Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semakin tinggi kemajuan teknologi yang telah dicapai semakin tinggi pula derajat
kesehatan yang diperoleh sesuai dengan kemajuan zaman, timbul berbagai macam penyakit yang
menyerang seluruh kehidupan tanpa mengenal tempat, waktu dan usia.
Menurut WHO (1980), Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam atau hari.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah
cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya
(normal : 100-200 ml/jam tinja) (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit FKUI,
Jakarta, 1998).
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien
pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan
diare akut karena infeksi (gastroenteritis) terdapat pada peringkat pertama sampai dengan
keempat pasien yang datang berobat ke rumah sakit (Koppadi VI, Jakarta, 1984).
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, menjaga
kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberi terapi dan
juga memberikan beberapa informasi yang penting.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini agar penulis mampu memahami dan memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan diare secara benar, tepat dan cepat dan dapat
memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit diare. Dan sebagai calon
perawat profesional pemula, dapat:
1. Memperoleh pengalaman yang nyata dalam merawat pasien diare dan menerapkan konsep
keperawatan yang didapati di bangku perkuliahan.
2. Membandingkan keadaan nyata dengan teori yang tersedia.

C. METODE PENULISAN

Dalam penulisan ini penulis menggunakan sistematika penulisan berdasarkan teori.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu Bab I
Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik yang berisi definisi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi, komplikasi, discharge
planning, patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan yang berisi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan. Bab III Kesimpulan dan diakhiri Daftar Pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Definisi

- Diare adalah satu dari gejala yang lebih sering terjadi pada anak yang mengganggu motilitas
usus dan mengganggu absorbsi air dan elektrolit serta mempercepat ekskresi dari isi usus yaitu
dengan buang air besar yang frekuensinya dan bertambah (Scipien Chard Hawe Barnard, 1993).
- Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3x
pada anak, konsistensi faeses encer, dapat berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Ngastiah, 1997).
- Diare adalah suatu keadaan atau masalah yang biasanya terjadi pada anak yang dapat terjadi
secara akut dan kronik, dengan buang air besar yang sering dan dapat lebih cepat menjadi
dehidrasi. (Janeball dan Ruth Bindler, 1995).

2. Anatomi Fisiologi

Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang di bawah diafragma. Secara anatomis lambung
terbagi atas fundus uterian, corpus dan antrum, pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung
terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor.
Spincter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spincter cardiac atau
spincter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks
isi lambung memasuki esophagus kembali. Lambung terdiri dari 4 lapisan. Tunika serosa atau
lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis
menyatu pada kurvatura minor lambung dan lambung terus memanjang ke arah hati membentuk
omentum minus.
Fungsi lambung terdiri dari: menampung makanan, menghancurkan.
Getah cerna lambung dihasilkan oleh:
1. Pepsin, fungsinya : memecah putih telur menjadi asam amino.
2. HCl, fungsinya : mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan.
3. Renin, fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen.

Usus Halus (Intestinum Minor)


Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai
katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Usus halus dibagi
menjadi: duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari
pylorus sampai yeyunum. Yeyunum dan ileum panjangnya masing-masing sekitar 3 meter.
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan serosa dibentuk oleh
peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, ruang yang terletak di antara
lapisan-lapisan ini dinamakan rongga peritoneum, otot yang meliputi usus halus mempunyai 2
lapisan :
1. Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah tipis.
2. Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan peristaltik usus.
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air.
Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja kolesistokinin.
Fungsi usus halus:
1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluran-
saluran limfe.
2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Fungsi usus besar:
1. Menyerap air dan makanan.
2. Tempat tinggal bakteri koli.
3. Tempat faeces.

3. Etiologi

Dapat dibagi beberapa faktor, yaitu:


a) Infeksi : - Virus (Ratovirus, Adenovirus, Norwalk)
- Bakteri (Shigelia, Salmonella, E. Coli, Vibrio)
- Parasit (Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia, Balantidium Coli, Cacing perut, Ascaris,
Trichiuris, Strongilucdes).
b) Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein.
c) Makanan : makanan basi, beracun, alergi atau protein.
d) Imunodefisiensi
e) Psikologis : rasa takut dan cemas.

4. Tanda dan Gejala

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat,
pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
7. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
(Kusmaul).

8. Test Diagnostik

a. Pemeriksaan tinja
 Makroscopis dan microscopis
 PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi
gula.
 Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan darah
 Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca
 Darah serum pada diare.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan analisa gas darah.
9. Therapy

a. Pemberian cairan (rehidrasi)


Contoh : Ringer Lactat (RL)
NaCl
b. Pemberian makanan (bubur)
c. Obat-obatan
 Obat anti sekresi
 Obat anti diare
 Antibiotika
 Obat anti spasmolitik.
d. Istirahat
e. Diet.

10. Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)


b. Renjatan hipovolemik
c. hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Kejang
f. Malnutrisi energi protein
g. Sepsis.

Anda mungkin juga menyukai