PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi
hingga penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau
kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu sistem yang melekat dengan
tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan
terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi
tentang perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS,
pemakai laporan keuangan syariah, tujuan laporan keuangn, asumsi dasar,
unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan serta pengukuran unsur-unsur
laporan keuangan terseut. Relevansi bab ini adalah sebagai dasar dalam
memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam membuat
standar akuntansi standar.
B. Rumusan Masalah :
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut PSAK?
2. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI?
C. Tujuan Masalah:
Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut PSAK.
2. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI.
BAB II
PEMBAHASAN
8. Asumsi dasar
a. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya
bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadi
(dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan. Namun, dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian
hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang
dimaksud adalah keuntungan bruto.
b. Kelangsungan usaha.
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya
dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul representation) dari
yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat
disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal
sebagai berikut:
1) Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
2) Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi yang sesuai dengan prinsif syari’ah dan bukan hanya
bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).
3) Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan
pihak tertentu saja (netral).
4) Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
5) Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas
syari’ah antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat dibandingkan, informasi
tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan
tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar
akuntansi yang berlaku.
KEWAJIBAN xxx
Kewajiban segera xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
Simpanan xxx
Simpanan dari bank lain xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx
Pembiayaan yang diterima xxx
Utang pajak xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
Pinjaman yang diterima xxx
Kewajiban lainnya xxx
Pinjaman subordinasi xxx
Jumlah Kewajiban
EKUITAS xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo laba (rugi) xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas xxx
LAPORAN LABA-RUGI
A. KESIMPULAN
Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan
mengikuti paradigma dari sitem ekonominya. Jadi, akuntansi
memerlukan kerangka dasar untuk akuntansi dan pelaporan keuangan , tidak
tekecuali dalam akuntansi syariah. Ada berbagai macamkerangka
dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan dasar penyusunan dan penyajiann laporan
keuangan syariah (KDPPLKDS) menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi
menurut AAOIFI. Berbagai macam kerangka dasarakuntansi tersebut
memiliki perbedaan. KDPPLKDS menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi
menurut AAOIFI mempunyai perbedaan dalam segi paradigma, asas,
karakteristik, bentuk laporan keuangan, syarat laporan keuangan dll.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Sri nurhayati dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia jilid 3. Jakarta:
Salemba Empat.
Wiyono, Slamet dan Taufan Mualamin. 2013. Memahami Akuntansi Syariah Di
Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media.