Laporan Kasus
Laporan Kasus
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
Gagal jantung akut menurut European Society of Cardiology (ESC)
adalah kegagalan fungsi jantung dengan awitan yang cepat maupun
perburukan dari gejala dan tanda dari gagal jantung (Mc Murray et al, 2012).
Sebagian kasus, gagal jantung akut terjadi sebagai akibat perburukan dari
gagal jantung sebelumnya (Heart Failure with reduced ejection fraction)
maupun Heart Failure with preserved ejection fraction).
Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA)
Kelas Kapasitas fungsional
Class 1 Pasien dengan penyakit jantung
namun tanpa keterbatasan pada
aktivitas fisik. Aktivitas fisik
biasanya tidak menyebabkan
keletihan, palpitasi, sesak, atau
nyeri.
Class II Pasien dengan penyakit jantung
yang menyebabkan keterbatasan
aktivitas fisik ringan. Pasien merasa
nyaman waktu istirahat. Aktivitas
fisik biasa mengakibatkan
kelemahan, palpitasi, sesak, atau
nyeri angina
Class III Pasien dengan penyakit jantung
yang mengakibatkan keterbatasan
bermakna pada aktivitas fisik.
Pasien merasa nyaman pada waktu
istirahat. Aktivitas fisik yang lebih
ringan dari biasanya menyebabkan
keletihan, palpitasi, sesak, dan nyeri
angina.
Class IV Pasien dengan penyakit jantung
yang mengakibatkan ketidak
mampuan untuk menjalani aktivitas
fisik apapun tanpa rasa tidak
nyaman. Gejala gagal jantung atau
sindroma angina dapat dialami
bahkan pada saat istirahat. Jika
aktivitas tidak dilakukan, maka rasa
tidak nyaman semakin meningkat.
B. Kasus
Seorang pria lansia yaitu Tn. N usia 63 Tahun 04 Bulan 0 Hari yang
lahir di Tasikmalaya, 23 September 1954 dan merupakan pasien dr. F konsul
dr. R. Klien masuk melalui ke IGD RS. Santo Borromeus Bandung pada
tanggal 22 Januari 2018 pukul 00:56:45 WIB dengan diagnosa medis masuk
yakni CHF, CKD dan DM Tipe II. Klien akhirnya harus menjalani rawat
inap di ruang Yosef III Suryakencana dan kemudian dipindahkan ke ruang
Stroke Unit RS Santo Borromeus Bandung.
Hasil pengkajian didapatkan data bahwa alasan klien masuk ke RS
adalah klien mengatakan bahwa alasan ia masuk ke RS adalah karena
merasa sesak nafas selama 3 hari dirumah, klien merasa nyeri ulu hati, mual,
muntah dan klien merasa bengkak dikedua kakinya namun klien tidak
mengalami demam.
Data yang didapat dari pengkajian kepada klien pada selasa, 23 januari
2018 menyebutkan bahwa keluhan utama yang saat ini dialami/dirasakan
oleh klien adalah sesak nafas. sesak dirasakan seperti tubuh terlilit suatu tali
dan kesulitan dalam bernafas. Sesak dirasakan seluruh bagian dada.
Keluhan sesak semakin bertambah ketika sedikit melakukan pergerakan dan
posisi berbaring dimana kepala terlalu rendah dan berkurang ketika sudah
mendapatkan bantuan oksigen dan diberikan posisi tidur yang tegak. Sesak
dirasakan terus menerus.
Klien mendapatkan therapi obat injeksi intravena yaitu prosogan 30mg
3x1, terapi infus drip yakni Lasix 10mg/jam dan terapi cairan infus NS 0,9%
10cc/jam, dan Renxamin 8,4cc/jam. Klien juga mendapatkan therapi obat
via oral yaitu Aminefron 30mg/jam 3x2 tablet, Plavix 75mg/jam 1x1 tablet,
Bicnat 3x1 tablet.
Klien tampak sakit sedang, klien tampak tenang, akral teraba hangat,
kesadaran Compos Mentis dan GCS 15. Klien terpasang bantuan oksigen
10 liter/menit via NRFM.. Klien juga terpasang cairan infus renxamin
8,4cc/jam, lasix 10mg/jam+40cc ns 0,9% via syringe pump dan NS 0,9%
10cc/jam via infus pump dilengan kiri. Aliran cairan infus terlihat lancar dan
tidak ada plebitis dilokasi penusukan. Klien juga terpasang kateter urine.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
1) Hasil Pemeriksaan Laboratorium di RS. Santo Borromeus
Tanggal 22 Januari 2018
Asal : Instalasi Gawat Darurat
Nama Dokter Pengirim: dr. D
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin L 8.8 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit L 27.4 % 40.0 – 54.0
Eritrosit L 3.04 Juta/µL 4.50 – 5.90
MCV 90 fL 80 – 96
MCH 29 pg/mL 28 – 33
MCHC L 32 g/dL 33 – 36
RDW-CV 15 % 11 – 16
Leukosit 9.96 10ˆ3/µL 4.4 – 11.0
Trombosit 265 ribu/µL 150 - 450
MPV 10.1 fL 6.8 – 10.6
HITUNG JENIS
Basofil 0.0 % 0.0 – 1.0
Eosinofil 2.0 % 2.0 – 4.0
Neutrofil Segmen 65.0 % 50.0 – 70.0
Limfosit 20.0 % 20.0 – 40.0
Monosit H 13.0 % 2.0 – 8.0
KIMIA KLINIK
Natrium (Sodium) L 135 mmol/L 136 – 145
Kalium (Potassium) H 5.5 mmol/L 3,5 – 5,1
e GFR L 8.3 mL >90 tinggi
/min/1.73 <15 Gagal Ginjal
m2
Glukosa Darah Sewaktu H 114 mg/jam/dL < 90
Ureum H 116 mg/jam/dL 19 – 44
Kreatinin HH 6.8 mg/jam/dL < 1,2
HEPATITIS MARKER
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV 0.07 Non Reaktif: COI
Non Reaktif <1.00
Reaktif: COI >=
1.00
KIMIA KLINIK
Albumin 3.81 g/dL 3.4 – 5.0
Bilirubin total 0.55 mg/jam/dL < 1.1
Ureum Darah H 74 mg/jam/dL 18 – 55
Kreatinin Darah HH 3.9 mg/jam/dL < 1.2
e GFR L 15.7 mL >90 tinggi
/min/1.73 <15 Gagal Ginjal
m2
Kolesterol Total 183 mg/jam/dL Konsensus Lipid:
< 200: yang
diinginkan
200-239: batas
tinggi
Kolesterol HDL (Direk) 48 mg/jam/dL Konsensus Lipid:
<40 rendah dan >60
tinggi
Kolesterol LDL H 131 mg/jam/dL < 100 optimal
Rasio Kolesterol T/HDL 3.8 mg/jam/dL 3 – 6 normal
Trigliserida 76 mg/jam/dL < 150 normal
Asam Urat 4.5 mg/jam/dL 3.5 – 7.2
Glukosa Puasa H 106 mg/jam/dL Normal = < 100
HR : 85 bpm
QRS : 84 ms
OT/QT cBaz : 394/468 ms
PR : 134 ms
P : 56 ms
RR/PP : 704/705 ms
P/QRS/T : 8/56/12 degress
HR : 65 bpm
QRS : 0.098 s
OT/QT cBaz : 0.492/0.515 ms
PR : 0.198 ms
Axis : -4 deg
RV5/SV1 : 3.74 mV/1.10 mV
Diagnosa Keperawatan yang diambil dari kasus ini adalah:
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, penurunan
haluaran urine, dan retensi cairan dan natrium.
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan
pernafasan, dan proses penyakit.
c) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
miokardium dan kardiomegali.
d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan, dyspnea, dan
penurunan curah jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
Secara teori, diagnosa yang dapat diambil pada gastroenteritis adalah
a. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
b. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d gangguan transport O2
c. Penurunan curah jantung b.d gangguan irama jantung
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
e. Kelebihan volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
memasukan atau mencerna nutrisi.
g. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
h. Kurang pengetahuan b.d interpretasi terhadap penyakit/infomasi yang
salah
i. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
Secara umum, intervensi yang dibuat disesuaikan dengan diagnosa yang
ditemukan pada klien dan mengacu pada asuhan keperawatan yang
komprehensif.
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, penurunan
haluaran urine, dan retensi cairan dan natrium.
1. Ukur semua intake dan output/6 jam
2. Observasi TTV terutama pada tensi dan nadi.
3. Perhatikan adanya edema perifer, pernapasan dispnea, distensi vena
leher, perubahan EKG.
4. Monitor hasil laboratorium untuk natrium dan kalium.
5. Timbang berat badan seminggu sekali
6. Berikan batasan cairan 1,5-2 l/hari.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan yan telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
6. Dokumentasi Keperawatan
D. Kesimpulan
Berdasarkan konsep dasar teori dan apa yang di observasi pada Tn. N
dengan gangguan sistem kardiovaskuler: Gagal Jantung Akut di ruang
Stroke Unit – Intermediate Care Bed 4 di Rumah Sakit Santo Borromeus
Bandung, dapat disimpulkan bahwa konsep teori mendukung diangkatnya
diagnosa keperawatan dan berbagai intervensi yang telah dilakukan didalam
implementasi asuhan keperawatan dan di evaluasi secara berkelanjutan
didalam lembar evaluasi keperawatan. Perubahan, baik itu penambahan dan
pengurangan diagnosa dan intervensi keperawatan disesuaikan dengan
kondisi yang dialami oleh klien.