Anda di halaman 1dari 14

1

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mempelajari dan mengidentifikasi batuan merupakan pengeathuan dasar


untuk memahami lebih dalam tentang geologi dasar. Dengan mempelajari
batuan ita dapat mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Material hasil
rombakan batuan diatas permukaan bumi akibat proses-proses eksogen,
pelapukan dan erosi merupakan material atau bahan yang sifatnya urai. Kita
menjumpai di sekelulung kita berbagai macam batuan yang dapat kita lihat
dari segi fisiknya batuan sangat beragam baik warna, tekstur, struktur,
kekompakan maupun material pembentuknya. Salah satu batuan yang sering
kita temukan di lingkungan adalah batuan sedimen, karena 80% permukaan
benua itu ditutupi oleh batuan sedimen. Batuan sedimen atau sering disebut
sedimentary rocks adalah batuan yang berasal dari rombakan batuan asal atau
material-material lepas dari proses sedimentasi. Proses sedimentasi yang
dimaksud adalah pelapukan, transportasi, pengendapan, litifikasi, diagenesa
maka terbentuklah batuan sedimen. Batuan sedimen ada pula yang terbentuk
oleh proses kimiawi, yaitu pelarutan, evaporasi dan karbonisasi.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Menentukan nama batuan metamorf.
2. Mengetahui proses terbentuknya batuan metamorf.
3. Dapat mengidentifikasi mineral utama dan batuan asal.
2

II.TEORI DASAR

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari


rombakan batuan lainnya (batuan beku, batuan metamorf, atau batuan
sedimen itu sendiri) melalui proses pelapukan, erosi, pengangkutan, dan
pengendapan, yang pada akhirnya mengalami proses litifikasi (Rusman,
2016:23).
Batuan sedimen merupakan batuan yang menutupi dua per tiga
permukaan bumi, hasil dari perubahan bentuk dari berbagai batuan karena
pengaruh gravitasi, atmosfir, dan sisa-sisa organisme. Proses ini merupakan
akibat penggabungan materi-materi yang lepas yang didapat dari akumulasi
mekanik dari yang halus dan yang mempunyai fragmen kwarsa dari batuan
(sedimen klastik) atau dari pengendapan larutan atau tanpa campur tangan
organisme atau sisa-sisa organisme (Simon,1988:420-421).
Batuan sedimen terbagi menjadi dua, yaitu batuan sedimen klastik
(clastic) dan non klastik (chemical). Batu sedimen klastik sebagian besar
tersusun dari material yang telah terangkut sebagai fragmen-fragmen solid
(clast). Batu sedimen non klastik sebagian besar tersusun dari material yang
terangkut sebagai ion dalam larutan. Clast adalah fragmen dari batuan atau
mineral, ukuran berkisar kurang dari mikron (sangat kecil untuk dilihat)
hingga sebesar blok apartemen. Yang lebih kecil cenderung terdiri dari kristal
mineral tunggal dan yang lebih besar biasanya tersusun potongan batu.
Banyak clast yang lebih kecil dari ukuran pasir (<1/16 mm) terbuat dari
mineral tanah liat. Kebanyakan clast yang lebih besar dari ukuran pasir (>2
mm) adalah pecahan batuan, dan pada umumnya ini berbutir fine-grained
seperti basalt atau andesit, atau ika mereka lebih besar, coarse-grained seperti
granit atau gneiss. Sedimen batuan yang terdiri dari “clast” disebut batuan
sedimen klastik.
Batuan sedimen non klastik (chemical) dominan tersusun dari material
yang terangkut sebagai ion dalam larutan (Na+, Ca2+, HCO3-, dan lainnya.).
ada beberapa tumpang tindih antara keduanya karena hampir semua batuan
semiden klastik mengandung semen yang terbentuk dari ion terlarut, dan
banyak bahan kimia batuan sedimen meliputi beberapa clast. Karena ion
dapat bertahan selama puluhan ribu tahun (beberapa lebih lama), dan dapat
3

melakukan peralanan selama puluhan ribu kilometer, hampir tidak


mungkin untuk berhubungan sedimen kimia kembali ke batuan sumbernya.
(Earle,2015:182). Proses pembentukan batuan sedimen diawali dengan proses
pelapukan, transportasi, deposisi dan kemudian mengalami proses diagenesa
yang meliputi kompaksi, rekristalisasi, autigenesis, dan metasomatis. Tekstur
sedimen klastik (clast) dicirikan dengan adanya fragmen, matrik (masa dasar)
serta semen. Fragmen, berukuran lebih besar daripada pasir. Fragmen juga
diartikan sebagai klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran
yang lebih kecil. Matrik, butiran berukuran yang lebih kecil daripada fragmen
dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen. Semen, material halus yang
menjadi pengikat dan diendapkan setelah fragmeen dan matrik. ukuran butir
pada batuan sedimen klastik didasarkan pada Wenworth (1992). Bentuk butir
batuan sedimen klastik dibagi menjadi, well rounded, rounded, subrounded,
subangular, dan angular. Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh
komposisi butir, ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport
(Boggs,1987)
Struktur sedimen merupakan kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi
pembentuknya. Pembentuknya dapat terjadi pada waktu pengendapan
maupun segera setelah proses pengendapan (Pettijohn Potter, 1964), yaitu.
Syngeneti, terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut
juga sebagai struktur primer. Contoh struktur primer, perlapisan/laminasi,
cross bedding, graded bedding, flaser bedding. Epygenetic, terbentuk setelah
batuan tersebut berbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan. Contoh struktur
epygenetic yaitu, ripple mark, flute cast, groove cast, load cast, mud cracks.
Struktur sedimen organik, adalah struktur yang terbentuk oleh aktifitas
organisme dilingkungan sedimentasi. Struktur ini ering ditemukan dalam
beberapa tipe sedimen. Struktur ini muncul pada perlapisan bawah, serta
dapat terlihat pada bidang yang tegak lurus terhadap bidang perlapisan.
Contohnya, stromatolite, fosil jejak. Pada fosil jejak dapat di golongkan
bebepara cara, yaitu jejak istirahat, jejak rangkakan, jejak perlindungan,
struktur pencarian makan, dan jejak rayap. (Seilacher,1964).
Komposisi mineral batuan sedimen dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok, yaitu. Batuan sediment detritus/klastik, digolongkan lagi menjadi,
halus, sedang, dan kasar. Batuan sedimen evaporit, terbentuk dari proses
evaporasi. Batuan sedimen batubara, terbentuk dari material organik yang
berasal dari tumbuhan. Batuan sedimen silika, terbentuk oleh proses organik
dan kimiawi. Batuan sedimen karbonat, terbentuk baik oleh roses mekanis,
kimiawi, organik.
4

III.METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Gambar 3.1 Batu-batuan Sedimen

Gambar 3.2 Alat Tulis

Gambar 3.3 Loop


5

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir dalam pengamatan batuan sedimen adalah sebagai
berikut.

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mengidentifikasi batuan

Menentukan nama batuan yang


diidentifikasi

Mencatat hasil pengamatan pada lembar


kerja

Selesai
6

IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 4. 1 Tabel Hasil Pengamatan terlampir di lampiran.

B. Pembahasan

Porositas merupakan hal sangat penting untuk mengukur ruang kosong


yang tersedia untuk mengukur ruang kosong yang tersedia bagi tempat
menyimpan fluida hidrokarbon. Porositas adalah perbandingan ruang
kosong/pori-pori dalam batuan dengan keseluruhan volume batuan dikali 100
(untuk menyatakan persen). Di lapangan kita menggunakan skala sebagai
berikut. 0-5% dapat diabaikan (negligible), 5-10% buruk (poor), 10-15%
cukup (fair), 15-20% baik (good), 20-25% sangat baik (very good), dan 25%
istimewa (excellent). Porositas tententu dapat berkisar dari nol sampai besar
sekali, namun biasanya berkisar antara 5 sampai 40 persen, dan dalam
prakteknya berkisar hanya dari 10 sampai 20 persen saja. Secara teoritis
porositas tidak bisa lebih besar dari 47,6 persen.
Berikut ini adalah proses terbentuknya batuan sedimen. Pelapukan
(weathering), adalah interaksi antara kondisi atmosfir dengan keadaan litosfir.
Pelapukan ini merusak batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu,
curah hujan, kelembaban, atau angin). Pelapukan terbagi menjadi tiga.
Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang
lebih kecil oleh berbagai sebab, tanpa adanya peubahan komposisi kimia dan
kandungan mineral batuan tersebut yang signifikan. Pelapukan kimia, adalah
proses dimana adanya perubahan komposisi mineral dari batuan. Pelapukan
biologi, penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang, tumbuhan dan
manusia.
Setelah mengalami pelapukan, sedimen tersebut mengalami erosi. Erosi
adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur
yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan
organisme hidup. Setelah mengalami erosi, batuan tersebut mengalami
transportasi. Sedimen ini pindah dari suatu tempat ke tempat yang lebih
rendah yang dipengahuri oleh air, angin, gravitasi, dan es hingga media dan
7

material terhenti (terendapkan). Setelah terhenti di tempat yang rendah,


hasil sedimen itu mengalami pengendapan. Pengendapan ini melalui media
air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T
tertentu. Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses
pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang
disebut dengan lingkungan pengendepan.
Selanjutnya, material sedimen mengalami litifikasi. Proses pertama adalah
kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen diendapkan terus-
menerus pada suatu cekungan. Berat endapan yang berada di atas akan
membebani endapan yang ada di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen akan
semakin rapat dan rongga antara butiran semakin kecil.
Proses lain yang mengubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah
sementasi. Material yang menadi semen diangkut sebagai larutan oleh air
yang meresap melalui rongga antar butiran, kemudian larutan tersebut akan
mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir dan mengikat butiran-
butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika,
dan oksida besi.
Batuan sedimen terbagi menjadi dua, yaitu batuan sedimen klastik (clast)
dan non klastik (chemical). Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen
yang terbentuk dari hasil penghancuran batuan lain, kemudian mengalami
proses transportasi dan pengendapan. Batu sedimen klastik sebagian besar
tersusun dari material yang telah terangkut sebagai fragmen-fragmen solid
(clast). Batuan sedimen klastik didasarkan pada ukuran butir. Batuan sedimen
klastik terdiri dari fragmen dan matriks. Contoh batuan sedimen klastik yaitu
batu pasir, batu lempung, batu serpih, breksi dan konglomerat.
Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk akibat
proses kimiawi maupun organik, ataupun dari proses penghabluran, dapat
juga dari proses biokimia yang disebabkan oleh organisme yang terdapat pada
saat proses pembentukan batuan sedimen. Batu sedimen non klastik sebagian
besar tersusun dari material yang terangkut sebagai ion dalam larutan. Batuan
sedimen non klastik dicirikan tidak mempunyai butir, baik bentuk butir
maupun ukuran butir. Contohnya adalah batu gamping.
Tekstur permukaan batuan sedimen ada yang kasar, sedang dan halus.
Kasar bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Sedang
jikalau permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Dan halus bila
pada permukaan butir sudah halus dan rata. Tekstur pada batuan sedimen
klastik terdiri dari fragmen atau grain, massa dasar atau matrik dan semen.
Fragmen adalah batuan yang ukurannya lebih besar dari pasir, sedangkan
matriks adalah butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen, lalu semen ialah material halus
yang menadi pengikat antara fragmen dan matriks. Tekstur pada batuan
8

sedimen non klastik pada umunya terdiri atas satu jenis mineral atau yang
biasa disebut monomineralik. Macam-macam tekstur pada bataun sedimen
non klastik antara lain. Amorf, adalah partikel-partikel umumnya berukuran
lempung atau berupa koloid, non-kristalin. Oolitik, tersusun atas kristal-
kristal yang berbentuk bulat. Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik,
namun memiliki ukuran butir yang lebih besar. Sakaroidal, terdiri atas butir-
butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang sama besar. Kristalin,
tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar. Struktur di dalam batuan
yaitu. Struktur perlapisan, jika tebal <1 cm disebut struktur laminasi. Struktur
perlapisan sialng-siur atau cross-bedding. Struktur perlapisan pilihan. Lalu
struktur di permukaan batuan yaitu, ripples, cetakan kaki binatang, cetakan
jejak binatang melata, rekahan lumpur, dan gumuk pasir. Struktur erosi, ada
alur/galur, impact marks, saluran dan cekungan gerusan, dan cekungan
gerusan dan pengisian.
Sebaiknya well drilling membutuhkan porositas dan permeabilitas.
Menemukan sumur minyak baru adalah pengalaman yang menggairahkan,
tapi ini lebih dari sekedar menemukan minyak dan gas. Dalam well logging,
kondisi tanah yang mengililingi minyak dapat memainkan peran utama dalam
apakah penyelesaian sumur minyak dan gas bumi layak. Walaupun banyak
faktor yang menentukan keberhasilan dari sumur yang diberikan, beberapa
komponen paling penting dari keberhasilan pengeboran minyak dan gas bumi
adalah porositas dan permeabilitas yang melingkupi batuan itu.
Faktor yang terpenting pertama adalah apakah porositas dari batuan itu
pantas untuk pengeboran. Porositas mengacu pada ruangan yang sangat kecil
di dalam batu yang menyimpan minyak dan gas yang hatus di ekstraksikan.
Untuk menghitung porositas dari batuan, perhitungan matematika digunakan
untuk menghitung presentase batuan yang diambil dari minyak dan gas.
Ketika menentukan apakah area itu pantas untuk pengeboran, sangat penting
untuk mendapatkan hasil minimum delapan persen porositas. Sementara
beberapa perusahaan minyak dan gas mungkin berusaha mengebor dengan
angka yang lebih kecil, pengeboran ini terkadang tidak berhasil dan
membuang waktu serta uang. Angka porositas yang tepat adalah penting,
tetapi ini bukan satu-satunya faktor yang berhubungan untuk
dipertimbangkan. jarak antara pori di dalam batu juga memainkan peran
utama dalam keberhasilan pengeboran. Jika pori-pori terletak teralu jauh, gas
tidak akan mengalir dengan baik, menghasilkan hasil yang buruk.
Selain porositas batu, penyelesaian sumur gas sangat tergantung pada
permeabilitas batu yang mengelilingi reservoir minyak dan gas. Istilah ini
mengacu pada kemampuan cairan untuk bergerak melewati batu, yang
memengaruhi seberapa baik minyak dan gas yang diekstraksi dari sumur.
Ketika batu ditemukan memiliki permeabilitas kecil, ia membutuhkan
sejumlah tekanan yang besar untuk mendorong minyak dan gas dari sumur.
9

Meskipun ini bukan kondisi ideal untuk pengeboran, tetapi masih mungkin
jika tekanannya cukup tinggi. Namun, untuk memastikan sumur yang baik,
permeabilitas tinggi dibutuhkan, yang berarti minyak dan gas akan mudah
mengalir. Produksi minyak dan gas membutuhkan kehadiran minyak dan gas,
tetapi uga membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekstraksi. Penyelesaian
sumur minyak dan gas sangat bergantuk pada porositas dan permeabilitas
yang tepat untuk memastikan minyak dan gas dapat diekstraksi.
Contoh batuan sedimen dengan identifikasinya. Batu Karang, batu Karang
memiliki warna abu-abu muda/cream, ukuran butirnya berkisar 64-256 mm
dan bentuk butirnya angular, struktur batu Karang gelembur gelombang, lalu
komposisinya adalah fosil tumbuhan dan binatang laut (organik). Batu Pasir
Kuarsa, bewarna putih tulang dengan ukuran butir berkisar 1/16 – 1/8 mm
dan bentuknya very fine sand, struktur batu pasir kuarsa groove cast, dengan
komposisi kuarsa. Batu Gamping, bewarna putih dengan ukuran butir silt/fine
sand dan bentuknya sub-rounded, struktur batu gamping masif dengan
komposisi.
Batu Gneis, bewarna putih susu dengan ukuran butir medium coarse
grained dan bentuknya sub-rounded, struktur batu gneis foliated (gneissic)
dengan komposisi kuarsa, feldspar, amphibola, dan mika. Batubara, bewarna
gelap dengan ukuran butir coarse sand dan bentuknya sub-angular, struktur
batubara fosilifeous dengan komposisi karbon, hidrogen, oksigen. Batu Pasir,
bewarna putih abu dengan ukuran butir granule dan bentuknya well
roundness, struktur dengan komposisi kuarsa. Batu Gamping, bewarna putih
susu dengan ukuran butir <256 mm dan bentuknya sub-roounded, strukturnya
cross bending dengan komposisi CaCO3 (Kalsium Karbonat). Batu Breksi,
bewarna merah gelap dengan ukuran butir Kerakal (4-64 mm) dan bentuknya
angular, strukturnya masif dengan komposisi pasir kuarsa, andesit, dan
karbonat.
V.KESIMPULAN

Dari hasil pengdeskripsian batuan sedimen, diketahui bahwa batuan


sedimen klatik terbentuk pada permukaan bumi dengan temperatur yang
rendah. Sedangkan batuan sedimen non klastik terbentuk oleh sisa-sisa hewan
laut yang terlihat dari jejak hewan laut pada batuan. Identifikasi batuan
merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu.
Setelah dilakukan identifikasi, maka kita dapat dengan elas memberi nama
batuan tersebut. Identifikasi dibagi 4 kategori yaitu, warna, tekstur, struktur,
dan komposisi mineral pembentuk batuan.
Batuan sedimen itu sendiri merupakan batuan yang terbentuk dari endapan
material yang berasal dari pecahan, bongkah batuan yang hancur karena
proses alam, kemudian terangkut oleh air, angin, es dan terakumulasi dalam
satu tempat (cekungan), kemudian terkompaksi menadi satu lapisan batuan
baru. Batuan sedimen memiliki ciri berlapis akibat teradinya pengulangan
endapan.
DAFTAR PUSTAKA

Prothero, Donald R.; Schwab, Fred (2004). Sedimentary geology : an


introduction to demintary rocks and stratigraphy (2nd ed.) New York:

Simon, Schuster. 1998. Rocks And Minerals. Bruce Coleman Inc: New York.

Euler, Steve. 2015. Physical Geology-2nd Edition. Bccampus: Canada

Dikutip pada 04 Oktober 2019 dari


https://www.academia.edu/12552587/Struktur_dan_Tekstur_Batuan_Sedime
n

Dikutip pada 04 Oktober 2019 dari https://hillcountryexploration.com/why-


do-oil-wells-need-permeability-and-porosity/
LAMPIRAN
Sample S1

Sample S2

Sample S3

Sample S4
Sample S5

Sample S6

Sample S7

Sample S8

Anda mungkin juga menyukai