Annisa Ayu Safitri Laraswati-FKIK
Annisa Ayu Safitri Laraswati-FKIK
Skripsi
Disusun oleh:
ABSTRAK
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
HEALTH PROMOTION
ABSTRACT
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN
vi
RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Agama : Islam
Email : slannisaayu@gmail.com
Karawang 41361
Riwayat Pendidikan
vii
KATA PENGANTAR
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Atas segala rahmat dan karunia-Nya
sampai saat ini sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Alasan
1. Kedua orang tua, Tarwo, Amd dan Ipah Latifah QH, S.Pd.I serta nenek
3. Prof. Arif Sumatri, SKM, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan
Masyarakat.
5. Ibu Fase Badriah, Ph.D, Ibu Yuli Amran, MKM, dan Bayu Firmansyah,
Zahrotul, Rai Syifa, Indah Mawar, Rati, Afriazi, Mira, Mega, Zidti atas
viii
dukungan, semangat dan do’a yang terus diberikan kepada penulis.
9. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas seluruh
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... x
x
2.5.1. Health Seeking Behavior ................................................................................... 22
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI INSTILAH ...... 30
5. 3. 2. 1. Pengetahuan .................................................................................................. 55
xi
5. 3. 2. 3. Tingkat Pendidikan ....................................................................................... 62
5. 3. 3. 1. Biaya ............................................................................................................. 64
5. 3. 3. 2. Jarak .............................................................................................................. 66
5. 3. 3. 3. Transportasi................................................................................................... 67
5. 3. 3. 4. Budaya .......................................................................................................... 68
6. 12. Gambaran sarana dan prasarana Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi ... 103
xii
6. 14. Gambaran alasan ibu melahirkan dalam pemilihan penolong persalinan ....... 106
LAMPIRAN.................................................................................................................... 118
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2015. Proporsi kelahiran yang
dibantu oleh tenaga medis profesional meningkat dari 73% dalam SDKI
2007 menjadi 83% pada SDKI 2012. Walaupun kelahiran yang ditolong
oleh dukun bayi sudah bergeser, namun dukun bayi masih berperan
ibu yang tidak pernah sekolah (34%), ibu dengan urutan kelahiran tinggi
(30%), dan ibu dengan batas kekayaan terendah (32%) (SDKI 2012).
terjadi 5 tahun terakhir adalah 80,2% oleh tenaga kesehatan dan 19,8%
1
diharapkan akan diikuti penurunan kematian ibu di wilayah tersebut.
(Riskesdas 2010).
persalinan dengan dukun bayi dan 2 oleh bidan. Ibu yang melakukan
Adapun ibu yang tidak mau melakukan persalinan di bidan atau dokter di
karenakan takut akan jarum suntik dan takut dijahit. Dari 2 ibu yang
2
dukun bayi tidaklah berisiko pada kesehatan dan keselamatan ibu maupun
bayi, sama saja dengan melahirkan di bidan. Beda halnya dengan ibu yang
lebih aman. Karena bidan memiliki alat yang lebih lengkap dan bersih
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil dan
Asia Tenggara yakni sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Analisis
sampai dengan SDKI 2007. Namun, gambaran ini meningkat pada SDKI
2012.
100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 dan 228 kematian per
100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007. Angka ini meningkat pada
SDKI 2012 menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan
Angka kematian ibu terbesar berasal dari propinsi Jawa Barat yang
3
kemudian diikuti oleh Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Banten, dan
Jawa Timur (BKKBN, 2012). Sedangkan untuk angka kematian ibu (AKI)
mengalami kenaikan ditahun 2015. Dimana pada tahun 2012 AKI sebesar
19 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2015 sebesar 22,23
dilakukan dirumah oleh bantuan tenaga terampil seperti bidan pun tidak
dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi (Badriah, 2014). Maka
Padahal sudah banyak sumber daya dan upaya yang dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir dari kematian. Namun kematian
ibu dan bayi baru lahir masih cukup tinggi yakni kasus pada tahun 2011
kasus kematian ibu sebesar 850 dan kasus kematian bayi sebesar 5.142.
Kemudian pada tahun 2012 kasus kematian ibu sebesar 804 dan kasus
kematian bayi sebesar 4.803 sedangkan pada tahun 2013 kasus kematian
ibu sebesar 781 dan kasus kematian bayi sebesar 4.306 (Dinas Kesehatan
4
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian ibu
rumah dan masalah yang terkait budaya, perilaku dan tanda-tanda sakit
mengurangi risiko kesehatan pada ibu dan anak. Penanganan medis yang
2012).
5
Berdasarkan data dari bidang kesehatan masyarakat seksi
Sedangkan kasus kematian ibu ditahun 2016 yakni sebesar 33 orang (31 di
kasus kematian neonatal sebesar 83 orang (81 orang di nakes dan 2 orang
berikut, tahun 2015 kasus kematian ibu 36 orang dan kasus kematian bayi
71 orang. Di tahun 2014 kasus kematian ibu 30 orang dan kasus kematian
bayi 96 orang. Dari tahun ke tahun angka kematian ibu dan bayi di
bidan di desa dan puskesmas dalam penjaringan ibu hamil dan deteksi dini
ibu hamil yang kurang aktif (Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi 2015).
sendiri pun sudah PONED. Tapi masih saja ada ibu yang melahirkan di
non-nakes seperti dukun bersalin (paraji). Maka dari itu peneliti tertarik
untuk mengetahui apa alasan ibu melahirkan lebih memilih bersalin oleh
6
1.2. Rumusan Masalah
Tahun 2016.
penolong persalinan?
penolong persalinan?
penolong persalinan?
penolong persalinan?
7
9. Bagaimana gambaran transportasi bagi ibu melahirkan terhadap
penolong persalinan?
persalinan di non-nakes?
2016
8
melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Pebayuran Kabupaten
2016
2016
2016
9
wilayah kerja Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi Tahun
2016
institusi.
10
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
penelitian.
masalah.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dari bulan Maret hingga Juli
Desain penelitian pada penelitian ini yakni studi kasus dan data yang
11
persalinan pada ibu yang pernah mengalami persalinan berdasarkan teori
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada
proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat
(janin dan uri) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta (Rohani, 2007).
aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan
Menurut Depkes RI tahun 2008 tentang pedoman kemitraan bidan dan dukun,
13
1) Dukun terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan
2) Dukun tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh
tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
Komplikasi dan kematian ibu serta neonatal sering terjadi pada masa
sekitar masa persalinan. Oleh sebab itu intervensi ditekankan pada kegiatan
pertolongan persalinan yang aman yaitu oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2001).
itu bila mendadak terjadi resiko tinggi atau mengalami keadaan gawat darurat
maka penanganan atau pertolongan pertama serta rujukan dapat segera dilakukan.
aman dapat diperoleh. Keterbatasan dari penolong persalinan ini adalah pelayanan
hanya terbatas pada pelayanan medis, tanpa terjangkau oleh faktor budaya
pelayanan tidak terjangkau dari segi keberadaan dan jarak. Umumnya imbalan
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan prinsip bebas kuman dan prosedur
standar pelayanan. Jika ditemui adanya komplikasi dalam persalinan, ibu akan
14
tidak aman ialah sebaliknya yakni persalinan yang tidak dilakukan difasilitas
kesehatan dan tidak ditolong oleh tenaga profesional seperti dukun bersalin.
Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau terlalu
tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, dan
banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional (Koblinsky dkk,
2006). Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian maternal
antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan pelayanan yang
baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat mengurangi angka
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya wanita
dengan nifas secara sabar (Meilani dkk, 2009). Menurut Syarifudin (2009), jenis
dukun terbagi menjadi dua, yaitu: 1) dukun terlatih, yaitu dukun yang telah
dukun tidak terlatih, yaitu dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
Menurut Kusnada Adimihardja, dukun bayi adalah seorang wanita atau pria
yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari
ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya. Cara mendapatkan keterampilan
ini adalah melalui magang dari pengalaman sendiri atau saat membantu
15
pada umumnya terdiri dari orang biasa, 2) pendidikan tidak melebihi pendidikan
orang biasa, umumnya buta huruf, 3) pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan
untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi,
mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil
ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari
masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak
masyarakat.
Dukun bayi pada awalnya secara tradisi adalah profesi seseorang yang dalam
selain dilengkapi dengan keahlian juga dibantu berbagai mantra khusus yang
Kesehatan RI (1994), dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan
dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan
peran seorang dukun bayi tidak dapat diabaikan keberadaan dan jasanya bagi
masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dalam pada itu
16
konsepsi-konsepsi adat tradisional dan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan.
Sistem budaya dari pelayanan kesehatan tradisional yang dimiliki dukun bayi
sekarang ini nampaknya dukun bayi yang merupakan sistem budaya pelayanan
bayi sebagai rujukan kedua yang dipilih oleh masyarakat dalam penanganan
masih banyak terjadi dan menimbulkan permasalahan kesehatan ibu dan anak
masih tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi di negeri ini.
sekalipun lebih senang ditolong oleh dukun. Hal tersebut disebabkan oleh tradisi
dan adat istiadat setempat. Baik di desa maupun di perkotaan, dukun termasuk
tipe pemimpin informal karena pada umumnya mereka memiliki kekuasaan dan
17
wewenang yang disegani oleh masyarakat sekelilingnya. Wewenang yang
yaitu kemampuan atau wibawa yang khusus terdapat dalam dirinya. Wibawa tadi
dimiliki tanpa dipelajari, tetapi ada dengan sendirinya dan merupakan anugerah
dari Tuhan.
Dari beberapa penelitian dukun bayi yang telah dilakukan, ternyata peranan
dukun bayi tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja tetapi juga
meliputi berbagai segi lainnya, seperti mencucikan baju setelah ibu melahirkan,
memandikan bayi selama tali pusar belum puput (lepas), memijit ibu setelah
dikenal di desa, dianggap sebagai orang-orang tua yang dapat dipercayai dan
Ada beberapa faktor yang menjadi alasan kenapa masyarakat lebih memilih
geografis dan transportasi yang sulit meski telah terdapat bidan atau fasilitas
kesehatan, namun dalam kondisi darurat maka dukun bayi tetap menjadi pilihan
18
dukun dikota semakin berkurang namun masih saja terdapat persalinan yang
ditolong oleh dukun bayi, bahkan di sebagian besar kabupaten dukun bayi masih
terutama di pedesaan masih lebih percaya kepada dukun bayi dibandingkan bidan
atau dokter sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi, d)
faktor ekonomi, bahwa sekitar 65% dari seluruh masyarakat yang menggunakan
dukun bayi karena alasan biaya walaupun ada yang merasa nyaman terhadap
dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). Dukun sebagai penolong persalinan
persalinan, serta nifas yang sangat terbatas oleh karena atau apabila timbul
profesional. Selain itu alat-alat yang digunakan oleh dukun pun belum tentu steril
sehingga bisa menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayi. Berbagai kasus sering
menimpa seorang ibu atau bayi sampai pada kematian ibu saat bersalin
(Winkjosastro, 2005).
19
kehamilan dan persalinan serta rujukannya. Menurut Suprapto, dkk (2003),
timbul dalam persalinan dan penanganan komplikasi yang tidak tepat akan
meningkatkan resiko kematian pada ibu bersalin. Sedangkan dari hasil penelitian
Zalbawi (2006) dikatakan bahwa alasan ibu memilih dukun bayi dalam persalinan
karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang
ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya dan
Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni faktor
lingkungan fisik dan non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dna
sosial dan budaya dimana seseorang tersebut berada. Sedangkan faktor internal
yang menentukan seseorang itu merespon stimulus dari luar adalah perhatian,
yang lain. Ilmu yang mempelajari masalah-masalah ini adalah sosiologi. Faktor
20
sebagainya. Ilmu yang mempelajari masalah-masalah ini adalah antropologi.
perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang
kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah
dalam pemilihan penolong persalinan ibu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
penolong persalinan yakni yang pertama sosial budaya, dimana masih banyak
yang memiliki budaya bahwa persalinan ditolong oleh dukun bersalin (paraji)
sudah turun temurun dari nenek, ibu hingga anak dan cucunya. Disini dapat dilihat
bahwa budaya dalam lingkungan keluarga masih kuat. Kedua ekonomi, rata-rata
masing. Bagi yang ekonominya baik mereka akan memilih melahirkan ditolong
oleh bidan atau dokter, sedangkan yang ekonominya kurang baik lebih cenderung
21
memilih dukun bersalin (paraji) untuk membantu dalam proses persalinannya.
Sedangkan untuk faktor internalnya yakni ada pada diri ibu sendiri. Dimana para
pengamatan dan persepsinya terhadap penolong persalinan. Ada ibu yang memilih
ditolong oleh tenaga kesehatan akan jauh lebih aman dibanding harus bersalin
ditolong oleh non tenaga kesehatan. Tetapi ada pula ibu yang lebih memilih
bersalin dengan non tenaga kesehatan dikarenakan ia takut akan jarum suntik atau
lama tertarik dengan pelayanan kesehatan apa yang dicari oleh masyarakat
22
Tabel 2. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan
jenis tindakan apa yang sering digunakan. Ini dikelompokkan pada Tabel 2.2,
formal.
23
2. Perilaku pencarian pengobatan : Proses respon penyakit
melihat perilaku sakit yang lebih umum dan fokus, khususnya pada
konsep ‘kognisi sosial’. Ini termasuk rasa kontrol lokal atas keadaan
atau orang yang berupaya untuk mencari penyembuhan atau pengobatan guna
(perilaku kuratif)
24
2.5.1.1. Proses perilaku penyembuhan
proses. Proses ini biasanya terdiri dari beberapa tahap antara lain
mencakup :
(Notoatmodjo, 2010).
25
adalah pelayanan kesehatan tradisional yaitu dukun dan
berakibat yang lebih buruk atau lebih parah bagi pasien. Setelah gagal
26
dokter praktek dan puskesmas mungkin sebagai pelayanan
maupun para medis yang lebih ahli. Bagi masyarakat yang tinggal
adalah bidan atau mantri praktek, maka rumah sakit (tipe C) pun
(Notoatmodjo, 2010).
27
1. Perilaku penyembuhan/pengobatan sendiri (self medication)
masyarakat, yaitu :
28
2. Perilaku pencarian penyembuhan/pengobatan keluar
b. Prakter dokter
d. Petuga kesehatan
29
BAB III
Bekasi masih ada. Dengan demikian, hal tersebut merupakan salah satu masalah
dalam kesehatan ibu dan anak. Pertolongan persalinan oleh non-tenaga kesehatan
seperti dukun bersalin dapat berisiko terhadap ibu maupun bayi yang dilahirkan
sehingga dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. Berangkat dari hal inilah,
peneliti ingin menggali lebih dalam apa saja yang mempengaruhi pemilihan
penolong persalinan sesuai dengan fakta-fakta yang ada di lapangan. Teori yang
Determinant factor
Environmental
- Social environment
Predisposing
- Knowledge
- Attitude
- Education level
- Marital status Health Seeking
- Economic status Behavior
Enabling
- Cost
- Distance and physical access
- Culture
Health system
- Facilities
- Competence of staff
Dari kerangka teori yang ada, didapatkan kerangka pikir terkait alasan
Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi tahun 2016 seperti bagan dibawah ini.
Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap terhadap kesehatan
- Tingkat pendidikan
- Status ekonomi Pemilihan Penolong
Persalinan
Pemungkin
- Biaya
- Jarak
- Transportasi
- Budaya
Sistem kesehatan
- Sarana dan prasarana
- Kompetensi petugas kesehatan
persalinannya. Dalam hal ini lingkungan sosial dari ibu melahirkan yakni
dukungan suami dan dukungan ibu/ibu mertua, karena suami dan ibu/ibu mertua
merupakan orang terdekat yang ada dilingkungan hidup sehari-hari ibu bersalin.
31
hal ini yakni potensi yang ada di dalam diri ibu melahirkan seperti pengetahuan,
transportasi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ibu melahirkan
Dalam faktor sistem kesehatan terdapat dua faktor di dalamnya yakni sarana
dan prasarana serta kompetensi petugas kesehatan. Sarana dan prasarana serta
kompetensi petugas kesehatan yang dimaksud yakni sarana dan prasarana serta
32
9.3. Definisi Istilah
33
No. Variabel Definisi Istilah Metode Instrumen
harga pasar yang berlaku.
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
pada penelitian ini agar dapat memahami apa alasan ibu memilih
penolong persalinan.
Kabupaten Bekasi pada bulan Maret hingga Juli 2017. Pemilihan lokasi
melakukan persalinan dengan dukun bayi dan 2 oleh bidan. Ibu yang
bidan atau dokter. Ini dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang kurang
35
mencukupi. Adapun ibu yang tidak mau melakukan persalinan di bidan
atau dokter di karenakan takut akan jarum suntik dan takut dijahit. Selain
bahwa melahirkan di bidan jauh lebih aman karena bidan memiliki alat
yang lebih lengkap dan bersih serta ada obat/suntik pasca melahirkan.
36
dalam penelitian. Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu yang
pada penelitian ini adalah keluarga dari ibu bersalin (suami dan ibu/ibu
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
37
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
dengan topik penelitian. Oleh karena itu, jumlah informan tidak menjadi
faktor penentu utama dalam penelitian ini tetapi kelengkapan data yang
lebih dibutuhkan.
4. 4. 1. Karakteristik Informan
38
kesehatan (suami dan ibu/ibu mertua). Sedangkan informan
Puskesmas Pebayuran.
4. 4. 1. 1. Informan Utama
informan utama.
39
Tabel 5. 1. Karakteristik Informan Utama
No Nama Informan Umur (tahun) Pendidikan Pendapatan (per bulan)
1 Ibu Melahirkan 1 30 MTs Rp.2.000.000,-
2 Ibu Melahirkan 2 30 SMP Rp.500.000,-
3 Ibu Melahirkan 3 20 SMP Rp.2.000.000
4. 4. 1. 2. Informan Pendukung
40
Tabel 5. 2. Karakteristik Informan Pendukung
Nama Umur
No Pendidikan Pengalaman Pekerjaan
Informan (tahun)
1 Suami 1 36 SMA - Supir Pabrik
2 Suami 2 35 SMP - Kuli
3 Suami 3 31 MTs - Pedagang
4 Orang tua 1 48 SD - Buruh cuci
Ibu rumah
5 Orang tua 2 52 SD -
tangga
Ibu rumah
6 Orang tua 3 55 SMP -
tangga
4. 4. 1. 3. Informan Kunci
41
selama 12 tahun dan 33 tahun. Sedangkan bidan yang
dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, perekam suara dan alat
perilaku seseorang sesuai dengan apa yang ada dalam teori health
seeking behavior.
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
43
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
2005)
3. Penyajian Data
44
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
4. Penarikan Kesimpulan
perlu dilakukan uji validasi. Uji validasi yang dilakukan setelah data
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
45
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
mertua, serta informan kunci yakni bidan dan dukun bersalin (paraji).
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
terdiri dari :
Lain-lain : 415,725 Ha
5. 1. 1. Demografi Wilayah
79.978 jiwa per Februari 2017. Terdiri dari 40.290 laki-laki dan
39.688 perempuan.
47
4. 4. 3. Hasil Penelitian
5. 3. 1. Faktor Lingkungan
48
Kemudian ada pula ibu melahirkan yang tinggal serumah
5. 3. 1. 1. Dukungan Suami
49
Maka dari itu suami mendukung penuh keinginan istrinya
tersebut.
51
“khawatir mah ada teh mana kan anak pertama,
cuma saya mah pasrah percaya aja sama Allah.
Alhamdulillah selamet..” (Suami 3)
52
5. 3. 1. 2. Dukungan Ibu/Ibu Mertua
dirumah.
53
Selain ibu, ada pula dukungan mertua yang
54
sebagai penolong persalinannya mungkin terjadi. Tetapi hal
5. 3. 2. Faktor Predisposisi
5. 3. 2. 1. Pengetahuan
55
melahirkan tidak tahu apa dan bagaimana persalinan yang
56
umumnya datang dari pengalaman, juga bisa di dapat dari
57
dirinya pasrah kepada Sang Pencipta. Berikut penuturannya
58
Ibu melahirkan menganggap bahwa melahirkan di
59
dengan bidan, ternyata hal tersebut dilakukan karena bidan
Berikut penuturannya :
60
langsung kita rujuk neng, udah ga penah epis epis
udah sesuai standar sekarang mah. Karena kan di
PONED gratis juga jadi kitanya juga males neng
buat epis terus jait laginya. Kalo dulu kan belum
PONED jadi ya kadang suka di epis kalo lama,
sekarang kan udah PONED jadi kalo apa-apa
langsung aja di rujuk sesuai standar aja. Kecuali
kalo darurat banget baru deh, ya sesuai kebutuhan
aja neng..” (Bidan desa)
“Kadang suka banyak yang gamau ke puskes
katanya “alim bu seeur nu belajar” banyak yang
praktek tea neng. Jadi pada takut ga mau, bisi jadi
bahan cobaan da seeur nu magang tea di puskes
mah. Ya coba aja bali udah keluar, udah nih diiniin
sama senior “hayu neng, kayak gini” ntar teh salah,
di contohin lagi..” (Dukun 1)
“..kalaupun ada mahasiswa magang juga kita
dampingi neng ga gitu aja disuruh-suruh” (Bidan
Koordinator)
“terus neng kadang ada bidan yang emang ga mau
dipanggil, kudu kitanya yang nyamperin gitu. Kan
berabe kasian yang mau lahirannya” (Dukun 1)
“emang gerakannya harus bersalin di tempat nakes
neng sekarang mah. Jadi emang si pasiennya yang
harus dibawa. Soalnya kan peralatannya lebih
lengkap di pelayanan kesehatan. Kalo dirumah gitu
misalnya ga ada tabung oksigen, kalo yang ekslamsi
kan sering kejadian ga ada ini lah itu lah. Belum
lagi kadang kan lampunya gelap. Kadang pas
dipanggil juga kan kitanya ga tau ibunya darah
tinggi apa engga, nanti ga bawa peralatan ini itu
tau-tau sampe sana kejang kan bahaya..” (Bidan
desa)
“bukannya ga mau kerumah, tapi emang gerakan
kita mengajak ibu buat ke nakes. Ayok sini yuk ke
nakes gitu.” (Bidan desa)
61
sebaliknya, ibu melahirkan malah memiliki sikap positif
terhadap non-nakes.
5. 3. 2. 3. Tingkat Pendidikan
terhadap persalinan.
5. 3. 2. 4. Status Ekonomi
62
penelitian ini. Pekerjaan suami ibu melahirkan beragam,
63
“Takut sih teh bisi ada bayaran apanya gitu
misalnya administrasi atau apa. Saya kan cuma kuli
teh ngeri nanti ada perintilan-perintilan bayaran
hehe (tertawa)” (Suami 2).
5. 3. 3. Faktor Pemungkin
5. 3. 3. 1. Biaya
64
itu ibu melahirkan lebih memilih melahirkan dengan
terkait biaya.
65
“kadang pasien yang ga bawa syarat-syarat juga kita tetep
bantuin neng, banyak da yang ga punya syarat terus lahir
di PONED ga pernah kita kejar-kejar buat bayar, yang
penting dia lahir di yankes” (Bidan desa)
5. 3. 3. 2. Jarak
dua (motor).
66
Berikut penuturannya :
melahirkan.
5. 3. 3. 3. Transportasi
(paraji).
67
mau merepotkan orang lain saat akan bersalin. Berikut
penuturannya :
meminjam mobil.
5. 3. 3. 4. Budaya
68
warga dikampungnya tersebut melahirkan dengan bantuan
turun temurun.
Berikut penuturannya :
nakes.
69
5. 3. 4. Faktor Sistem Kesehatan
melahirkan.
70
5. 3. 4. 2. Kompetensi Petugas Kesehatan
71
“udah 33tahun de. Tahun 1984 pendidikan sebulan,
ada ijazahnya. Pedidikan dari dokter, bidan di
puskes..” (Dukun 2)
“Keturunan neng, jadi saya mah gak usah belajar.
Kalau udah keturunan mah udah langsung bisa gitu
aja..” (Dukun 1)
72
BAB VI
PEMBAHASAN PENELITIAN
6. 1. Keterbatasan Penelitian
yang memang dari awal sudah niat akan melahirkan dengan bantuan
dukun bersalin (paraji). Tanpa ada larangan sedikit pun agar istrinya
apabila harus melahirkan bukan ditempat yang dia inginkan, maka dari
73
proses persalinan. Lalu suami dengan sabar akan menemani sang istri
memang tidak semua suami merasa khawatir, ada pula suami yang tidak
hanya bisa pasrah kepada Allah SWT agar istri dan anaknya selamat,
suatu keadaan yang tidak bisa dianggap remeh dalam upaya tercapainya
74
hamil dari praktik-praktik dalam proses reproduksi yang
upaya yang ditujukan pada pria sebelum ini masih terlalu lemah atau
dalam segi lingkungan yakni teori green. Pada teori green terdapat 3
75
pencetus, pemungkin dan penguat. Dimana dalam faktor penguat
terwujud dan saat waktu bersalin tiba ibu melahirkan pun melakukan
persalinannya.
76
Teori lain yang sejalan dalam segi lingkungan orang sekitar yakni
yang dikembangkan oleh Martin Fisbein dan Icek Ajzen (1975, 1980)
77
6. 3. Gambaran dukungan ibu/ibu mertua terhadap pemilihan
ibu/ibu mertua dari ibu melahirkan tidak mau anaknya tertekan hanya
Selain ibu ada pula dukungan dari ibu mertua yang didapatkan oleh ibu
anaknya pun ditolong oleh dukun bersalin (paraji) tersebut. Maka dari
78
itu sang mertua pun mendukung ibu melahirkan untuk melakukan
dalam segi lingkungan yakni teori green. Pada teori green terdapat 3
karena ibu/ibu mertua dan ibu melahirkan tinggal serumah dan ada pula
79
Pada faktor eksternal salah satunya terdapat lingkungan sosial individu
persalinannya.
Teori lain yang sejalan dalam segi lingkungan orang sekitar yakni
yang dikembangkan oleh Martin Fisbein dan Icek Ajzen (1975, 1980)
80
lingkungan sosial ibu melahirkan berpengaruh dalam pemilihan
(paraji) tidak berisiko bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan anak
kesehatan) akan aman dan berjalan baik-baik saja selama dibantu oleh
81
bersalin (paraji) dan petugas kesehatan berbeda-beda. Ibu melahirkan
episiotomi atau merobek jalan lahir dengan sengaja karena tidak sabar
bidan bukan serta merta dikarenakan tidak sabar menunggu bayi keluar,
tindakan tersebut. Seperti pada kasus bayi yang besar, bayi dengan
kelahiran bayi pada ibu dengan risiko penyakit seperti tekanan darah
sewaktu-waktu.
sungsang atau bayi yang sudah dari awal diketahui memiliki ukuran
yang besar maka bidan akan merujuk pasien tesebut. Bidan hanya akan
Saat ditanya perihal kasus kematian ibu dan bayi yang lahir akibat
82
semuanya kepada Sang Pencipta. Mereka berpendapat bahwa semua
Pada teori kognisi sosial yang ditemukan oleh Albert Bandura ada
83
dalam memilih penolong persalinannya. Dimana dengan kurangnya
yang aman, serta resiko dan bahaya pada kehamilan dan persalinan
aman, serta resiko dan bahaya pada kehamilan dan persalinan pada
84
Sama halnya dengan teori green dimana pengetahuan merupakan
persalinannya.
penyakit atau resiko yang mungkin saja terjadi saat bersalin dengan
85
kurangnya pengetahuan ibu melahirkan terkait persalinan aman beserta
bahaya dan resikonya maka dari itu ibu melahirkan tidak mengetahui
Maka dari itu pengetahuan ibu melahirkan menjadi salah satu alasan ibu
persalinannya.
ada keluhan dan merasa baik-baik saja setelah melahirkan dibantu oleh
dukun bersalin (paraji). Salah satu ibu melahirkan bercerita bahwa saat
setelah ditanya apabila ibu melahirkan hamil lagi dia akan melahirkan
86
harus pergi ke rumah bidan untuk melakukan persalinan. Padahal bidan
dirumah. Belum lagi kondisi lain yang belum tentu mendukung seperti
dimana apabila ada kasus rumah ibu yang jauh dengan pelayanan
kasus tersebut sudah sangat jarang, kalau pun ada hanya beberapa orang
saja dan sangat sedikit. Karena saat ini biasanya ibu melahirkan akan
kesehatan.
melahirkan lebih memilih dukun bersalin (paraji) dari pada bidan yakni
87
akan tindakan episiotomi (merobek jalan lahir) yang dilakukan bidan.
sabar menunggu bayi lahir. Akan tetapi karena ada hal-hal mendesak
kasus bayi yang besar, bayi dengan posisi yang sungsang, kondisi ibu
episiotomi karena tidak mau menyakiti ibu melahirkan. Kalau ada kasus
bayi dengan letak posisi sungsang, bidan akan langsung merujuk pasein
Kecuali dalam kondisi mendesak seperti bayi yang besar, itu akan
tersebut dari awal. Jadi menurut bidan saat ini sudah jarang sekali
Sikap ini dapat berubah dari positif atau sebaliknya karena dipengaruhi
situasi dan kondisi yang terjadi pada saat itu. Jadi sikap adlah penlaian
88
(bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus (objek). Sikap juga
bisa diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori lain yakni teori green.
negatif karena beberapa faktor seperti bidan yang terkadang tidak mau
keseriusan penyakit atau resiko yang mungkin saja terjadi saat bersalin
89
dengan bantuan dukun bersalin (paraji) karena memang sikapnya
stimulus tertentu. Jadi efek yang timbul berupa reaksi khusus terhadap
yang aman, serta resiko dan bahaya pada kehamilan dan persalinan
90
kesehatan. Dimana ibu melahirkan mengetahui bahwa persalinan itu
model dimana sikap merupakan salah satu faktor pencetus yang dapat
persalinannya.
negatif. Hal ini terjadi berdasarkan pengalaman dan cerita orang lain
sikap ibu melahirkan menjadi salah satu alasan ibu melahirkan memilih
91
melahirkan berpendapat bahwa melakukan persalinan dengan bantuan
2003).
92
sampai perguruan tinggi. Begitu banyak variasi bahan sumber informasi
yang tepat. Penelitian ini adalah sesuai dengan hasil penelitian Yenita
yang tergolong rendah dan ada yang tergolong pas atau cukup. Rata-
93
untuk kebutuhan sehari-hari dan tagihan bulanan. Untuk makan, jajan
anak, hingga membayar tagihan listrik. Maka dari itu semua ibu
(paraji) karena ibu melahirkan takut apabila ada biaya tidak terduga
pelayanan kesehatan.
merasa tidak memiliki uang dan takut akan biaya yang akan
(paraji).
94
Sama halnya dengan teori green, dimana status ekonomi
2003). Hal ini sejalan dengan penelitian ini, dimana karena status
95
6. 8. Gambaran biaya terhadap pemilihan penolong persalinan di non-
dokter). Ini dikarenakan tidak adanya tarif yang ditentukan oleh dukun
seikhlasnya saja. Maka dari itu semua ibu melahirkan memilih untuk
bersalin (paraji) sudah termasuk jasa persalinan dan urus bayi. Padahal
96
untuk mencari pelayanan kesehatan tertentu dipengaruhi oleh berbagai
bertarif atau seikhlasnya. Maka dari itu ibu melahirkan lebih memilih
maupun dokter. Maka dari itu biaya menjadi salah satu alasan ibu
persalinannya.
ke rumah dukun bersalin (paraji) memang lebih dekat dari pada jarak
97
ke puskesmas ataupun ke bidan. Selain itu kondisi jalan pun masih
kurang baik, dimana ibu melahirkan harus melewati jalan kecil ditengah
Dalam teori green, jarak menjadi salah satu faktor pemungkin yang
dengan penelitian ini, karena jarak puskesmas dan bidan yang jauh pada
atau bidan karena jarak dari rumahnya lebih jauh ketimbang ke dukun
bersalin.
98
Faktor lain yang menyebabkan ibu memilih pertolongan persalinan
jarak menjadi salah satu alasan ibu melahirkan memilih dukun bersalin
99
untuk melakukan persalinan dirumah dengan bantuan dukun bersalin
(paraji).
100
6. 11. Gambaran budaya terhadap pemilihan penolong persalinan di non-
dan disegani oleh masyarakat. Bahkan ada ibu melahirkan yang setiap
101
Penelitian tentang perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang
kesempatan itu anggota keluarga seperti ibu, suami, serta saudara dan
2011).
102
tersebut juga sudah secara turun temurun melahirkan di dukun bayi dan
Dalam penelitian ini masih ada budaya dan tradisi yang merekat
Kabupaten Bekasi
memadai dan baik, akan tetapi ibu melahirkan masih saja lebih memilih
103
prasarana yang memadai serta tenaga kesehatan yang berlatar belakang
pasien secara gratis tanpa dipungut biaya cukup dengan membawa kartu
jam dan gratis, ibu melahirkan tetap saja melakukan persalinan dengan
penolong persalinannya.
104
umum, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan masyarakat, apoteker,
hingga bidan.
Kebidanan dengan gelar S.ST (Sarjana Sains Terapan). Maka dari itu
Pebayuran sudah cukup baik. Maka seharusnya sudah tidak ada lagi
(paraji).
Ibu melahirkan tahu dan paham bahwa tenaga kesehatan yang ada
105
pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, status ekonomi, biaya, jarak,
penolong persalinannya.
persalinan
budaya.
106
Faktor predisposisi tersebut kemudian didukung oleh faktor lain
kasus yang ada seperti pada penelitian ini seharusnya tenaga kesehatan
ada serta solusinya karena ada dukun bersalin (paraji) yang merupakan
tokoh masyarakat maka hal ini perlu untuk dilakukan. Kemudian tenaga
107
bisa dengan pemberian informasi terkait kehamilan dan persalinan serta
kesehatan dan kader pun bisa memantau ibu melahirkan saat akan
108
BAB VII
7. 1. Simpulan
proses persalinannya.
ekonomi. Hal ini terjadi karena pengaruh dari diri ibu melahirkan
7. 2. Saran
109
di tenaga kesehatan dapat berubah. Bahwa sebenarnya apa yang
2. Pantau terus ibu hamil terutama pada saat sudah memasuki bulan
tersebut.
(paraji).
istri dan calon buah hati. Saat istri akan melahirkan segera dibawa
110
DAFTAR PUSTAKA
(http://zakarija.staff.umm.ac.id/files/2010/12/Theory-of-Planned-Behavior-
Aiken, L.R. 2002. Attitude and Related Psychological Constructs. London: Sage
Publication.
Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality and Behavior (Second Edition). New York:
McGraw Hill.
Universitas Diponegoro.
Astuti, Ana Puji dkk. 2014. Analisis Alasan Pemilihan Penolong Persalinan oleh
Kesehatan Indonesia.
of Social Psychology.
111
Badriah, Fase. 2014. Skilled Versus Unskilled Assistance in Home Delivery:
Care 3: 198.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun: Depkes
R.I.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Jawa Barat. 2015. Profil Kesehatan Jawa Barat 2015. Bandung.
2015. Bekasi.
Eagly, A.H. & Chaiken, S. 1993. The Psychology of Attitudes. New York:
112
Febriani, Christin Angelina dkk. 2013. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan
Universitas Malahayati.
Fishbein, M & Icek Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: an
Publishing Company.
Giles, M. & Cairns, E. 1995. Blood donation and Ajzen’s Theory of Planned
of Social Psychology.
Bartlett Publisher.
Hall.
Andi Offset.
Jakarta.
Jakarta.
113
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun. Jakarta.
2.
Madden, T.J, Ellen, P.S and Ajzen, I. 1992. A Comparison of The Theory of
Psychology Bulletin.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
114
Moleong, L. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Jenderal Soedirman.
Padjajaran.
Prayogo, S. 2016. Perilaku Menyontek Dalam Kajian Teori Kognitif Sosial Albert
Propinsi Gorontalo
115
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Binarupa Aksara.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan
Setiawati, Gita. 2010. Modal Sosial Dan Pemilihan Dukun Dalam Proses
Persalinan: Apakah Relevan?. Makara, Kesehatan vol 14, no.1 Juni 2010 :
11-16.
Simkin, Penny, dkk. 2007. Kehamilan, Melahirkan, & Bayi: Panduan Lengkap.
Jakarta: Arcan.
Suprapto, 2003, Komplikasi Persalinan dan Risiko Kematian ibu. Jakarta: EGC.
116
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Imu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
117
LAMPIRAN
INFORMED CONCERN
Alasan Pemilihan Penolong Persalinan di Non-Nakes Pada Ibu Melahirkan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi Tahun 2016
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Nama : Annisa Ayu Safitri Laraswati
NIM : 1113101000018
Sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir saya dengan judul
“Alasan Pemilihan Penolong Persalinan di Non-Nakes Pada Ibu Melahirkan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi Tahun 2016”.
Saya berharap ibu/bapak bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini
dengan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam, benar dan jujur.
Hasil informasi dan keterangan yang ibu/bapak berikan nantinya akan dijadikan
bahan masukan dan evaluasi bagi Puskesmas Pebayuran. Peneliti juga memohon
izin untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara berlangsung. Semua
informasi yang ibu/bapak berikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Terima kasih atas kesediaan ibu untuk ikut serta di dalam penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Peneliti,
118
Instrumen Penelitian
No. Responden :
Nama :
Umur : Tahun
Pendidikan :
No. Telepon :
Alamat :
Tanggal Bersalin :
PEDOMAN WAWANCARA
Umum
1. Berapa penghasilan keluarga ibu tiap bulannya?
2. Kenapa ibu memilih dukun bersalin (paraji) dalam menolong persalinan?
Lingkungan
3. Pada saat memilih dukun bersalin (paraji) untuk menolong persalinan,
apakah suami ibu mendukung sepenuhnya?
Probing
- Jika iya, apakah ibu setuju dengan dukungan tersebut? Kenapa?
- Jika tidak, apakah ibu tetap melakukan persalinan oleh dukun bersalin
(paraji) atau tidak? Kenapa?
4. Bagaimana cara suami ibu membujuk agar ibu melahirkan dibantu oleh
dukun bersalin (paraji) sehingga ibu mau untuk menurutinya?
5. Pada saat memilih dukun bersalin (paraji) untuk menolong persalinan,
apakah orang tua ibu mendukung sepenuhnya?
Probing
- Jika iya, apakah ibu setuju dengan dukungan tersebut? Kenapa?
- Jika tidak, apakah ibu tetap melakukan persalinan oleh dukun bersalin
(paraji) atau tidak? Kenapa?
6. Bagaimana cara orang tua ibu membujuk agar ibu melahirkan dibantu oleh
dukun bersalin (paraji) sehingga ibu mau untuk menurutinya?
Predisposisi
7. Menurut ibu persalinan aman itu seperti apa?
119
8. Menurut ibu apakah melahirkan dibantu oleh dukun bersalin (paraji) itu
aman?
Probing
- Jika aman, kenapa ibu bisa mengatakan bahwa melahirkan dibantu oleh
dukun bersalin (paraji) itu aman?
- Jika tidak aman, kenapa ibu bisa mengatakan bahwa melahirkan
dibantu oleh dukun bersalin (paraji) itu tidak aman?
9. Menurut ibu apakah melahirkan dibantu oleh dukun bersalin (paraji) itu
merupakan pilihan yang tepat?
Probing
- Jika tidak, kenapa ibu tetap memilih dukun bersalin (paraji) sebagai
penolong persalinan padahal ibu tau bahwa itu merupakan pilihan yang
tidak tepat?
10. Menurut ibu apakah melahirkan dibantu oleh dukun bersalin (paraji) itu
berisiko/berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayi? Kenapa?
Probing
- Jika iya, kenapa ibu tetap memilih dukun bersalin (paraji) sebagai
penolong persalinan padahal ibu tau bahwa melahirkan oleh dukun
bersalin (paraji) itu berisiko/berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayi?
11. Bagaimana tanggapan ibu setelah melahirkan oleh dukun bersalin
(paraji)? Apa yang ibu rasakan?
Probing
- Jika buruk, kejadian buruk apa yang terjadi? Apabila nanti ibu hamil
dan melahirkan lagi apakah ibu akan tetap meminta bantuan dukun
bersalin (paraji) dalam proses persalinan? Kenapa?
Pemungkin
12. Apakah biaya persalinan di dukun bersalin (paraji) tergolong murah
menurut ibu?
Probing
- Jika iya, mengapa ibu lebih memilih melahirkan dibantu oleh dukun
bersalin (paraji) dengan biaya yang murah daripada melahirkan dibantu
oleh bidan di puskesmas padahal puskesmas sudah PONED dan gratis?
120
- Jika tidak, mengapa ibu tetap memilih melahirkan dibantu oleh dukun
bersalin (paraji) padahal biayanya mahal?
13. Apakah jarak antara rumah ibu dengan puskesmas jauh?
Probing
- Jika iya, mengapa ibu tidak mencoba pergi ke bidan desa atau
memanggil bidan desa untuk datang kerumah ibu dan menolong ibu
melakukan proses persalinan?
- Jika tidak, mengapa ibu lebih memilih melahirkan dirumah dengan
dibantu oleh dukun bersalin (paraji) padahal jarak dari rumah ibu ke
puskesmas tidaklah jauh?
14. Apakah jarak antara rumah ibu dengan rumah dukun bersalin dekat?
Probing
- Jika tidak, kenapa ibu memilih dukun bersalin (paraji) padahal jaraknya
jauh dari rumah ibu?
15. Apakah transportasi menjadi salah satu alasan ibu memilih melahirkan
dibantu oleh dukun bersalin (paraji)? Kenapa?
16. Apakah ada budaya tertentu bagi ibu terkait penolong persalinan?
Probing
- Jika iya, budaya apa dan seperti apa? Apakah budaya tersebut
mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan?
- Jika iya, sebesar apa pengaruhnya bagi diri ibu sehingga ibu mau
melakukan persalinan dibantu oleh dukun bersalin (paraji)? Kenapa
ibu tidak berniat untuk melahirkan di tenaga kesehatan saja?
- Jika tidak, kenapa ibu tetap memilih melahirkan dibantu oleh dukun
bersalin (paraji) padahal budaya itu tidak berpengaruh pada ibu?
17. Apakah ada pantrangan atau larangan tertentu yang ibu yakini sehingga
dapat berpengaruh dalam proses persalinan?
Probing
- Jika iya, pantrangan atau larangan seperti apa? Apakah ibu melakukan
pantrangan atau larangan tersebut? Kenapa?
Sistem kesehatan
121
18. Menurut ibu apakah alat-alat yang digunakan oleh dukun bersalin (paraji)
untuk membantu proses persalinan sudah lengkap dan steril?
Probing
- Jika tidak, kenapa ibu tetap melakukan persalinan dibantu oleh dukun
bersalin (paraji) padahal ibu tahu bahwa alat yang digunakan tidak
lengkap dan tidak steril?
19. Menurut ibu apakah alat-alat yang digunakan di puskesmas untuk
membantu proses persalinan sudah lengkap dan steril?
Probing
- Jika iya, kenapa ibu tetap melakukan persalinan dibantu oleh dukun
bersalin (paraji) padahal alat-alat persalinan di puskesmas lebih
lengkap dan steril?
20. Menurut ibu apakah sarana dan prasarana puskesmas sudah memadai dan
cukup baik?
Probing
- Jika sudah, kenapa ibu tidak memilih untuk bersalin di puskesmas
padahal sarana dan prasarananya sudah memadai dan cukup baik?
122
Nama :
Usia :
No. Telepon :
Alamat :
PEDOMAN WAWANCARA
124
Nama :
Usia :
No. Telepon :
Alamat :
Hubungan : Suami/Ibu
PEDOMAN WAWANCARA
125
oleh dukun bersalin (paraji) itu berisiko/berbahaya bagi keselamatan
ibu dan bayi?
5. Apakah biaya persalinan di dukun bersalin (paraji) tergolong murah
menurut bapak/ibu?
Probing
- Jika iya, mengapa bapak/ibu lebih memilih dukun bersalin (paraji)
dengan biaya yang murah daripada melahirkan dibantu oleh bidan di
puskesmas padahal puskesmas sudah PONED dan gratis?
- Jika tidak, mengapa bapak/ibu tetap memilih dukun bersalin (paraji)
padahal biayanya mahal?
6. Apakah jarak antara rumah dengan puskesmas jauh?
Probing
- Jika iya, mengapa bapak/ibu tidak mencoba pergi ke bidan desa atau
memanggil bidan desa untuk datang kerumah dan menolong proses
persalinan?
- Jika tidak, mengapa bapak/ibu lebih memilih melahirkan dirumah
dengan dibantu oleh dukun bersalin (paraji) padahal jarak dari rumah
ke puskesmas tidaklah jauh?
7. Apakah jarak antara rumah dengan rumah dukun bersalin dekat?
Probing
- Jika tidak, kenapa bapak/ibu memilih dukun bersalin (paraji) padahal
jaraknya jauh dari rumah?
8. Apakah transportasi menjadi salah satu alasan bapak/ibu memilih dukun
bersalin (paraji)? Kenapa?
9. Apakah ada tradisi tertentu bagi ibu terkait penolong persalinan?
Probing
- Jika iya, tradisi apa dan seperti apa? Apakah tradisi tersebut
mempengaruhi bapak/ibu?
- Jika iya, sebesar apa pengaruhnya sehingga bapak/ibu setuju
memilih dukun bersalin (paraji)? Kenapa tidak memilih tenaga
kesehatan saja?
126
- Jika tidak, kenapa bapak/ibu tetap memilih dukun bersalin (paraji)
padahal tradisi itu tidak berpengaruh?
10. Apakah bapak/ibu yakin bahwa alat-alat yang digunakan oleh dukun
bersalin (paraji) untuk melakukan proses persalinan sudah lengkap dan
steril?
127
Nama :
Usia :
No. Telepon :
Alamat :
PEDOMAN WAWANCARA
129
MATRIKS WAWANCARA
Matriks Wawancara 1
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
1) Dukungan suami
“suami mah ngedukung “iya. Lagian juga udah “ya ada aja yang ngaruh. Dukungan suami sangat
aja teh soalnya sayanya kepepet jadi yang deket Biasanya yang ga berperan dalam pemilihan
emang pengennya lahiran aja panggil jadi mimih.” mampu, takut kalo di penolong persalinan pada
sama paraji, jadi ga bidan bayarnya gede. informan 1. Karena
maksa kudu lahiran disini Ntar kan kalo mandiin informan utama ingin
lah disana lah gitu. Ya bayinya sehari-hari melahirkan dengan
- Informan 1
karena suami juga bayar lagi buat paraji. bantuan dukun bersalin
ngedukung jadi yaudah Kalo sama paraji kan (paraji), sehingga suami
saya emang lahiran sama bayarnya sekali doang mengikuti kemauan
paraji akhirnya” buat lahiran sama ngurus istrinya. Bahkan sang
bayinya juga.” suami yang memanggil
langsung dukun bersalin
130
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
(paraji) ke rumahnya.
“...engga emang niat “iya. Soalnya emang “...kan ga semua orang Dukungan suami juga
saya sendiri. Orang tua dianya pengen lahir di ada ya neng jadi kadang sangat berperan dalam
sama suami mah paraji katanya, ya sama kalo istrinya mau lahiran pemilihan penolong
ngedukung-dukung aja..” mah gimana enaknya dia sama bidan tapi persalinan pada informan
aja.” suaminya cuma dagang 2. Ini dikarenakan suami
cilok atau mainan gitu mengikuti kemauan
- Informan 2
kan uangnya dikit jadi istrinya untuk melakukan
suaminya nyuruh sama persalinan dengan
paraji gitu. Kan kalo bantuan dukun bersalin
paraji mah dibayar (paraji).
seikhlasnya neng. Adanya
berapa ya diterima aja”
“ya ngedukung, abisnya “dukung-dukung aja dia “jelas pengaruh banget. Dukungan suami juga
- Informan 3
ga ada bidan ya gimana mah soalnya kan Tapi sekarang di berperan dalam pemilihan
131
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
hehehe (tertawa)” bidannya susah juga posyandu, di tiap desa, di penolong persalinan pada
waktu itu, ada paraji tiap kecamatan udah informan 3. Dimana saat
yang deket yaudah aja dikasih tau kalo itu bidan memang sedang
sama paraji” melahirkan harus di susah di cari karena
tenaga kesehatan.” sedang mudik.
2) Dukungan ibu/ibu
mertua
“emak mah dukung aja “cari yang deket weh Dukungan ibu/ibu mertua
sih teh” neng da malem-malem “Ada aja yang disuruh berperan dalam pemilihan
waktu itu kerasanya teh. sama orang tuanya ya penolong persalinan pada
Lagian ge emang udah suaminya, tapi ibu mah informan 1 karena ibu
- Informan 1
biasa sama paraji dari ga maksa neng kalo mertuanya sudah kenal
dulu jaman ibu juga” emang mau di bidan hayu dekat dengan dukun
dianter gitu.” bersalin (paraji) seperti
saudara sendiri. Selain itu
132
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
“...engga emang niat “engga sih neng ibu mah Dukungan ibu/ibu mertua
saya sendiri. Orang tua ngikutin anaknya weh berperan dalam pemilihan
sama suami mah maunya sama siapa” penolong persalinan pada
ngedukung-dukung aja..” informan 2. Lalu ibu dari
informan 2 pun
- Informan 2
menyetujui keputusan
informan 2 untuk
melakukan persalinan
dengan bantuan dukun
bersalin (paraji) asalkan
133
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
“..ya orang tua juga “setuju aja saya mah Dukungan ibu/ibu mertua
ngedukung aja teh..” yang penting selamet” pun didapatkan oleh
informan 3. Ibu dari
informan 3 mengikuti dan
3) Pengetahuan
134
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
saya mah alhamdulillah ibunya” kayak dokter atau bidan, tidak mengetahui apa dan
aman-aman aja terus yang nolongnya bagaimana persalinan
lahirnya” punya izin, keterampilan yang aman.
dan alat untuk menolong
“Persalinan aman? aman “gatau saya ga sekolah Pengetahuan informan 2
persalinan”
lahirnya gitu ya? ya tinggi sih soalnya hahaha dan suaminya pun masih
gimana ya ehehehe (tertawa).” kurang terkait persalinan.
- Informan 2
(tertawa) kurang tau sih Mereka tidak mengetahui
hahaha (tertawa)” apa dan bagaimana
persalinan yang aman.
135
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
4) Sikap terhadap
kesehatan
- Informan 1 “Mau lahiran sama siapa “ya aman ga aman. Kalo “Kadang suka banyak Sikap informan 1
136
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
aja juga sama aja teh, amannya ya mungkin yang gamau ke puskes terhadap kesehatan masih
mau sama bidan kek mau mimih juga udah katanya “alim bu seeur kurang. Karena
paraji kek ya sama aja pengalaman, kalo ga nu belajar” banyak yang menurutnya, melahirkan
kan sama-sama bisa amannya itu ya harus praktek tea neng. Jadi di nakes ataupun di non-
nolongin lahiran jadi ya dibarengi sama bidan pada takut ga mau, bisi nakes sama saja.
sama siapa juga tepat- takut kenapa-kenapa. jadi bahan cobaan da
tepat aja” Aman kalau dibarengi seeur nu magang tea di
sama bidan. Tapi pas istri puskes mah. Ya coba aja
“Engga sih ga bahaya,
saya lahir mah cuma bali udah keluar, udah
ini sih saya ga kenapa-
mimih aja, nah pas udah nih diiniin sama senior
kenapa. Kalo bahaya
lahir baru bidannya “hayu neng, kayak gini”
mah ga bakal pada mau
dateng.” ntar teh salah, di
atuh teh lahiran di paraji
contohin lagi. Haduh
hahaha”
geus gregeten teh ibu
“kita sih baik-baik aja “aman-aman aja sih kan mah, bener geregetan ibu Sikap informan 2
- Informan 2
alhamdulillah ya lahirin paraji juga udah terhadap kesehatan masih
137
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
sama maraji. Jadi ya pengalaman lama dari mah neng. Puguh orang kurang. Menurutnya,
aman-aman bae..” dulu.” lagi buru-buru biar cepet melahirkan di non-nakes
selesai malah dipake buat merupakan pilihan yang
“...kalo ga tepat mah
percobaan. Kalo pasien tepat. Karena dukun
kaga bakal jadi lahir teh
yang ibu bawa kesana bersalin (paraji) memiliki
hahaha (tertawa) kan
mah suka ibu omelin kemampuan untuk
maraji mah emang
anak prakteknya “udah menolong persalinan.
tukang bantuin lahiran,
jangan dipake praktek
kalo kita lahiran sama
udah deh lanjutin ah
yang ga ahli baru ga
buru-buru” gitu,
tepat gitu.”
makanya saya mah
“engga sih gak bahaya, disebutnya paraji rewel
kan emang udah hahaha.”
pagaweannya nolongin
orang lahiran. Lagian
maraji kan juga punya “ya itu tadi pada takut di
138
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
139
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
5) Tingkat pendidikan
140
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
6) Status ekonomi
141
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
7) Biaya
“Iya murah, lebih murah “ya ringan sih murah.” “engga di target paraji Biaya menjadi salah satu
lahiran di paraji mah sengasihnya dia. alasan infoman lebih
“poned iya gratis, tapi
dibanding di bidan sama Kalo bidan kan di target, memilih dukun bersalin
bayar juga. Ya ada yang
- Informan 1 di rumah sakit, sekarang mah bidan (paraji) sebagai penolong
minta biaya buat bantuin
seikhlasnya sih kalau sejuta lebih. Sekarang persalinannya. Karena
lahirin itu kan buat
paraji mah teh hahaha. mah udah ga ada yang dukun bersalin (paraji)
bidan-bidannya jadi tetep
Iya sih si puskes mah dibawah sejuta, tidak memasang tarif,
142
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
gratis, tapi jauh teh ribet bayar.” semuanya diatas sejuta. tetapi hanya dibayar
mending dirumah aja da Apalagi yang tindakan seikhlasnya saja.
parajinya juga deket ini mah model diinfus,
rumahnya” dijahit, udah mahal lah.”
“Ya murahan ama maraji “iya murah, dibayarnya Biaya menjadi salah satu
sih..” seadanya kita aja teh.” alasan infoman lebih
“Ya engga atuh neng
memilih dukun bersalin
“ke puskes takut sih teh saya mah dibayar
(paraji) sebagai penolong
bisi ada bayaran apanya seikhlasnya aja, ada
persalinannya. Karena
gitu misalnya berapapun saya terima
- Informan 2 dukun bersalin (paraji)
administrasi atau apa. asal yang ngasihnya
tidak memasang tarif,
Saya kan cuma kuli teh ikhlas..”
tetapi hanya dibayar
ngeri nanti ada
seikhlasnya saja.
perintilan-perintilan
bayaran hehe (tertawa)” “..biasanya sih
Rp.200.000,- sampai
- Informan 3 “murah sih teh kalo di “murah sih terus kan Biaya menjadi salah satu
143
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
itung-itung mah” paraji mah sekali bayar Rp.500.000,- tergantung alasan infoman lebih
teh sekalian sama ngurus keadaan orangnya, memilih dukun bersalin
anaknya juga sampe kadang cuma dibayar (paraji) sebagai penolong
puput puser.” Rp.100.000,- , persalinannya. Karena
Rp.150.000,-. Kalau dukun bersalin (paraji)
“deuh neng boro-boro
emang orang ga punya tidak memasang tarif,
PONED suka ada aja
biasanya mah ngasihnya tetapi hanya dibayar
bayarnya mah, ga gratis
beras neng sekarung atau seikhlasnya saja.
semuanya.”
setengah karung, hayam
juga suka dikasih ibu
mah ya apa aja ibu
terima asal ikhlas weh
udah hahaha”
8) Jarak
- Informan 1 ”Deket pisan teh itu “deket itu dibelakang “Ga terlalu ngaruh Jarak berperan penting
144
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
rumahnya dibelakang rumahnya nih cuma teuing jarak mah neng, dalam pemilihan penolng
rumah ini hahaha tinggal kehalangan rumah itu aja tergantung orangnya persalinan pada informan.
diteriakin doang lah (menunjuk rumah)” “uhuk-uhuk, aduh ini Karena jarak rumah
istilahnya langsung batuk wae”. Ada yang dukun bersalin (paraji)
datang, cepet jadinya” pengennya ke bidan yang dekat dengan rumah
jauh pisan. Ada oge yang informan, sedangkan
“ada sih jalan lain, tapi
pengen sama ibu da deket jarak dari rumah
jauh pisan. Jatohnya
tea neng tinggal jalan ga informan ke puskesmas
kayak muterin desa teh
nyampe setengah jam. cukup jauh.
hampir ke desa
Gimana orangnya.”
karangjaya”
145
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
9) Transportasi
146
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
“..ga punya mobil kan “iya sih soalnya kan ribet “ya ada aja yang ngaruh,
Transportasi menjadi
susah neng kalo naik kalo naik motor mana misal ga ada mobil gitu”
salah satu alasan
motor jadi mending mau lahirin, jadi ya ada
informan lebih memilih
lahirnya dirumah. Mau yang deket ngapain kan
melakukan persalinan
pake ambulan puskes jauh-jauh hahaha
dengan bantuan dukun
- Informan 1 juga kelamaan (tertawa)”
bersalin (paraji). Karena
perjalanan dari puskes
informan tidak memiliki
kesini terus ke puskes
kendaraan yang memadai
lagi. Yang ada nanti
untuk membawa dirinya
keburu brojol manten
ke puskesmas.
anaknya hahaha”
“iya itu juga teh, ya “iya kan saya mah ga “ya ada aja yang ngaruh, Transportasi menjadi
namanya juga orang punya mobil neng ada misal ga ada mobil gitu” salah satu alasan
- Informan 2
susah punya motor udah juga tuh gerobak pasir informan lebih memilih
alhamdulillah. Tapi ya itu hahaha. ada parajinya melakukan persalinan
147
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
kalo lagi pangseng gitu yang deket jadi yaudah dengan bantuan dukun
kan susah kalau naik lah yang praktis aja ga bersalin (paraji). Karena
motor mah. Jadi yaudah lama cepet” informan tidak memiliki
dirumah aja kita mah kendaraan yang memadai
manggil maraji praktis untuk membawa dirinya
terus gak ribetin orang ke puskesmas.
juga. Kalau kudu minjem
mobil kan repotin orang
lagi kasian..”
148
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
10) Budaya
“Emang dari dulu “Ga ada. Ya paling cuma “Ya paling itu aja sih
Budaya menjadi salah
sebelum ada bidan semua orang-orang dulu aja ada neng turun temurun tea.
satu alasan informan
ngelahirin sama paraji, tradisi lahir harus sama Dulu neneknya nih
memilih dukun bersalin
baru mulai ada bidan pas paraji.” lahirin sama paraji, terus
(paraji) sebagai penolong
tahun 80an itu juga baru ibunya juga sama paraji
persalinannya. Karena
- Informan 1 ada 3 bidan tapi jauh pas lahiran, ya dianya
dikampung tempatnya
banget, baru sekarang- juga sama paraji lagi
tinggalnya, dari dulu
sekarang aja bidan lahirnya gitu. Soalnya
apabila melahirkan akan
banyak pabulatak dulu mah kan emang
dibantu oleh dukun
dipinggir jalan plangnya. semua juga yang lahir
bersalin (paraji).
Emang semua kampung mah sama paraji neng
149
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
150
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
“Saya ga tau sih lengkap ” ya engga beda, kurang “lengkap. Alat buat Sarana dan prasarana
- Informan 1 apa engganya, tapi lengkap ga kayak bidan.” penjepit tali plasenta, tidak menjadi alasan kuat
kayaknya sih lengkap. gunting, sama yang buat informan dalam memilih
151
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
Kalo ga lengkap mah ga “lengkap kalo di puskes nyedot mulut bayi gitu penolong persalinannya.
bisa nolong orang mah kayaknya” ada.” Karena walaupun ia tahu
lahiran mereun haha kalo bahwa sarana dan
“steril. Kan di godog,
steril sih pasti kayaknya, prasarana di puskesmas
nunggu air ngagolak
masa iya ga steril mah atau bidan sudah
terus alatnya dimasukin
teh” memadai, ia tetap
sampe 25 menit.”
melakukan persalinan
“Kalo puskes mah pasti
dengan bantuan dukun
lengkap sama streril teh
bersalin (paraji).
kan emang tempat
ngelahirin disana. Ya
gimana atuh teh kan
puskesnya jauh ntar
keburu brojol dijalan
bahaya hahaha lagian
kan itu yang saya bilang
152
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
tadi ga ada
kendaraannya cuma ada
motor doang”
153
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
“lengkap sih kayaknya “lengkap sih kayaknya “lengkap. Alat buat Sarana dan prasarana
mah sama aja kayak mah pas saya liat ada penjepit tali plasenta, tidak menjadi alasan kuat
bidan. Soalnya alatnya guntingnya, jepitnya, gunting, sama yang buat informan dalam memilih
kayak yang ada di bidan macem-macem terus pas nyedot mulut bayi gitu penolong persalinannya.
sih keliatannya hahaha belum dipake direbus ada.” Karena walaupun ia tahu
(tertawa). Steril iya kan dulu lama teh alat- bahwa sarana dan
“steril. Kan di godog,
- Informan 2
sebelum dipake biasanya alatnya” prasarana di puskesmas
nunggu air ngagolak
maraji suka ke dapur atau bidan sudah
“puskes sih lengkap pasti terus alatnya dimasukin
ngegodog alatnya dulu di memadai, ia tetap
kan emang tempatnya sampe 25 menit.”
panci..” melakukan persalinan
hahaha (tertawa)”
dengan bantuan dukun
“alat di puskes mah iya
bersalin (paraji).
atuh pasti lengkap sama
154
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
steril..”
“kalo itu sih gatau ya teh. “lengkap sih pas “lengkap. Alat
buat Sarana dan prasarana
Saya mah ya lahiran mah nolongin anak saya itu penjepit tali plasenta, tidak menjadi alasan kuat
- Informan 3
lahiran aja udah haha ada guntingnya gitu-gitu. gunting, sama yang buat informan dalam memilih
(tertawa)” Iya steril, kan di godog nyedot mulut bayi gitu penolong persalinannya.
155
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
“kalo di puskes ya kata dulu pas mau dipake. Pas ada.” Karena walaupun ia tahu
yang udah pernah baru dipanggil kan anak bahwa sarana dan
“steril. Kan di godog,
ngerasain di puskes sayanya masih bukaan 1 prasarana di puskesmas
nunggu air ngagolak
katanya ya udah lengkap nah parajinya minta saya atau bidan sudah
terus alatnya dimasukin
semua sih..” rebusin air buat godog memadai, ia tetap
sampe 25 menit.”
alatnya.” melakukan persalinan
dengan bantuan dukun
“iya atuh min di puskes
bersalin (paraji).
mah pasti lengkap
semuanya ge”
156
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
persalinannya. Karena
walaupun ia tahu bahwa
tenaga kesehatan yang
ada sudah berkompeten,
ia tetap melakukan
persalinan dengan
bantuan dukun bersalin
(paraji).
“lah ya percaya saya “pasti itu, kan dia kuliah Kompetensi petugas
mah ama bidan, pan neng ga kayak saya kalo kesehatan tidak menjadi
emang ada ilmunya” disuruh nolong orang alasan kuat informan
- Informan 2 lahir ya ga bisa. Paling dalam memilih penolong
bisanya bantuin kambing persalinannya. Karena
tetangga yang lahiran walaupun ia tahu bahwa
hahahahaha (tertawa)” tenaga kesehatan yang
157
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
158
Wawancara
Faktor Penentu Kesimpulan
Utama Pendukung Kunci
159
MATRIKS WAWANCARA
Matriks Wawancara 2
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
160
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
tahun - “bismillah aja sih teh saya mah. Takdir mah kan
9. Bidan desa – 41 Allah yang ngatur ya kita mah ikutin aja udah
tahun gitu aja. Soalnya waktu itu juga mepet malem-
malem, anaknya udah nongol ya mau digimanain
lagi manggil emak yang deket..”
5. Suami 2 – 35 tahun
- “iya. Soalnya emang dianya pengen lahir di paraji
katanya, ya sama mah gimana enaknya dia aja.”
- “engga sih teh saya mah percaya sama paraji kan
udah pengalaman udah lama jadi paraji jadi ya
emang udah gaweannya dari dulu haha”
6. Suami 3 – 31 tahun
- “dukung-dukung aja soalnya kan bidannya susah
juga waktu itu, ada paraji yang deket yaudah aja
sama paraji”
- “khawatir mah ada teh mana kan anak pertama,
cuma saya mah pasrah percaya aja sama Allah.
161
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
Alhamdulillah selamet..”
7. Dukun 1 – 53 tahun
- “Ada aja yang disuruh sama orang tuanya ya
suaminya, tapi ibu mah ga maksa neng kalo
emang mau di bidan hayu dianter gitu.”
- “...kan ga semua orang ada ya neng jadi kadang
kalo istrinya mau lahiran sama bidan tapi
suaminya cuma dagang cilok atau mainan gitu
kan uangnya dikit jadi suaminya nyuruh sama
paraji gitu. Kan kalo paraji mah dibayar
seikhlasnya neng. Adanya berapa ya diterima
aja”
8. Dukun 2 – 64 tahun
- “ya ada aja yang ngaruh. Biasanya yang ga
mampu, takut kalo di bidan bayarnya gede. Ntar
kan kalo mandiin bayinya sehari-hari bayar lagi
buat paraji. Kalo sama paraji kan bayarnya
162
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
163
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
164
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
165
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
- Menurut ibu apakah kenapa. Kalo bahaya mah ga bakal pada mau
melahirkan dibantu oleh atuh teh lahiran di paraji hahaha”
dukun bersalin (paraji) itu - ”Ya ga apa-apa lahirin di paraji kan baik-baik aja,
aman? saya alhamdulillah ga kenapa-kenapa. Ya gatau
- Menurut ibu apakah sih ya teh insya Allah sih bisa aja sama paraji
melahirkan dibantu oleh lagi hahaha deket soalnya rumahnya tinggal
dukun bersalin (paraji) itu diteriakin aja istilahnya hahaha”
merupakan pilihan yang - “MTs”
tepat? - “Rp.2.000.000,-
- Menurut ibu apakah 2. Ibu melahirkan 2 – 30 tahun
melahirkan dibantu oleh - “Persalinan aman? aman lahirnya gitu ya? ya
dukun bersalin (paraji) itu gimana ya ehehehe (tertawa) kurang tau sih
berisiko/berbahaya bagi hahaha (tertawa)”
keselamatan ibu dan bayi? - “ya gimana ya bismillah aja sih kita mah pasrah
Kenapa? aja sama yang diatas alhamdulillah ga kenapa-
- Bagaimana tanggapan ibu kenapa”
setelah melahirkan oleh - “kita sih baik-baik aja alhamdulillah ya lahirin
166
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
167
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
- “SMP”
- “Rp.500.000,-
3. Ibu melahirkan 3 – 20 tahun
- “mau lahir di bidan atau di paraji ya sama-sama
aman sih teh soalnya kan sama-sama punya
bakat bantuin lahiran”
- “ya mau lahirin di puskes atau di rumah ge kalo
dibantuinnya sama yang bisa mah aman-aman
aja, kalo dibantuinnya sama yang ga bisa tuh
baru berabe hahaha. Kalo misalnya kita lahirnya
di puskes tapi yang nolongnya bukan bidan gitu
misalnya ya sarua weh jeung bohong hahaha”
- “ya takut mah ada teh, cuma kan awalnya emang
ga pendarahan saya mah. Orang udah baik-baik
aja udah ga sakit, terus pas sorenya mau suntik
sehat kan akhirnya panggil bidan. Eh sama
bidannya malah dirogoh-rogoh lagi jadi aja
168
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
169
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
170
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
171
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
172
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
173
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
padahal jarak dari rumah jelek. Ntar lagi mules ke oyag-oyag perutnya
ibu ke puskesmas tidaklah bahaya bisa lahir ntar anaknya dijalan hahaha
jauh? (tertawa)”
- Apakah jarak antara rumah - “iya itu juga teh, ya namanya juga orang susah
ibu dengan rumah dukun punya motor udah alhamdulillah. Tapi ya itu kalo
bersalin dekat? lagi pangseng gitu kan susah kalau naik motor
Transportasi mah. Jadi yaudah dirumah aja kita mah manggil
maraji praktis terus gak ribetin orang juga.
- Apakah transportasi
Kalau kudu minjem mobil kan repotin orang lagi
menjadi salah satu alasan
kasian..”
ibu memilih melahirkan
- “ya ada sih emang turun temurun gitu dari dulu
dibantu oleh dukun bersalin
emang sama maraji. Dari belom ada bidan sama
(paraji)? Kenapa?
dokter kan maraji mah udah ada dari jaman dulu
Budaya
jadi ya sama maraji terus lahirannya ampe
- Apakah ada budaya tertentu sekarang. Kalau gak diikutin kan juga gak enak
bagi ibu terkait penolong ya namanya juga udah turun temurun gitu..”
persalinan? 3. Ibu melahirkan 3 – 20 tahun
174
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
- Jika iya, budaya apa dan - “murah sih teh kalo di itung-itung mah”
seperti apa? Apakah budaya - “gatau dulu gatau kalo ada poned. Tau-tau pas
tersebut mempengaruhi ibu udah lahir ceunah mendingan sekarang mah
dalam memilih penolong dibawa ke puskes aja kalo lahir. Ya gatau saya
persalinan? mah teh..”
- “deket sih teh, tapi deketan mak paraji”
- “...cari yang terdekat aja buat pertolongan
pertama. Kan paraji lebih dekat rumahnya”
- “ga juga sih teh kalo kendaraan mah. Bisa make
motor kan ga terlalu jauh, kalo engga minjem kol
buntungnya tetangga depan”
- “...ya ada aja teh kayak ga boleh keluar malem-
malem gitu, ya saya mah ngikut-ngikut aja hihihi
(tertawa). Buat keselamatan kita-kita juga..”
Sistem Sarana dan prasarana 1. Ibu melahirkan 1 1. Ibu melahirkan 1 – 30 tahun
kesehatan – 30 tahun - “Saya ga tau sih lengkap apa engganya, tapi
- Menurut ibu apakah alat-
2. Ibu melahirkan 2 kayaknya sih lengkap. Kalo ga lengkap mah ga
alat yang digunakan oleh
175
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
dukun bersalin (paraji) – 30 tahun bisa nolong orang lahiran mereun haha kalo
untuk membantu proses 3. Ibu melahirkan 3 steril sih pasti kayaknya, masa iya ga steril mah
persalinan sudah lengkap – 20 tahun teh”
dan steril? 4. Dukun 1 – 53 - “Kalo puskes mah pasti lengkap sama streril teh
- Jika tidak, kenapa ibu tetap tahun kan emang tempat ngelahirin disana. Ya gimana
melakukan persalinan 5. Bidan desa – 41 atuh teh kan puskesnya jauh ntar keburu brojol
dibantu oleh dukun bersalin tahun dijalan bahaya hahaha lagian kan itu yang saya
(paraji) padahal ibu tahu bilang tadi ga ada kendaraannya cuma ada
bahwa alat yang digunakan motor doang”
tidak lengkap dan tidak - “Udah sih udah memadai dan baik juga, punya
steril? gedung sendiri buat yang lahiran terus ada
- Menurut ibu apakah alat- ambulannya juga. Intinya mah gara-gara jauh
alat yang digunakan di teh ke puskesmas terus udah pangseng juga
puskesmas untuk membantu sayanya udah mau keluar bayinya rasanya jadi
proses persalinan sudah ya ga bakal keburu kalo dibawa ke puskes
lengkap dan steril? ngandelin ambulan makanya udah aja dirumah
- Jika iya, kenapa ibu tetap manggil paraji deket”
176
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
melakukan persalinan - “ya kalo bidan mah udah pasti ahli kan sekolah
dibantu oleh dukun bersalin dulu”
(paraji) padahal alat-alat 2. Ibu melahirkan 2 – 30 tahun
persalinan di puskesmas - “lengkap sih kayaknya mah sama aja kayak
lebih lengkap dan steril? bidan. Soalnya alatnya kayak yang ada di bidan
Kompetensi petugas kesehatan sih keliatannya hahaha (tertawa). Steril iya kan
sebelum dipake biasanya maraji suka ke dapur
ngegodog alatnya dulu di panci..”
- “bagus sih lengkap kita pernah nganter itu tuh
tetangga onoh mau lahirin di puskes, pas masuk
ke ruangannya ada tempat tidur kayak dirumah
sakit itu loh terus ada tempat tidur bayinya,
lengkap dah pokoknya mah.”
- “lah ya percaya saya mah ama bidan, pan emang
ada ilmunya”
3. Ibu melahirkan 3 – 20 tahun
- “kalo itu sih gatau ya teh. Saya mah ya lahiran
177
Topik Sub Topik Informan Hasil Temuan
178