Dasar Teori
Dasar Teori
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Pengukuran
1.2.1 Definisi Pengukuran
Pengukuran dapat didefinisikan dalam beberapa definisi, yaitu:
1. Menurut Taufiq Rochim (2001: 78), pengukuran adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran acuan atau pembanding atau referensi.
2. ............................................................................................................... (Sumber)
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengukuran adalah
.........................................................................................................................................
..........................................................................................
Beri Gambar
Sumber dari buku
Beri Gambar
Sumber dari buku
Beri Gambar
Sumber dari buku
Beri Gambar
Sumber dari buku
Beri Gambar
Sumber dari buku
Metrologi Ulir :................................................................. (sumber)
Beri Gambar
Sumber dari buku
mengenai statistik akan ada 2 harga batas yaitu harga batas atas dan harga batas
bawah. (Munadi, 1980: 14).
6. Kelonggaran
Merupakan perbedaan ukuran antara pasangan suatu komponen dengan
komponen lain dimana ukuran terbesar dari salah satu komponen adalah lebih
kecil daripada ukuran terkecil dari komponen yang lain. (Munadi, 1980: 14).
1.6.2 Pengubah
Pengubah berfungsi sebagai penerus atau pengolah semua isyarat yang
diterima oleh sensor. Dengan adanya pengubah, semua isyarat dari sensor
diteruskan ke bagian lain yaitu penunjuk atau pencatat yang terlebih dahulu
diubah oleh pengubah. Dengan demikian pengubah mempunyai fungsi
untuk memperjelas dan memperbesar perbedaan yang kecil dari dimensi
benda ukur. Ada beberapa jenis pengubah, yaitu : Mekanis, Elektris, Optis,
dan Pneumatis (Rochim, 2001: 106)
1.6.3 Penunjuk
Penunjuk adalah bagian alat ukur melalui mana harga sebagai hasil
suatu pengukuran ditunjukkan atau dicatat (Rochim, 2001: 135). Secara
umum, penunjuk ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Penunjuk yang mempunyai skala
Skala yang dimaksud disini berarti susunan garis yang beraturan
dengan jarak beraturan antara dua garis yang berdekatan dibuat tetap dan
mempunyai arti.
b. Penunjuk berangka
4. Histeristis
Histeristis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul ketika
dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan
(mulai dari skala 0 hingga skala maksimum kemudian diulangi dari skala
maksium hingga skala 0) (Rochim, 2001: 152)
5. Kepasifan
Kepasifan adalah waktu respon yang menjadi pada sebuah alat ukur mulai
dari sensor sampai penujuk, kepasifan terjadi apabila sensor telah memberikan
sinyal, namun penunjuk belum menunjukkkan perubahan nilai harga pada harga
ukur. (Rochim, 2001: 153)
6. Pergeseran
Pergeseran adlah penyimpangan yang terjadi dari harga – harga yang
ditunjukan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak
melakukan perubahan apa-apa. (Munadi, 1980: 74)
7. Kestabilan Nol
Merupakan kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor
tidak lagi bekerja. (Munadi, 1980: 75)
8. Pengambangan
Terjadi apabila jarum penunjuk selalu beruba posisinya (bergetar) atau angka
terakhir/paling kanan penunjuk digital berubah-ubah. (Rochim, 2001: 154)
Beri Gambar
Sumber dari buku
BAB II
PENGUKURAN LINIER
(BERI GAMBAR)
Pada gambar diatas terbaca 39 Skala Utama = 20 Skala Nonius Jadi besarnya
1 skala nonius = 1/20 x 39 Skala Utama = 1,95 Skala Utama Maka : Ketelitian
dari jangka sorong tersebut adalah =2 – 1,95 = 0,05 mm Atau : Ketelitian jangka
sorong itu adalah : 1 bagian Skala utama itu, dibagi sebanyak jumlah skala
nonius = 1/20 = 0,05 mm
(BERI GAMBAR)
(BERI GAMBAR)
(BERI GAMBAR)
Berfungsi untuk mengukur tebal dinding pipa dan tebal pelat yang
melengkung
(BERI GAMBAR)
berfungsi untuk mengukur lebar alur dan posisi alur terhadap tepi atau
alur lain.
(BERI GAMBAR)
1. Rahang sorong
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Rahang
caliper ditempelkan terlebih dahulu pada benda kerja yang akan
diukur sebelum rahang geser ditempelkan kemudian
2. Permukaan untuk mengukur bagian dalam (Internal jaws)
Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser atas. Bagian
ini digunakan untuk mengukur bagian dalam suatu benda
kerjaseperti celah pada benda atau diameter dalam silinder
b. Cara pembacaan
1. Anvil
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Anvil
ditempelkan terlebih dahulu mpada benda kerja yang akan diukur
sebelum spindle ditempelkan kemudian dengan memutar thimble.
2. Spindle
Adalah sebuah poros yang diputar melalui thimble sehingga
dapat bergerak maju mundur untuk menyesuaikan ukuran benda
yang diuji.
3. Sleeve
Adalah poros berlubang yang berulir tempat spindle dan
thimble bergerak maju mundur
4. Thimble
Digunakan untuk menggerakkan spindle.
5. Ratchet stop
Digunakan untuk memutar spindle ketika ujungnya sudah
mendekati benda kerja yang akan diukur dan kemudian untuk
memastikan spindle telah menempel rapat pada benda kerja yang
diukur.
6. Lock lever
Untuk mengunci spindle agar tidak bergeser saat dilepaskan
dari benda kerja yang diukur.
2. mikrometer digital
adalah suatu mikrometer yang pembacaanya besaran langsung ditunjukkan
oleh penunjuk digital
3.cara ukur
a. contoh ukuran yang diukur 58,975
(BERI GAMBAR)
Gambar ..2.31 Penulisan toleransi
Sumber ...........................
D=
b. penyimpangan fundamental
merupakan harga batas daerah toleransi yang paling dekat
dengan garis nol,seperti pada kualitas harga penyimpangan
fundamental juga dihitung dengan menggunakan rumus rumus
dengan diameter nominal CD sebagai variabel utamanya
3. . Benda Kerja
4. Vernier Caliper
b. Micrometer Outside
1. Benda Kerja
2. Micrometer Outside
2.4.2 Pembahasan
a. Vernier Caliper
Dari pengolahan data diatas, maka bisa didapatkan hasil kualitas lubang
dan kualitas poros. Namun, dari pengolahan data tersebut terdapat perbedaan
nilai hasil pengukuran pada 10 benda kerja yang diukur.
Perbedaan pengukuran itu terjadi pada hasil pengukuran data actual
poros pada benda kerja tidak sama dengan data teoritis poros. Sedangkan pada
lubang, data actual lubang pada benda kerja hampir semuanya sama dengan data
teoritis.
Perbedaan pengukuran yang terjadi pada poros dan lubang ini dapat
disebabkan oleh :
1. Kesalahan pengukur
Dalam melihat hasil pengukuran dan juga kesalahan pada
penempatan titik awal pada saat pengukuran. Dan Pengukur kurang teliti
dalam proses pengukuran.
2. Faktor objek ukur (Benda Kerja)
Adanya perbedaan ukuran benda kerja pada pengukuran lubang
dan poros yang dikarenakan pada saat proses pembuatan benda kerja
(proses produksi / pembubutan) tidak sama satu sama lain dengan ukuran
teoritis.
3. Alat pengukur
Pada alat ukur yang digunakan oleh pengukur (praktikan) belum
terkalibrasi dengan baik yang mengakibatkan adanya perbedaan hasil
pengukuran yang dihasilkan.
b. Micrometer Outside
1. Grafik Data Kelompok
2.4.3.2 Saran
BAB III
PENGUKURAN SUDUT dan ULIR
(BERI GAMBAR)
4. Bilah utama
Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada
piringan indeks. Panjang, lebar dan tebal dari bilah utama, sekitar
150/300 x 13 x 2 mm, dan kedua ujungnya dibuat menyudut masing –
masing sebesar 450 dan 600. Kedua tepi dibuat lurus dengan toleransi
kerataan sebesar 0.02 sampai 0.03 mm untuk seluruh panjangnya
2. Proyektor ( projector )
Proyektor digunakan untuk memproyeksikan cahaya kecermin
lalu diteruskan kelayar. Proyektor memiliki pembesaran yang
beragam, yaitu 10x, 25x, 50x, dan 100x.
3. Layar ( screen )
Layar adalah penerima cahaya yang telah diproyeksikan oleh
proyektor. Pada layar terdapat garis silang untuk memposisikan
bayangan benda ukur. piringan layar dapat diputar 360o untuk dapat
membaca sudut bayangan.
A B
Gambar 3.11 (A) Eretan , (B) Meja
Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya
5. Alat ukur
Pada profil proyektor digunakan tiga alat ukur yang berjenis
vernier digital untuk membaca panjang, lebar, dan sudut. Alat ukur ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
A B
Gambar 3.12 Alat ukur (A) Sudut, (B) Jarak
Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya
6. Switch
Terdapat tiga switch pada profil proyektor, yaitu : switch lampu
utama, switch angle vernier, dan switch lampu sorot fleksibel. Yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
A
Gambar 3.13 Switch (A) angleBvernier, (B) lampuCutama, (C) lampu sorot
Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya
Gambar 3.16 mengecek sudut benda ukur dengan sudut susunan blok sudut
Sumber : .......................................
Dimana :
n = jumlah gang per inchi
p = jarak puncak ulir
H = kedalaman ulir
hb = kedalaman ulir luar
hm = kedalaman ulir dalam
E = Diameter tusuk
Fungsi Ulir
Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk
menggabungkan atau menyambung beberapa komponen
menjadi satu unit produk jadi (Munadi, 1980: 152). Berdasarkan
hal ini maka fungsi dari ulir secara umum dapat dikatakan
sebagai berikut:
a. Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa
komponen menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang
digunakan adalah ulir segi tiga baik ulir yang menggunakan
standar ISO, British Standardmaupun American Standard.
b. Sebagai penerus daya, artinya sistem ulir digunakan untuk
memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya
sistem ulir pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir
(transportir) pada mesin-mesin produksi, dan sebagainya.
c. Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya
kebocoran, terutama pada sistem ulir yang digunakan pada
pipa. Kebanyakan yang dipakai untuk penyambungan pipa ini
adalah ulir-ulir Whitworth.
(BERI GAMBAR)
(BERI GAMBAR)
2. Benda kerja
3. Profile projector
Spesifikasi
Merk : Mitutoyo
Type : PJ 311
Tahun: 1986
Ketelitian : 1µm (linier) dan 1 min (sudut)
3.4.2 Pembahasan
a. Pembahasan hasil pengukuran karakteristik ulir dengan nilai standar
Selisih pengukuran actual dengan teoritis :
Diameter mayor : 11,798 - 11,5 = 0,298
Diameter Minor : 10,286 - 10,5 = -0,214
Pitch : 1,199 - 1,25 = -0,051
Sudut ulir : 57o 58” - 60o = -2o 2”
Kedalaman ulir : 0,831 - 0,75 = 0,081
pengukuran. Selain itu factor objek ukur yang berbentuk ulir juga dapat
mempengaruhi karena sering terlihat ujung ulir yang tumpul, sehingga
sulit untuk menentukan ujung dari ulir tersebut.
b. Pembahasan pengukuran kepresisian kelompok
BAB IV
PENGUKURAN VARIASI
Gambar 4.1
Sumber :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
B. Pengukuran Kelurusan
cermat (0.02 mm/m atau 0.01 mm/m) atau dengan autokilomator (kecermatan
sampai 0.1 detik). Memang kedua alat tersebut alat ukur sudut, dengan
demikian pemeriksaan kelurusan permukaan dilakukan secara berurutan
untuk panjang garis pengukuran dengan memperhatikan perubahan sudut
yang kecil akibat dari ketidak lurusan permukaan yang disarankan oleh alat
ukur tersebut. (Rochim, 2006: 353)
Beberapa contoh cara pengukuran kelurusan menurut Munadi (1980: 205)
adalah sebagai berikut :
Dengan meletakkan mistar baja sedemikian rupa di atas permukaan bidang ukur
maka dapat dilihat apakah muka ukur balok tersebut masuk dalam kategori lurus atau
tidak. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada arah memanjang, melebar dan arah
diagonal. Kesimpulan yang diambil adalah: bila terlihat adanya celah antara muka ukur
dan mistar baja maka dikatakan bahwa permukaan bidang ukur kelurusannya tidak baik.
Pemeriksaan kelurusan yang sederhana ini banyak dilakukan pada pekerjaan mengikir
rata permukaan (Munadi, 1980: 205).
Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur ini bisa digunakan untuk melihat kelurusan
dalam arah horizontal (penyimpangan ke kiri atau ke kanan) dan kelurusan dalam arah
vertikal (penyimpangan ke atas atau ke bawah). Agar pemeriksaan memberikan hasil
yang teliti maka pelaksanaannya harus dilakukan di atas meja rata (surface table).
Antara benda ukur dengan landasan jam ukur harus diberi pelat lurus (straight edge)
atau yang sejenis agar gerakan dari jam ukur tetap stabil sehingga tidak merubah posisi
penekanan sensor terhadap muka ukur. Pada waktu meletakkan
sensor pada muka ukur sebaiknya jarum penunjuk menunjukkan skala pada
posisi nol. Seandainya muka ukurnya relatif panjang maka sebaiknya panjang muka
ukur tersebut dibagi dalam beberapa bagian yang besarnya jarak tiap-tiap bagian
tergantung pada pertimbangan si pengukur sendiri. Antara bagian satu dengan yang lain
diberi tanda titik atau garis pendek/strip. Pada masing-masing titik inilah nantinya dapat
digambarkan besarnya penyimpangan dari kelurusan muka ukur. Dengan demikian
dapat diketahui bagian-bagian mana dari muka ukur yang tidak lurus. Sebagai contoh
dapat dilihat Gambar 4.11a. dan 4.11b. berikut ini.
penyimpangan ke arah bawah atau ke kiri maka penyimpangannya diberi tanda minus
(-). Penyimpangan dengan tanda positif atau negatif bukan berarti bertanda positif (+)
lebih baik dari pada yang bertanda negatif (-). Baik penyimpangan itu bertanda positif
atau negatif, pengambilan keputusan didasarkan pada harga-harga batas yang diijinkan.
Apabila hasil pemeriksaan ternyata melampaui harga-harga batas yang diijinkan maka
dikatakan bahwa tingkat kelurusan dari muka ukur benda ukur adalah tidak baik atau
rendah, tanpa memperhatikan apakah penyimpangannya ke arah yang bertanda plus
(positif) atau ke arah yang bertanda minus (negatif). Secara grafis dapat dilihat sebuah
contoh hasil pemeriksaan kelurusan yang sudah dinyatakan dalam bentuk garis, Gambar
4.12.
Dari Gambar 4.12 panjang muka ukur diambil misalnya 150 milimeter yang
dibagi menjadi 15 bagian yang sama dengan panjang masing-masing bagian 10
milimeter. Dengan demikian ada 15 titik pemeriksaan yang pada tiap-tiap itulah
dicantumkan harga pengukurannya. Dari harga-harga ini lalu dapat dibuat semacam
grafik seperti tampak pada Gambar 6.3. tersebut. Dengan cara di atas nampaknya hanya
cocok untuk pemeriksaan sisi muka ukur yang relatif sempit tanpa arahnya memanjang
(bagian sisi tebal benda ukur). Seandainya muka ukur cukup lebar pada arahnya
memanjangnya maka pemeriksaan kelurusan dapat dilakukan beberapa kali pada posisi
yang berbeda-beda menurut pertimbangan yang lebih menguntungkan dalam proses
pengukuran. Jadi, pemeriksaannya tidak hanya pada satu garis, melainkan bisa lebih
dari satu garis. Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur tidak saja bisa dilakukan
terhadap benda berbentuk balok, tetapi juga bisa digunakan untuk memeriksa kelurusan
poros. Gambar 4.13. menunjukkan salah satu conto pemeriksaan kelurusan poros.
Analisis hasil pemeriksaannya bisa dilakukan seperti yang sudah dibicarakan di atas
(Gambar 4.12).
C. Pengukuran kerataan
Suatu bidang rata teoritik dapat dibuat dengan menggeserkan suatu
garis lurus diatas dua buah garis lain yang sejajar (dua garis tepi). Garis
lurus tersebut dinamakan sebagai “garis pembentuk”(generator line). Jadi,
pada suatu bidang rata dapat di imajinasikan garis-garis pembentuk yang
sejajar yang tidak terhingga banyaknya.
Apabila kedua garis tepi. Di atas dimana garis pembentuk itu
digeserkan, ternyata tidak sejajar (namun proyeksi salah satu pada bidang
garis lain membentuk dua garis yang sejajar), yang akan terbentuk bukanlah
bidang yang rata, melainkanbidang terpuntir (twisted plane). Jika garis-garis
pembentuk ini di letakakkan pada bidang yang terpuntir, proyeksi garis-garis
pada bidang rata ideal masih tetap sejajar. Bila garis garis terbentuk pada
posisi menyilang tegak lurus terhadap garis-garis pembentuk semula, garis-
garis pembentuk semula dan yang baru akan saling berpotongan tegak lurus
meskipun bidang nya tidak merupakan bidang rata. (Rochim, 2006: 359)
dalam metrologi yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran geometris benda
melalui pengalaman penelitian. (Munadi, 1980: 223)
a. Batasan permukaan dan parameter-parameternya
(Jelaskan perbedaan istilah “permukaan” dengan “profil”)
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
(Sebut dan jelaskan istilah-istilah mengenai profil permukaan, contoh : profil
geometrik ideal, profil terukur, dll………….……………….….………………….….…
………………………………………………………………………………….................
Menentukan kekasaran rata-rata (Ra) dapat pula dilakukan secara grafis. Adapun
caranya adalah sebagai berikut :
Pertama, gambarkan sebuah garis lurus pada penampang permukaan yang diperoleh
dari pengukuran (profil terukur) yaitu garis X – X yang posisinya tepat
menyentuh lembah paling dalam, gambar 7.5a.
Kedua, ambil sampel panjang pengukuran sepanjang L yang memungkinkan
memuat sejumlah bentuk gelombang yang hampir sama.
Ketiga, ambil luasan daerah A di bawah kurve dangan menggunakan planimeter
atau dengan metode ordinat. Dengan demikian diperoleh jarak garis center C – C
terhadap garis X – X secara tegak lurus yang besarnya adalah :
Keempat, sekarang diperoleh suatu garis yang membagi profil terukur menjadi dua
bagian yang hampir sama luasnya, yaitu luasan daerah di atas (P1+ P2+ ... dan
seterusnya) dan luasan daerah di bawah (Q1+ Q2 + ... + dan seterusnya). Lihat gambar
7.5b. Dengan demikian maka Ra dapat ditentukan besarnya yaitu :
Kekasaran rata-rata dari puncak ke lembah ,Rz sebetulnya hampir sama dengan
kekasaran rata-rata aritmetis Ra, tetapi cara menentukan Rz adalah lebih mudah
daripada menentukan Ra, Gambar 7.6. menunjukkan cara menentukan Rz. Sampel
Kemudian buat garis lurus horizontal di bawah profil permukaan. Tarik garis tegak
lurus dari masing-masing ujung puncak dan lembah ke garis horizontal. Dengan cara
ini maka diperoleh harga Rz yang besarnya adalah :
2. Benda kerja
(Terlampir)
No Sudut ulir
Kelompok 21 Kelompok 22 Kelompok 08
Right Left Right Left Right Left
Measurement measurement Measurement measurement Measurement measurement
1 0 mm 0 mm -0,02 mm -0,01 mm 0 mm 0 mm
2 -0,02 mm 0,01 mm -0,01 mm -0,01 mm 0,02 mm 0 mm
3 -0,03 mm 0,02 mm -0,03 mm 0,01 mm 0,03 mm -0,03 mm
4 -0,04 mm 0,03 mm -0,06 mm 0,02 mm 0,01 mm -0,03 mm
5 -0,06 mm 0,04 mm -0,04 mm 0,03 mm 0,04 mm -0,02 mm
6 -0,07 mm 0,05 mm -0,05 mm 0,04 mm 0,05 mm -0,02 mm
7 -0,07 mm 0,05 mm -0,05 mm 0,04 mm 0,06 mm -0,05 mm
8 -0,06 mm 0,06 mm -0,07 mm 0,05 mm 0,07 mm -0,05 mm
9 -0,07 mm 0,07 mm -0,07 mm 0,05 mm 0,07 mm -0,07 mm
10 -0,07 mm 0,08 mm -0,07 mm 0,07 mm 0,05 mm -0,05 mm
.4.2 Pembahasan
a. Pembahasan pengukuran kepresisian kelurusan kelompok
Left Measurement