Anda di halaman 1dari 81

Laboratorium Metrologi Industri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


(Diisi Sendiri)

1.2 Pengukuran
1.2.1 Definisi Pengukuran
Pengukuran dapat didefinisikan dalam beberapa definisi, yaitu:
1. Menurut Taufiq Rochim (2001: 78), pengukuran adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran acuan atau pembanding atau referensi.
2. ............................................................................................................... (Sumber)
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengukuran adalah
.........................................................................................................................................
..........................................................................................

1.2.2 Fungsi Pengukuran


a. Untuk mengetahui dan mengamati dimensi suatu bahan yang telah diproduksi atau di
standarkan.
b. Untuk keperluan analisis dan interpretasi.
c..Proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendeskripsikan suatu
produk

1.2.3 Klasifikasi Pengukuran


A. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung adalah pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca
secara langsung pada alat ukurnya.

Beri Gambar
Sumber dari buku

B. Pengukuran Tak Langsung


Pengukuran tak langsung adalah pengukuran yang dilaksanakan dengan
menggunakan lebih dari satu alat ukur (pembanding, standar, dan alat ukur bantu).
Contoh : Blok Ukur

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


1
Laboratorium Metrologi Industri

Beri Gambar
Sumber dari buku

1.2.4 Klasifikasi Alat Ukur


Menurut (munadi, 1980: 71)
A. Sifat alat ukur dapat dibedakan menjadi:
1. Alat ukur langsung, hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala
ukurnya. Misalkan jangka sorong, mikrometer, dsb
2. Alat ukur pembanding, alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Dipakai sebagai pembanding alat ukur lain. Misalnya: jam ukur (dial
indicator), pembanding (comparator)
3. Alat ukur standart, alat ukur yang mempunyai harga ukuran tertentu, biasanya
digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding, misal: blok ukur (gauge
block), batang ukur (lenght bar) dan master ketinggian (height master)
4. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
dimensi objek ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran, misalnya:
kaliber-kaliber batas (go and no go).
5. Alat ukur bantu, alat ukur yan sifatnya hanya sebagai pembantu dalam proses
pengukuran, misalnya: dudukan mikrometer, penyangga jam ukur, dsb.

B. Alat ukur berdasarkan jenis benda


 Alat ukur linier
 Langsung :............................................................... (sumber)
Beri Gambar
Sumber dari buku
 Tak langsung:...........................................................(sumber)

Beri Gambar
Sumber dari buku

 Alat ukur Sudut :................................................................ (sumber)


Contoh alat ukur sudut langsung:

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


2
Laboratorium Metrologi Industri

Beri Gambar
Sumber dari buku

Contoh alat ukur sudut tak langsung:

Beri Gambar
Sumber dari buku
 Metrologi Ulir :................................................................. (sumber)
Beri Gambar
Sumber dari buku

 Alat ukur kedataran, kelurusan, dan kerataan ..................... (sumber)


Beri Gambar
Sumber dari buku

1.4. Metrologi dan Kontrol kualitas


1.4.1 Definisi Metrologi dan Kontrol kualitas
Metrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran geometris suatu
produk dengan cara dan alat yang tepat sehingga hasil pengukurannya mendekati
kebenaran dari keadaan yang sesungguhnya (Munadi,1980: 8).
Kontrol kualitas merupakan kegiatan pengukuran karakteristik produk yang
dibandingkan dengan acuan yan dibakukan atau distandartkan (Rochim, 2001: 9)
(Nyatakan pendapat anda hubungan antara Metrologi dengan kontrol
kualitas) ..............................................................................................................................
...............

1.4.2 Jenis – jenis Metrologi


A. Metrologi industri
Merupakan pengukuran dari sisi geometris suatu produk dengan memastikan
bahwa sistem pengukuran berfungsi dengan baik. Penggunaan metrologi ini digunakan
ketika menentukan kepresisian suatu produk yang berkaitan dengan kontrol kualitas
dalam dunia industri.
B. Metrologi Legal

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


3
Laboratorium Metrologi Industri

Pengukuran yang berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan standart -


standart pengukuran dan pemeliharaan suatu produk. Metrologi legal menonjolkan
aspek hukum untuk melindungi konsumen dari penyalahgunaan alat ukur dalam
perdagangan (Rochim, 2001: 77)
C. Metrologi Ilmiah
Ilmu metrologi yang berkaitan dan digunakan untuk pengembangan keilmuan dan
penelitian yang biasa digunakan di dunia pendidikan dan keilmuan. Biasanya
penggunaan metrologi ini pada dunia penelitian dan observasi.

1.5 Parameter Pengukuran


1. Accuracy (ketelitian)
Ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang persis
atau mendekati sama dengan ukuran standar (Munadi, 1980: 11)
2. Precision (Ketepatan)
Ukuran kemampuan pengukuran yang dilakukan secara berulang dimana
hasil dari masing - masing pengukuran tadi mendekati sama dengan harga rata
– rata dari keseluruhan hasil pengukuran tersebut (Munadi, 1980: 12)
3. Ukuran Dasar
Merupakan dimensi atau ukuran nominal dari suatu obyek ukur yang
secara teoritis dianggap tidak mempunyai harga batas ataupun toleransi.
Walaupun harga sebenarnya dari obyek ukur tidak pernah diketahui, namun
secara teoritis di atas dianggap yang paling tepat.(Munadi, 1980: 12)
4. Toleransi
Merupakan perbedaan ukuran dari kedua harga batas yang dihasilkan
sehingga dari perbedaan ukuran ini dapat diketahui dimana ukuran dari
komponen-komponen yang dibuat itu terletak. Besarnya toleransi merupakan
selisih dari ukuran maksimum dan ukuran minimum. (Munadi, 1980: 12)
5. Harga Batas
Ukuran atau dimensi maksimum dan minimum yang diizinkan dari
suatu komponen, di atas dan di bawah ukuran dasar. Pada pembahasan

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


4
Laboratorium Metrologi Industri

mengenai statistik akan ada 2 harga batas yaitu harga batas atas dan harga batas
bawah. (Munadi, 1980: 14).
6. Kelonggaran
Merupakan perbedaan ukuran antara pasangan suatu komponen dengan
komponen lain dimana ukuran terbesar dari salah satu komponen adalah lebih
kecil daripada ukuran terkecil dari komponen yang lain. (Munadi, 1980: 14).

1.6 Komponen Alat Ukur


1.6.1 Sensor
Sensor merupakan bagian dari alat ukur yang menghubungkan alat
ukur dengan benda atau objek ukur atau bisa dikatakan juga bahwa sensor
adalah peraba dari alat ukur. Hal ini berarti bahwa sensor adalah bagian dari
alat ukur yang mengalami kontak langsung dengan benda kerja. Contoh dari
sensor ini antara lain, kedua ujung mikrometer, kedua lengan jangka sorong,
dan alat ukur kekasaran. (Munadi, 1980: 53).

1.6.2 Pengubah
Pengubah berfungsi sebagai penerus atau pengolah semua isyarat yang
diterima oleh sensor. Dengan adanya pengubah, semua isyarat dari sensor
diteruskan ke bagian lain yaitu penunjuk atau pencatat yang terlebih dahulu
diubah oleh pengubah. Dengan demikian pengubah mempunyai fungsi
untuk memperjelas dan memperbesar perbedaan yang kecil dari dimensi
benda ukur. Ada beberapa jenis pengubah, yaitu : Mekanis, Elektris, Optis,
dan Pneumatis (Rochim, 2001: 106)

1.6.3 Penunjuk
Penunjuk adalah bagian alat ukur melalui mana harga sebagai hasil
suatu pengukuran ditunjukkan atau dicatat (Rochim, 2001: 135). Secara
umum, penunjuk ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Penunjuk yang mempunyai skala
Skala yang dimaksud disini berarti susunan garis yang beraturan
dengan jarak beraturan antara dua garis yang berdekatan dibuat tetap dan
mempunyai arti.
b. Penunjuk berangka

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


5
Laboratorium Metrologi Industri

Pada alat ukur dengan penunjuk berangka kita bisa mengetahui


hasil pengukuran dengan cara melihat atau membaca deretan angka yang
ada.

1.7 Sifat Umum Alat Ukur


1. Rantai Kalibrasi
Kalibrasi adalah mencocokkan harga-harga yang ada pada skala ukur dengan
harga-harga standart atau harga sebenarnya. (Munadi, 1980: 72)
Rantai kalibrasi dapat dilakukan melalui rangkaian sebagai berikut:
a. Tingkat 1 : Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja
b. Tingkat 2 : Kalibrasi alat ukur standar kerja terhadap alat ukur standar
c. Tingkat 3 : kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur yang terstandar lebih
tinggi, misal standar nasional
d. Tingkat 4 : kalibrasi standar nasional dengan standar internasional
2. Kepekaan
Kepekaan adalah kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan yang
kecil dari harga-harga yang diukur. (Munadi, 1980: 73)
3. Kemudahan Baca
Merupakan kemampuan alat ukur untuk menunjukan harga yang jelas pada
skala ukurnya. Pemberian skala nonius dengan sistem yang lebih rinci memegang
peranan penting dalam kemudahan baca. (Munadi, 1980: 73)

4. Histeristis
Histeristis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul ketika
dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan
(mulai dari skala 0 hingga skala maksimum kemudian diulangi dari skala
maksium hingga skala 0) (Rochim, 2001: 152)
5. Kepasifan
Kepasifan adalah waktu respon yang menjadi pada sebuah alat ukur mulai
dari sensor sampai penujuk, kepasifan terjadi apabila sensor telah memberikan
sinyal, namun penunjuk belum menunjukkkan perubahan nilai harga pada harga
ukur. (Rochim, 2001: 153)
6. Pergeseran
Pergeseran adlah penyimpangan yang terjadi dari harga – harga yang
ditunjukan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak
melakukan perubahan apa-apa. (Munadi, 1980: 74)
7. Kestabilan Nol
Merupakan kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor
tidak lagi bekerja. (Munadi, 1980: 75)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


6
Laboratorium Metrologi Industri

8. Pengambangan
Terjadi apabila jarum penunjuk selalu beruba posisinya (bergetar) atau angka
terakhir/paling kanan penunjuk digital berubah-ubah. (Rochim, 2001: 154)

1.8 Karakteristik Geometrik dan Fungsional


1.8.1 Karakteristik Geometrik
….............................................................................................................................
.... (sumber)

1.8.2 Karakteristik Fungsional


….............................................................................................................................
.... (sumber)

1.8.3 Hubungan Karakteristik Geometrik dan Fungsional


….............................................................................................................................
.... (sumber)

1.9 Sistem dan Standar Pengukuran


Menurut Munadi (1980: 18-23) sistem dan standar pengukuran dapat dibagi
menjadi :
1. Sistem Matrik
Sistem matrik telah dikembangkan oleh para ilmuwan prancis sejak
tahun 1970-an. Sistem ini mendasarkan pada meter untuk pengukuran
panjang dan kilogram untuk pengukuran berat. Dari satuan meter dan
kilogram ini kemudian diturunkan unit satuan lain untuk mengukur
luas,volume, kapasitas, dan tekanan.
Sistem matrik adalah sebuah sistem satuan pengukuran internasional
yang baku. Biasa dikenal dengan satuan mks.
 Sistem matrik untuk satuan panjang = meter
 Sistem matrik untuk satuan massa = kilogram
 Sistem matrik untuk satuan waktu = detik/sekon.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


7
Laboratorium Metrologi Industri

Sebetulnya, kalau dikaji lebih jauh, sistem matrik ini mempunyai


banyak keuntungan dibandingkan sistem british. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain :
1. Konversinya lebih mudah, perhitungannya juga lebih cepat dan mudah
karena berdasarkan kelipatan sepuluh, dan terminologinya lebih mudah
dipelajari.
2. Dunia perdagangan dari negara-negara industri sebagian besar
menggunakan sistem matrik sehingga hal ini memungkinkan terjadinya
hubungan kerja sama antara industri satu dengan lainnya karena sistem
pengukuran yang digunakan sama. (Prinsip dasar industri untuk
menghasilkan komponen yang mempunyai sifat mampu ukur).
2. Sistem British
Sistem british secara garis besar berlandaskan pada satuan inchi,
pound, dan detik sebagai dasar satuan panjang, massa, dan waktu.
Kemudain berkembang pula satuan-satuan lain misalnya yard, mil, ounce,
gallon, feet, barrel, dan sebagainya. Pada umumnya sistem british yang
digunakan di Inggris (british standart) dan di Amerika (National Bareau of
standarts) adalah tidak jauh berbeda. Hanya pada hal-hal tertentu ada sedikit
perbedaan. Misalnya satu ton menurut British Standart adalah sama dengan
2240 pound, sedangkan di amerika satu ton adalah sama dengan 2000 pound
; satu yard Amerika = 3600/3937 meter, sedangkan satu yard menurut
British Imperial = 3600000/3937014 meter.
Sistem british/inchi/non metrik adalah sistem yang secara garis besar
berlandaskan pada satuan inchi, pound, dan detik sebagai dasar satuan
panjang, massa, dan waktu.

3. Konversi antara Matrik dan British


Adalah sifat memudahkan hubungan perubahan antara sistem matrik
dan sistem british. Ada tiga jenis konversi antara matrik dan british, yaitu :
1. Konversi secara matematika
Konversi inchi/british ke matrik secara matematika diperlukan faktor
konversi, caranya :
1 yard = 3600/3937 meter = 0,914440
1 yard = 36 inchi, berarti ;
1 inchi = 1/36 x 0,91440 meter = 0,025400
Kita tahu bahwa 1 meter = 1000 milimeter
Maka :

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


8
Laboratorium Metrologi Industri

1 inchi = 0, 025400 x 1000 meter


= 2540000 mm (faktor konversi)

1.10 Macam-Macam Kesalahan Dalam Pengukuran


1.10.1 Definisi kesalahan dalam pengukuran
Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara nilai
sebenarnya dari suatu pekerjaan pengukuran yang di olehseseorang
pengamat yang dapat disebabkan karena benda ukur, alat ukur, pengamat,
dan juga karena pengaruh lingkungan. (Rochim, 2001: 156)
1.10.2 Macam macam kesalahan dalam pengukran
Menurut Munadi (1980: 76-79) Ada beberapa kesalahan dalam
pengukuran diantaranya :
a. Kesalahan pengukuran karena alat ukur
Untuk mengurangi terjadinya penyimpangan pengukuran sampai
seminimal mungkin maka alat ukur yang dipakai harus dikalibrasi
terlebih dahulu. Kalibrasi ini diperlukan di samping untuk mengecek
kebenaran skala ukurannya juga untuk menghindari sifat-sifat yang
merugikan dari alat ukur.
b. Kesalahan Pengukuran Karena Benda Ukur
Tidak semua benda ukur berbentuk pejal yang terbuat dari besi,
seperti rol atau bola baja, balok dan sebagainya, adapun benda ukur
yang terbuat dari bahan aluminium yang memiliki sifat elastis, artinya
bila ada beban dikenakan pada benda tersebut maka akan terjadi
perubahan bentuk. Bila tidak diperhatikan pada saat pengukuran pasti
akan terjadi penyimpangan hasil pengukuran, untuk mengetahui hal ini
biasanya jarak tumpuan ditentuksn sedemikian rupa sehingga diperoleh
kedua ujungnya tetap sejajar.

Beri Gambar
Sumber dari buku

c. Kesalahan Pengukuran Karena Pengukur


Manusia memang mempunyai sifat-sifat diri dan juga mempunyai
keterbatasan. Sulit diperoleh hasil yang sama dari kedua orang yang

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


9
Laboratorium Metrologi Industri

melakukan pengukuran walaupun kondisi alat ukur yang digunakan


sama. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu :
 Kesalahan karena kondisi manusia
Kondisi badan yang kurang sehat dapat mempengaruhi
proses pengukuran yang mengakibatkan hasil pengukuran juga
kurang tepat. Contoh yang sederhana, misalnya pengukuran
diameter poros dengan jangka sorong. Bila kondisi badan sedikit
gemetar maka posisi alat ukur terhadap benda ukur sedikit
mengalami perubahan.
 Kesalahan karena metode pengukuran yang digunakan
Alat ukur dalam keadaan baik, badan sehat untuk
melakukan pengukuran tetapi masih juga terjadi penyimpangan
pengukuran. Hal ini disebabkan metode pengukuran yang kurang
tepat. Metode pengukuran berkaitan dengan cara memilih alat
ukur dan cara menggunakannya.
 Kesalahan karena pembacaan alat ukur
Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala ukur
dari alat ukur yang sedang digunakan akan mengakibatkan
banyak terjadi penyimpangan hasil pengukuran, kebanyakan yang
terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca skala linear.
d. Kesalahan Pengukuran Karena Lingkungan
Suatu kondisi lingkungan dapat mempengaruhi hasil pengukuran
seperti suhu pada saat pelaksanaan pengukuran dan meja perata sebagai
alat pendukung terdapat bagian yang tidak rata.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


10
Laboratorium Metrologi Industri

BAB II
PENGUKURAN LINIER

2.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum dengan vernier caliper adalah sebagai berikut:
1. Agar praktikan mampu menggunakan vernier caliper dengan baik dan benar.
2. Agar praktikan memahami dan mampu melaksanakan pengukuran dengan
vernier caliper.
3. Agar praktikan mampu menggunakan outside micrometer dengan baik dan
benar.
4. Agar praktikan dapat memahami dan mampu melaksanakan pengukuran dengan
outside micrometer.

2.2 Tinjauan pustaka


2.2.1 Pengukuran linear langsung
2.2.1.1Vernier Caliper
Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek
sehari-hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, mistar geser,
schuifmaat atau vernier. Pada batang ukurnya terdapat skala utama yang cara
pembacaannya sama seperti pada mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan
dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya
rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka mistar ingsut bisa digunakan untuk
mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Di
samping skala utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting
perannya di dalam pengukuran yaitu yang disebut dengan skala nonius. Adanya skala
nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian mistar ingsut (Munadi, 1980: 90)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


11
Laboratorium Metrologi Industri

A. Mengetahui ketelitian Vernier Caliper.

(BERI GAMBAR)

Gambar 2.1 Vernier Caliper ketelitian 0,05 mm


Sumber : .............................................

Pada gambar diatas terbaca 39 Skala Utama = 20 Skala Nonius Jadi besarnya
1 skala nonius = 1/20 x 39 Skala Utama = 1,95 Skala Utama Maka : Ketelitian
dari jangka sorong tersebut adalah =2 – 1,95 = 0,05 mm Atau : Ketelitian jangka
sorong itu adalah : 1 bagian Skala utama itu, dibagi sebanyak jumlah skala
nonius = 1/20 = 0,05 mm

B. Macam macam Vernier Caliper


a. mistar ingsut jarak senter

(BERI GAMBAR)

Gambar 2.2 Mistar ingsut jarak senter


Sumber : .......................

Berfungsi untuk menguur jarak senter lubang,mengukr jatak senter ke tepi.

b. mistar ingsut diameter alur dalam

(BERI GAMBAR)

Gambar 2.3 Mistar ingsut diameter dalam


Sumber : …..................................................

Berfungsi untuk mengukur alur didalam diameter silinder dengan batas


minimum 30mm
c. mistar ingsut pipa

(BERI GAMBAR)

Gambar 2.4 Mistar ingsut pipa


Sumber : ..................................

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


12
Laboratorium Metrologi Industri

Berfungsi untuk mengukur tebal dinding pipa dan tebal pelat yang
melengkung

d. mistar ingsut posisi dan lebar alur

(BERI GAMBAR)

Gambar 2.8 Mistar Ingsut Presisi dan lebar Alur


Sumber : ..............................

berfungsi untuk mengukur lebar alur dan posisi alur terhadap tepi atau
alur lain.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


13
Laboratorium Metrologi Industri

e. mistar ingsut kedalaman

(BERI GAMBAR)

Gambar 2.9 Mistar ingsut kedalaman


Sumber : ..................................

Berfungsi untuk pengukuran kedalaman dan pengukuran lebar alur dan


posisi alur terhadap tepi atau alur lainnya

C. Bagian-bagian vernier caliper dan fungsi

Gambar 2.14 Bagian – bagian vernier caliper


Sumber : ......................

1. Rahang sorong
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Rahang
caliper ditempelkan terlebih dahulu pada benda kerja yang akan
diukur sebelum rahang geser ditempelkan kemudian
2. Permukaan untuk mengukur bagian dalam (Internal jaws)
Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser atas. Bagian
ini digunakan untuk mengukur bagian dalam suatu benda
kerjaseperti celah pada benda atau diameter dalam silinder

3. Permukaan untuk mengukur bagian luar (External jaws)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


14
Laboratorium Metrologi Industri

Terdiri dari rahang caliper dan rahang geser bawah.


Bagian ini digunakan untuk mengukur bagian luar suatu benda
kerja seperti tebal benda atau diameter luar poros
4. Pengukur kedalaman (Depth measuring blade)
Digunakan untuk mengukur kedalaman suatu lubang atau
celah
5. Tuas geser
Digunakan untuk menggeser rahang geser dan skala geser
sehingga menempel pada benda kerja yang diukur
6. Baut pengunci
Digunakan untuk mengunci rahang geser untuk dilakukan
pembacaan hasil pengukuran
7. Skala pengukuran

Gambar 2.15 Bagian skala pengukuran


Sumber : ...............................

Skala pengukuran jangka sorong terdiri dari:


a. Skala utama
Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka di depan koma.
b. Skala geser

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


15
Laboratorium Metrologi Industri

Yaitu skala pengukuran yang menunjukkan angka


belakang koma. Pada bagian atas terdapat skala satuan inchi,
sedangkan bagian bawah skala ukur dengan satuan mm.

b. Cara pembacaan

Gambar 2.16 Cara pembacaan Vernier Caliper


Sumber : .....................................

Pada hasil pengukuran diatas :


a. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis pada
skala utama sebelah kiri terdekat dengan garis indeks (pada skala
nonius)
b. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis
angaka skala nonius yang paling dekat jaraknya dengan garis
indeks (pada skala utama)
c. Lihat garis skala nonius dan skala utama yang sejajar
kemudian kalikan garis skala nonius yang sejajar tadi dengan
ketelitian alat

D. Kalibrasi Vernier Caliper

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


16
Laboratorium Metrologi Industri

Kalibrasi vernier caliper bertujuan untuk meminimalisasi


kesalahan dalam pengukuran. Sebelum digunakan alat ukur vernier
caliper tersebut, pastikan vernier caliper sudah terkalibrasi. Jika
belum, maka langkah-langkah mengkalibrasi vernier caliper adalah :
a. Rapatkan kedua permukaan rahang ukur
b. Tepatkan garis nol skala nonius dengan garis nol pada batang utama
jangka sorong
c. Lalu lihatlah celah antara rahang ukur, pastikan kedua rahang ukur
rapat.

2.2.1.2 Micrometer Outside


Outside micrometer merupakan alat ukur linier yang
mempunyai kecermatan lebih tinggi dari pada mistar ingsut (Rochim,
2001: 278). Outside micrometer adalah alat ukur yang sangat teliti
umumnya walaupun secara khusus mikrometer dapat didesain dengan
ketelitian sebagai berikut
* Mikrometer dengan ketelitian 0,01mm
* Mikrometer dengan ketelitian 0,002mm
* Mikrometer dengan ketelitian 0,001mm
A.cara pembacaan ketelitian Micrometer (mm)

Gambar 2.17 Micrometer Outside


Sumber : ...........................................
 Tabung Micrometer terbagi dalam 50 bagian Skala nonius.
 1 Putaran Tabung= 0,5 mm Skala Utama.
 1 Bagian Skala Tabung = 1/50 x 0,5 mm = 1/100 mm.
B.Cara Pembacaan

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


17
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 2.18 Cara Pembacaan Mikrometer Outside


Sumber: ..............................................................

Pada hasil pengukuran diatas :


Nilai ukur pada skala tetap dinyatakan dengan garis pada skala
utama.pada skala utam terbaca 7mm Nilai ukur pada skala nonius
terlohat dai gambar adalah 0.37 Jadi cara pembacaanya dengan
menjumlahkan skala utama dan nonious.jadi nilai besaran pada
suatu benda tersebut adalah 7,37mm

C.Bagian dan fungsi micrometer

Gambar 2.19 Micrometer Outside


Sumber : ....................................

1. Anvil
Penumpu tetap benda kerja yang akan diukur. Anvil
ditempelkan terlebih dahulu mpada benda kerja yang akan diukur
sebelum spindle ditempelkan kemudian dengan memutar thimble.
2. Spindle
Adalah sebuah poros yang diputar melalui thimble sehingga
dapat bergerak maju mundur untuk menyesuaikan ukuran benda
yang diuji.
3. Sleeve
Adalah poros berlubang yang berulir tempat spindle dan
thimble bergerak maju mundur

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


18
Laboratorium Metrologi Industri

4. Thimble
Digunakan untuk menggerakkan spindle.
5. Ratchet stop
Digunakan untuk memutar spindle ketika ujungnya sudah
mendekati benda kerja yang akan diukur dan kemudian untuk
memastikan spindle telah menempel rapat pada benda kerja yang
diukur.
6. Lock lever
Untuk mengunci spindle agar tidak bergeser saat dilepaskan
dari benda kerja yang diukur.

D. Kalibrasi Micrometer Outside menurut Munadi (1980: 99)


 Mengecek apakah gerakan silinder putar atau poros ukur betul-
betul stabil dalam arti tidak ada goyangan
 Mengecek apakah kedudukan posisi 0 dari skala ukur sudah
tepat
 Mengecek apakah kedua muka ukur (sensor) mempunyai
kerataan bila dirapatkan
 Mengecek apakah harga-harga an ditunjukan oleh skala ukurnya
betul-betul menunjukan harga yang benar menurut standar yang
berlaku
 Mengecek apakah fungsi dari rachet dan pengunci poros dapat
berfungsi dengan baik.

Macam macam mikrometer out side


1. mikrometer outside analog
Adalah mikrometer outside yang pembacaan mikrometernya
menggunakan perbandingan skala antara skala utama dan skala nonnious

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


19
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 2.20 mikrometer analog


Sumber ......................................

2. mikrometer digital
adalah suatu mikrometer yang pembacaanya besaran langsung ditunjukkan
oleh penunjuk digital

Gambar 2.21 mikrometer digital


Sumber .......................................

2.2.2 Pengukuran linear tak langsung


Dengan memakai vernier caliper dan mikrometer, pengukuran linier
dapat dilaksanakan secara langsung, sebab hasil penukuran dapat langsung dibaca
pada skalanya. Namun tidak semua masalah linier dapat diatasi dengan
menggunakan alat ukur langsung, karena diperlukan kecermatan yang lebih tinggi
atau karena kondisi obyek ukur tidak memungkinkan alat ukur langsung. Untuk
itu diperlukan cara pengukuran tak langsung yang dilaksanakan dengan memakai
dua jenis alat ukur, yaitu alat ukur standar dan alat ukur pembanding (Rochim,
2001: 293)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


20
Laboratorium Metrologi Industri

2.2.2.1 Blok ukur


Blok ukur adalah alat ukur standart mempunyai dua permukaan yang sangt
halus rata dan sejajar dan dua muka ini dibuat denga jarak nominal tertentu (Rochim,
2001: 293)
a.sifat sifat blok ukur :
1.tahan aus karena kekerasan tinggi
2.tahan korosi serupa dengan stainless steel
3.Koefisien muai yang sama dengan baja komponen mesin (12x10-6 oC-1)
4.kestabilan dimensi yang baik
Blok ukur ini tersedia dalam suatu set yang terdiri dari bermacam macam ukuran
nominal jumlah blok dalam blok ukur bermacam macam dan menurut standart metrik
jumlah tersebut adalah 20,33,50,87,105,112

Tabel 2.1 set blok ukur 112 buah dengan tebal 1 mm

Sumber: taufik rachim , 2006

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


21
Laboratorium Metrologi Industri

Tabel 2.2 set blok ukur 112 buah dengan tebal 2 mm

Sumber : taufik rachim, 2006

b. pemakaian blok ukur


1. Pemakaian
a.ambil beberapa blok ukur dengan ukuran yang
dikehendakiletakkan diatas lap yang bersih
b.bersihkan vaselin yang menutipinya dengan bensin yang
bersih kemudian lap dengan lap yang halus kemudian
letakkan blok ukur diatas lap yang bersih dengan muka lap
yang di samping
c. Cara menyatukan blok ukur adalah dengan meletakan salah

satu blok ukur menyilang (90 )terhadap blok ukur dengan

ukuran yanglain dan ditekan yang cukup salah satu diputar


sehingga sejajar
d. blok ukur yang tipis jangan disatukan dengan blok ukur
yang tipis karena dapat menebabkan deformasi
e. susun blok ukur secara berurutan sehingga dicapai ukuran
yang di kehendaki
f. setelah digunakan pisahkan susunan tersebut dengan car
menggeser satu persatu jangan dipidsahkan secara kasar.
g. bersihkan blok ukur dengan lap yang halus kemudian
kembalikan pada tempatnya

3.cara ukur
a. contoh ukuran yang diukur 58,975

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


22
Laboratorium Metrologi Industri

b. mulailah angka desimal tebelakang dalam hal ini adalah 0,005


ambil blok ukur dengan ukuran 1,005
c. sisa ukuran 58,975-1,005=57,970
d. perhatikan dua desimal terakhir ambil ukuran 1,47 karena
ukuran 1,97 todak tersedia
e. sisa ukuran adalah 56,5
f. untuk itu dapat dipilih blok ukur ukuran 0,5 dan 50mm
g.Dengan demikian diperoleh susunan sebagai berikut
1,005+1,47+9,5+50=58,975
(BERI GAMBAR)
Gambar 2.21 Blok Ukur
Sumber .......................................

2.2.3 Metrologi lubang dan poros


Metrologi lubang dan poros adalah ilmu yang memepelajari
tentang toleransi dan kualitas lubang dan poros karena adanya ketidak
telitian saat pembuatan maka suatu alat tidak dapat dibuat seperti persis
yang diminta agar persyaratan dapat dipenuhi maka ukuran sebenarnya
harus ada pada batas ukuran yang didijinkan.

2.2.3.1 Toleransi lubang dan poros


Toleransi ukuran adalah perbedaan antara ukuran kedua harga
batas dimana ukuran atau jarak permukaan batas geometri komponen
harus terletak.untuk setiap komponen harus didefinisikan suatu basic
size sehingga harga ke dua batas dapat dinyatakan dalam suatu
penyimpangan terhadap ukuran dasar.ukuran dasar ini sedapat
mungkin dinyatakan dengan bilangan bulat.penyimpangan dapat
diketahui dengan mengurangkan kuran dasar dengan harga batas
yang bersangkutan
Berdasarkan atas pertimbangan akan pentingnt=ya komponen
yang berbentuk silinder dalam bangunan mesin serta untuk
pembahasan selanjutnya harga akan dipandang sebagai komponen

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


23
Laboratorium Metrologi Industri

silindrik.dengan demikian istilah lubang dan poros dapat diartikan


lebih luas dengan maksut untuk menunujukkan ruang kosong dan
ruang padat yang dibatasi oleh dua buah muka atau bidang bidang

singgung contohnya lebar alur dan tebal pasak

Gambar ..2.30 Poros dan lubang yang berpasangan


Sumber Taufik Rachim 2003 ;58

Poros dengan lubang yang berpasangan masing masing


mempunyai ukuran yang mengacu pada ukuran dasar yang sama
mereka diimajinasikan menempel pada bagian dibawahnya dengan
demikian muncul istilah atas dan bawah .misalnya penyimpangan
bawah libang dengan notasi EI dan penyimpangan bawah poros
dengan penyimpangan ei sedangkan untuk penyimpangan suatu
ukuran atau dimensi bisa ditunjukkan pada gambar (Rochim, 2001:
13-14)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


24
Laboratorium Metrologi Industri

2.2.3.2 Cara penulisan toleransi ukuran/dimensi

(BERI GAMBAR)
Gambar ..2.31 Penulisan toleransi
Sumber ...........................

Bagi dimensi luar poros atau lubang harganya dinyatakn


dengan angka yang dituliskan diatas garis ukuan jika dilihat
dengan sepintas maka A kurang memberikan informasi dibanding
dengan B dan C. Sedangkan untuk d meskipun tidak secara
langsung tetapi simbol dan huruf angka mengandung informasi
yang sangat bermanfaat yaitu sifat satuan bila komponen
bertemu dengan pasangannya cara pembuatan dan metode
pengukuran

Perincian toleransi adalah sebagai berikut


1.ukuran maksimum dituliskan diatas ukuran minimum meski
memudahkan penyetelan mesin perkakas yang mempunyai alat
kontrol terhadap dimensi produk tetapi tidak praktis dpandang
dari segi perancangan yaitu dalam hal perhituungan toleransi
dan penulisan gambar teknik
2.dengan menuliskan ukuran dasar beserta harga harga
penyimpangannya penyimpangan dituliskan di daerah atas
penyimpangan bawah dengan jumlah amgka desimal yang
sama (kecuali untuk penyimpangan nol.)
3.serupa dengan cara 2 tetapi apabila toleransi terletak simetrik
terhadap ukuran dasar maka aharga penyimpangan haruslah
dituliskan sekali saja dengan didahului tanda I
4 cara penulisan ukuran (ukuran nominal) yang menjadi
ukuran dasar bagi toleransi dimensi yang dinyatakan dengan
kode atau simbol ajaran ISO

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


25
Laboratorium Metrologi Industri

Dalam menentukan toleransi ukuran untuk ukuran dasar ada 2


hal yang harus ditetapkan :
1 Posisi daerah toleransi, terhadap garis nol ditetapkan sebagai
suatu fungsi ukuran dasar,penyimpangan ini dinyatakan
dengan simbol satu huruf. Huruf kapital besr digunakan
untuk penyimpangan lubang sedangkan huruf biasa
digunakan untuk penyimpangan poros
2. Toleransi besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran
dasar .simbol yang dipakai untuk menyatakan besarnya
toleransi adalah suatu angka yang sering disebut dengan
angka kualitas
Contoh: 45 g 7 artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45
mm posisi daerah toleransinyan (penyimpangan terhadap
ukuran dasar mengikuti aturan kode huruf dan besar
toleransinya menuruti aturan kode angka 7).
2.2.3.3 kualitas lubang dan poros
Kualitas yang dimaksud adalah sekelompok toleransi
yang dianggap mempunyai ketelitian yang setaraf untuk ukuran
dasar .nilai kualitas ini ada 18 tingkatan mulai dari ITo1, ITo IT o
sd 16 yang menyatakn toleransi standart dapat dihitung
menggunakan suatu toleransi ,i (toleransi unit): yaitu

dimana i :adalah satuan toleransi(µm)


D:diameter nominal mm harganya ditentukan
berdasarkan harga rata rata geometrik dari dua harga batas pada
tingkatan diameter nominal

Tabel 2.3 Tingkatan nominal sd 500mm

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


26
Laboratorium Metrologi Industri

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 72

Harga D merupakan rata rata geometrik dari diameter


minimum Dmin dan D max pada setiap tingkatam diameter yaitu:

D=

Selanjutnya berdasarkan satuan toleransi i besarnya toleransi


standart dapat dihitung sesuai dengan kualitasnya mulai dari 5
sampai dengan 16 dengan tabel 2.2

Tabe; 2.4 Harga toleransi standar 5 sd 16

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 72

Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat


berikutnya.untuk kualitas sd 1 harga toleransi standart langsung
dihitung dengan menggunakan rumus pada tabel 2.3

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


27
Laboratorium Metrologi Industri

Tabel 2.5 harga toleransi standar untuk 0 dan 1

Sumber ; Taufik Rakhim 2003 ; 72

b. penyimpangan fundamental
merupakan harga batas daerah toleransi yang paling dekat
dengan garis nol,seperti pada kualitas harga penyimpangan
fundamental juga dihitung dengan menggunakan rumus rumus
dengan diameter nominal CD sebagai variabel utamanya

Tabel 2.6 harga toleransi standar untuk diameter 500 mm

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 73

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


28
Laboratorium Metrologi Industri

Tabel 2.6 Penyimpangan fudamental untuk poros kurang dari


500 mm

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 74

 Penyimpangan fundamental untuk lubang dari a sampai 6


(EI negatif ) sedangkan untuk penyimpangan atas untuk lubanng

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


29
Laboratorium Metrologi Industri

dari K hingga 2C (ES negatif )diturunkan dari penyimpangan


fundamental ES,dan es untuk poros
c.toleransi standart
penyimpangan fundamental untuk diameter lebih dari 500mm
seperti pada uuran dasar 500mm besarnya toleransi standart lebih
dari 500 mm dihitung berdasarkan satuan toleransinya harganya
adalah : I= 0,004D + 2,1 µm

Tabel 2.7 Penyimpangan r sd u

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 75

Sedangkan untuk penyimpangan fundamental untuk poros dan


lubang diperlihatkan pada tabel 2.8

Tabel 2.8 penyimpangan 500 mm

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


30
Laboratorium Metrologi Industri

Sumber : Taufik Rakhim 2003 ; 76

Standart toleransi internasional yaitu perbedaan penyimpangan


atas dan bawah harus seksama pemilihannya .agar sesuai dengan
persyaratan fungsionalnya kemudian macam macam nilai numerik
dari toleransinya untk tiap pemakaian dapat dipilih oleh perencana
sehingga dapat menghindari keraguan dan untuk keseragaman nilai
toleransi standart telah ditentukan oleh ISO/R286 (ISO limit
ofsistemand fits sistem ISO untuk limit dan suaian)

2.3 Metode Praktikum


2.3.1 Alat dan Bahan
a. Vernier Caliper
1. Hand Gloves

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


31
Laboratorium Metrologi Industri

Gamba 2.32 Hand Gloves


Sumber : Data Priadi
2. Benda Kerja

Gambar 2.33 Benda Kerja vernier caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

3. . Benda Kerja

Gambar 2.34 Benda Kerja vernier caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

4. Vernier Caliper

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


32
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 2.35 Vernier Caliper


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

b. Micrometer Outside
1. Benda Kerja

Gambar 2.36 Benda Kerja Micrometer Outside


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

2. Micrometer Outside

Gambar 2.37 Micrometer Outside


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

2.3.2 Prosedur Pengujian


1. Prosedur Pemakaian vernier caliper
a. Gunakan hand gloves.
b. Keluarkan vernier caliper dari tempatnya.
c. Bersihkanlah cairan pelumas dari alat ukur dengan
kain yang telah disediakan.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


33
Laboratorium Metrologi Industri

d. Periksalah kelengkapan alat ukur serta bagian


bagiannya.
e. Ambil vernier caliper dengan hati hati.
f. Gerakan rahang secara bebas dengan menggerakkan
kekanan dan kekiri.
g. Jika belum bias bergerak bebas, kendurkan pengunci
sampai rahang dapat bergerak dengan lancer.
h. Ukur benda kerja dengan menggerakkan rahang
sampai menempel pada sisi benda yang diukur.
i. Kencangkan pengunci rahang agar skala yang didapat
tidak berubah ubah.
j. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai
pada skala nonius.
k. Catat nilai yang sudah terbaca.
l. Setelah pengukuran selesai bersihkan vernier caliper
dan olesi dengan oli.
m. Kembalikan vernier caliper ketempat semula dengan
rapi.

2. Prosedur Pemakaian Micrometer Outside


1. Gunakan hand gloves
2. Keluarkan micrometer outside dari tempatnya
3. Bersihkan cairan pelumas dari alat ukur dengan kain
yang telah disediakan
4. Periksa kelengkapan alat ukur serta bagian-bagiannya
5. Ambil micrometer outside dengan hati-hati
6. Gunakan poros ukur secara bebas dengan memutar
gigi gelincirnya
7. Jika belum bisa bergerak bebas, kendurkan pengunci
poros ukur sampai poros ukur dapat bergerak dengan
lancar.
8. Periksalah apakah micrometer outside sudah dalam
keadaan nol bila range skalanya dari nol.
9. Jika belum, kalibrasi terlebih dahulu dengan
menggeserkan skala tetap dengan menggunakan
peralatan yang telah disediakan, dimana skala utama
dan skala nonius harus di angka nol.
10. Kuncilah poros ukur micrometer outside agar skala
yang didapat tidak berubah

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


34
Laboratorium Metrologi Industri

11. Jika telah benar terkalibrasi, ukur benda kerja dengan


menggunakan poros ukut menggunakan gigi gelincir
sampai menempel pada sisi benda yang diukur
12. Baca nilai skala utama kemudian tambahkan nilai
pada skala nonius
13. Catat nilai yang sudah terbaca
14. Setelah selesai pengukuran bersihkan micrometer
outside
15. Kembalikan micrometer outside ke tempatnya semula
dengan rapi.
2.3.3 Gambar Spesimen
Terlampir.

2.4 Data Analisa dan Pembahasan


2.4.1 Pengolahan Data
2.4.1.1 Data Kelompok

Tabel 2.9 Data Hasil Pengukuran Linier Pengukuran Kualitas Poros


No. Diameter Diameter Selisih Selisih
Aktual Poros Teoritis Diameter Diameter
(mm) Poros (mm) (mm) (µm)

1 29,9 30,0 0,1 100


2 29,7 30,0 0,3 300
3 30,2 30,0 0,2 200
4 30,1 30,0 0,1 100
5 30,0 30,0 0 0
6 30,1 30,0 0,1 100
7 29,9 30,0 0,1 100
8 29,9 30,0 0,1 100
9 29,8 30,0 0,2 200
10 30,0 30,0 0 0
Sumber : Data Pribadi

Tabel 2.10 Data Hasil Pengukuran Linier Pengukuran Kualitas Lubang

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


35
Laboratorium Metrologi Industri

No. Diameter Diameter Selisih Selisih


Aktual Teoritis Diameter Diameter
Lubang (mm) Lubang (mm) (µm)
(mm)
1 19,9 20,0 0,1 100
2 20,0 20,0 0 0
3 20,0 20,0 0 0
4 20,0 20,0 0 0
5 20,0 20,0 0 0
6 20,0 20,0 0 0
7 20,0 20,0 0 0
8 20,0 20,0 0 0
9 20,0 20,0 0 0
10 20,1 20,0 0,1 100
Sumber : Data Pribadi

Tabel 2.11 Data Hasil Pengukuran Geometri Linier


No. Diameter Diameter Selisih Selisih
Aktual Poros Teoritis Diameter Diameter
(mm) Lubang (mm) (µm)
(mm)
1 9,89 9,90 0,01 10
2 9,89 9,90 0,01 10
3 9,89 9,90 0,01 10
4 9,89 9,90 0,01 10
5 9,89 9,90 0,01 10
6 9,89 9,90 0,01 10
7 9,89 9,90 0,01 10
8 9,89 9,90 0,01 10
9 9,89 9,90 0,01 10
10 9,89 9,90 0,01 10
Sumber : Data Pribadi

2.4.1.2 Data Antar Kelompok

Tabel 2.12 Data Hasil Pengukuran Geometri Linier Kelompok 21


No. Diameter Diameter Selisih Selisih
Aktual Poros Teoritis Diameter Diameter
(mm) Lubang (mm) (µm)
(mm)
1 9,89 9,90 0,01 10
2 9,89 9,90 0,01 10

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


36
Laboratorium Metrologi Industri

3 9,89 9,90 0,01 10


4 9,89 9,90 0,01 10
5 9,89 9,90 0,01 10
6 9,89 9,90 0,01 10
7 9,89 9,90 0,01 10
8 9,89 9,90 0,01 10
9 9,89 9,90 0,01 10
10 9,89 9,90 0,01 10
Sumber : Data Pribadi

Tabel 2.13 Data Hasil Pengukuran Geometri Linier Kelompok 6


No. Diameter Diameter Selisih Selisih
Aktual Poros Teoritis Diameter Diameter
(mm) Lubang (mm) (µm)
(mm)
1 9,90 9,90 0 0
2 9,88 9,90 0,02 20
3 9,88 9,90 0,02 20
4 9,88 9,90 0,02 20
5 9,87 9,90 0,03 30
6 9,87 9,90 0,03 30
7 9,87 9,90 0,03 30
8 9,87 9,90 0,03 30
9 9,86 9,90 0,04 40
10 9,87 9,90 0,03 30
Sumber : Data Pribadi

Tabel 2.14 Data Hasil Pengukuran Geometri Linier Kelompok 14


No. Diameter Diameter Selisih Selisih
Aktual Poros Teoritis Diameter Diameter
(mm) Lubang (mm) (µm)
(mm)
1 9,87 9,90 0,03 30
2 9,87 9,90 0,03 30
3 9,87 9,90 0,03 30
4 9,87 9,90 0,03 30
5 9,84 9,90 0,06 60
6 9,84 9,90 0,06 60
7 9,83 9,90 0,07 70
8 9,84 9,90 0,06 60
9 9,83 9,90 0,07 70
10 9,84 9,90 0,06 60
Sumber : Data Pribadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


37
Laboratorium Metrologi Industri

2.4.2 Pembahasan
a. Vernier Caliper

Tabel 2.15 Toleransi Standart


No. Kualitas Poros (30 h) Kualitas Lubang ( 20 H)
1 30h10 20H10
2 30h12 20H12
3 30h11 20H11
30h10 20H10
5 30h1 20H1
30h10 20H10
7 30h10 20H10
8 30h10 20H10
9 30h11 20H11
10 30h1 20H1
Sumber : Data Pribadi

Dari pengolahan data diatas, maka bisa didapatkan hasil kualitas lubang
dan kualitas poros. Namun, dari pengolahan data tersebut terdapat perbedaan
nilai hasil pengukuran pada 10 benda kerja yang diukur.
Perbedaan pengukuran itu terjadi pada hasil pengukuran data actual
poros pada benda kerja tidak sama dengan data teoritis poros. Sedangkan pada
lubang, data actual lubang pada benda kerja hampir semuanya sama dengan data
teoritis.
Perbedaan pengukuran yang terjadi pada poros dan lubang ini dapat
disebabkan oleh :
1. Kesalahan pengukur
Dalam melihat hasil pengukuran dan juga kesalahan pada
penempatan titik awal pada saat pengukuran. Dan Pengukur kurang teliti
dalam proses pengukuran.
2. Faktor objek ukur (Benda Kerja)
Adanya perbedaan ukuran benda kerja pada pengukuran lubang
dan poros yang dikarenakan pada saat proses pembuatan benda kerja
(proses produksi / pembubutan) tidak sama satu sama lain dengan ukuran
teoritis.
3. Alat pengukur
Pada alat ukur yang digunakan oleh pengukur (praktikan) belum
terkalibrasi dengan baik yang mengakibatkan adanya perbedaan hasil
pengukuran yang dihasilkan.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


38
Laboratorium Metrologi Industri

b. Micrometer Outside
1. Grafik Data Kelompok

Grafik 2.1 Data Kelompok


Sumber : Data Pribadi

Penyimpangan pengukuran yang terjadi dalam pengukuran


geometri diatas lebih kepada kesalahan pengukur. Penyimpangan
pengukuran ini terlihat dari grafik diatas menunjukkan bahwa semua
data aktual memiliki nilai yang sama semua, Hal ini sangat tidak
mungkin semua benda kerja memiliki ukuan yang sama. Berdasarkan
dasar teori, terdapat macam – macam kesalahan dalam pengukuran.
Dari grafik diatas, dapat diperoleh kesalahan dalam pengukuran yang
bias diambil, yaitu :
1. Kesalahan pengukuran karena pengukur
Bagaimanpun presisinya alat ukur yang digunakan
dan perubahan bentuk (deformasi) benda kur sudah dihindari,
namun dalam proses pengukuran masih dapat menghasilkan hasil
pengukuran yang salah. Hal ini mungkin dikarenakan faktor - faktor
dari pengukur, yaitu:

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


39
Laboratorium Metrologi Industri

a. Kesalahan karena kondisi manusaia, yang dimaksudkan


disini adalah pengukur yang mengalami kondisi yang
tidak sehat (sakit) yang mengakibatkan tingkat
konsentrasi dari pengukur mengalami penurunan
konsenrasi dan akibatnya pengukur salah dalam
pengukuran benda kerja tersebut.

b. Kesalahan karena metode pengukuran yang digunakan,


yang dimaksudkan disini adalah pengukur salah metode
dalam menggunakan alat ukur, dalamhal ini kita
menggunakan micrometer outside. Dalam kali ini,
pengukur mungkin salah atau lupa metode / cara
penggunaan dari micrometer outside yang mengakibatkan
hasil pengukuran yang dihasilkan juga salah. Kesalahan
metode disini adalah pengukur terlalu keras menekan
thirble, sehingaa benda yang diukur terdeformasi yang
mengakibatkan data yang diperoleh sama semua
(menyimpang)

c. Kesalahan karena pembacaan alat ukur, yang


dimaksudkan disini adalah kurangnya ketelitian dari
pengukur (praktikan) yang mengakibatkan nilai aktual
yang dihasilkan memiliki nilai yang sama semua,karena
tidak mungkin dalam 1 benda kerja memiliki ukuran yang
sama.

2. Kesalahan pengukuran karena benda ukur.

Tidak semua benda kerja yang di ukur berbentuk pejal yang


terbuat dari besi, seperti rol atau bola baja. Pada benda kerja
pengukuran poros, yaitu benda kerja nya berbentuk poros pejal
mungkin mengalami deformasi elastis dikarenakan benda kerjanya
terbuat dari bahan aluminium yang mengakibatkan data yang
dihasilkan mengalami penyimpangan, yaitu kesamaan nilais.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


40
Laboratorium Metrologi Industri

2. Grafik Antar Kelompok

Grafik 2.2 Data Antar Kelompok


` Sumber : Data Pribadi

Dari gafik diatas merupakan hasil data antar kelompok


yang dilakukan pada 10 titik dari kelompok 21, kelompok 6,
kelompok 14. Garis merah menunjukkan data diameter teoritis
dari benda yang diukur sebesar 9.90.pada penguuran yang
ditunjukkan oleh kelompok 21 selisih besaran yang ditunjukkan
oleh pengukuran cenderung kontan dan tidak mengalami
perubahan dimana mungkin saat pengukuran terjadi suatu
kesalahan
Sedangkan pada garis berwarna hijau menunjykkan
penyimpangan dan selisihyang bervariasi data yang berwana
hijau yang diambil oleh kelompok 6 mungkin pada saat
pengambilan data juga terjadi kesalahan pngukuran.bisa saja saat
melakukan pengukuran,pengukur kurang cermat dalam
mengamati skala ukur yan ditunjukkan oleh alat ukur.bisa juga
karena memang benda yang diukur dalm proses pengerjaanya
memiliki dimensi yang berbeda pada iap titik yang diukur.faktor
alat ukur yang belum terkalibrasi bisa jadi menyebabkan

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


41
Laboratorium Metrologi Industri

kesalahan pengukuran .dapat dilihat adanya perbedaaan dimensi


ditiap titik semisal,titik kedua menunjukkan ukuran 9.88mm
sedangkan pada pengukuran ke 5 terjadi pengecilan dimensi
.pada titik 5 sampai ke 8 besaran dimensi benda ukur tidak terjadi
perubahan Kemudian dititik Sembilan terjadi penurunan dimensi
lagi menjadi 9.87 didtitik 10 terjadi kenaikan lagi 9.88.

Berbeda lagi dengan data yang diambil oleh kelompok14


dimana pengukuran pertama menunnjukkan ukuran diameter
sebesar 9,87 kemuan titik 2 sampai dengan 4 menunjukkan
besaran yang sama yaitu 9.87 dititik 5 dan enam besaranya adalah
9.84 disini terjadi penurunan yang signifikan bila dibandingkan
dengan dimensi di titik 4.dititk 7 terjadi lagi penurunan dimensi
lagi menjadi 9.83.dititk 8 terjadi kenaikan menjadi 9.84.pada
pengukuran ke Sembilan dimensi diameter turun ke 9.83 dan naik
menjadi 9.84 di titik sepulh.variasi yang ditunjukkan oleh
pengukuran lagi-lagi karena adalanya beberapa factor yang
mengakibatkan perbedaaan pengukuran entah itu dari benda yang
diukur,dari kesalahan si pengukur maupun dari alat ukur tu
sendiri.data yang ditunjukkan oleh kelompok 14 memang
memiliki selisih yang sangat significant dibanding kelompok
yang lain.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


42
Laboratorium Metrologi Industri

2.4.3 Kesimpulan dan Saran


2.4.3.1 Kesimpulan
Dari dasar teori dan pembahasan diatas, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan – kesimpulan,yaitu:
a. Vernier caliper adalah alat ukur linier serupa dengan mistar ukur.
Alat ini sering digunakan dalam pengukuran komponen-komponen
mesin. Kali ini dugnakan untuk mengukur diameter poros dan
lubang.
b. Sedangkan Micrometer Outside adalah alat ukur yang sangat
teliti. Alat ini sering
c. digunakan dalam digunakan dalam pengukuran komponen-
komponen mesin. Kali ini dugnakan untuk mengukur diameter
geometri linier.
d. Dari pengertian diatas,di dapatkan bahwa setiap alat memiliki
metode dan cara kerja yang berbeda.
e. Setelah melaksankan kegiatan praktikum, dari hasil pengukuran
didapatkan data yang mengalami penyimpangan pada pengukuran
linier pengukuran kualitas kubang dan Pengukuran Linier
Pengukuran Kualitas poros menggunkan alat vernier caliper. Hal ini
disebabkan oleh factor – factor keslaha dalam pengukuran,
diantaranya adalah
b. Kesalahan pengukuran karena pengukur, dalam hal ini
disebabkan oleh
 Kesalahan karena kondisi manusaia
 Kesalahan karena metode pengukuran yang digunakan
 Kesalahan karena pembacaan alat ukur,
b.Kesalahan pengukuran karena benda ukur.

f. Selain itu, juga terjadi penyimpangan data pada Micrometer


Outside, hal ini juga dikareakan kesalahan pada pengukur yang
mengakibatkan pada data yang diperoleh di data kelompok
mendapatkan nilai yang sama semua. Sedangkan pada data antar
kelompok juga disebabkan oleh pengukur yang juga kurang teiti
dalam membaca data dari Micrometer Outside.

2.4.3.2 Saran

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


43
Laboratorium Metrologi Industri

1. Pada saat praktikum, hendaknya asisten selalu mendapingi


praktikan saat praktikum berlangsung. Hal ini dikarenakan pada
saat praktikan melakukan pengukuran, metode yang dilakukan
praktikan tidak tepat.
2. Praktikan harus teliti dalam membaca data dan menjaga alat ukur
yang dipakai.
3. Asisten hendaknya menjelaskan awal tentang alat yang akan
dipakai saat praktikum.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


44
Laboratorium Metrologi Industri

BAB III
PENGUKURAN SUDUT dan ULIR

3.1 Tujuan Praktikum


1. Agar praktikan mampu menggunakan profile projector dengan baik dan benar.
2. Agar praktikan memahami dan mampu menentukan karakteristik pengukuran
ulir.
3. Agar praktikan memahami dan mampu menganalisa geometri sudut ulir.

3.2 Tinjauan Pustaka


3.2.1 Pengukuran Sudut Langsung
Pengukuran sudut langsung adalah proses pengukuran yang dimana
objek bendanya itu memiliki dimensi sudut yang hasil pengukurannya dapat
dibaca langsung dari alat ukur yang digunakan. Ketepatan sudut benda kerja
untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat diperlukan. Misalnya sudut
blok V, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu pengukur sudut perlu
dipelajari caranya, dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yaitu
busur baja, busur bilah, dan profile projector.

3.2.1.1 Bevel Protractor


Bevel protractor adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk
pengukuran sudut antara dua permukaan benda ukur dengan kecermatan
lebih kecil daripada satu derajat. Gambar 3.1 menunjukkan sebuah
busur bilah. Bagian-bagian dari busur bilah adalah piringan dasar, pelat
dasar, piringan index, dan bilah utama (Rochim, 2006: 321)
Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat.
Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini mempunyai
ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel
skala nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama
dengan piringan skala utama (Munadi, 1980: 134)

(BERI GAMBAR)

Gambar 3.1 Bevel Protractor (Busur Bilah)


Sumber : ......................................................

 Cara Baca Bevel Protractor

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


45
Laboratorium Metrologi Industri

Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah, Prinsip pembacaannya


sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip pembacaan mistar ingsut,
hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius
dalam menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius
harus searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi, harus dilihat ke
mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap garis skala
utama. Sebagai contoh lihat Gambar 3.5. di bawah ini. Gambar tersebut
menunjukkan ukuran sudut sebesar 50°55’ (lima puluh derajat lima
puluh lima menit). Garis nol skala nonius berada di antara 50 dan 60
dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti
penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat
kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris
dengan salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis
angka 55 dari skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah
55 menit (11 garis di sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit).
Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50 derajat ditambah 55 menit =
56 derajat 55 menit (50° 55’) (Munadi, 1980: 135)

Gambar 3.5 Cara pembacaan Bevel protractor


Sumber :...........................................................

 Bagian-bagian Bevel Protractor

Menurut (Rochim, 2006:321),Bagian – bagian utama pada busur


bilah adalah sebagai beriukut :
1. Badan atau piringan dasar

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


46
Laboratorium Metrologi Industri

Berupa lingkarang penuh dengan diameter sekitar 55 mm.


Permukaan bawah piringan dasar ini rata, sehingga busur bilah dapat
diletakan pada meja rata dengan baik tak bergoyang. Pada tepi
permukaan atas terdapat skala dengan pembagian dalam derajat dan
diberi nomor dari 00 – 900 – 00 – 900 (skala kiri dan kanan),
2. Pelat dasar
Menyatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan tebal pelat
dasar sekitar 90 x 15 x 7 mm. Sisi kerja pelat dasar dibuat rata dan
lurus, dengan toleransi kerataan 0.01 mm untuk sepanjang sisi kerja.
3. Piringan indeks/skala nonius
Mempunyai titik pusat putaran berimpit dengan pusat piringan
dasar. Pada piringan ini tercantum garis indeks dan skala nonius sudut
(skala nonius kiri dan kanan), biasanya dengan kecermatan sampai 5
menit. Kadang dilengkapi dengan pemutar halus atau cermat.

4. Bilah utama
Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada
piringan indeks. Panjang, lebar dan tebal dari bilah utama, sekitar
150/300 x 13 x 2 mm, dan kedua ujungnya dibuat menyudut masing –
masing sebesar 450 dan 600. Kedua tepi dibuat lurus dengan toleransi
kerataan sebesar 0.02 sampai 0.03 mm untuk seluruh panjangnya

3.2.1.2 Profile Projector


Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya
menggunakan sistem optis dan mekanis. Sistem optis digunakan untuk
memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem mekanis
digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda ukur
bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda
ukur) bisa dilihat pada skala mikrometer atau skala sudut. Dengan
demikian, proyektor bentuk ini bisa digunakan untuk mengukur bentuk,
mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena komponen-komponen
utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur
dengan proyektor bentuk harus mempunyai dimensi ukuran yang relatif
kecil. Hal ini perlu guna menghindari rusaknya permukaan lensa tempat
meletakkan benda ukur.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


47
Laboratorium Metrologi Industri

Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.5.


Dari gambar tersebut dapat dijelaskan disini beberapa komponen
penting dari proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa kondensor,
filter penyerap panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin
datar dan layar. Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Benda ukur diletakkan di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit
benda ukur. Lampu dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya
diarahkan ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan
kaca/cermin datar maka sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya
sinar ini maka bayangan dari benda ukur akan dapat dilihat pada layar.
Bayangan tersebut akan kelihatan dengan dimensi ukuran yang lebih
besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi karena proyektor
bentuk ini dilengkapi dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala
sudutnya sama dengan sistem skala sudut dari busur bila yang
mempunyai skala utama dan skala nonius. Untuk pengukuran sudut,
tingkat kecermatan yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah
6 menit (6’) (Munadi, 1980: 136-137)

Gambar 3.7 Bevel Protractor (Busur Bilah)


Sumber : ......................................................

Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan


dengan dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dan
dengan memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang digunakan
layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang
ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


48
Laboratorium Metrologi Industri

adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya


dapat dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar
tersebut (Munadi, 1980: 137)
 Bagian-bagian Profil Proyektor
Pada profil proyektor terdapat beberapa komponen penting yang
digunakan dalam pengukuran.
1. Lampu ( lamp )
Lampu diposisikan dibagian depan profil proyektor yang
mengarah ke proyektor. Dan terdapat kondensor agar cahaya dapat
diarahkan ke proyektor. Lampu digunakan sebagai sumber cahaya
pada sistem optiknya.

Gambar 3.8 Lampu


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

2. Proyektor ( projector )
Proyektor digunakan untuk memproyeksikan cahaya kecermin
lalu diteruskan kelayar. Proyektor memiliki pembesaran yang
beragam, yaitu 10x, 25x, 50x, dan 100x.

Gambar 3.9 Proyektor


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


49
Laboratorium Metrologi Industri

3. Layar ( screen )
Layar adalah penerima cahaya yang telah diproyeksikan oleh
proyektor. Pada layar terdapat garis silang untuk memposisikan
bayangan benda ukur. piringan layar dapat diputar 360o untuk dapat
membaca sudut bayangan.

Gambar 3.10 Layar


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

4. Eretan dan Meja


Eretan ini terdapat pada meja, digunakan untuk menggerakkan
meja searah vertikal untuk eretan X, dan searah horizontal untuk
eretan Y. Meja digunakan sebagai dudukan benda ukur. Meja
diposisikan di antara kondensor dengan proyektor.

A B
Gambar 3.11 (A) Eretan , (B) Meja
Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

5. Alat ukur
Pada profil proyektor digunakan tiga alat ukur yang berjenis
vernier digital untuk membaca panjang, lebar, dan sudut. Alat ukur ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


50
Laboratorium Metrologi Industri

A B
Gambar 3.12 Alat ukur (A) Sudut, (B) Jarak
Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

6. Switch
Terdapat tiga switch pada profil proyektor, yaitu : switch lampu
utama, switch angle vernier, dan switch lampu sorot fleksibel. Yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

A
Gambar 3.13 Switch (A) angleBvernier, (B) lampuCutama, (C) lampu sorot
Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

 Cara baca profile projector


- Cara pertama : Salah satu garis silang pada kaca buram dibuat
berhimpit dengan salah satu tepi bayangan, dengan cara
menggerakkan meja (dimana benda ukur dilatakkan) kekiri atau
kekanan, keatas atau kebawah. Dan dengan memutar piringan kaca
buram (garis silang). Setelah garis berhimpit pada tepi bayangan,
kemiringan garis silang dibaca pada skala piringan dengan bantuan
skala nonius. Kemudian proses diulang sampai garis bersangkutan
berhimpit dengan tepi bayangan yang lain. Pembacaan skala piringan
dilakukan lagi. Dengan demikian sudut yang dicari adalah
merupakan selisih dari pembacaan yang pertama dan yang kedua.
- Cara kedua : Dengan memakai pola atau gambar beberapa harga
sudut. Suatu pola transparan berupa kumpulan beberapa sudut
dengan harga tertentu dapat dipasang pada kaca buram. Besar sudut

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


51
Laboratorium Metrologi Industri

objek ukur (kedua tepi bayangan) dapat ditentukan dengan


membandingkan pada gambar sudut tersebut sampai ditemukan sudut
yang paling cocok (Rochim, 2006: 324)

1.2.2 Pengukuran sudut tak langsung


Pengukuran sudut tak langsung adalah proses pengukuran yang dimana
objek bendanya itu memiliki dimensi sudut yang hasil pengukurannya tidak
dapat dibaca langsung dari alat ukur yang digunakan. Adapun alat ukur sudut
adalah pelingkup sudut, blok sudut, batang sinus, senter sinus, rol dan bola
baja (Munadi, 1980: 137)

3.2.2.1 Blok Sudut


Munadi dalam bukunya, Pada pengukuran linier tak langsung
sudah dibicarakan tentang blok ukur (gaugebloc). Pada pengukuran
sudut secara tak langsung pun ada alat-alat ukur yang berupa balok baja
yaitu yang disebut dengan blok sudut. Blok sudut biasanya mempunyai
ukuran panjang lebih kurang 75 mm dan lebar biasanya 16 mm. Bagian
tebalnya tidak sejajar karena kedua ujung memanjangnya membentuk
sudut. Dua permukaan dari sisi yang membentuk sudut tadi mempunyai
bentuk yang rata dan halus sehingga memungkinkan dapat dilekatkan
dengan permukaan blok sudut lainnya. Karena kedua sudut dari sisi-sisi
yang rata dan halus itu membentuk sudut maka sudut yang mengecil
biasanya diberi tanda minus (“ – “) dan sudut untuk ujung yang lebih
besar diberi tanda plus (“ + “). Tanda-tanda seperti itu diperlukan guna
menghindari terjadinya kesalahan perhitungan. Bila dua atau lebih blok
sudut disusun dengan tanda-tanda yang sama pada satu ujungnya maka
berarti sudutnya makin menjadi besar yang nilainya adalah jumlah
angka-angka yang tercantum pada setiap blok sudut. Akan tetapi, bila
yang disusun pada satu ujung susunan tanda-tandanya tidak sama maka
besarnya sudut adalah jumlah yang bertanda plus (+) dikurangi dengan
jumlah yang bertanda minus (–).
Biasanya blok sudut ini disusun dalam satu kotak yang terdiri
dari beberapa blok sudut dengan tingkat perbedaan sudut yang
bermacam-macam. Dengan demikian kita dapat menyusun bermacam-

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


52
Laboratorium Metrologi Industri

macam susunan blok sudut dengan variasi yang bermacam-macam pula.


Yang banyak terdapat adalah blok ukur yang dalam satu set terdiri 15
blok rinciannya adalah sebagai berikut:
Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 9°, 27°, 41°= 5 blok.
Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 9’, dan 27’ = 4 blok
Blok sudut dalam menit : 3”, 6”, 20” dan 30” = 4 blok
jumlah = 15 blok
Adapula yang dalam satu setnya terdiri dari 16 blok, yaitu blok
sudut yang dibuat oleh pabrik Starret rinciannya adalah sebagai berikut :
Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 5°, 50°, 45° = 6 blok
Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 5’, 20’, dan 30’ = 5 blok
Blok sudut dalam menit : 1”, 3”, 5”, 20” dan 30” = 5 blok
Jumlah = 16 blok

Gambar 3.14 satu set blok sudut


Sumber :......................................
 Contoh penyusunan blok ukur

Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara


mengecek benda ukur dengan blok sudut yang sudah disusun.
Misalnya akan membentuk sudut 360 235 ‫ ”׳‬dan 260 1216 ‫”׳‬
(Munadi,1980: 139). Contoh susunannya lihat Gambar 3.8. di bawah
ini:

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


53
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 3.15 contoh susunan blok sudut


Sumber : .................................................

 Cara mengecek susunan blok sudut

Untuk mengecek apakah per-mukaan benda ukur sudah satu


bidang dengan permukaan susu-nan blok dapat dicek dengan pi-
sau/bilah tipis pelengkap dari blok sudut. Bila masih ada celah berarti
sudut benda ukur belum sama dengan sudut susunan blok sudut. Atau
bisa juga dicek dengan jam ukur (Munadi, 1980: 140)

Gambar 3.16 mengecek sudut benda ukur dengan sudut susunan blok sudut
Sumber : .......................................

1.2.3 Metrologi Ulir


Ulir (screwthread) mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kontruksi
suatu mesin atau peralatan teknis lainnya. Fungsi tersebut adalah sebagai alat
pemersatu atau sebagai alat penerus (transmisi daya) (Rochim, 2006: 369).
Secara umum jenis ulir dapat dilihat dari gerakan ulir, jumlah ulir
dalam tiap gang (pitch) dan bentuk permukaan ulir. Bisa juga jenis ulir ini
dilihat dari standar yang digunakan, misalnya ulir Whitworth, ulir
metrik dan sebagainya (Munadi, 1980 : 150)

1.2.3.1 Karakteristik Ulir


1. Jenis Ulir Menurut Arah Gerakan Jalus Ulir
Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir
yaitu ulir kiri dan ulir kanan. Ulir kanan dapat diketahui dari
komponen yang berulir misalnya mur dan baut Apabila sebuah
mur dipasangkan pada baut yang kemudian diputar ke kanan

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


54
Laboratorium Metrologi Industri

(searah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir


tersebut termasuk ulir kanan, begitu pula sebaliknya.

Gambar 3.19 Ulir kanan


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 51

Gambar 3.20 Ulir kiri


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 51

2. Jenis Ulir Menurut Jumlah Ulir Tiap Gang (Pitch)


Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir
dapat di bedakan menjadi ulir tunggal dan ulir ganda. Ulir
ganda artinya dalam satu putaran (dari puncak ulir yang satu ke
puncak ulir yang lain) terdapat lebih dari satu ulir, maka satu
putaran pada ulir ganda dapat memindahkan jarak yang lebih
panjang dari pada satu putaran ulir tunggal.

Gambar 3.21 Ulir Tunggal


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 51

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


55
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 3.22 Ulir Ganda


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 51

3. Jenis Ulir Menurut Bentuk Sisi Ulir


Melihat bentuk dari sisi ulir ini maka ulir dapat dibedakan
menjadi ulir segi tiga, segi empat, trapesium, parabol (knuckle).
Bentuk ulir ini juga ada kaitannya dengan standar yang
digunakan.

Gambar 3.23 Ulir Segitiga


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 151

Gambar 3.24 Ulir Segiempat


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 151

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


56
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 3.25 Ulir Trapesium


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 151

Gambar 3.26 Ulir Parabola


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 151

Standar Umum untuk Ulir


Yang akan dibicarakan disini adalah ulir menurut ISO
Metrik dan ulir Unified. Ulir ISO metrik satuannya dalam
milimeter dan ulir Unified satuannya dalam inchi (Munadi,
1980: 154)
a. Ulir ISO Metrik

Gambar 3.27 Bentuk Ulir Isometrik


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 151
b. Ulir Unified

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


57
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 3.28 Bentuk Ulir Unified


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 151

Dimana :
n = jumlah gang per inchi
p = jarak puncak ulir
H = kedalaman ulir
hb = kedalaman ulir luar
hm = kedalaman ulir dalam
E = Diameter tusuk

Fungsi Ulir
Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk
menggabungkan atau menyambung beberapa komponen
menjadi satu unit produk jadi (Munadi, 1980: 152). Berdasarkan
hal ini maka fungsi dari ulir secara umum dapat dikatakan
sebagai berikut:
a. Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa
komponen menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang
digunakan adalah ulir segi tiga baik ulir yang menggunakan
standar ISO, British Standardmaupun American Standard.
b. Sebagai penerus daya, artinya sistem ulir digunakan untuk
memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya
sistem ulir pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir
(transportir) pada mesin-mesin produksi, dan sebagainya.
c. Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya
kebocoran, terutama pada sistem ulir yang digunakan pada
pipa. Kebanyakan yang dipakai untuk penyambungan pipa ini
adalah ulir-ulir Whitworth.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


58
Laboratorium Metrologi Industri

Beberapa Istilah Penting Pada Ulir


Penggunaan kata istilah di atas tidak untuk
menunjukkan adanya arti-arti lain dari ulir, melainkan untuk
menunjukkan adanya dimensi dimensi yang penting untuk
diketahui setiap kali membicarakan masalah ulir (Munadi, 1980:
153)

Gambar 3.29 Dimensi Penting ulir


Sumber : Dasar-dasar Metrologi 1988 ; 152

1. Diameter mayor (diameter luar) adalah diameter terbesar dari


ulir.
2. Diameter minor (diameter inti) adalah diameter terkecil dari
ulir.
3. Diameter pit (diameter tusuk) adalah diameter semu yang
letaknya di antara diameter luar dan diameter inti. Titik ini
yang akan menerima beban terberat sewaktu pasangan ulir
dikencangkan.
4. Jarak antara puncak ulir yang disebut juga dengan istilah
pitch
merupakan dimensi yang cukup besar pengaruhnya
terhadap pasangan ulir. Karena apabila jarak antara puncak
ulir yang satu dengan puncak ulir yang lain tidak sama
maka ulir ini tidak bisa dipasangkan dengan ulir yang lain.
5. Sudut ulir adalah sudut dari kedua sisi permukaan ulir
yang satuannya dalam derajat.
6. Kedalaman ulir adalah jarak antara diameter inti dengan
diameter luar.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


59
Laboratorium Metrologi Industri

1.2.3.2 Pengukuran Ulir


Bagian-bagian penting dari ulir yang harus diukur antara
lain
adalah: diameter mayor (luar), diameter minor (dalam) dan sudut
ulir.
1. Pengukuran Diameter Mayor Ulir
Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan
menggunakan mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran
yang lebih teliti lagi adalah dengan menggunakan alat yang
disebut Floating Carriage(Bench) Micrometer.

Gambar 3.30 Bench micrometer


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri FT UB

Untuk melakukan pengukuran diameter mayor ulir


dengan menggunakan Bench Micrometer diperlukan poros atau
silinder yang presisi sebagai silinder starndar. Misalnya
diameter silinder standar adalah Ds. Silinder standar diukur
diameternya dengan Bench Micrometer di mana jarum penunjuk
(fiducial indicator) harus menunjukkan posisi nol. Dari
mikrometernya dapat dibaca besarnya diameter silinder
menurut ukuran Bench Micrometer, Misalnya R1. Kemudian
silinder standar dilepas dan diganti dengan ulir yang hendak
diukur diameter mayornya. Dengan cara yang sama, kemudian
dicatat harga pengukuran yang ditunjukkan oleh skala
mikrometer, misalnya R2. Dengan demikian dapat diperoleh
besarnya diameter mayor ulir yang besarnya adalah sebagai :
D = Dc+ (Rt - Rc) .
D = diameter mayor (mm)

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


60
Laboratorium Metrologi Industri

Dc= diameter silinder standar. (mm)


Rt= pembacaan pengukuran silinder standar. (mm)
Rc= pembacaan pengukruan diameter mayor ulir. (mm)

2. Pengukuran Diameter Minor Ulir


Diameter minor adalah diameter silinder khayal yang mempunyai
sumbu yang berimpit dengan sumbu ulir dan permukaannya
menyingung dasar ulir. Pengukuran diameter minor dilaksanakan
dengan menggunakan mikrometer yang dibantu dengan prisma
(batang V), batang prisma ini dibuat dari berbagai dimensi dan
ukuran radius ujung sehingga bisa dipilih disesuaikan dengan
dimensi ulir supaya ujungnya menyinggung dasar ulir.

(BERI GAMBAR)

Gambar 3.31 floating cariage


Sumber : Rochim (2006: 382)

Gambar 3.32 Skema Pengukuran


Sumber : Rochim (2006: 382)

3. Pengukuran Sudut dan Jarak Puncak Ulir


Untuk pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir bisa
digunakan alat ukur pembanding misalnya mal ulir, juga bisa
digunakan proyektor bentuk (profile projector). Dengan
menggunakan mal ulir kita dapat mengecek langsung besarnya
sudut dan juga besarnya jarak puncak ulir, terutama untuk ulir-

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


61
Laboratorium Metrologi Industri

ulir dalam ukuran kecil yang jarak puncak ulirnya berkisar


antara 0.25 – 6.00 mm bagi ulir metrik, dan antara 2½ - 28 gang
per inchi untuk ulir inchi (Munadi, 1980: 167)

(BERI GAMBAR)

Gambar 3.33 Mal ulir


Sumber : ..........................

3.3 Metode Praktikum


3.3.1 Alat dan Bahan
1. Hand gloves

Gambar 3.34 Hand gloves


Sumber : Data Pribadi

2. Benda kerja

Gambar 3.35 Benda Kerja ProfileProjector


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

3. Profile projector

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


62
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 3.36 Profile Projector


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

Spesifikasi
 Merk : Mitutoyo
 Type : PJ 311
 Tahun: 1986
 Ketelitian : 1µm (linier) dan 1 min (sudut)

3.3.2 Prosedur Pengujian


1. Gunakan hand gloves
2. Objek uji diletakkan di bidang uji
3. Proyektor dinyalakan sehingga bayangan dari objek terlihat di display
lensa proyektor.
4. Fokus dari projector disesuaikan sampai kelihatan jelas.
5. Skala piringan diatur hingga skala utama dan nonius segaris pada angka
nol.
6. Pengatur sumbu x – y, rotasi table dan garis silang pada kaca ke titik
acuan dari objek uji yang akan diukur.
7. Memutar skala piringan hingga garis acuan berhimpit dengan bayangan
objek yang akan diukur.
8. Mengukur karakteristik ulir dan dicatat hasilnya
9. Ulangi langkah kalibrasi tiap pengukuran
10. Mengukur diameter sudut pitch 1 sampai 10 dan dicatat hasilnya
11. Ulangi langkah kalibrasi tiap pengukuran

3.3.3. Gambar Spesimen


(Terlampir)

3.4 Analisa Data dan pembahasan


3.4.1 Pengolahan Data
3.4.1.1 Data Kelompok

Tabel 3.1 Karakteristik Ulir

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


63
Laboratorium Metrologi Industri

Karakteristik Ulir Nilai Pengukuran Nilai Pengukuran


Aktual Teoritis
Diameter Mayor 11,798 11,5
Diameter minor 10,286 10,5
Pitch 1,199 1,25
Sudut ulir 57o 58” 60o
Kedalaman Ulir 0,831 0,75
Sumber : Data Pribadi

3.4.1.2 Data antar kelompok

Tabel 3.2 Pengukuran Sudut Ulir


Sudut ulir
Kelompok 21 Kelompok 22 Kelompok 08
1 56o 58” 59o 40” 65o 44”
2 56o 59” 60o 37” 65o 60”
3 58o 2” 60o 63o 04”
4 59o 10” 61o 20” 61o 30”
5 58o 45” 60o 20” 61o 44”
6 58o 35” 60o 40” 61o
7 57o 60” 61o 15” 61o 45”
8 57o 35” 59o 15” 61o 45”
9 58o 15” 61o 25” 58o 45”
10 58o 40” 61o 43” 61o 65”

Sumber : Data pribadi

3.4.2 Pembahasan
a. Pembahasan hasil pengukuran karakteristik ulir dengan nilai standar
Selisih pengukuran actual dengan teoritis :

Diameter mayor : 11,798 - 11,5 = 0,298

Diameter Minor : 10,286 - 10,5 = -0,214

Pitch : 1,199 - 1,25 = -0,051

Sudut ulir : 57o 58” - 60o = -2o 2”

Kedalaman ulir : 0,831 - 0,75 = 0,081

Perbedaan pengukuran yang terjadi pada karakteristik ulir ini


dapat disebabkan oleh kesalahan pengukur dalam melihat hasil
pengukuran dan juga kesalahan pada penempatan titik awal pada saat

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


64
Laboratorium Metrologi Industri

pengukuran. Selain itu factor objek ukur yang berbentuk ulir juga dapat
mempengaruhi karena sering terlihat ujung ulir yang tumpul, sehingga
sulit untuk menentukan ujung dari ulir tersebut.
b. Pembahasan pengukuran kepresisian kelompok

Grafik 3.1 Pengukuran Sudut


Sumber : Data pribadi

Perbedaan pengukuran yang terjadi dalam pengukuran sudut


diatas lebih kepada kesalahan pengukur, perbedaan pengukuran sampai
mengalami selisih lebih dari 4o sedangkan selisih terkicil adalah sebesar
1o 58”, kesalahan ini disebabkan oleh pengukur yang tidak tepat
menempatkan titik awal atau titik akhir dalam mengukur sudut.
c. Pembahasan pengukuran kepresisian antar kelompok

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


65
Laboratorium Metrologi Industri

Grafik 3.2 Grafik Pengukuran Sudut


Sumber : Data pribadi

Dari gamabar diatas terlihat perbeddan hasil pengukuran,


kelompok 21 mendapat hasil pengukuran terkecil dalam 10 kali
pengambilan nilai, sedangkan nilai 65o60” menjadi hasil terbesar yang
didapat. Perbedaan hasil pengukuran diatas disebabkan oleh perbedaan
orang yang mengukur sehingga berbeda dalam menentukan besar sudut
pada saat pengukuran yang juga posisi pengukuran mempengaruhi
hasilnya.

3.4.3 Kesimpulan dan Saran


3.4.3.1 Kesimpulan
a. Profile Projector adalah alat yang mengunakkan optic untuk
mengukur secara linear dan besar sudut.
b. Pada perhitungan terjadi selisih nilai karena beberapa factor,
yaitu pengukur, alat ukur, dan objek ukur.
c. Dalam pengukuran harus sesuai dengan prosedur alat ukur agar
tidak terjadi kesalahan.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


66
Laboratorium Metrologi Industri

d. Pada data Kelompok dapat disebabkan oleh kesalahan pengukur


dan juga kesalahan pada penempatan titik awal pada saat
pengukuran diameter ulir, sudut ulir dan kedalaman ulir.
e. Pada data pengukuran antar kelompok saat mengukur terjadi
perbedaan orang yang mengukur sehingga berbeda dalam hasil
pengukuran sudut dan penetapan titik awal
3.4.3.2 Saran
1. Pada saat pra pratikum asisten sebaiknya mengajari pembacaan
alat ukur secara langsung.
2. Pratikan harus teliti dan berhati-hati dalam pengunaan alat.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


67
Laboratorium Metrologi Industri

BAB IV
PENGUKURAN VARIASI

4.1 Tujuan Pratikum


1. Agar pratikan mampu menggunakan dial indicator dan magnetic stand dengan
baik dan benar.
2. Agar praktikan mampu memahami dan mampu menentukan pengukuran
kerataan geometri suatu material
3. Agar pratikan memahami dan mampu menganalisa control kualitas geometri
suatu material

4.2 Tinjauan Pustaka


4.2.1 Pengukuran kedataran , kelurusan dan kerataan
A. Kedataran (flatness)
Yang dimaksud dengan kedataran adalah “datar air” atau horizontal, gaya
tarik bumi (gravitasi) dianggap tegak lurus terhadap bidang yang datar air.
Alat ukur kedataran yang umum digunakan adalah waterpass atau dapat juga
digunakan istilah “pendatar” (Rochim, 2006: 349)
.
GAMBAR PENDATAR

Gambar 4.1
Sumber :

Prinsip kerja alat

Gambar 4.8 prinsip kerja waterpass


Sumber : Anonymous 50, 2013

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
B. Pengukuran Kelurusan

Kelurusansuatu permukaan dapat diperiksa dengan beberapa cara. Dua cara


yang paling mudah untuk memeriksa kelurusan adalah dengan memakai pendatar yang

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


68
Laboratorium Metrologi Industri

cermat (0.02 mm/m atau 0.01 mm/m) atau dengan autokilomator (kecermatan
sampai 0.1 detik). Memang kedua alat tersebut alat ukur sudut, dengan
demikian pemeriksaan kelurusan permukaan dilakukan secara berurutan
untuk panjang garis pengukuran dengan memperhatikan perubahan sudut
yang kecil akibat dari ketidak lurusan permukaan yang disarankan oleh alat
ukur tersebut. (Rochim, 2006: 353)
Beberapa contoh cara pengukuran kelurusan menurut Munadi (1980: 205)
adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Kelurusan dengan Mistar Baja


Pemeriksaan kelurusan dengan menggunakan mistar baja pada dasarnya tidak
untuk mencari berapa besarnya ketidaklurusan suatu permukaan benda, melainkan
hanya untuk melihat apakah permukaan benda tersebut mempunyai penyimpangan pada
dimensi kelurusannya atau tidak. Oleh karena itu, dalam pemeriksaannya tidak
diperhatikan skala ukurnya. Sebagai contoh, misalnya akan memeriksa kelurusan benda
kerja yang berbentuk balok seperti tampak pada Gambar 4.10 dibawah ini (Munadi,
1980: 205)

Gambar 4.10 Memeriksa kelurusan permukaan dengan mistar baja.


Sumber :

Dengan meletakkan mistar baja sedemikian rupa di atas permukaan bidang ukur
maka dapat dilihat apakah muka ukur balok tersebut masuk dalam kategori lurus atau
tidak. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada arah memanjang, melebar dan arah
diagonal. Kesimpulan yang diambil adalah: bila terlihat adanya celah antara muka ukur
dan mistar baja maka dikatakan bahwa permukaan bidang ukur kelurusannya tidak baik.
Pemeriksaan kelurusan yang sederhana ini banyak dilakukan pada pekerjaan mengikir
rata permukaan (Munadi, 1980: 205).

2. Pemeriksaan Kelurusan dengan Jam Ukur (Dial Indicator)


Dengan menggunakan jam ukur maka bisa diketahui besarnya penyimpangan
dari kelurusan suatu permukaan benda ukur. Karena setiap perubahan jarak yang
dialami oleh sensor jam ukur akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk jam ukur tersebut.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


69
Laboratorium Metrologi Industri

Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur ini bisa digunakan untuk melihat kelurusan
dalam arah horizontal (penyimpangan ke kiri atau ke kanan) dan kelurusan dalam arah
vertikal (penyimpangan ke atas atau ke bawah). Agar pemeriksaan memberikan hasil
yang teliti maka pelaksanaannya harus dilakukan di atas meja rata (surface table).
Antara benda ukur dengan landasan jam ukur harus diberi pelat lurus (straight edge)
atau yang sejenis agar gerakan dari jam ukur tetap stabil sehingga tidak merubah posisi
penekanan sensor terhadap muka ukur. Pada waktu meletakkan
sensor pada muka ukur sebaiknya jarum penunjuk menunjukkan skala pada
posisi nol. Seandainya muka ukurnya relatif panjang maka sebaiknya panjang muka
ukur tersebut dibagi dalam beberapa bagian yang besarnya jarak tiap-tiap bagian
tergantung pada pertimbangan si pengukur sendiri. Antara bagian satu dengan yang lain
diberi tanda titik atau garis pendek/strip. Pada masing-masing titik inilah nantinya dapat
digambarkan besarnya penyimpangan dari kelurusan muka ukur. Dengan demikian
dapat diketahui bagian-bagian mana dari muka ukur yang tidak lurus. Sebagai contoh
dapat dilihat Gambar 4.11a. dan 4.11b. berikut ini.

Gambar 4.11a memeriksa kelurusan untuk arah horizontal , b . arah vertikal


Sumber :

Dalam menggambarkan besarnya penyimpangan kelurusan dalam bentuk grafik


biasa dibutuhkan tanda minus (-) untuk penyimpangan negatif dan tanda plus (+) untuk
penyimpangan positif. Untuk menentukan mana penyimpangan yang bertanda minus
dan penyimpangan yang bertanda plus tergantung pada si pengukurnya sendiri.
Biasanya yang banyak dilakukan oleh orang adalah bahwa kalau penyimpangan ke arah
atas atau ke kanan maka penyimpangan diberi tanda plus (+) dan sebaliknya bila terjadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


70
Laboratorium Metrologi Industri

penyimpangan ke arah bawah atau ke kiri maka penyimpangannya diberi tanda minus
(-). Penyimpangan dengan tanda positif atau negatif bukan berarti bertanda positif (+)
lebih baik dari pada yang bertanda negatif (-). Baik penyimpangan itu bertanda positif
atau negatif, pengambilan keputusan didasarkan pada harga-harga batas yang diijinkan.
Apabila hasil pemeriksaan ternyata melampaui harga-harga batas yang diijinkan maka
dikatakan bahwa tingkat kelurusan dari muka ukur benda ukur adalah tidak baik atau
rendah, tanpa memperhatikan apakah penyimpangannya ke arah yang bertanda plus
(positif) atau ke arah yang bertanda minus (negatif). Secara grafis dapat dilihat sebuah
contoh hasil pemeriksaan kelurusan yang sudah dinyatakan dalam bentuk garis, Gambar
4.12.

Grafik 4.1 Grafik hasil pengukuran dengan jam ukur.


Sumber :

Dari Gambar 4.12 panjang muka ukur diambil misalnya 150 milimeter yang
dibagi menjadi 15 bagian yang sama dengan panjang masing-masing bagian 10
milimeter. Dengan demikian ada 15 titik pemeriksaan yang pada tiap-tiap itulah
dicantumkan harga pengukurannya. Dari harga-harga ini lalu dapat dibuat semacam
grafik seperti tampak pada Gambar 6.3. tersebut. Dengan cara di atas nampaknya hanya
cocok untuk pemeriksaan sisi muka ukur yang relatif sempit tanpa arahnya memanjang
(bagian sisi tebal benda ukur). Seandainya muka ukur cukup lebar pada arahnya
memanjangnya maka pemeriksaan kelurusan dapat dilakukan beberapa kali pada posisi
yang berbeda-beda menurut pertimbangan yang lebih menguntungkan dalam proses
pengukuran. Jadi, pemeriksaannya tidak hanya pada satu garis, melainkan bisa lebih
dari satu garis. Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur tidak saja bisa dilakukan
terhadap benda berbentuk balok, tetapi juga bisa digunakan untuk memeriksa kelurusan
poros. Gambar 4.13. menunjukkan salah satu conto pemeriksaan kelurusan poros.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


71
Laboratorium Metrologi Industri

Analisis hasil pemeriksaannya bisa dilakukan seperti yang sudah dibicarakan di atas
(Gambar 4.12).

Gambar 4.12. Pemeriksaan kelurusan poros dengan menggunakan jam


Sumber :

C. Pengukuran kerataan
Suatu bidang rata teoritik dapat dibuat dengan menggeserkan suatu
garis lurus diatas dua buah garis lain yang sejajar (dua garis tepi). Garis
lurus tersebut dinamakan sebagai “garis pembentuk”(generator line). Jadi,
pada suatu bidang rata dapat di imajinasikan garis-garis pembentuk yang
sejajar yang tidak terhingga banyaknya.
Apabila kedua garis tepi. Di atas dimana garis pembentuk itu
digeserkan, ternyata tidak sejajar (namun proyeksi salah satu pada bidang
garis lain membentuk dua garis yang sejajar), yang akan terbentuk bukanlah
bidang yang rata, melainkanbidang terpuntir (twisted plane). Jika garis-garis
pembentuk ini di letakakkan pada bidang yang terpuntir, proyeksi garis-garis
pada bidang rata ideal masih tetap sejajar. Bila garis garis terbentuk pada
posisi menyilang tegak lurus terhadap garis-garis pembentuk semula, garis-
garis pembentuk semula dan yang baru akan saling berpotongan tegak lurus
meskipun bidang nya tidak merupakan bidang rata. (Rochim, 2006: 359)

D. Pengukuran kekasaran permukaan


Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen adalah
permukaan halus dalam prakteknya memang tidak mungkin untuk mendapatkan suatu
komponen yang permukaannya, betul-betul halus, Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya faktor manusia (operator) dan faktor-faktor dari mesin-mesin
yang digunakan untuk membuatnya. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi
terus berusaha membuat peralatan yang mampu membentuk permukaan komponen
degan tingkat kehalusan yang cukup tinggi menurut standar ukuran yang berlaku

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


72
Laboratorium Metrologi Industri

dalam metrologi yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran geometris benda
melalui pengalaman penelitian. (Munadi, 1980: 223)
a. Batasan permukaan dan parameter-parameternya
(Jelaskan perbedaan istilah “permukaan” dengan “profil”)
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
(Sebut dan jelaskan istilah-istilah mengenai profil permukaan, contoh : profil
geometrik ideal, profil terukur, dll………….……………….….………………….….…
………………………………………………………………………………….................

b. Parameter kekasaran permukaan:


Menurut Munadi (1980: 227), adapun parameter kekasaran permukaan adalah
sebagai berikut:
1. Kedalaman Total (Peak to Valley), Rt,
Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil referensi sampai dengan
profil dasar.
2. Kedalaman Perataan (Peak to Mean Line), Rp
Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari profil referensi sampai
dengan profil terukur. Bila juga dikatakan bahwa kedalaman perataan merupakan
jarak antara profil tengah dengan profil referensi.

Gambar . 4.15 Kedalaman total dan kedalaman perataan


Sumber : ...........................

3. Kekasaran Rata-rata Aritnetis (Mean Roughness Indec/Center Line Average, CLA),


Ra
Kekasaran rata-rata merupakan harga-harga rata-rata secara aritmetis dari harga
absolut antara harga profil terukur dengan profil tengah.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


73
Laboratorium Metrologi Industri

Menentukan kekasaran rata-rata (Ra) dapat pula dilakukan secara grafis. Adapun
caranya adalah sebagai berikut :
Pertama, gambarkan sebuah garis lurus pada penampang permukaan yang diperoleh
dari pengukuran (profil terukur) yaitu garis X – X yang posisinya tepat
menyentuh lembah paling dalam, gambar 7.5a.
Kedua, ambil sampel panjang pengukuran sepanjang L yang memungkinkan
memuat sejumlah bentuk gelombang yang hampir sama.
Ketiga, ambil luasan daerah A di bawah kurve dangan menggunakan planimeter
atau dengan metode ordinat. Dengan demikian diperoleh jarak garis center C – C
terhadap garis X – X secara tegak lurus yang besarnya adalah :

Keempat, sekarang diperoleh suatu garis yang membagi profil terukur menjadi dua
bagian yang hampir sama luasnya, yaitu luasan daerah di atas (P1+ P2+ ... dan
seterusnya) dan luasan daerah di bawah (Q1+ Q2 + ... + dan seterusnya). Lihat gambar
7.5b. Dengan demikian maka Ra dapat ditentukan besarnya yaitu :

Gamabr 4.16 Kekasaran Rata-rata, Ra


Sumber: ….................................

Gamabr 4.19 menentukan Kekasaran Rata-rata, Ra


Sumber:…................................

Kekasaran rata-rata dari puncak ke lembah ,Rz sebetulnya hampir sama dengan
kekasaran rata-rata aritmetis Ra, tetapi cara menentukan Rz adalah lebih mudah
daripada menentukan Ra, Gambar 7.6. menunjukkan cara menentukan Rz. Sampel

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


74
Laboratorium Metrologi Industri

pengukuran diambil sejumlah profil yang memuat, misalnya 10 daerah yaitu 5


daerah puncak dan 5 daerah lembah

Gamabr 4.17 Kekasaran Rata-rata dari puncak ke lembah


Sumber: ….....................

Kemudian buat garis lurus horizontal di bawah profil permukaan. Tarik garis tegak
lurus dari masing-masing ujung puncak dan lembah ke garis horizontal. Dengan cara
ini maka diperoleh harga Rz yang besarnya adalah :

c. Surface rougnace tester


Pengukuran kekasaran permukaan diperoleh dari sinyal pergerakan stylus
berbentuk diamond untuk bergerak sepanjang garis lurus pada permukaan sebagai alat
indicator pengkur kekasaran permukaan benda uji. Prinsip kerja dari alat ini adalah
dengan menggunakan transducer dan diolah dengan mikroprocessor. Roughness Tester
dapat digunakan di lantai di setiap posisi, horizontal, vertikal atau di mana pun.
Ketika mengukur kekasaran permukaan dengan roughness meter , sensor
ditempatkan pada permukaan dan kemudian meluncur sepanjang permukaan seragam
dengan mengemudi mekanisme di dalam tester.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


75
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 4.14 Surface rougnace tester


Sumber : ..............................

4.3 Metode Praktikum


4.3.1 Alat dan Bahan
1. Hand gloves

Gambar 4.18 Hand gloves


Sumber : Data Pribadi

2. Benda kerja

Gambar 4.19 Benda Kerja


Sumber : Laboratorium Metrologi Industri Universitas Brawijaya

3. Dial Indicator dan Magnetic Base Set

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


76
Laboratorium Metrologi Industri

Gambar 4.20 Dial Indicator dan Magnetic Base Set


Sumber Anonymous 59, 2013

Spesifikasi Dial Indicator


 Merk : Mitutoyo
 Type : PAT.460176
 Tahun : 1986
 Ketelitian : 0,1 mm (0-30 mm)

Spesifikasi Magnetic Base Set


 Merk : EMS
 Type : FA-10
 Tahun : 1999
 Ketelitian :-

4.3.2 Prosedur Pengujian


1. Gunakan hand gloves
2. Menyiapkan alat ukur Dial indicator dan magnetic base set
3. Lihat ketelitian alat tersebut dan pastikan jarum indicator pada angka nol
4. jika jarum indicator belum berada pada angka nol putar limit maker ke
posisi nol sejajar dengan jarum indicator, setelah itu kunci agar limit
maker tidak berubah-ubah
5. Menyiapkan benda kerja yang diukur
6. mengukur parameter kerataan di sepuluh titik dan dicatat hasilnya
7. Ulangi lngkah kalibrasi tiap pengukuran

4.3.3 Gambar Spesimen

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


77
Laboratorium Metrologi Industri

(Terlampir)

4.4 Analisa Data dan pembahasan


4.4.1 Pengolahan Data
4.4.1.1 Data Kelompok

Tabel 4.2 Pengukuran kelurusan


No Nilai Pengukuran
Right Measurement Left measurement
1 0 mm 0 mm
2 -0,02 mm 0,01 mm
3 -0,03 mm 0,02 mm
4 -0,04 mm 0,03 mm
5 -0,06 mm 0,04 mm
6 -0,07 mm 0,05 mm
7 -0,07 mm 0,05 mm
8 -0,06 mm 0,06 mm
9 -0,07 mm 0,07 mm
10 -0,07 mm 0,08 mm
Sumber : data pribadi

1.4.1.2 Data antar kelompok

Tabel 4.3 pengukuran kelurusan antar kelompok

No Sudut ulir
Kelompok 21 Kelompok 22 Kelompok 08
Right Left Right Left Right Left
Measurement measurement Measurement measurement Measurement measurement
1 0 mm 0 mm -0,02 mm -0,01 mm 0 mm 0 mm
2 -0,02 mm 0,01 mm -0,01 mm -0,01 mm 0,02 mm 0 mm
3 -0,03 mm 0,02 mm -0,03 mm 0,01 mm 0,03 mm -0,03 mm
4 -0,04 mm 0,03 mm -0,06 mm 0,02 mm 0,01 mm -0,03 mm
5 -0,06 mm 0,04 mm -0,04 mm 0,03 mm 0,04 mm -0,02 mm
6 -0,07 mm 0,05 mm -0,05 mm 0,04 mm 0,05 mm -0,02 mm
7 -0,07 mm 0,05 mm -0,05 mm 0,04 mm 0,06 mm -0,05 mm
8 -0,06 mm 0,06 mm -0,07 mm 0,05 mm 0,07 mm -0,05 mm
9 -0,07 mm 0,07 mm -0,07 mm 0,05 mm 0,07 mm -0,07 mm
10 -0,07 mm 0,08 mm -0,07 mm 0,07 mm 0,05 mm -0,05 mm

Sumber : Data Pribadi

.4.2 Pembahasan
a. Pembahasan pengukuran kepresisian kelurusan kelompok

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


78
Laboratorium Metrologi Industri

Grafik 4.3 grafik pengukuran kelurusan kelompok


Sumber Data pribadi

Perbedaan pengukuran yang terjadi dalam pengukuran sudut


diatas karena terjadi perbedaan titik-titik pengukuran sehingga dari arah
kanan dan kiri tidak sama hasil pengukuranya, selain itu kesalahan
pembaca juga dapat membedakan hasil pengukuran. Dari gambar
terlihat bahwa spesimen semakin ke kiri semakin menurun yaitu sampai
0,07 mm, hal ini berarti spesimen tidak lurus.
b. Pembahasan pengukuran kepresisian kelurusan antar kelompok
Right measurement

Grafik 4.5 Pengukuran kelurusan antar kelompok right measurement


Sumber Data pribadi

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


79
Laboratorium Metrologi Industri

Left Measurement

Grafik 4.6 Pengukuran kelurusan antar kelompok left measurement


Sumber Data pribadi

Perbedaan hasil pengukuran diatas disebabkan oleh perbedaan


orang yang mengukur sehingga berbeda dalam hasil pengukuran, selain
itu terlihat data kelompok 8 memiliki perbedaan pada tanda Plus (+) dan
minus (-), hal ini diakibatkan dari benda spesimen yang mungkin tidak
berada diposisi yang sama (terbalik), sehingga hasil dari kelompok 8
mengalami perbedaan yang signifikan. Penetapan titik nol dan
pengambilan pengukuran yang berbeda juga membuat hasil pengukuran
juga berbeda.

4.4.3 Kesimpulan dan saran


4.4.3.1 Kesimpulan
a. Dial indicator adalah alat untuk mengukur kelurusan
b. Pada pengukuran terjadi selisih nilai karena beberapa factor,
yaitu pengukur, alat ukur, dan objek ukur.
c. Setiap melakukan pengukuran dial indicator harus dikalibrasi
agar hasil tepat
d. Pada data Kelompok terjadi selisih yang disebabkan perbedaan
titik pengukuran sehingga pengukuran kelurusan dari kanan dan
dari kiri berbeda hasil pengukurannya yang disebabkan
histeristis.
e. Pada data pengukuran antar kelompok saat mengukur terjadi
perbedaan karena perbedaan penetapan titik nol dan pengambil

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


80
Laboratorium Metrologi Industri

hasil pengukuran yang membuat hasil pengukuran berbeda dan


juga pos specimen isi yang berbeda
4.4.3.2 Saran
1. Pada saat pra pratikum asisten sebaiknya mengajari pembacaan
alat ukur secara langsung.
2. Pratikan harus teliti dan berhati-hati dalam pengunaan alat.

Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2013/2014


81

Anda mungkin juga menyukai