Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA


Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III

Disusun Oleh :

1. Afifa Nurul Rofiqoh


2. Dewi Ariyanti Puspita Sari
3. Gita Anggi Siti Nurwulandari
4. Maulidiani Dwi Arfiyanti
5. Nenden Puspita A
6. Pipit Pitriyani
7. Ratna Komala
8. Sri Winarni
9. Tifani Dwiyanti S
10. Wati Haryanti
11. Yogi Prasetyo W

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KASUS OSTEOSARKOMA”. Di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas
Keperawatan Medikal Bedah III Tahun Ajaran 2019-2020.
Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan pada kasus Osteosarkoma. Materi
yang diangkat dimulai dari konsep kasus Osteosarkoma, kasus Osteosarkoma dan, asuhan
keperawatan pada kasus Osteosarkoma. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat keselahan dalam makalah ini. Kami
pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar
di kemudian hari kami bisa menyusun makalah yang lebih sempuna lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir khususnya:
1. Ns. H. Kanapi., S. Kep., M.Kep. selaku koordinator kampus II STIKKU.
2. Ns. Reni Fatmawati., S.Kep. selaku ketua Prodi SI Ilmu Keperwatan kampus II
STIKKU.
3. Ns. Lia Mulyati., S.kep., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperwatan
Medika Bedah III.
4. Orang tua kami yang selalu mendukung kami.
5. Teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Cirebon, 12 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan .....................................................................................
1.4 Metode Penulisan .....................................................................................
1.5 Manfaat Penulisan ....................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................
2.1 Konsep Osteosarkoma ..............................................................................
2.1.1 Definisi ............................................................................................
2.1.2 Etiologi .............................................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis .............................................................................
2.1.4 Klasifikasi Osteosarkoma ................................................................
2.1.5 Penatalaksanaan Medis .....................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................
2.1.7 Komplikasi .......................................................................................
2.1.8 Patofisiologi ......................................................................................
2.2 Konsep Askep Terkait Osteosarkoma ......................................................
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................
2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan ..................................................
2.2.3 Perencanaan Keperawatan ................................................................
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................
3.1 Kasus Osteosarkoma ................................................................................
3.3 Pembahasan Kasus Osteosarkoma ...........................................................
BAB I V PENUTUP .................................................................................................
4.1 Kesimpulan...............................................................................................

i
4.2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteosarkoma yang disebut juga osteogenik sarkoma adalah tumor maligna yang
berada pada tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Osteosarkoma
atau osteogenik sarkoma ini dipergunakan bukan karena tumor membentuk tulang,
tetapi karena pembentukan tumor ini berasal dari sel osteoblastik dari sel-sel
mesenkim primitive. Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar
secara cepat pada periosteum dan jaringan ikat diluarnya. Osteosarkoma biasanya
terdapat pada metafisis tulang panjang dimana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal
growthplate) yang sangat aktif; yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan
fibula,proksimal humerus, dan pelvis. Pada orang tua dengan umur di atas 50 tahun,
osteosarskoma dapat terjadi akibat degenerasi ganas dari penyakit paget, dengan
proknosis sangat jelek. (Muttaqin , A., 2008)
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Kanker tulang (osteosarkoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15-25 tahun (
pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.
Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada
akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Osteosarkoma cendrung tumbuh pada bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut, seperti pada tulang paha ( ujung bawah), tulang lengan atas (ujung atas) dan
tulang kering (ujung atas). Ujung tulang- tulang tersebut merupakan daerah dimana
terjadi perubahan dan kesepatan pertumbuhan terbesar.meskipun demikian,
osteosarkoma juga bisa tumbuh dibagian tulang lainya. Sampai sekarang penyebab
pasti belum diketahui

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisiOsteosarkoma ?
2. Bagaimana etiologi Osteosarkoma ?
3. Apa klasifikasi Osteosarkoma ?
4. Bagaimana Patofisiologi Osteosarkoma ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami defenisi osteosarkoma
2. Mengetahui dan memahami etiologi osteosarkoma
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi osteosarkoma
4. Mengetahui dan memahami patofisiologis osteosarkoma
5. Mengetahui dan memahami asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Osteosarkoma.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
Metode pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
maupun informasi di internet.
1.5 Manfaat
1. Mengetahui defenisi osteosarkoma
2. Mengetahui etiologi osteosarkoma
3. Mengetahui manifestasi klinis osteosarkoma
4. Mengetahui patofisiologis osteosarkoma
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP OSTEOSARKOMA


2.1.1 Definisi
Osteosarkoma yang disebut juga osteogenik sarkoma adalah tumor maligna
yang berada pada tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal.
Osteosarkoma atau osteogenik sarkoma ini dipergunakan bukan karena tumor
membentuk tulang, tetapi karena pembentukan tumor ini berasal dari sel osteoblastik
dari sel-sel mesenkim primitive.
Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar secara cepat pada
periosteum dan jaringan ikat diluarnya. Osteosarkoma biasanya terdapat pada
metafisis tulang panjang dimana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growthplate)
yang sangat aktif; yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula,proksimal
humerus, dan pelvis. Pada orang tua dengan umur di atas 50 tahun, osteosarskoma
dapat terjadi akibat degenerasi ganas dari penyakit paget, dengan proknosis sangat
jelek. (Muttaqin , A., 2008).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-
anak.Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada
anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa remaja
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. ( Saferi Wijaya, Meriza
Putri 2013).
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya osteosarkoma seringkali tidak diketahui. Namun peneliti
menemukan beberapa faktor resiko yang bisa mengakibatkan osteosarkoma. Hal ini
berkaitan dengan perubahan DNA yang terjadi sehingga mengakibatkan
osteosarkoma. DNA adalah bahan kimia yang ada di dalam setiap sel manusia yang
membentuk gen. DNA ini mengintruksikan semua yang dikerjakan oleh sel. Gen

3
(bagian dari DNA kita) berperan untuk mengontrol kapan sel tumbuh dan membelah.
Gen yang mempercepat pertumbuhan sel dan pembelahan disebut onkogen.
Sedangkan yang memperlambat pembelahan sel atau menyebabkan sel mati
pada waktu yang tepat disebut gen supressor tumor. Kanker dapat disebabkan oleh
perubahan DNA yang mengaktifkan onkogen atau menonaktifkan gen supressor
tumor.
1. Perubahan DNA yang diturunkan
Perubahan DNA yang diturunkan dari orang tua dapat memicu terjadinya
osteosarkoma. Mutasi yang terjadi akan mengakibatkan seseorang beresiko
tinggi untuk terkena kanker, seperti kanker payudara, kanker otak,
osteosarkoma, dan kanker yang lain.
2. Perubahan DNA yang diperoleh
Osteosarkoma tidak sepenuhnya disebabkan oleh mutasi DNA yang
diturunkan. Akumulasi mutasi yang diperoleh sepanjang hidup seseorang juga
dapat mengakibatkan terbentuknya sel kanker. Mutasi DNA tidak memiliki
sebab yang jelas namun terlihat ada kesalahan saat sel bereplikasi. Sel-sel
membelah dengan cepat, menciptakan sel baru dengan DNA yang salah
sehingga meningkatkan resiko terjadinya kanker (seperti osteosarkoma).
(American Cnacer Society, 2011).

2.1.3 Manifestasi Klinis


Osteosarkoma biasanya terdapat di daerah lutut pada anak-anak dan dewasa
muda, terbanyak pada distal dan femur. Sangat jarang ditemukan pada tulang-tulang
kecil di kaki maupun di tangan, begitu juga pada kolumna vertebralis. Apabila
terdapat pada kaki biasanya mengenai tulang besar pada kaki bagian belakang yaitu
pada tulang talus dan kalkaneus, dengan proknosis yang lebih jelek. Sering
didapatkan adanya riwayat fraktur patologis. Pada anamnesis, keluhan utama yang
paling sering muncul adalah nyeri, deformitas, dan hambatan mobilitas fisik.
Kondisi dari keluhan dirasakan secara perlahan-lahan disertai adanya nyeri
pada sekitar lesi dan kesulitan dalam menggerakkan ekstremitas yang terlibat.

4
Keluhan nyeri makin lama makin berat sampai klien terbangun saat tidur karena
adanya nyeri. Keluhan biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan seringkali
dihubungkan dengan trauma. Terdapat benjolan pada daerah dekat sendi
yangseringkali sangat besar, nyeri tekan dan tampak pelebaran pembuluh darah pada
kulit di permukaannya. Tidak jarang menimbulkan efusi pada sendi yang berdekatan.
Sering juga ditemukan adanya patah tulang patologis. Pada pengkajian regional
biasanya akan didapatkan tanda dan keluhan seperti berikut ini:
a. Look
Terlihat adanya nyeri (kesakitan), pembesaran jaringan dan tanda-tanda
peradangan. Adanya nyeri menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan ke jaringan sekitarnya, dan seberapa diameter ukuran dari
benjolan/pembesaran jaringan tersebut. Tanda-tanda peradangan seperti
kemerahan pada sisi lesi, pembengkakan atau benjolan dengan sisi lesi yang
tidak jelas dan tidak mudah bergerak, palpasi hangat pada pusat lesi secara
lokal, keluhan nyeri dan penurunan fungsi pergerakan ekstremitas yang
terlibat baik bagian distal maupun proksimal.
b. Feel
Keluhan nyeri tekan, jaringan tumor mudah bergerak atau masih bisa
digerakkan dan tumor ganas jaringan biasanya tidak mudah digerakkan atau
bersifat kaku dan tidak bergerak.
c. Move
Keterbatasan pergerakan dan kelemahan fisik. Keterbatasan pergerakan
berhubungan dengan penurunan rentang gerak. Gangguan ini biasanya
semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya
rasa nyeri dan makin besarnya benjolan/pembengkakan pada klien. (Muttaqin
, A., 2008).

2.1.4 Klasifikasi
A. Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat
diklasifikasikan sebagi berikut :

5
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana
kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke
bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke
paru-paru. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma
dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat
terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam
2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred)
setelah itu telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam
jaringan dimana pertama kali atau mungkin datang kembali di
bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam
paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu
2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi
adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
B. Klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor
tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang
usia 10 – 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang
sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau
beberapa benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa
osteokondroma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu
osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.

6
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di
bagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan
nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau
diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto
rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren
atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsy
untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi
kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang
tumbuh pada ujung tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun.
Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk
adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui
pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa
tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala
yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang
khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan
melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya
tumbuh di lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua
tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada
malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah.
Kadang otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini
akan membaik setelah tumor diangkat. Scaning tulang

7
menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi
yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit
ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan
seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang khusus.
Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya
cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita
enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri biasa
diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun.
Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke
jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan
tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui
pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan
cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang
tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan
pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor
akan muncul kembali setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor
ini biasa tumbuh menjadi kanker.
2.1.5 Penatalaksanaan
A. Konservatif
Penanganan kanker tulang metastatisis adalah paliatif, dan sasaran
terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan klien sebanyak
mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk
menangani kanker asal. Fiksasi interna fraktur patologi dapat mengurangi
kecacatan dan nyeri yang timbul.
B. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu penatalaksanaan tambahan pada tumor
tulang yang ganas dan jaringan lunak. Obat-obatan yang dipergunakan adalah

8
metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin dan sisplatinum. Pemberian
kemoterapi biasanya dilakukan pada pre/postoperasi.
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma,
terbukti dalam 30 tahun belakangan ini dengan kemoterapi dapat
mempermudah melakuan prosedur operasi penyelamatan ekstremitas.
Kemoterapi juga mengurangi metastase ke paru-paru dan sekalipun ada,
mempermudah melakukan eksisi pada metastase tersebut. Regimen standar
kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkoma adalah
kemoterapi preoperatif (preoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan
induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperatif (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant
chemotherapy.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk
osteosarkoma adalah: doxorubicin (Adriamycin), cisplatin Platinol),
ifosfamide (Ifex), mesna (Mesnex), dan methotrexate dosis tinggi
(Rheumatrex¨). Protokol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan
cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi
induksi (neoadjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah
dengan ifosfamide Kemoterapi obat bekerja dengan menyerang sel-sel yang
membelah dengan cepat, itulah sebabnya mereka bekerja melawan sel kanker.
Anak-anak tampaknya memiliki keuntungan lebih dari orang dewasa
ketika datang untuk kemoterapi. Mereka cenderung memiliki efek samping
yang kurang parah dan pulih dari efek samping yang lebih cepat. Karena ini,
dokter dapat memberikan dosis tinggi kemoterapi untuk mencoba untuk
membunuh tumor. Efek samping dari kemoterapi tergantung pada jenis dan
dosis obat yang diberikan dan jangka waktu mereka diambil. Efek samping
Umum: Banyak obat kemoterapi dapat menyebabkan efek samping seperti
mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, diare, rambut rontok, dan
sariawan. Karena kemoterapi dapat merusak sel penghasil darah dari sumsum

9
tulang, pasien mungkin memiliki jumlah sel darah rendah. (Noor, H.
Z.,2012).

Jumlah darah rendah sel dapat mengakibatkan:


1. Meningkatnya kemungkinan infeksi (dari kekurangan sel darah putih)
2. Pendarahan atau memar setelah luka kecil atau luka (dari kekurangan
trombosit)
3. Kelelahan atau sesak napas (dari rendah jumlah sel darah merah) Sebagian
besar efek samping jangka pendek dan cenderung hilang setelah pengobatan
selesai. Sering ada cara untuk mengurangi efek samping ini. (American
Cancer Society, 2011)
C. Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi
tumor-tumor ganas yang radiosensitive dan dapat juga sebagai
penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi dilakukan. Kombinasi
radioterapi dapat pula diberikan bersama-sama dengan kemoterapi.
Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang dapat dioperasi, misalnya
ada metastasis atau keadaan lokal yang dapat memungkinkan untuk tindakan
operasi. (Noor, H. Z.,2012).
1. Terapi Radiasi Eksternal adalah jenis terapi radiasi yang paling sering
digunakan sebagai pengobatan untuk osteosarkoma. Sebelum perawatan
dimulai, dilakukan pemeriksaan dengan MRI untuk menentukan lokasi
yang benar agar radiasi diberikan dengan dosis yang tepat. Beberapa
teknik yang lebih baru, seperti terapi intensitas radiasi dimodulasi
(IMRT) dan konformal terapi proton balok, memungkinkan dokter untuk
lebih akurat dalam melakukan perawatan pada tumor sekaligus
mengurangi paparan radiasi pada jaringan sehat di dekatnya. Misalnya,
osteosarkoma dapat mulai di tulang panggul atau tulang dari wajah,
terutama rahang. Dalam situasi ini, sering tidak mungkin untuk
sepenuhnya mengangkat kanker. Sebisa mungkin akan dihapus, dan

10
kemudian radiasi diberikan untuk mencoba membunuh kanker yang
tersisa. Kemoterapi dapat digunakan setelah radiasi. Radiasi juga dapat
membantu dalam mengontrol gejala seperti rasa sakit dan bengkak. Efek
samping dari terapi radiasi eksternal tergantung pada dosis radiasi dan di
mana ia ditujukan. Jangka pendek efek samping bisa terjadi reaksi pada
kulit (sering seperti terbakar sinar matahari) dan kelelahan.
2. Obat radioaktif (radiofarmasi), seperti samarium-153, juga kadang-kadang
digunakan untuk mengobati gejala seperti rasa sakit pada orang dengan
osteosarcoma. Samarium-153 ini disuntikkan ke dalam vena dan
kemudian terkumpul di tulang. Setelah itu, radiasi akan membunuh sel
kanker dan mengurangi beberapa rasa sakit yang disebabkan oleh
metastasis tulang. Obat ini sangat membantu ketika kanker telah
menyebar ke tulang banyak, karena eksternal radiasi sinar akan perlu
ditujukan pada setiap tulang yang terkena. Efek samping utama obat ini
adalah penurunan jumlah sel darah, yang bisa meningkatkan risiko infeksi
atau perdarahan, terutama jika jumlah darah sudah rendah. (American
Cancer Society, 2011)
D. Intervensi Bedah
Oleh karena adanya bahaya metastasis pada tumor maligna, maka
koombinasi kemoterapi dimulai sebelum dilanjutkan setelah pembedahan
sebagai usaha mengeradikasi lesi mikrometastasis. Harapannya adalah
kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih tinggi dengan tingkat
toksisitas yang rendah sambil menggabungkan resistensi terhadap obat. Saat
ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam operasi
suatu osteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan melakukan
rekonstrusinya kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari
ektermitas merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi.
Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage tidak dapat
atau tidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor,
terjadi kehilangan cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga

11
memerlukan kecakapan untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas
tersebut. Biasanya untuk rekonstruksi digunakan endo-prostesis dari methal.
Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik sehingga penderita dapat
menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara cepat, memberikan
stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik dan
memuaskan. Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent
seperti pada sebelum operasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka
dilakukan pengawasan terhadap kekambuhan tumor secara lokal maupun
adanya metastase, dan komplikasi terhadap proses rekonstruksinya.
Biasanya komplikasi yang terjadi terhadap rekonstruksinya adalah:
longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik. Pemeriksaan fisik secara
rutin pada tempat operasinya maupun secara sistemik terhadap terjadinya
kekambuhan maupun adanya metastase. Pembuatan plain-foto dan CT scan
dari lokal ekstremitasnya maupun pada paru-paru merupakan hal yang harus
dikerjakan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama
post operasinya, dan setiap 6 bulan pada 5 tahun berikutnya. (Khaidir Muhaj,
2010).

2.1.6 Pemeriksaan penunjang


A. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan alkaline phosphatase
dan lactodehydrogenase, yang mana ini dihubungkan dengan kepastian diagnosis
dan prognosis dari osteosarkoma tersebut. (Noor, H. Z.,2012)
B. Radiodiagnosis
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan
keganasan relatif dari tumor tulang. Gambaran tepi lesi yang tidak tegas
menandakan bahwa ada proses infasi tumor ke jaringan tulang yang berada
disekitarnya. Pada foto polos menunjukkan lesi yang agresif pada daerah metafise
tulang panjang. Rusaknya gambaran trabekule tulang dengan batas yang tidak
tegas tanpa reaksi endoosteal. Tampak juga campuran area radioofak dan

12
radioosulen, oleh karena adanya proses distruksi tulang (bone destruction) dan
proses pembentukan tulang (bone formation). CT scan dan MRI dilakukan untuk
mendeteksi adanya ekstensi dari tumor ke jaringan sekitarnya, termasuk juga pada
jaringan neurovascular atau invasinya pada jaringan otot. (Noor, H. Z.,2012).

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul anatar lain gangguan produksi antibodi, infeksi
yang biasanya disebabkan karena kerusakan sumsum tulang yang luas, merupakan
efek kemoterapi, radioterapi, dan steroid yang dapat menyokong terjadinya
leukopenia, fraktur patologis, gangguan ginjal, dan sistem hematologis, serta
hilangnya anggota ekstremitas. Komplikasi lenih lanjut adalah adanya tanda –tanda
apatis dan kelemahan.

2.1.8 Patofisiologi
Tumor ini sering ditemukan di daerah metafisis tulang panjang terutama pada
radius-ulna distal dan menimbulkan berbagai manifestasi pada masalah yang
dikeluhkan klien. Pembesaran progresif tumor menyebabkan penekanan saraf
medianus dan radialis sehingga menimbulkan respon nyeri hebat pada klien
osteosarkoma lengan bawah. Pembesaran tumor juga menyebabkan terbatasnya
pergerakan klien sehingga menghambat mobilisasi. Membutuhkan ulkus dari luka
osteosarkoma menyebabkan kerusakan integritas jaringan dan menimbulkan sensasi
bau yang tidak nyaman pada klien dan orang terdekat.
Progresifitas pertumbuhan tumor yang sangat cepat berpengaruh terhadap
status sitemik. Peningkatan laju metabolisme menimbulkan dampak pada pemakaian
energi dan protein sehingga berpengaruh terhadap perubahan secara umum, seperti
kelemahan fisik, anoreksia menimbulkan dampak pada ketidakseimbangan
pemenuhan nutrisi. Penurunan imunitas dan pertumbuhan sel yang cepat memakai
persediaan sek darah merah sehingga sel darahmerah cepat lisis dan klien
osteosarkoma terlihat pucat karena penurunan progresif hemoglobin. Interfensi
medis, baik kemoterapi maupun amputasi pada lengan bawah menimbulkan dampak

13
yang sangat hebat pada penerimaan psikologis klien.Klien sering menolak, cemas,
dan terjadi perubahan pada konsep dirinya. (Noor, H. Z.,2012) .
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, bebrapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi
jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau
miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid.

14
PATHWAY OSTEOSARCOMA

TERPAPAR SINAR TRAUMA VIRUS HEREDITER


RADIOAKTIF, DAN ONKOGENIK
BAHAN
KARSINOGENIK

KERUSAKAN GEN

KERUSAKAN TERPUTUSNYA PROLIFERASI SEL TULANG SECARA


INTEGRITAS KONTINUITAS ABNORMAL
JARINGAN JARINGAN

NEOPLASMA
OPERASI

AMPUTASI TINDAKAN MEDIS OSTEOSARCOMA KERUSAKAN STRUKTUR


TULANG

CACAT PERMANEN JARINGAN-JARINGAN SEKITAR


DI INVASI OLEH TUMOR TULANG LEBIH RAPUH

HAMBATAN
GANGGUAN CITRA
MOBILITAS FISIK PENINGKATAN PENEKANAN
DIRI
PADA JARINGAN SEKITAR RESIKO FRAKTUR

SUPLAI O2 KE JARINGAN PEMBULUH DARAH TERTEKAN MENEKAN SYARAF-


RESIKO TINGGI
MENURUN DAN MUDAH RUPTUR/PECAH SYARAF SEKITAR
CIDERA

KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
RESIKO PERDARAHAN PERSEPSI NYERI
JARINGAN PERIFER

NYERI AKUT

15
2.2 KONSEP ASKEP TERKAIT OSTEOSARKOMA
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar tahap keperawatan pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan
menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu pengkajian harus diteliti
secara cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat di
identifikasi (Rohmah, 2008).
a. Pengumpulan data
1. Identitas Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada
2. Identitas klien : nama, umur,jenis kelamin, agama, pendidikan,pekerjaan,
tanggal masuk RS, tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor rekam
medik, diagnosa medis, alamat.
3. Identitas penanggung jawab : nama, umur, pendidikan, pekerjaan,hubungan
dengan klien, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga
mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis. Keluhan utama pada
pasien Osteosarkoma adalah nyeri.
Menurut Baredero, M (2008) rasa nyeri merupakan salah satu akibat dari
penyakit kanker yang paling ditakuti pasien. Sebenarnya, nyeri adalah
gejala kanker yang paling akhir.Nyeri dirasakan pada tahap awal karena
kanker masih terlokalisasi. Sekitar 5-10% pasien tumor padat merasa nyeri
yang mengganggu kegiatan sehari-hari.Lebih dari 90% pasien mengalami
nyeri jika pasien mengalami nyeri jika kanker sudah berkembang dan
bermetatasis.
c. Riwayat Kesehatan sekarang

16
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi
petugas kesehatan dalam menegakan diagnosis atau menentukan kebutuhan
pasien dengan menggunakan konsep PQRST (Smeltzer & Bere, 2012)
P: (Paliatif / provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan
memperingan serta memberatkan keluhan.
Q: (Quality / Kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya
serta berapa sering keluhan itu muncul.
R: (Region / Radiation), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran
keluhan sejauh mana.
S: (Scala / Severity), intensitas keluhan dirasakan, apakah sampai
mengganggu atau tidak.
T: (Timming), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-
ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu diketahui apakah ada penyakit dahulu yang pernah dialami klien yang
memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya
hipertensi, diabetes melitus, asma.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa
dengan klien atau penyakit keturunan lain, karena klien Osteosarkoma
penyebabnya bisa dari riwayat keturunan (genetik).
f. Keadaan Umum
1. Penampilan
Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat lemah dan
lesu ketika banyak bergerak dan beraktivitas.
2. Kesadaran
Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya)
dengan GCS 15-14, apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12, samnolen
(keadaan keasadaran yang mau tidur saja) dengan GCS 11-10, delirium
(keadaan kacau motorik) dengan GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran

17
yang menyerupai koma) dengan GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang
hilang sama sekali)dengan GCS<7).
3. Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudahsakit.
4. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu :
a. Tekanan darah
b. Pemeriksaan denyut nadi
c. Pemeriksaan respirasi
d. Pemeriksaan suhu
g. Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secarahead to toe dan
di dokumentasikan secara persistem yangmeliputi:
1. Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret padalubang
hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas,auskultasi bunyi napas
apakah bersih atau ronchi,serta frekuensi napas
2. Sistem kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapikeadaan
tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakanindividu.
3. Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui peristaltik
usus.
4. Sistem persyarafan
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsikranial, dan
fungsi sensori mengkaji : Nyeri superfisial,sensasi suhu, sensasi posisi
(Fransisca, 2008)
5. Sistem penginderaan
Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguanpada klien
Osteosarkoma.

18
6. Sistem muskuloskeletal
Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerakpersendian
tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerakbawah, ketidaknyamanan
atau nyeri yang dikatakan klienwaktu bergerak, observasi adanya luka,
adanya kelemahan danpenurunan toleransi terhadap aktifitas. Pengkajian
system motorik keseimbangan koordinasi gerakan adalah, cepat,berselang-
selang, dan ataksia (Fransisca, 2008)
7. Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, danfungsi
perabaan.Kaji keadaan luka.Pada klien Osteosarkomaterdapat luka dengan
panjang tergantung dari luas luka,terdapat kemerahan dan terjadi
pembesaran pada daerah luka.
8. Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada
kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak.Biasanya tidak ada
masalah pada sistem endokrin.
9. Sistem perkemiha
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan danbenjolan.
h. Pola Aktivitas
Pada klien Osteosarkoma biasanya aktivitas sehari-harinya terganggu begitu
juga pada status personal hygiene akan mengalami perubahan sehingga
personal hygiene klien dibantu oleh keluarga atau perawat di ruangan.
i. Data Penunjang
Menurut Nursalam (2008), data penunjang adala sebagai berikut :
1. Data psikologi
Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaanoleh
perawat. Menurut Smeltzer (2012) Koping Efektif. Pasien dan
keluarganya didorong untuk mengungkapkan rasa takut, keprihatian
dan perasaan mereka. Mereka membutuhkan dukungan dan perasaan
diterima agar mereka mampu dampak tumor maligna. Perasaan

19
terkejut, putus asa, dan sedih pastiakan terjadi, maka rujukan ke
perawat psikiatri, ahli psikologi, konselor atau rohaniawan perlu
diindikasikan untuk bantuan psikologik khusus.
2. Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnyabaik ketika
dirumah atau dirumah sakit.Biasanya adaperubahan tingkah laku
karena menahan nyeri luka operasi yang dirasakan klien.
3. Data spiritual
Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama
sakit. Perlu pula dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya
dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi
klien tentang penyakitnya. Aktivitas ibadah klien Osteosarkoma
biasanya terganggu.
4. Data ekonomi
Menurut Smiltzer (2012) kemandirian versus ketergantunga
merupakan isu pada klien yang menderita keganasan. Gaya hidup akan
berubah secara drastis, keluarga harus didukung dalam menjalankan
penyesuaian yang harus dilakukan.
a. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
1. Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk
dengan atau tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk
produktif.
2. Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, dan bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah,
Intoleransi makanan.Tanda: Perubahan berat badan (BB),
penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot,
Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.

20
3. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses,
nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya :
nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering
berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
4. Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak, Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen,
tingkat stress tinggi
5. Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada
malam hari.
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
6. Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
7. Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara
mandiri akibat kelemahan yang dialami.
8. Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin
hebat atau dangkal.
Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
9. Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan
gerak sendi, Ruam kulit, ulserasi.
10. Komunikasi dan Sosialisasi

21
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.

2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.


2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal
4. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai O2
menurun
7. Resiko Perdarahan berhungan dengan pembuluh darah tertekan.

2.2.3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk
berhubungan asuhan keperawatan nyeri secara mengetahui
dengan proses selama 1x24 jam, masalah komprehensif skala nyeri.
patologik atau nyeri akut dapat teratasi (lokasi, 2. Untuk
inflamasi. dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, mengkaji
1. Mampu mengontrol frekuensi, dan faktor respon nyeri.
nyeri, penyebab nyeri, prespitasi). 3. Untuk
mampu menggunakan 2. Kaji kultur yang mengatasi
teknik non mempengaruhi nyerinya.
farmakologi untuk respon nyeri.
mengurangi nyeri. 3. Kolaborasi
2. Skala 9 pemberian analgetik.

22
Gangguan citra Tujuan : Setelah 1. Diskusikan dengan 1. Untuk
tubuh dilakukan asuhan klien tentang mengetahui
berhubungan keperawatan selama 1x24 perubahan dirinya. kemampuan
dengan adanya jam masalah Gangguan 2. Monitor frekuensi klien dalam
tumor. Citra Tubuh dapat teratasi pernyataan klien. perubahannya
dengan kriteria hasil : 3. Berikan dukungan 2. Untuk
1. Mampu dan libatkan mengetahui
mengidentifikasi keluarga untuk frekuensinya
kekuatan personal. klien. 3. Untuk
2. Mempertahankan memberikan
interaksi sosial. dukungan dan
suport secara
mental dan
spiritual.
Hambatan Tujuan : Setelah 1. Kaji kemampuan 1. Untuk
mobilitas fisik dilakukan asuhan klien dalam mengetahui
berhubungan keperawatan selama 1x24 mobilisasi. kemampuan
dengan jam masalah Hambatan 2. Beri tahu keluarga klien dalam
penurunan mobilitas fisik dapat pasien untuk mobilisasi.
kekuatan dan teratasi dengan kriteria mendampingi dan 2. Untuk
kerusakan hasil : bantu klien saat menghindari
musculoskeletal 1. Aktivitasi klien mobilisasi dan terjadinya
. meningkat. penuhi kebutuhan resiko cedera
2. Memverbalisasikan klien. pada klien.
perasaan dalam 3. Beri alat bantu jika 3. Untuk
meningkatkan kekuatan klien mempermudah
dan kemampuan memerlukannya. klien dalam
berpindah. 4. Konsultasikan mobilisasi.
dengan terapi fisik 4. Untuk

23
tentang rencana mengetahui
ambulasi sesuai rencana
dengan kebutuhan. ambulasi
kebutuhan
klien.

Resiko cidera Tujuan : Setelah 1. Identifikasi 1. Untuk


berhubungan dilakukan asuhan kebutuhan mengetahui
dengan tumor. keperawatan selama 1x24 keamanan klien kebutuhan
jam masalah Resiko berdasarkan level keamanan
cidera dapa teratasi dengan fisik dan fungsi klien secara
kriteria hasil : koognitif serta koognitif.
1. Klien terbebas dari riwayat kebiasaan 2. Agar klien
cidera. sebelumnya. terhindar dari
2. Klien mampu 2. Pindahkan benda – benda
menjelaskan faktor benda berbahaya berbahaya.
resiko dari lingkugan/ dari lingkungan 3. Untuk
perilaku personal. klien. memberitahu
3. Mampu menggunaka 3. Siapkan klien bila terjadi
fasilitas kesehatan yang dengan telfon cidera.
ada. emergency.
Resiko Tujuan : Setelah 1. Anjurkan klien untuk 1. Agar tidak
kerusakan dilakukan asuhan menggunakan pakaian terkena kulit
integritas kulit longgar. lukanya.
keperawatan selama
berhubungan 2. Jaga kebersihan kulit 2. Untuk tetap
1x24 jam masalah
dengan efek agar tetap bersih dan terjaga dan
radiasi. resiko kerusakan kering. bersih.
integritas kulit dapat 3. Mobilisasi klien 3. Untuk
terjadi dengan kriteria (ubah posisi) setiap 2 menggerakan

hasil : jam sekali. posisi pasien

24
1. Integritas kulit yang 4. Oleskan lotion atau lebih nyaman.

baik bisa minyak. 4. Agar tidak


telalu kering
dipertahankan.
kulitnya.
2. Menunjukan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cedera
berulang.
Ketidakefektifa
n perfusi
jaringan perifer
berhubungan
dengan suplai
O.2 menurun
Resiko
Perdarahan
berhungan
dengan
pembuluh darah
tertekan.

25
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus Osteosarkoma


An. BO 17 tahun merupakan anak yang aktif mengikuti ekstra kurikuler di
sekolahnya, kurang lebih 3 bulan yang lalu klien mengeluh ada benjolan di tungkai
kanannya, terasa panas dan nyeri. Kemudian klien ke RS dan kemudian dilakukan
biopsy pada benjolan di kaki kanannya. Dengan hasil T3N3M1. Dan sekarang klien
dirawat di ruang orthopedi dengan keluhan tungkai bawah kanan yang mengalami
pembengkakan. Klien mengatakan nyeri pada kakinya dirasakan terus menerus, pada
skala 9 (0-10).
Klien tampak menggigit sarung bantal dan sesekali menangis. Tampak massa
sebesar bola tenis ditungkai kanan, kemerahan, mengkilap. Kulit sekitar benjolan
tampak merah, dibagian puncak benjolan tampak tampak luka terbuka berukuran 2x3
cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau. Klien mengatakan disentuh dan
bergesekan kain saja akan menyebabkan nyeri bertambah. Klien saat ini dipersiapkan
untuk dilakukan tindakan amputasi. Keluarga belum memberitahukan penyakit klien.

26
3.2 Pembahasan kasus Osteosarkoma
3.2.1 Pengkajian

1. Biodata
Nama : An. BO
Usia : 17 tahun
Alamat :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : (msh sekolah)
Agama : Islam
Diagnosa Medis : Osteosarcoma
2. Riwayat Kesehatan
3. Keluhan Utama: Nyeri pada tungkai kanan
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kurang lebih 3 bulan lalu klien mengeluh ada benjolan di tungkai kanannya,
terasa panas dan nyeri dengan skala 9 pada rentan 0-10. Nyeri bertambah
apabila disentuh dan bergesekan dengan kain saja.
5. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Tanyakan apakah klien mempunyai riwayat terapi radiasi untuk pengobatan
kanker sebelumnya
6. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: tampak massa sebesar bola tenis di tungkai kanan, kemerahan,
mengkilap. Kulit sekitar benjolan tampak merah, dibagian puncak
benjolan tampak luka terbuka berukuran 2x3 cm yang mengeluarkan
pus berwarna hijau dan bau
Palpasi: ada pembesaran lokal (benjol) dengan ukuran sebesar bola tenis dan
terasa panas. Kaji juga karakteristik benjolan serta lihat apakah ada
atropi pada otot atau spasme otot yang menunjukan tingkat
kemampuan aktivitas
Perkusi: -
Auskultasi: -

27
7. Tanda-tanda Vital
8. Pemeriksaan Diagnostik
biopsy: T3N3M1 = stadium IV (stadium lanjut).

3.2.2 Analisa Data


Data Fokus Etiologi Masalah
DS: klien Mediator Kimia Nyeri (akut/kronik)
menyatakan nyeri b.d invasi tumor
pada kakinya Permebilitas Kapiler secara langsung
dirasakan terus pada jaringan lunak
menerus, klien Bradikinin, Prostaglandin ditandai dengan
tampak menggigit Shift cairan ke intrastisial klien mengatakan
sarung bantal dan nyeri pada kakinya
sesekali menangis Nosiseptor Edema dengan skala 9
DO: skala nyeri 9
(0-10) Medula Spinalis Tumor

Cortex Serebri

Menekan saraf perifer

Persepsi Nyeri

Nyeri
DS: - Peregangan Kulit Infeksi b.d invasi
DO: dibagian mikoorganisme
puncak benjolan Laserasi kulit ditandai dengan
tampak luka adanya luka di
terbuka berukuran Timbul Luka terbuka puncak benjolan yg
2x3cm yg mengeluarkan pus

28
mengeluarkan pus >105 mikroorganisme hijau dan bau
hijau dan bau
Infeksi
DS: klien Permebilitas Kapiler Hambatan
mengatakan nyeri mobilitas fisik b.d
bertambah ketika Shift cairan ke intrastisial ukuran dan
disentuh dan penyebaran tumor,
bergesekan Edema kalemahan, dan
dengan kain saja efek akhir penyakit
DO: T3N3M1 Tumor etastatic ditandai
(ada metastase) dengan klien
tampak massa Menekan saraf perifer mengatakan nyeri
sebesar bola tenis ketika bersentuhan
Hambatan mobilitas fisik dengan kain saja,
ada massa sebesar
bola tenis di kaki
DS: keluarga Terapi radiasi, kemoterapi Kecemasan b.d
klien belum kehilangan kontrol
memberitahukan Keilangan kontrol dan kehilangan dan kebutuhan
penyakit klien sistem dukungan sistem dukungan
DO: Klien ditandai dengan
terlihat tampak Ansietas keluarga klien
lemas dan pucat belum
memberitahukan
penyakit klien
DS: - Vasodilatasi Termoregulasi b.d
DO: Lessi teraba peningkatan kalor
hangat Vaskularisaseritema ditandai dengan
lessi teraba hangat
Nutrisi+O2

29
Energi

Kalor

Termoregulasi
DS: Klien Perubahn sel-sel tulang dan jaringan Risiko gangguan
mengatakan sulit lunak citra diri b.d
berjalan. hilangnya bagian
DO: klien tampak Nekrotik jaringan tbh sekunder
sulit melakukan terhadap tindakan
aktivitas sehari- Disfungsi jaringan amputasi
hari.
Pencegahan metastase

Amputasi

Hilangnya sebagian tubuh

Gg. Citra diri


DS: Klien Peregangan Kulit Resiko Integritas
mengatakan kulit kulit b.d laserasi
merasa kering. Laserasi kulit kulit
DO: Klien
tampak pucat. Timbul Luka terbuka

Resiko integritas kulit

Port d’ entry

30
mikroorganisme

Infeksi

3.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri (akut/kronik) b.d invasi tumor secara langsung pada jaringan lunak
ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada kakinya dengan skala 9.
2. Infeksi b.d invasi mikoorganisme ditandai dengan adanya luka di puncak
benjolan yg mengeluarkan pus hijau dan bau.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d ukuran dan penyebaran tumor, kalemahan,
dan efek akhir penyakit etastatic ditandai dengan klien mengatakan nyeri
ketika bersentuhan dengan kain saja.
4. Kecemasan b.d kehilangan kontrol dan kebutuhan sistem dukungan
ditandai dengan keluarga klien belum memberitahukan penyakit klien.
5. Risiko gangguan citra diri b.d hilangnya bagian tbh sekunder terhadap
tindakan amputasi.
6. Resiko Integritas kulit b.d laserasi kulit

3.2.4 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri kronik Tupen: Mandiri: 1. Informasi memberikan
b.d invasi tumor Nyeri 1. Tentukan riwayat data dasar untuk
secara langsung berkurang nyeri (lokasi, mengevaluasi kebutuhan
pada jaringan Tupan: frekuensi, durasi, keefektifan intervensi.
lunak ditandai Nyeri hilang/ intensitas, dan 2. Pendekatan dengan
dengan klien teratasi tindakan penghilang). menggunakan relaksasi
mengatakan 2. Jelaskan dan bantu dan nonfarmakologi

31
nyeri pada klien terkait dengan lainnya dapat
kakinya dengan tindakan pereda nyeri menunjukkan keefektifan
skala 9 pada nonfarmakologi dan dalam menurunkan nyeri.
rentang 0-10 noninvasive 3. Meningkatkan relaksasi
3. Berikan tidakan dan membantu
kenyamanan dasar memfokuskan kembali
(misal reposisi dan perhatian.
aktivitas hiburan). 4. Analgesik dapat memblok
4. Ajarkan metode lintasan nyeri sehingga
distraksi. Dorong nyeri akan berkurang.
penggunaan
keterampilan
manajemen nyeri
(missal teknik
relaksasi visualisai,
tertawa, sentuhan
therapeutic).
2. Hambatan Tupen: klien Mandiri: 1. Mengetahui tingkat
mobilitas fisik dapat 1. Kaji mobilitas yang kemampuan klien dalam
b.d ukuran dan melakukan ada dan observasi melakukan tindakan.
penyebaran gerakan adanya peningkatan 2. Gerak aktif memberikan
tumor, maksimal kerusakan. Kaji massa, tonus, dan
kalemahan, dan sesuai secara teratur fungsi kekuatan otot, serta
efek akhir kemampuan motoric memperbaiki fungsi
penyakit Tupan: klien 2. Bantu ADL sesuai jantung dan pernapasan.
metastatic dapat kebutuhan. Anjurkan 3. Mempertahankan
ditandai dengan melakukan klien untuk fleksibilitas sendi sesuai
klien ADL dengan beraktivitas sesuai kemampuan.
mengatakan baik kemampuan 4. Kemampuan mobilisasi

32
nyeri ketika 3. Ajarkan klien untuk ekstremitas dapat
bersentuhan melakukan gerak aktif ditingkatkan dengan
dengan kain pada ekstremitas yang latihan fisik yang
saja, T3N3M1, sehat diberikan oleh tim
ada massa Kolaborasi: fisioterapi.
sebesar bola Kolaborasi dengan ahli
tenis di kaki fisioterapi untuk melatih
fisik klien
3. Infeksi b.d Tupen: Mandiri 1. Warna kuning/hijau dana
invasi pengeluaran 1. Observasi warna, bau, adanya bau
mikoorganisme pus dan karakteristik pus. mengindikasikan adanay
ditandai dengan berkurang Catat drainase, infeksi.
adanya luka di dan luka kurangi faktor infeksi 2. Mengurangi kontak
puncak benjolan bersih nosokomial seperti infeksi dari orang lain.
yg Tupan: mencuci tangan 3. Membantu meningkatkan
mengeluarkan infeksi sebelum dan sesudah daya tahan tubuh terhadap
pus hijau dan teratasi melakukan tindakan penyakit dan mengurangi
bau dengan baik keperawatan resiko infeksi akibat
dan tidak 2. Pantau / batasi sekresi yang statis.
terjadi infeksi kunjungan 4. Menunjukkan kemampuan
nosokomial 3. Bantu perawatan diri secara umum dan
dan keterbatasan kekuatan otot serta
aktivitas sesuai merangsang pengembalian
toleransi. Bantu sistem imun.
program latihan.
4. Ansietas Tupen: Mandiri: 1. Mencegah dampak
berhubungan kecemasan 1. Bantu klien serangan jantung
dengan berkurang mengekspresikan selanjutnya.
kehilangan Tupan: perasaan. Beri 2. Dapat menghilangkan

33
control dan kecemasan kesempatan klien ketegangan terhadap
kebutuhan hilang mengungkapkan kekhawatiran yang tidak
sistem ansietasnya. diekspresikan
dukungan, 2. Kaji tanda verbal dan 3. Reaksi verbal/nonverbal
ditandai nonverbal ansietas, dapat menunjukkan
dengan…. dampingi klien, dan agitasi, marah, dan
lakukan tindakan bila gelisah.
klien menunjukan 4. Konfrontasi dapat
perilaku merusak meningkatkan rasa marah,
3. Lakukan tindakan menurunkan kerja sama,
untuk mengurangi dan mungkin
ansietas. Beri memperlambat
lingkungan yang penyembuhan.
tenang dan suasan 5. Memberikan waktu untuk
yang penuh istirahat. mengekspresikan
4. Berikan privasi perasaan, menghilangkan
kepada klien dan ansietas, dan perilaku
orang terdekat adaptasi.
5. Resiko Tupen: Mandiri: 1. Deteksi dini adanya
gangguan kilapan dan 1. Inspeksi kulit setiap gangguan sirkulasi,
integritas kulit kemerahan hari, pantau kulit dan hilangnya sensasi, resiko
berhubungan pada kulit membran mukosa tinggi kerusakan integritas
dengan laserasi berkurang untuk mengetahui kulit, dan kemungkinan
kulit Tupan: adanya iritasi, komplikasi immobilisasi
kondisi kulit kemerahan atau lecet- 2. Menghindari tekanan dan
klien kembali lecet meningkatkan aliran
normal 2. Anjurkan klien untuk darah.
latihan ROM dan 3. Menghindari kerusakan
mobilisasi jika kapiler-kapiler

34
mungkin 4. Meningkatkan integritas
3. Gunakan bantal air kulit dan mengurangi
atau pengganjal yang resiko kelembapan kulit.
lunak di bawah 5. Hangat dan pelunakan
daerah-daerah yang adalah tanda kerusakan
menonjol jaringan.
4. Bersihkan dan
keringkan kulit. Jaga
tangan tetap kering
6. Resiko Tupen: Mandiri: 1. Menentukan bantuan
gangguan citra klien 1. Kaji perubahan individual dan menyusun
diri mengerti persepsi dan rencana perawatan atau
berhubungan tentang hubungannya dengan pemilihan intervensi
dengan tindakan derajat 2. Menghidupkan kembali
hilangnya yang akan ketidakmampuan perasaan kemandirian,
bagian tubuh dilakukan 2. Berikan informasi membantu perkembangan
sekunder Tupan: kepada klien tentang harga diri, dan
terhadap klien dapat tindakan amputasi mempengaruhi proses
tindakan menerima yang akan dilakukan rehabilitasi.
amputasi kondisinya 3. Anjurkan orang 3. Menunjukkan penerimaan,
nantinya terdekat untuk membantu klien untuk
mengizinkan klien mengenal, dan mulai
melakukan banyak menyesuaikan dengan
hal untuk dirinya perasaan tersebut.

3.2.5 Implementasi
Dx Implementasi

35
1. ̵ Melakukan pengkajian nyeri
̵ Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
̵ Memberikan obat analgetik
2. ̵ Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
̵ Memberi alat bantu yaitu tongkat untuk melakukan mobilisasi
̵ Mengkonsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
3. ̵ Mengobservasi warna, bau, dan karakteristik pus
̵ Memantau / membatasi kunjungan
̵ Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi.
̵ Bantu program latihan.
4. ̵ Membantu klien mengekspresikan perasaan
̵ Memberi lingkungan yang tenang dan suasan yang penuh istirahat.
̵ Memberikan privasi kepada klien dan orang terdekat
5. ̵ Mengunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-
daerah yang menonjol.
̵ Membersihkan dan keringkan kulit, agar terjaga tangan tetap kering.
̵ Anjurkan klien untuk latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin
6. ̵ Memberikan informasi kepada klien tentang tindakan amputasi yang
akan dilakukan.
̵ Menganjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan
banyak hal untuk dirinya.

3.2.6 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri (akut/kronik) b.d invasi tumor secara S: klien mengatakan
langsung pada jaringan lunak ditandai dengan nyeri pada kakinya terus
klien mengatakan nyeri pada kakinya dengan - menerus.

36
skala 9. O: klien tampak
meringis kesakitan.
A: Masalah terjadi
sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
Melakukan
pengkajian nyeri secara
komprenshif (lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, dan faktor
presipitasi skala nyeri 9).
2. Infeksi b.d invasi mikoorganisme ditandai S: -
dengan adanya luka di puncak benjolan yg O: Keadaan umum klien
mengeluarkan pus hijau dan bau lemas dan pucat
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
Mengobservasi warna,
bau, dan karakteristik
pus. Catat drainase,
kurangi faktor infeksi
nasokomial.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d ukuran dan S: Klien mengatakan
penyebaran tumor, kalemahan, dan efek akhir sulit berjalan
penyakit etastatic ditandai dengan klien O: Keadaan umum klien
mengatakan nyeri ketika bersentuhan dengan lemah
kain saja, A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

37
Mengkaji mobilitas
yang ada dan observasi
adanya peningkatan
kerusakan. Kaji secara
teratur.
4. Kecemasan b.d kehilangan kontrol dan S: Keluarga klien
kebutuhan sistem dukungan ditandai dengan mengatakan klien sudah
keluarga klien belum memberitahukan tidak cemas lagi.
penyakit klien. O: Keadaan umum klien
baik
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
5. Risiko gangguan citra diri b.d hilangnya S: Klien mengatakan
bagian tubuh sekunder terhadap tindakan sulit berjalan
amputasi. O: Keadaan umum
lemah
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Menganjurkan orang
terdekat untuk
mengajarkan klien
melakukan banyak hal
untuk dirinya.
6. Resiko Integritas kulit b.d laserasi kulit S: Klien mengatakan
kulit sudah membaik
O: Keadaan umum klien
baik dan terlihat sehat.
A: Masalah teratasi

38
P: Hentikan Intervensi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak
laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.

39
Penyebab yang pasti tidak diketahui .bukti- bukti mendukung bahwa
osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan. Untuk kanker tulang sekunder
merupakan metastase dari kanker primer diorgan lain, misalnya pada payudara paru,
prostat, ginjal dll.
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau cepat.
Deficit neurologik (misalnya : nyeri progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia,
retensia urine), parestesia, paraplegia, retensia urine). Harus diidentifikasi awal dan
ditangani dengan laminektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda spinalis
permanent.

4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma ini, diharapkan
nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang
berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami kanker tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini
bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lainyang membutuhkannya.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2012). Osteosarcoma. Atlanta, Ga. American Cancer


Society 2012.
Kawiyana, Siki (2010). Osteosarkoma Diagnosa dan Penanganannya. SMF
Orthopedi dan Traumatologi
Muttaqin , A. (2008). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

40
NANDA NIC – NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.
Yogyakarta: Media Hardy
Noor, H. Z. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi,2013. Panduan penyusunan asuhan
keperawatan profesional. Jakarta: EGC
Pearce.C Evelyn, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia
Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yokyakarta: Nuha Medika
Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

41

Anda mungkin juga menyukai