Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

PENURUNAN FUNGSI DAN POTENSI SEKS PADA LANSIA

Dosen Pembimbing : Ahmad Kusnaeni, M.Kep

Di susun Oleh:
Kelompok 2
1. Soeyono (108218006)
2. Rafikha Fawzia (108218010)
3. Annisa Dian P (108218012)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
“Penurunan Fungsi Dan Potensi Seks Pada Lansia” dengan baik, meskipun masih
banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya. Makalah
ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik bagi
semester III Program Studi Ilmu Keperawatan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam
mempelajari materi tentang “Penurunan Fungsi Dan Potensi Seks Pada Lansia”.
Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami sendiri sebagai
penyusun.

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar isi ........................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Definisi Seksualitas ............................................................................. 3
B. Aktivitas Seksual .................................................................................. 3
C. Masalah Seksual pada Lansia ............................................................... 3
D. Penurunan Fungsi Seksual .................................................................... 5

BAB III. PENUTUP ........................................................................................ 8


A. Kesimpulan ......................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua
makhluk hidup. Menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis
secara terus menerus yang dialami manusia pada semua tingkat umur dan
waktu. Masa usia lanjut memang masa yang tidak bisa dielakkan oleh
siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang, yang bisa dilakukan
oleh manusia hanyalah menghambat proses menua agar tidak terlalu cepat,
karena pada hakikatnya dalam proses menua terjadi suatu kemunduran atau
penurunan (Suardiman, 2011).
Di Indonesia jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang
lebih 19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 sebesar 23,9
juta (9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020
diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1
tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang
tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di
perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%) (Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dapat kita ketahui jumlah lansia dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi oleh majunya pelayanan
kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan
sanitasi dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi. Dapat di
simpulkan 2 seiring dengan angka peningkatan orang usia lanjut, maka angka
lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif juga meningkat.
Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan
demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka
sendiri. Orang yang makin menua (menjadi tua, seksual intercourse masih
juga membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual
seseorang berhenti; frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara

1
2

bertahap tiaptahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan


terus sampai tua.
Seksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias
bahkan pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa : Banyak golongan lansia tetap
menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut dan aktivitas
tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
Aktivitas dan perhatian seksual dari pasangan suami istri lansia yang sehat
berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari
pria,seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit
untukmenemukan pasangan hidup.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 90% gangguan seksual
disebabkan oleh faktor psikologis (psikoseksual). Walaupun pengaruh
psikologis cukup besar, ternyata faktor fisik semakin tinggi pada lansia.
Semakin tua usia seseorang, penyebab fisik dapat lebih besar daripada
penyebab psikologis.
B. Rumusan Masalah
Apa saja penurunan fungsi dan potensi seks pada lansia?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik
serta mengetahui penurunan fungsi dan potensi seks pada lansia.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiaswa mengetahui tentang penurunan fungsi dan potensi seks
pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Seksualitas
WHO (2002) dalam Dermatoto (2011) tentang seksualitas adalah suatu
aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan
perang gender, orientasi seksual erotisme, kenikmatan, kemesraan, dan
reproduksi. Seksualitas dialami dan diungkapkan dalam pikiran, khayalan
gairah, kepercayaan sikap nilai, perilaku, perbuatan, peran, dan hubungan.
Sementara seksualitas dapat meliputi semua dimensi ini. Tidak semuanya
selalu dialami atau diungkapkan. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor
biologis, psikologis, social, ekonomi, politik budaya etika hukum sejarah,
religi, dan spiritual.
Menurut Depkes RI pengertian seksualitas adalah suatu kekuatan dan
dorongan hidup yang ada diantara laki-laki dan perempuan, dimana kedua
makhluk ini merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya
keturunan yang sambung-menyambung sehingga eksistensi manusia tidak
punah (Abineno, 1999).

B. Aktifitas Seksual
Aktifitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya
memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ
kelamin atau seksual melalui beberapa perilaku. Misalnya berfantasi,
mansturbasi, meninton atau membaca pornografi, cium pipi, cium bibir,
petting, dan berhubungan seks (Inggrid, 2001).

C. Masalah Seksual Pada Lansia


Pertambahan usia menyebabkan perubahan pada jasmani pada pria atau
wanita. Perubahan tersebut dapat berdampak pada kemampuan seseorang
untuk melakukan dan menikmati aktifitas seksual. Sejalan dengan
bertambahnya usia, masalah seksual merupakan masalah yang tidak kalah

3
4

pentingnya bagi pasangan usia lanjut. Masalah ini meliputi ketakutan akan
berkurangnya atau bahkan tidak berfungsinya organ sex secaranormal sampai
ketakutan akan kemampuan secara psikis untuk bisa berhubungan sex.
Disfungsi seksual dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana yang
meliputi berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi premature,
dan sakit pada alat kelamin sewaktu masturbasi. Orang yang secara fisik sehat
dan merasa sangat normal cenderung melakukanaktivitas seksual sepanjang
hidup mereka, kira-kira mendekati usia 70-an. Ini berarti tidakada waktu yang
khusus kapan seseorang berhenti melakukan hubungan seks hanya karena
beberapa pasangan menonaktifkan diri dari kegiatan itu (Masland, 2006).
Penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada
usia madya (40-60 tahun) terdapat pada perubahan-perubahan kemampuan
seksual mereka.
Wanita memasuki masa menopause atau perubahan hidup. Adapun pria
mengalami masa klimaterik pria. Terdapat fakta yang berkembang bahwa
perubahan tersebut merupakan bagian yang normal dari pola kehidupan dan
juga diketahui bahwa perubahan-perubahan psikologis selama usia madya
lebih merupakan akibat dari tekanan emosional dari pada gangguan fisik.
Alexander dan Allison dalam Darmojo (2010) mengatakan bahwa pada
dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktifitas seksual pada usia
lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar
dari aspek vascular, hormonal, dan neurologiknya.
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila
ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut (Kaplan) dalam Darmojo
(2010) adalah berikut ini:
1. Fase Hasrat (Desire)
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan,
harapankultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia
wanita mungkinmenurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias
bervariasi. Interval untukmeningkatkan hasrat seksual pada lansia pria
5

meningkat serta testosterone menurunsecara bertahap sejak usia 55 tahun


akan mempengaruhi libido.
2. Fase Arousal
Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang, terjadi penurunan
flushing,elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-
otot, iritasi uretra dan kandung kemih.
Lansia pria: ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu
kuat,penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat penurunan
testosterone; elevasi testis ke perineum lebih lambat.
3. Fase Orgasme (Orgasmic)
Lansia wanita: tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit
konstaktil kemampuan mendapatkan orgasme multiple berkurang.
Lansia pria: kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan
jumlah kontraksi otot berkurang, volume ejakulasi menurun.
4. Fase Setelah Orgasme (Pasca Orgasmic)
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai
timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi.

D. Penurunan Fungsi Seksual


Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali
menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia
seperti :
 Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada
lansia.
 Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya.
 Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
 Pasangan hidup telah meninggal.
 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan
jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
6

Disfungsi seksual dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana yang


meliputi berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi prematur,
dan sakit pada alat kelamin sewaktu masturbasi.
Perubahan Fisiologi Dan Aktivitas Seksual yang diakibatkan oleh
proses menua menurut Kaplan (dalam Darmajo 2010) :
Fase
tanggapan Pada lansia wanita Pada lansia pria
seksual
Fase desire Terutama dipengaruhi oleh Interval untuk meningkatkan
penyakit baik dirinya sendiri hasrat melakukan kontak seksual
atau pasangan, masalah meningkat, hasrat sangat
hubungan antar keduanya, dipengaruhi oleh penyakit
harapan cultural dan hal-hal kecemasan akan kemampuan seks
tentang harga diri. Desire dan masalah hubungan antara
pada lansia wanita mungkin pasangan. Mulai usia 55 tahun
menurun dengan makin testosterone menurun bertahap
lanjutnya usia, tetapi hal ini yang akan mempengaruhi libido
bisa bervariasi.
Fase arousal Pembesaran payudara Membutuhkan waktu lebih lama
berkurang, semburan panas untuk ereksi, ereksi kurang begitu
dikulit menurun, elastisitas kuat, testosterone menurun,
dinding vagina menurun, produksi seperma menurun
iritasi uretra dan kandung bertahap mulai usia 40th, elevasi
kemih meningkat, otot-otot testis ke perineum lebih lambat
yang menegang pada fase ini dan sedikit penguasaan atas
menurun ejakulasi biasanya membaik
Fase orgasmic Tanggapan orgasmic Kemampuan mengontrol ejakulasi
(fase mungkin kurang intens membaik,
muscular) disertai sedikit kontraksi,
kemampuan untuk
mendapatkan orgasme
multiple berkurang dengan
makin lanjutnya usia
Fase pasca Mungkin terdapat periode Periode refrakter memanjang
orgasmic refrakter, dimana secara fisiologis, dimana ereksi
pembangkitan gairah secara dan orgasme berikutnya lebih
segera lebih sukar sukar terjadi
7

Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan


fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
1. Penyebab iatrogenic
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang
mungkinmembuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi
terhadap fungsi seksual.
2. Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan
langsung atau tidakdengan seks dan system reproduksi mungkin
memacu disfungsi seksual psikogenik.
Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam gangguan
seksual pada lansiaadalah sebagai berikut :
 Gangguan hasrat
 Tahap pemanasan
 Orgasme
 Rasa nyeri
 Sakit fisik
 Obat dan alkohol
 Gangguan yang tidak khusus
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seksualitas adalah suatu kekuatan dan dorongan hidup yang ada
diantara laki-laki dan perempuan, dimana kedua makhluk ini merupakan suatu
sistem yang memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung-
menyambung sehingga eksistensi manusia tidak punah (Abineno, 1999).
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila
ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut (Kaplan) dalam Darmojo
(2010) :
 Fase Hasrat (Desire)
 Fase Arousal
 Fase Orgasme (Orgasmic)
 Fase Setelah Orgasme (Pasca Orgasmic)

B. Saran
Pada lansia masih bisa menimbulkan ereksi maupun ejakulasi,
seandainya pada masa muda lansia tersebut melakukan olahraga yang dapat
meningkatkan produktifitas tubuhnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L.Ch., 1999. Seksualitas dan Pendidikan Seksual. Jakarta : Gunung


Mulia.

Inggrid, 2001. Seks dan seksualitas, dalam digilid, Unimus.ac.id/download.php.id.


diakses tanggal 20 Maret 2014

Darmojo., (2010), Keperawatan Gerontik, Jakarta; EGC.

Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Anda mungkin juga menyukai