BASA
ABSTRAK
Tujuan percobaan ini adalah untuk membuat larutan NaOH dan larutan HCl, mengencerkan dan
menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan, serta menentukan konsentrasi larutan
asam dengan larutan Na₂CO₃. Praktikan melakukan 6 kali percobaan, yaitu pembuatan larutan HCl
0,1 N, pembuatan larutan NaOH 0,1 N, pengenceran larutan HCl, tirasi asam terhadap basa, titrasi
basa terhadap asam, dan penentuan konsentrasi larutan standar dengan larutan Na₂CO₃.
Proses pembuatan larutan HCl dan larutan NaOH terjadi reaksi eksotermik, yaitu perpindahan
panas dan sistem ke lingkungan. Saat titrasi asam terhadap basa, larutan NaOH (basa) ditetesi
indikator metil orange dan berwarna kuning, setelah titrasi warnanya menjadi merah muda yang
menunjukkan larutan telah bersifat asam. Sedangkan pada titrasi basa terhadap asam, terjadi
reaksi yang sebaliknya. Saat titrasi menggunakan indikator phenolptalain (PP) yang ditetesi pada
HCl, tdk ada perubahan warna yang terjadi (tetap bening). Setelah dititrasi dengan larutan Na₂CO₃,
larutan berubah warna menjadi merah muda.
Penentuan konsentrasi melalui titrasi, banyak digunakan dalam berbagai industri, contohnya
penentuan kadar vitamin C dalm tablet vitamin C, penentuan kadar asam dalam asam cuka, dan
penentuan asam oksalat menggunakan permanganate. Hal ini dikarenakan, melalui penghitungan
konsentrasi dapat menghasilkan campuran dengan jumlah konsentrasi yang tepat dan tidak
berlebih.
2.1. PENDAHULUAN
Ketika mempelajari kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang
homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar
disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat
terlarut atau solute.
Penerapan titrasi di dunia industri ada banyak sekali. Contohnya saja dalam penetapan kadar
vitamin C dalam tablet vitamin C dan penetapan kadar asam dalam asam cuka, serta penentuan
asam oksalat menggunakan permanganate. Karena itu, praktikan tentunya harus tahu dan
memahami bagaimana cara menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri praktikan. Dengan
begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi juga dalam praktik dan penerapannya.
Sehingga nantinya praktikan dapat mengolah bahan-bahan yang memiliki konsentrasi tinggi dan
menguntungkan perusahaan, sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran perusahaan.
2.2 DASAR TEORI
Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana oleh
reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua zat-zat komplek yang
akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-
masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur dan senyawa
dianggap zat murni karena komposisiya dapat berubah-ubah (Brady, 1999: 35).
Bedasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen dan
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa,yaitu mempunyai sifat
dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Campuran
homogen lebih umum disebut larutan, contohnya air gula dan alkohol dalam air. Campuran
heterogen adalah campuran yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi.
Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang lebih besar jumlahnya. Komponen yang
besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain adalah zat terlarut (solute) (Syukri, 1999: 391).
Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut maupun pelarut, dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi
larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat, persen volume, molaritas,
molalitas, fraksi mol, normalitas dan bagian persejuta.
1. Persen Berat ( ).
Perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikali 100%. Biasanya dipakai pada larutan
padat-cair atau padat-padat.
2. Persen Volume ( ).
Perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikalikan 100% (untuk campuran dua
cairan atau lebih).
3. Molaritas (M).
Banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan
menghitung mol zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan
pelarut setelah bercampur.
4. Molalitas (m).
Perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen.
6. Normalitas (N)
Jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada
jenis reaksi yang dialami zat itu, karena ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi.
Miligram zat terlarut dalam tiap kg larutan, satuan ini sering dipakai untuk konsentrasi zat yang
sangat kecil dalam larutan gas, cair atau padat.
Larutan-larutan yang tersedia dalam laboratorium umumnya dalam bentuk pekat. Untuk
memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah biasanya dilakukan pengenceran.
Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquadest ke dalam larutan yang pekat. Penambahan
aquadest ini mengakibatkan konsentrasi berubah dan volume diperbesar, tetapi jumlah mol zat
terlarut adalah tetap. Selain itu, pengenceran juga dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu
menentukan konsentrasi dan volume larutan yang akan dibuat. Untuk menentukannya, tetap
menggunakan rumus pengenceran.
Keterangan :
n₁ = mol awal
(Wanibesak, 2010).
Analisis memanfaatkan perubahan besar dalam pH yang terjadi dalam titrasi, untuk menetapkan
kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat bayak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion
dan bentuk tak terdisosiasinya yang menunjukkan warna yang berlainan. Molekul-molekul
semacam itu dapat digunakan untuk menetapakan kapan telah ditambahkan cukup titran dan
disebut indikator tampak (Day, 1986: 150).
Jika larutan asam dan basa direaksikan, maka akan terjadi reaksi penetralan, yaitu reaksi yang
saling meniadakan sifat asam dan basa yang dapat menghasilkan garam dan air. Contoh asam
adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan di dalam baterai atau aki
mobil) (Utomo, 2010).
2.3.1. Alat
- Buret
- Propipet
- Termometer
- Gelas Ukur 10 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Labu Takar 50 ml
- Statip
- Spatula
- Corong
- Pipet Tetes
- Pipet Mohr
- Gelas Arloji
- Neraca Analitis
- Pemanas Listrik
- Pengaduk Gelas
2.3.2. Bahan
- NaOH padat
- Na₂CO₃ 0,1 N
- Indikator PP
- HCl pekat
- Aquadest
3. Mengisi labu takar tersebut dengan aquadest hingga ¾ nya atau sebanyak 75 ml, kemudian
menimbang lagi dan mengukur suhunya menggunakan termometer.
4. Menimbang gelas ukur 10 ml kosong, mengisi dengan HCl 0,9 ml, menimbang lagi dan
mengukur suhunya menggunakan termometer.
5. Menuangkan HCl ke dalam labu takar yang telah terisi aquadest tadi, kemudian menambahkan
aquadest mnggunakan botol semprot hingga tanda terra. Menutup labu takar dan mengocok agar
homogen. Menimbang lagi dan mengukur suhunya.
1. Menimbang gelas arloji kosong dengan neraca analitis, mengkalibrasi dan menimbang 4
gr NaOH.
2. Menyalakan pemanas listrik dan hangatkan aquadest < 25 ml menggunakan gelas bekker
250 ml.
3. Melarutkan NaOH dan pindahkan larutan ke labu ukur 100 ml, menambahkan aquadest
sampai tanda terra, mengocok hingga homogen.
1. Mengambil 5 ml larutan HCl yang telah dibuat ke dalam labu ukur 50 ml menggunakan
pipet moth dan propipet.
2. Mengambil 10 ml larutan NaOH menggunakan pipet mohr dan masukkan ke gelas ukur 100
ml.
3. Menambahkan aquadest hingga gelas ukur terisi penuh 100 ml dan larutkan.
5. Menambahkan 1 tetes indikator metil orange hingga larutan berubah warna kuning.
6. Memasang buret 50 ml pada statip. Mengisi buret dengan larutan HCl (miniskus awal = 0).
Memasang Erlenmeyer di bawahnya dan mulai menittrasi hingga berubah warna dari kuning
menjadi merah muda. Membaca miniskusnya.
4. Memasang kembali buret 50 ml pada statip. Mengisi buret dengan larutan NaOH (miniskus
awal = 0). Memasang erlenmeyer dan mulai menitrasi hingga berubah warna menjadi kuning.
Membaca miniskusnya.
1. Mengambil 10 ml larutan HCl encer dan masukkan ke dalam 3 erlenmeyer 250 ml.
3. Memasang buret pada statip, mengisi buret dengan larutan Na₂CO₃ (miniskus awal = 0).
Memasang erlenmeyer dan mulai menitrasi hingga warna berubah dari merah muda menjadi
kuning. Membaca miniskusnya.
6. Memasang erlenmeyer dan mulai menitrasi hingga larutan berubah warna dari bening
menjadi merah muda. Membaca miniskus.
2.4. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.1. Hasil
NO
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
Menimbang gelas ukur 10 ml kosong, menambahkan HCl 0,9 ml dan ukur suhu kemudian
menimbang lagi.
Memasukkan HCl ke labu ukur 100 ml, menambahkan aquadest sampai tanda terra, mengocok,
menimbang, dan ukur suhu.
Suhu = 31⁰ C.
Gelas ukur+HCl=31,125gr.
Suhu = 32⁰ C.
Suhu= 33⁰ C.
NO
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
Melerutkan NaOH padat dengan air hangat ke dalam gelas bekker 250 ml.
Memindahkan larutan ke labu ukur 100 ml, mengencerkan sampai tanda terra, mengocok hingga
homogen.
NO
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
2.
NO
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
Menambahkan 3 tetes indikator metil orange ke 10 ml larutan NaOH encer dalam Erlenmeyer.
NO
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
2.
Menambahkan 3 tetes indikator metil orange ke dalam 10 ml larutan HCl dalam Erlenmeyer.
NO
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
Menambahkan 3 tetes indikator metil orange ke dalam 10 ml larutan HCl encer di Erlenmeyer.
Larutan berwarna merah muda. Setelah titrasi, warna berubah jadi kekuningan.
Larutan tidak berwarna (bening). Setelah titrasi, warna berubah jadi merah muda.
2.5. Pembahasan
HCl atau asam klorida merupakan asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam
lambung. HCl memiliki massa molar 36,46 g/mol, berpenampilan berupa cairan tak berwarna
sampai dengan kuning pucat. Titik leleh HCl adalah 27,32⁰C (247 K) dalam larutan 38 % dan titik
didih 110⁰C (383 K) larutan larutan 20,2 %, 48⁰C (321 K) larutan 38%. Asam klorida harus
ditangani dengan memperhatikan keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat
korosif (Wikipedia, 2011).
Natrium Hidroksida atau NaOH, juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah
sejenis basa logam kaustik. NaOH murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pellet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan. Massa molarnya adalah 39,9971 g/mol. Titik lelehnya sebesar 318⁰C (591 K) dan itik
didihnya 1390⁰C (1663 K). NaOH banyak digunakan di berbagai industry, kebanyakan digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan detergen
(Wikipedia, 2011).
Na₂CO₃ atau Natrium Karbonat merupakan garam yang bersifat basa lemah. Ia memiliki massa
molar 105,9884 g/mol (anyhydrous), 124,00 gr/mol (monohydrate), 284,14 gr/mol (decahydrate).
Densitasnya sebesar 2,54 gr/ . Titik lelehnya 851⁰C, 100⁰C, dan 34⁰C. Sedangkan titik didihnya
adalah 1600⁰C (Wikipedia, 2011).
Berdasarkan penimbangan massa, didapat volum HCl pekat 0,9 ml. massa akuades dan HCl beserta
labu takarnya adalah 31,125 gr. Setelah melakukan percobaan dan perhitungan berdasarkan data
yang diperoleh, didapatkan hasil konsentrasi larutan HCl dalam beberapa satuan, yaitu 1,07 % ( )
menyatakan terdapat 1,07 gr HCl dalam 100 gr larutan; 0,9 % ( ) menyatakan terdapat 0,9 ml HCl
ke dalam 100 gr larutan; 0,29 M menyatakan banyak mol dari HCl yang terlarut dalam 1000 ml;
0,408 molal menyatakan banyak mol HCl yang terlarut dalam 1000 gr larutan; 1,07 x ppm dan
0,0072 fraksi mol.
Berdasarkan pengukuran temperatur akuades dan HCl pekat, yaitu 31⁰C dan 32⁰C. Setelah
dilakukan pencampuran antara akuades dan HCl, maka suhunya menjadi 33⁰C. Dari sini diketahui
bahwa reaksi pelarutan HCl pekat merupakan reaksi eksotermik, yaitu reaksi yang melepas kalor.
Pada reaksi eksoterm, sistem melepas energi. Oleh karena itu, entalpi system akan berkurang.
Artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya perubahan
entalpi merupakan selisih dari entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp-Hr) bertanda negatif.
Sehingga dapat dinyatakan :
Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung eksotermik, maka reaksi itu akan melepas kalor dari
larutan itu sendiri, sehingga larutan itu akan panas. Bila reaksi eksotermik, maka zat-zat kimia yang
terlibat akan terjadi perubahan energi potensial. Dalam perubahan eksotermik, energi potensial
dari hasil reaksi lebih rendah dari energi potensial pereaksi, berarti Ep akhir lebih kecil dari Ep
mula-mula. Sehingga harge Ep mempunyai harga negatif. Reaksi pembuatan larutan HCl adalah :
Sedangkan dalam proses pembuatan larutan NaOH, ada NaOH padat yang dilarutkan dengan air
yang dihangatkan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan ketika dilakukan pengadukan akan
mempercepat kelarutan NaOH dalam air dan larutan NaOH menjadi homogen. Kemudian larutan
NaOH dipindah ke labu ukur, dan gelas bekker yang dipakai untuk melarutkan NaOH tadi dibilas
dengan akuades untuk menetralisir larutan NaOH yang tersisa di dalamnya. Larutan NaOH bersifat
eksotermik, karena larutannya berubah menjadi lebih panas, yaitu reaksi yang membebaskan
energi, sehingga entalpi sistem akan berkurang, artiya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi
pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda negatif. Sehingga dapat dinyatakan :
Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara eksoterm, maka kalor yang timbul akan
dibebaskan ke dalam larutan itu sehingga suhu larutan akan naik, dan jika reaksi dalam kalorimeter
berlangsung, maka zat-zat kimia yang terlibat akan terjadi perubahan energi potensial juga. Dalam
perubshsn eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi potensial
pereaksi, berarti Ep akhir lebih rendah dari Ep mula-mula. Sehingga, harga Ep mempunyai harga
positif. Reaksi pembuatan larutan NaOH adalah :
Dari perhitungan yang diperoleh konsentrasi NaOH adalah 0,1 M dan 4 % (w/v). Pelarutan NaOh
bersifat panas. Sedangkan pengenceran larutan HCl pekat dimaksudkan untuk menurunkan
konsentrasinya agar dalam proses titrasi asam-basa tidak diperlukan waktu yang lama dan juga
jumlah titran yang diperlukan tidak banyak, sehingga memudahkan hasil perhitungan data yang
didapat. Berdasarkan perhitungan, konsentrasi HCl setelah pengenceran adalah 0,029 M. Reaksi
pengenceran HCl adalah :
Pada percobaan titrasi basa terhadap asam, yaitu 0,1 N NaOH terhadap HCl standar, dengan NaOH
sebagai titran. Warna larutan HCl setelah ditetesi metil orange adalah merah muda yang
menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. Setelah dititrasi, larutan berubah warna menjadi
kuning yang menunjukkan bahwa telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik saat asam dan basa tepat habis bereaksi. Titrasi
dilakukan sebanyak 3 kali dan didapat volume rata-rata 3,9 ml, dari volume rata-rata itu didapat
diketahui bahwa konsentrasi HCl sebesar 0,039 M. Maka reaksi yang terjadi adalah :
Indikator metil orange digunakan karena dapat memperlihatkan perubahan warna yang jelas pada
pH yang dekat dengan pH pada titik ekuivalen. Dimana sebagai indikator asam-basa, indikator ini
memiliki warna-warna yang berbeda tergantung pada konsentrasi ion hydrogen dari larutan.
Ketika proses titrasi, terjadi pencampuran antara NaOH dan HCl. Saat becampur, NaOH terbagi
menjadi ion Na⁺ dan OH⁻, sedangkan HCl terurai menjadi ion H⁺ dan Cl⁻. Kemudian ion Na⁺
berikatan dengan ion Cl⁻ sehingga menjadi NaCl dan ion H⁺ yang mengikat ion H⁻ sehingga
membentuk H₂O atau air.
Larutan HCl encer yang telah dibuat, ditetesi dengan indokator metil orange. Kemudian titrasi
dengan larutan Na₂CO₃ dan diperoleh volume titrasi rata-rata sebesar 1,7 ml dan konsentrasi HCl
sebesar 0,017 M. pemberian indikator metil orange ini menghasilkan perubahan warna merah
muda, karena indikator metil orange memiliki trayek pH antara 4,2 – 6,3 dengan trayek warna
merah muda ke kuning. Hal ini menunjukkan bahwa larutan HCl bersifat asam. Setelah dititrasi,
warna berubah menjadi kuning yang menunjukkan bahwa larutan telah bersifat basa. Jadi titrasi
telah mencapai titk ekuivalen, yaitu titik saat asam dan basa tepat habis bereaksi.
Hasil titrasi basa terhadap asam berbanding terbalik dengan titrasi asam terhadap basa, baik warna
saat larutan (titrat) ditetesi metil orange ataupun warna larutan ketika setelah dititrasi. Pada titrasi
asam tterhadap basa, warna larutan setelah mencapai titik ekuivalen adalah merah muda yang
menunjukkan pH larutan mencapai 6,3. Pada titrasi basa terhadap asam, warna larutan ketika
mencapai kesetimbangan adalah kuning bening yang menunjukkan pH larutan berkisar 4,2. Volume
titran yang dipakai pun berbeda. Pada tirasi asam terhadap basa, volume titran yang digunakan
adalah rata-rata sebesar 7,76 ml. sedangkan pada titrasi basa terhadap asam, rata-rata volume
titran yang digunakan adalah 3,9 ml. hal ini menunjukkan bahwa titrasi asam terhadap basa
memerlukan titran yang lebih banyak daripada basa terhadap asam untuk mencapai titik ekuivalen,
yaitu titik saat asam dan basa tepat habis bereaksi.
Pada proses pembentukan konsentrasi larutan standar dengan Na₂CO₃ baik menggunakan
indikator metil orange maupun indikator PP, reaksi yang terjadi adalah :
Ketika titrasi menggunakan indikator PP yang ditetesi pada HCl encer, kemudian ditrasi dengan
larutan Na₂CO₃ dan diperoleh volume rata-rata titrasi sebesar 5,7 ml dan konsentrasi HCl sebesar
0,057 M. Pemberian indikator PP pada HCl, menghasilkan warna bening (tidak berwarna), namun
setelah dititrasi warnanya berubah menjadi merah muda. Hal ini dikarenakan trayek pH indikator
PP adalah 8,0 – 9,6 dan memiliki trayek perubahan warna dari bening ke merah muda. Dapat
dikatakan bahwa larutan telah bersifat basa, sehingga telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik saat
asam dan basa tepat habis bereaksi.
Dari percobaan ini, telah terbukti bahwa titrasi menggunakan indikator PP lebih memerlukan
banyak titran karena bekerja pada rentang pH 8,0 – 9,6 untuk berubah warna. Trayek perubahan
warnanya adalah dari bening ke merah muda. Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan
ketika titrasi telah mencapai titik ekuivalen atau kesetimbangannya. Volume rata-rata titran yang
menggunakan indikator PP adalah 5,7 ml, sedangkan volume rata-rata titran menggunakan
indikator metil orange efektif pada rentang pH 0,1 – 2,4 untuk berubah warna dan mencapai titik
ekuivalen, yaitu titik saat asam dan basa tepat habis bereaksi.
Pada proses pembentukan konsentrasi larutan standar dengan Na₂CO₃ baik menggunakan
indikator metil orange maupun indikator phenolptalain (PP). Reaksi yang terjadi adalah :
Pada reaksi antara HCl dan Na₂CO₃ akan menghasilkan ion Cl⁻ dan Na⁺ yang membentuk garam
NaCl dan sisanya menghasilkan gas CO₂ dan H₂O (air).
2.6. PENUTUP
2.6.1 Kesimpulan
1. Pada proses pembuatan larutan HCl an NaOH tejadi reaksi eksoterm, yaitu perpindahan
panas dan system ke lingkungan.
2. Konsentrasi HCl pekat hasil percobaan adalah 1,07 % (w/w) ; 0,9 % (v/v) ; 0,29 M ; 0,408
molal ; 1,07 x 10⁴ ppm ; dan fraksi mol 0,0072.
5. Konsentrasi percobaan titrasi asam terhadap basa adalah 0,225 M dan titrasi basa
terhadap asam adalah 0,039 M.
6. Konsentrasi larutan standar dengan larutan Na₂CO₃ adalah 0,017 M pada indikator metil
orange dan 0,057 M pada indikator PP.
2.6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari percobaan ini adalah diharapkan praktikan dapat lebih cekatan
dalam mempersiapkan alat untuk percobaan dan dapat menguasai prosedur kerja dari percobaan
dengan baik agar percobaan lancar dan selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E. 1999. “Kimia Universitas Asas dan Struktur”. Bina Rupa Aksara : Jakarta.
Day, R.A. Jr dan A.L. Underwood. 1986. “Kimia Kuantitatif Edisi Revisi, Terjemahan A.H.
Pudjaatmaka”. Erlangga : Jakarta.
Tim Dosen Teknik Kimia. 2011. “Penuntun Praktikum Kimia Dasar”. Universitas Lambung
Mangkurat : Banjarbaru.
http://mediabelajaronline.blogspot.com
http://wanibesak.wordpress.com
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2011.
Wikipedia. 2011. “Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Bebas, Natrium Hidroksida dan Asam
Oksalat”.
http://id.m.wikipedia.org