Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TERAPI TAWA (LAUGHTER THERAPY) TERHADAP TINGKAT

DEPRESI NEUROTIK PADA LANSIA


(Studi di Griya Cinta Kasih Jombang)

Exwan Agus Prasetyo*Maharani Tri P**Baderi***

ABSTRAK

Pendahuluan : Depresi merupakan salah satu penyakit mental yang biasa terjadi pada lansia,
dengan beberapa tanda kesedihan, defisit aktivitas, motivasi dan kebosanan. Kehilangan
pekerjaan, pasangan, dan kesepian, dapat menyebabkan lansia mengalami depresi. Salah satu
pengobatan alternatif untuk depresi adalah terapi tawa. Menurut Kataria (2016), depresi pada
orang dewasa dapat dikurangi dengan terapi tawa. Tetapi pengaruh terapi tawa terhadap
tingkat depresi lansia masih belum jelas. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi tawa terhadap tingkat depresi lansia yang tinggal di fasilitas
sosial.Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian menganalisa Pengaruh Terapi Tawa (laughter
therapy) Terhadap Tingkat Depresi neurotik pada Lansia di Griya Cinta Kasih Jombang.
Metode Penelitian: Desain yang digunakan pada penelitian ini adala pra-eksperimental,
dengan satu kelompok lansia pre-posttest tunggal. Populasi adalah lansia yang tinggal di
fasilitas asrama sosial Griya Cinta Kasih Jombang. Sampel diambil secara purposive sampling,
dengan total 30 responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel bebas adalah
terapi tawa dan variabel terikat adalah tingkat depresi lansia. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner struktural dengan skala depresi geriatri dan kemudian secara statistik
dihitung menggunakan uji peringkat bertanda wilcoxon, dengan tingkat signifikansi α < 0,05.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi tawa berpengaruh pada
penurunan tingkat depresi pada lansia (p : 0,000). Kesimpulan: Diharapkan responden rutin
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak Griya Cinta Kasih agar mengurangi
tingkat depresi neurotik misalkan dengan terapi tawa, terapi aktivitas kelompok, dan lain
sebagainya.

Kata Kunci: Terapi Tawa, Lansia, Depresi

THE INFLUENCE OF LAUGHTER THERAPY TO THE DEPRESSION LEVEL OF


ELDERLY

(Study at Griya Cinta Kasih Jombang)

ABSTRACT

Background : Depression is one of mental illness that commonly happen on elderly, with
several signs of sadness, activity and motivation deficit, and boredom. Losing job, partner,
and loneliness, may lead elderly into depression. One of alternative treatments for depression
is laughter therapy. According to Kataria (2016), depression in adult can be decreased by
laughter therapy. But the influence of laughter therapy to the depression level of elderly
remains unclear. Objective: Thus, this study was aimed to investigate the influence of laughter
therapy to the depression level of elderly who live in Griya Cinta Kasih Jombang.. Method:
The design used in this study was pra-experimental, with a single pre-posttest group of
elderlies. The population was elderly who live in Social Boarding Facility Griya Cinta Kasih
Jombang. The sample was taken by purposive sampling, with total of 11 respondents
according to inclusion and exclussion criterias. The independent variable was laughter
therapy with the dependent variable was depression level of elderly. The data were collected
using structural questionnaire whith geriatric depression scale and were then statistically
counted using wilcoxon signed rank test, with level of significiance of α ≤ 0,05. Result: The
result showed that laughter therapy have influenced on the reduction of the level of depression
in elderly (p : 0,003). Conclusion: It can be conclude that laughter therapy can be performed
to overcome the depression problem in elderly and it is should be recommended for the
caregiver. Further studies should involve diversivication respondents and need to continuous
therapy, because depression can reoccur. Suggestion: Respondents are expected to routinely
participate in activities carried out by Griya Cinta Kasih Jombang in order to reduce the level
of neurotic depression for example with laughter therapy, group activity therapy, and so forth.

Keywords: laughter therapy, elderly, depression

PENDAHULUAN berinteraksi secara merugikan dan


memperburuk kualitas hidup dan
Depresi pada lansia merupakan salah satu produktifitas kerja pada lanjut usia. Faktor
dampak negatif penurunan fungsi tubuh fisik yang dimaksud adalah penyakit fisik
yang ditandai dengan perasaan sedih yang diderita lanjut usia. Faktor psikologis
berlebihan, terganggunya pola tidur, meliputi kondisi sosial ekonomi,
kehilangan selera makan, hasrat seksual, sedangkan faktor sosial yang berpengaruh
serta minat dalam melakukan aktivitas adalah berkurangnya interaksi sosial atau
(Davison, dkk, 2010). Depresi dapat dukungan sosial dan kesepian yangdialami
menimbulkan dampak negatif seperti lanjut usia. Kaplan, 1998 (Dalam
perasaan tidak berguna, mudah marah, Dianingtyas, 2016).Depresi pada lansia
sedih, merasa disingkirkan dan tidak sering berhubungandengan penyesuaian
dibutuhkan lagi. Keadaan depresi yang yang terlambat terhadapkehilangan dalam
berkepanjangan pada seseorang dapat hidup dan berbagai stresorserta penyakit-
memunculkan masalah lain yang meliputi penyakit fisik. Lebih lanjut,Soejono,
kesehatan fisik, mental, dan sosialnya. Probosuseno dan Sari (dalam Tamarohdan
Keadaan stres juga dapat menyebabkan Puspitorini, 2015), mengungkapkan
seseorang menjadi lebih sensitif atau peka adabanyak faktor yang menyebabkan
terhadap depresi (Haryadi, 2012). seseorangmemiliki depresi sehingga
Data WHO pada tahun 2017 menjelaskan disebutmultifaktorial, yaitu gabungan dari
bahwa terdapat sekitar 35 juta orang beberapafaktor biologis, genetika,
terkena depresi.Kementrian kesehatan psikososial, sertalingkungan.
menyatakanorang dewasa Indonesia yang Lansia pada umumnya perlu
mengalami gangguan mental emosional membutuhkan bantuan untuk dapat
berupa gangguan kecemasan dan depresi menyelesaikan masalah dalam hidupnya,
sebanyak 11,6% dari 150 juta jiwa agar memiliki harga diri dapat dilakukan
(Hidayat, 2016). Data Riskesdas tahun dengan cara terapi tawa karena Terapi
2017menunjukkan prevalensi ganggunan tertawa merupakan salah satu cara untuk
mental emosional di Provinsi Jawa Timur mencapai kondisi yang rileks. Tertawa
bahwa gejala-gejala depresi usia 15 tahun dapat menyebabkan hormon anti stress
ke atas mencapai sekitar 16 juta orang atau endorfin dilepaskan dan dapat mengurangi
8,3% . Hasil Study pendahuluandi panti hormon pemicu stress cortisol, adrenalin,
Griya Cinta Kasih tahun 2018,tercatat ada epineprine yang keluar ketika seseorang
42 lansia yang masuk ke Griya Cinta Kasih mengalami depresi (Lestari, 2014). Saat
karena depresi,mulai dari depresi tertawa bukan hanya hormon endorfin saja
ringan,sedang, hingga berat. yang keluar tetapi ada hormon positif yang
Dampak gangguan depresi pada lanjut usia muncul. Keluarnya hormon positif yaitu
dapat mempengaruhi faktor fisik, hormon yang keluar yang diproduksi oleh
psikologis dan sosial yang saling tubuh ketika merasa bahagia, ceria dan
gembira seperti hormon beta-endorfin dan Sumber data : data primer, 2019
endomorfin.Terapi tawa dapat dilakukan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa
dengan cara mengajak klien melakukan sebagian besar responden berjenis kelamin
aktivitas tertawa dengan melibatkan perempuan sejumlah 22 orang (73,3%).
perilaku dan gerakan tubuh yaitu dengan
melakukan latihan teknik tawa untuk Tabel 5.2 Karakteristik Responden
memunculkan tertawa alami lewat Berdasarkan Pendidikandi
perilakunya sendiri. Individu sendiri akan Griya Cinta Kasih Jombang
berlatih melakukan gerakan motorik dan bulan Juni 2019
suara tertawa, yang akhirnya berakhir pada
kondisi fisiologis (meningkatnya sistem No Pendidikan Jumlah Persentase
saraf parasimpatetis dan menurunnya (%)
sistem saraf simpatis) (Desinta, 2013). 1 Tidak 17 56,7
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk sekolah
menganalisa Pengaruh Terapi Tawa 2 SD 13 43,3
(laughter therapy) Terhadap Tingkat 3 SMP 0 0
Depresi neurotik pada Lansia di Griya 4 SMA 0 0
Cinta Kasih Jombang. ∑ 30 100
Sumber data : data primer, 2019
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tabel 5.3 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden pendidikannya
Desain yang digunakan pada penelitian ini tidak sekolah sejumlah 17 orang (56,7%).
adala pra-eksperimental, dengan satu
kelompok lansia pre-posttest tunggal. Tabel 5.3 Karakteristik Responden
Populasi adalah lansia yang tinggal di Berdasarkan Umurdi Griya
fasilitas asrama sosial Griya Cinta Kasih Cinta Kasih Jombang bulan
Jombang. Sampel diambil secara Juni 2019
purposive sampling, dengan total 30
responden berdasarkan kriteria inklusi dan No Umur Jumlah Persentase
eksklusi. Variabel bebas adalah terapi tawa (%)
dan variabel terikat adalah tingkat depresi 1 45-59 6 20
lansia. Data dikumpulkan dengan 2 60-74 14 46,7
menggunakan kuesioner struktural dengan 3 75-90 6 20
skala depresi geriatri dan kemudian secara
4 >90 4 13,3
statistik dihitung menggunakan uji
∑ 30 100
peringkat bertanda wilcoxon, dengan
tingkat signifikansi α < 0,05. Sumber data : data primer, 2019
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir
HASIL PENELITIAN setengah responden berumur 60-74 tahun
sejumlah 14 orang (46,7%).
Data Umum
Tabel 5.4 Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Berdasarkan Jenis Perkawinandi Griya Cinta
Kelamindi Griya Cinta Kasih Jombang bulan Juni
Kasih Jombang bulan Juni 201
2019
No Jenis Jumlah Persentase
kelamin (%)
1 Laki-laki 8 26,7
2 Perempuan 22 73,3
∑ 30 100
Sumber data : data primer, 2019
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden sebelum
N Tingkat Jumlah Persentase
o depresi (%) dilakukan terapi tawa tingkat depresinya
1 Berat 0 0 sedang sejumlah 23 orang (76,7%).
2 Sedang 0 0
3 Tidak ada 30 100 Tabel 5.7 Tingkat depresi sesudah
gejala dilakukan terapi tawa (laughter therapy)
∑ 30 100
No Status Jumlah Persentase
Sumber data : data primer, 2019 perkawinan (%)
Dari Tabel 5.4 menunjukkan bahwa 1. Tidak 0 0
seluruh responden status perkawinannya kawin
janda/duda sejumlah 30 orang (100%). 2. Janda/ 30 100
duda
Tabel 5.5 Karakteristik Responden 3. Kawin 0 0
Berdasarkan Pekerjaan Sebelum ∑ 30 100
Masuk Panti di Griya Cinta Kasih
Jombang bulan Juni 2019.
No Pekerjaan Jumlah Persentase Sumber data : data primer, 2019
Sebelum (%) Tabel 5.7 menunjukkan bahwa seluruh
Masuk responden sesudah dilakukan terapi tawa
Panti tingkat depresinya tidak ada gejala
1 Tidak 12 40
sejumlah 30 orang (100%).
bekerja
2 Pensiunan 6 20
Tabel 5.8 Hasil tabulasi silang pengaruh
3 Petani 4 13,3
pelaksanaan terapi tawa
4 Wiraswasta 3 10
(laughter therapy) terhadap
5 Lain-lain 5 16,7 tingkat depresi lansia di Griya
∑ 11 100 Cinta Kasih Jombang bulan
Sumber data : data primer, 2019 Juni 2019.
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir
setengah responden tidak bekerja sebelum
masuk panti sebesar 12 orang (40%). Tingkat Sebelum Sesudah Terapi
N depresi Terapi tawa tawa
o
Data Khusus
Jumla Prose Juml Prosen
h ntase ah tase
Tabel 5.6 Tingkat depresi sebelum 1 Berat 7 23,3 0 0
dilakukan terapi tawa (laughter therapy) 2 Sedang 23 76,7 0 0
No Tingkat Jumlah Persentase 3 Tidak ada 0 0 30 100
depresi (%) gejala
1. Berat 7 23,3 ∑ 30 100 30 100
p= 0,000
2. Sedang 23 76,7
3. Tidak ada 0 0
Sumber data : data primer, 2019
gejala Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebelum
∑ 30 100 dilakukan terapi tawa hampir seluruh
responden tingkat depresinya sedang
sejumlah 23 orang (76,7%), setelah
dilakukan terapi tawa seluruh responden
tingkat depresinya tidak ada gejala
sejumlah 30 orang (100%).Dari hasil
penelitian menggunakan uji wilcoxon
menunjukkan nilai probabilitas atau taraf
kesalahan (p : 0,000) jauh lebih kecil dari
nilai signifikan (α : 0,05) maka H1 diterima kegairahan hidup, tidak mengalami
dan H0 ditolak yang berarti bahwa ada gangguan dalam menilai realitas (reality
pengaruh terapi tawa (laughter therapy) testing ability/RTA, masih baik),
terhadap tingkat depresi neurotik pada kepribadian tetap utuh (tidak mengalami
lansia di Griya Cinta Kaih Jombang. keretakan kepribadian/splitting of
personality) perilaku dapat terganggu
PEMBAHASAN tetapi dalam batas-batas normal (Hawari,
2007). Menurut Syarifah dalam
Tingkat depresi sebelum dilakukan Rahmawati (2006) sulit bagi lansia
terapi tawa (laughter therapy) meninggalkan rumah lamanya yang
selama ini ditempati bersama-sama orang-
Data pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa orang yang dicintainya. Yang tentu saja
sebagian besar responden sebelum mempunyai kenangan manis. Selain itu
dilakukan terapi tawa tingkat depresinya sikap konservatif lansia menambah sulit
sedang sejumlah 23 orang (76,7%). untuk menyesuaikan diri pada lingkungan
Terjadinya depresi pada lansia di Griya baru. Kondisi ini dapat menyebabkan
Cinta Kasih Jombang dikarenakan perasaan tertekan, kesedihan, dan putus
responden sudah kehilangan pasangan dan asa. Persoalan hidup yang mendera lanjut
kematian anak, sesuai status demografi usia sepanjang hayatnya seperti: konflik
bahwa seluruh responden 100% memiliki dengan keluarga atau anak, berkurangnya
status perkawinan janda. Berdasarkan interaksi sosial, kurang rasa keakraban,
tabel 5.1 bahwa seluruh responden berjenis kurangnya kegiatan juga bisa memacu
kelamin perempuan 100%, depresi terjadinya depresi (Rahmawati, 2006).
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor psikososial, Tingkat depresi sesudah dilakukan
faktor psikologi, faktor budaya, dan faktor terapi tawa (laughter therapy)
genetik. Faktor psikososial yang meliputi
kemampuan adaptasi lansia untuk tinggal Data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa
di panti, tidak ada kunjungan dari keluarga, seluruh responden sesudah dilakukan
kehilangan pekerjaan, dan kematian terapi tawa tingkat depresinya tidak ada
pasangan sangat berperan terhadap gejala sejumlah 30 orang (100%).
terjadinya depresi pada lansia. Sebagian Terapi tawa yang dilakukan di Griya Cinta
besar responden responden pendidikannya Kasih Jombangdapat membantu lansia
tidak sekolah sejumlah 17 orang (56,7%). agar tetap semangat, tidak bosan, merasa
Melalui pendidikan, individu memperoleh hidup kosong dan keluar dari depresi,
pengalaman dari berbagai latihan maupun karena terapi tawa adalah kegiatan baru
tugas. Berbekal pengalaman dalam belajar yang menyenangkan. Kebahagiaan yang
individu akan cepat tanggap terhadap dirasakan dalam melakukan kegiatan baru
stimulus yang datang dan berusaha akan mendorong sikap positif dan optimis
menyelesaikannya dengan cara yang dalam menghadapi kehidupan. Sesuai hasil
adptif. Berdasarkan hasil wawancara, kuesioner GDS, setelah dilakukan terapi
pengalaman yang tidak menyenangkan tawa (laughter therapy) kebanyakan
juga terjadi pada responden di masa lalu responden mengalami perubahan yang
karena harta benda yang dijual oleh sanak signifikan pada item no 4, 5, 7, 11, dan 13,
saudara sehingga tidak ada jaminan yaitu responden merasa tidak bosan,
kesejahteraan dan hidup serba kekurangan mempunyai semangat yang baik, merasa
di hari tua menyebabkan rasa tidak bahagia dan senang. Dari hasil evaluasi
berharga, sedih yang berkepanjangan, dan proses menggambarkan bahwa responden
muncul depresi. mampu menirukan dan mempraktekkan
Depresi adalah gangguan alam perasaan gerakan dalam terapi tawa (laughter
(mood) yang ditandai dengan kemurungan therapy) dalam kelompok. Sering
dan kesedihan yang mendalam dan terjadinya perselisihan dan rasa curiga
berkelanjutan sehingga hilangnya diantara para lansia di Griya Cinta Kasih
Jombangbisa diminimalisir dengan bermain-main. Dr. W. Fry menyatakan
kegiatan bersama yaitu terapi tawa bahwa tawa adalah latihan aerobika yang
(laughter therapy). Hal ini disebabkan baik, karena 100 tawa sehari sama dengan
terapi tawa (laughter therapy) mempunyai 10 menit mendayung. Lloyd menunjukkan
fungsi interpersonal sehingga bahwa tawa adalah kombinasi tarikan dan
memungkinkan lansia untuk bergabung hembusan nafas panjang, yang
dengan kelompok dan berinteraksi. Selain memberikan pertukaran udara yang bagus,
itu tertawa mudah menular, ketika salah istirahat yang menyegarkan, serta kelegaan
seorang responden tertawa maka yang luar biasa (Kataria, 2004). Terapi
responden yang lainnya bisa ikut tawa (laughter therapy) akan menurunkan
tertawa.Ketika tertawa dalam kelompok di kecemasan dan mengubah perasaan
tempat umum dengan kedua lengan tertekan akibat depresinya (Kataria, 2004).
terangkat ke langit, rasa takut atau malu
akan hilang. Secara bertahap, tawa akan Pengaruh terapi tawa (laughter therapy)
menambah rasa percaya diri dan terhadap tingkat depresi neurotik
mengembangkan kualitas kepribadian dan
kepemimpinan. Lansia di Griya Cinta Data pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa
Kasih Jombangmengatakan bahwa enggan sebelum dilakukan terapi tawa hampir
melakukan kegiatan rutin yaitu olahraga seluruh responden tingkat depresinya
yang diadakan setiap hari kamis, karena sedang sejumlah 23 orang (76,7%), setelah
Banyak Alasan diantaranya capek, sakit dilakukan terapi tawa seluruh responden
dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dengan tingkat depresinya tidak ada gejala
hasil penelitian dari instrumen GDS, item sejumlah 30 orang (100%). Dari hasil
no 2 dan 9, jumlah responden dengan penelitian menggunakan uji wilcoxon
tingkat aktifitas rendah (kurang) sebanyak menunjukkan nilai probabilitas atau taraf
5 orang dan lansia dengan tingkat aktivitas kesalahan (p : 0,000) jauh lebih kecil dari
sedang (cukup) sebanyak 6 orang. Oleh nilai signifikan (α : 0,05) maka H1 diterima
karena itu terapi tawa (laughter therapy) dan H0 ditolak yang berarti bahwa
bisa menjadi alternatif agar lansia tetap Responden mengungkapkan bahwa
berolahraga. Terapi tawa (laughter dengan kegiatan yang dilakukan bersama-
therapy) adalah kegiatan bermain yang sama bisa menambah keakraban di antara
menyenangkan bagi lansia. Tahapan dan penghuni selain itu dengan terapi tawa bisa
gerakan dalam terapi tawa menjadi daya menambah rasa percaya diri, karena
tarik, agar lansia ikut dalam kegiatan responden bebas mengekspresikan diri di
olahraga (terapi tawa) sehingga diharapkan tempat umum. Sehingga diharapkan
menambah semangat dalam melakukan dengan terapi tawa bisa memperkuat garis
aktifitas sehari-hari. Setelah pelaksanaan pertahanan normal diri terhadap stressor-
terapi tawa, tingkat aktivitas lansia stressor yang terjadi pada lansia.
mengalami peningkatan walaupun tidak Berdasarkan uraian di atas dan didukung
signifikan. Hal ini sejalan dengan pendapat dengan teori yang ada dapat dikatakan
Keliat (2004) bahwa aktivitas dalam bahwa terapi tawa (laughter therapy)
kelompok memberikan pengalaman baru mempunyai pengaruh terhadap penurunan
sehingga mengurangi perasaan kosong dan depresi pada lansia, hal ini dapat dilihat
perasaan bosan. Menurut Hawari (2007) dari penurunan derajat skor depresi yang
beberapa orang yang mengalami depresi terjadi pada semua responden setelah
pada dasarnya mengalami perubahan dilakukan terapi tawa (laughter therapy).
suasana hati sehingga setelah berada dalam Meskipun terapi tawa (laughter therapy)
situasi yang menyenangkan maka tanda tidak akan menyelesaikan masalah yang
depresi seketika tidak ada lagi. Para dihadapi lansia namun dengan kegiatan
responden menyatakan antusias dan tertawa bersama dapat membantu lansia
senang setelah mengikuti kegiatan terapi agar tetap semangat, membuat bahagia,
tawa. Karena dalam terapi tawa, ada menghilangkan kebosanan, dan membuat
berbagai jenis tawa dengan banyak sikap
hidup lebih menyenangkan, sehingga mengalami penurunan tingkat depresi
derajat skor depresi dapat menurun. dengan kriteria tidak depresi.
Aksis HPA memegang peranan penting 3. Ada pengaruh terapi tawa (Laughter
dalam beradaptasi terhadap stress baik Therapy) terhadap tingkat depresi
stress eksternal maupun internal. Ketika neurotik pada lansia di Griya Cinta
berespons terhadap ketakutan, marah, Kasih Jombang
cemas, dan hal-hal yang tidak
menyenangkan terjadi peningkatan Saran
aktivitas aksis HPA. Pada keadaan depresi
terjadi peningkatan aktivitas HPA yang 1. Bagi Responden
ditandai dengan penglepasan CRH dari Diharapkan responden rutin mengikuti
hipotalamus. Akibatnya, terjadi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
peningkatan rangsangan terhadap hipofisis pihak Griya Cinta Kasih agar
anterior untuk mensekresikan ACTH mengurangi tingkat depresi neurotik
(Amir, 2005). Depresi dapat ditanggulangi misalkan dengan terapi tawa, terapi
melalui relaksasi, salah satu jenisnya aktivitas kelompok, dan lain
adalah melalui terapi tawa (laughter sebagainya.
therapy). Terapi tawa (laughter 2. Bagi Perawat
therapy)mampu menghambat sekresi Bagi perawat, dapat menggunakan
ACTH dan kortisol (Simanungkalit, 2007). terapi tawa sebagai salah satu alternatif
Terapi tawa terapi yang dapat digunakan dalam
(laughtertherapy)mengakibatkan detak melaksanakan asuhan keperawatan
jantung menjadi lebih cepat, tekanan darah untuk menurunkan tingkat depresi
meningkat dan kadar oksigen dalam darah pada lansia.
akan bertambah akibat nafas bertambah 3. Bagi Tempat Penelitian
cepat, menurunkan sekresi ACTH dan Bagi instansi yang berkaitan, perlu
kadar kortisol dalam darah. Sekresi ACTH dilakukan terapi tawa pada lansia
yang menurun akan merangsang secara berkelanjutan. Selain itu untuk
peningkatan produksi serotonin dan mengoptimalkan penanganan depresi
endorfin otak yang mengakibatkan pada lansia, perlu diberikan terapi
perasaan yang nyaman rileks, dan senang suportif, terapi psikoreligi dan terapi
(Kataria, 2004). Rasa bahagia yang farmakologis untuk penderita depresi
ditimbulkan dari terapi tawa (laughter berat karena depresi mempunyai
therapy) mampu menjadi persepsi dari kecenderungan untuk kambuh bila
pengalaman sensasi yang menyenangkan. tidak diberi penanganan secara
Sensasi ini disimpan di dalam sistem berkelanjutan.
syaraf dan mampu menimbulkan 4. Bagi peneliti Selanjutnya
mekanisme koping yang positif. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Mekanisme koping yang positif mampu tentang pengaruh terapi tawa terhadap
menjadikan impuls yang positif pula, lansia depresi dengan menggunakan
sehingga menjadi koping yang adaptif dan sampel yang didiversifikasikan dan
dapat menurunkan depresi pada lansia. melakukan post test (evaluasi) GDS 15
beberapa hari setelah pertemuan
SIMPULAN DAN SARAN terakhir terapi tawa

Simpulan KEPUSTAKAAN

1. Sebelum dilakukan terapi tawa Amir, Nurmiati, (2015). Depresi, Aspek


(laughter therapy) responden Neurobiologi Diagnosis dan
mengalami depresi sedang. Tatalaksana. Jakarta: Balai
2. Setelah dilakukan terapi tawa Penerbit FKUI, hal 28-49.
(laughter therapy) seluruh responden
Darmojo, R Boediono, (2006). Buku Ajar Nursalam dan Siti Pariani, (2015).
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Pendekatan Praktis Metodologi
Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit Riset Keperawatan. Jakarta: CV
FKUI, hal 3-12, 195. Sagung Seto.

Davidson, G., Neale, J.M.,& Kring, Nursalam, 2017, Metedologi Penelitian


A.M.(2015). Psikologi Abnormal Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Edisi ke- 9. Jakarta : PT Praktis, Edisi 4, Jakarta Selatan:
RajaGrafindo Persada. Salemba Medika.

Hawari, Dadang, (2013). Manajemen Rahmawati, (2014). Pengaruh


Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: pelaksanaan Terapi Kenangan
Balai Penerbit FKUI, hal 17 – 59. (Reminescence Group Strategies)
terhadap Penurunan Tingkat
Ibrahim, Ayub Sani, (2016). Mania, Alam Depresi pada Lansia di Panti
Perasaan, Depresi. Jakarta: Dua Werdha Hargo Dedali Surabaya.
As-As Dua, hal: 79, 92-97. Skripsi tidak dipublikasikan.
Surabaya: Fakultas Keperawatan
Kataria, Madan, (2010). Laugh For No Universitas Airlangga.
Reason. Jakarta: Percetakan Buana,
hal 1-75. Santoso, Bambang Adi, (2013). Ilmu
Keperawatan Komunitas, Konsep
Keliat, (2017). Terapi Modalitas dan Aplikasi. Buku 2. Jakarta:
Keperawatan: Terapi Aktivitas Salemba Medika, hal: 137-156.
Kelompok. Makalah Pelatihan
Keperawatan di Lawang 17-20 Mei.
Tidak dipublikasikan. Simanungkalit, Bona, (2016). Terapi
Tawa. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Maramis, Willy F, (2015). Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Stuart, Gail W, (2016). Buku Saku
Airlangga University Press, Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta:
hal:494-496, 576-583. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
hal: 412.
Maryam, Siti R, (2017). Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Subrata, (2013). Dari Acara Jumpa Seusia
Salemba Medika, hal: 87-88. –Senyuman Lansia itu Pancarkan
Kebahagiaan.
Notoatmojo, (2012). Metodologi http://www.balipost.co.id/balipostc
Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. etak/2003/9/18/b15.htm. Tanggal
Jakarta: Rineka Cipta, hal 36-185. 14 November 2015. Jam 21.00.

Anda mungkin juga menyukai