu. Ketiga, digunakan Palynologycal
Marine Index (PMI) yang dihitung dengan rumus PMI= (Rm/Rt + 1)100,
dimana Rm adalah jumlah dari marin palinomorf (dinoflagellates dan
foraminiferal test linings) dan Rt adalah jumlah palinomorf darat (polen dan
spora) yang dihitung per sampel. Nilai dari PMI yang tinggi diinterpretasikan
sebagai lingkungan pengendapan marin dengan kondisi normal, dimana sampel
yang tidak ada marin palinomorf mempunyai PMI 100. Keempat,
menggunakan program PAST-Palaentological Statistic, ver. 0. 99. Dari rekam
fosil palinomorf termasuk didalamnya fosil polen dan spora menunjukkan 2 hal
penting yang berkaitan dengan lokasi penelitian, yaitu umur dan perubahan
iklim yang terjadi. Penentuan umur lokasi penelitian menggunakan zona selang
memperlihatkan adanya kehadiran Podocarpus imbricatus dan
Stenochlaenidites papuanus yang menunjukkan bahwa umur lokasi penelitian
yang termasuk dalam Formasi Tapak berumur Pliosen Akhir. Dalam hal ini
11

termasuk dalam zona Podocarpus imbricatus yang berumur Pliosen Akhir


sesuai dengan zonasi Palinologi Rahardjo, dkk. (1994). Terdapat 3 events
penting yang berkaitan dengan perubahan iklim. Pada event I. (BUN 1- BUN
5) terjadi trangresi (muka laut naik) dan didukung dari persentase NAP naik
yang mencirikan iklim panas. Pada event II (BUN 6-BUN 24) terjadi regresi
(muka air laut surut) didukung oleh naiknya persentase AP yang mencirikan
iklim dingin. Pada event III (BUN 25-BUN 35) terjadi trangresi kembali dan
didukung oleh naiknya persentase NAP.

KARAKTERISTIK INTENSITAS RADIOAKTIVITAS BATUAN DAN


SEDIMEN TERPILIH DI PANTAI SEDAU, KALIMANTAN BARAT.

Intensitas pancaran unsur radioaktif berdasarkan data aktivitas batuan dan


aktivitas pancaran ß serbuk di Pantai Sedau dilakukan menggunakan metode
analisis Spektrometer Gamma dan alat cacah ß terhadap sembilan contoh
sedimen dan batuan. Intensitas radioaktif batuan memperlihatkan kisaran U238
dari 0,1202 ± 0,008 Bq/25gr hingga 0,4348 ± 0,005 Bq/25gr; Th232 0,0768 ±
0,005 Bq/25gr hingga 0,4812 ± 0,015 Bq/25gr; sedangkan intensitas gross
gammanya berkisar dari 1,0503 ± 0,029 Bq/25gr hingga 5,6433 ± 0,273
Bq/25gr. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keterkaitan kandungan
dan intensitas radioaktivitas batuan terhadap karakteristik fisika dan kimiawi
batuan, meliputi mineral penyusun, kondisi batuan, serta sifat afinitasnya.
Granitoid di Pantai Sedau tersingkap di sekitar Tanjung Bajau hingga Tanjung
Gondol pantai barat Singkawang. Geologi regional di bagian utara Kalimantan
(Malaysia dan Brunei) dibagi dalam tiga zona utama tektonik, dari barat laut
hingga tenggara masing-masing adalah zona Miri, Siburajang, dan Kuching.
Zona Kuching menandai tepian utara Sundaland. Volkanik Piyabung paleogen
dan Intrusi Sintang Neogen adalah batuan-batuan magmatik di zona ini. Batas
selatan dari zona Kuching ditandai oleh sesar yang berarah barat-timur yang
memisahkan Cekungan Kutai di utara dari Cekungan Barito di selatan.

Pengambilan contoh sedimen pantai dan batuan dengan menggunakan bor


tangan dan palu geologi sedangkan pengambilan contoh sedimen dasar laut
menggunakan grab sampler dan penginti jatuh bebas (gravity corer). Analisis
unsur radioaktif dilakukan di laboratorium BATAN Yogyakarta. Peralatan
yang digunakan unit Spektrometer γ dengan detektor Ge(Li), data akuisisi
Maestro II; unit alat cacah β dengan detektor GM; lumpang stainless steel;
mixer buatan Spec; ayakan Tyler merk Karlkob ukuran 100 mesh; dan
timbangan analitik buatan OHAUS GT 410. Berdasarkan pengambilan
beberapa contoh batuan dan hasil pengamatan megaskopis batuan granitoid di
sisi timur Tanjung Bajau (SKP08-04) dicirikan dengan equigranular, berwarna
abu-abu terang hingga kecoklatan, yang mencerminkan kelimpahan felspar
(keabuan) bersama-sama dengan kuarsa (putih - abu-abu). Mineral mafik
didominasi biotit terdapat sebagai bercak-bercak (patches). Biotit merupakan
mineral penting untuk penentuan umur batuan dan untuk mengetahui sejarah
temperatur pembentukan batuan.
V.KESIMPULAN

Telah dilakukan praktikum mengenai waktu geologi, maka diperoleh kesimpulan


sebagai berikut :
1. Waktu geologi diguknakan untuk menentukan kurun, era, zaman dan kala
umur suatu lapisan batuan.
2. Waktu geologi terbagi dua yakni waktu relatif yang didasarkan atas prakiraan
tanpa mengatahui umur pastinya dan umur absolut yang didasarkan atas
penelitian.
3. Lapisan yang paling bawah merupakan lapisan tertua, dan lapisan paling atas
merupakan lapisan termuda.
4. Pewarnaan pada skala waktu geologi adalah untuk pembeda antara general
satu dengan general lainnya, zaman satu dan zaman lainnya, kala satu dan
kala lain. Begitupula kurun dan kala. Sehingga tidak dijumpai warna yang
sama.
5. Pemahaman tentang pembacaan tabel skala waktu geologi ini berguna bagi
praktikan dalam menjalankan perkuliahannya di semester mendatang juga
dalam dunia kerja nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Skala Waktu Geologi.


http://yudi81.wordpress.com/2011/05/07/ skala_waktu_geologi/. diakses pada
tanggal 18 Oktober 2019 pukul 21.17 WIB.

Euler, Steve. 2015. Physical Geology-2nd Edition. Bccampus: Canada

Magetsari, 1989. Geologi Fisik. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Munir, 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. PT. Dunia Pustaka Jaya.
Jakarta.

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. CV Graha Ilmu. Bogor.

Rachwibowo, Prakosa. 2008. Buku Ajar Geologi Fisik. UNDIP. Semarang.

Rumidi, Sukandar. 2011. Penuntun Praktis Untuk Geologist Pemula. UGM.


Yogyakarta.

Romario, Heryanto. 2015. Radioaktivitas Batuan.


https://www.academia.edu/25879074/Radioaktivitas_Batuan. diakses pada
tanggal 19 Oktober 2019 pukul 13.24 WIB

Suharno. 2008. Geologi Dasar. UNILA. Lampung


LAMPIRAN
Tugas Pembahasan.
1. Jelaskan alannya praktikum
2. Deskripsikan masa Paleozoikum dan Mesozoikum
3. Hubungan Paleontologi dengan waktu geologi
4. Jelaskan penentuan unsur bataun dengan menggunakan cara radioaktif
5. Resume 2 urnal Nasional

Anda mungkin juga menyukai