SKOLIOSIS
Disusun Oleh:
Yustina Nada Jon Putri, S.Ked (1508010005)
Yolanda Yasinta Ina Tuto, S.Ked (1508010035)
Pembimbing:
dr. Yusni Sinatra, Sp.RM
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi syarat dalam Kepanitraan Klinik di bidang Rehabilitasi Medik
2. Untuk menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan dokter muda tentang kasus –
kasus Skoliosis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari derajat kurva skoliosis :9
a. Skoliosis ringan : kurva kurang dari 20º
b. Skoliosis sedang : kurva 20º – 40º/50º. Mulai terjadi perubahan struktural
vertebra dan costa.
c. Skoliosis berat : lebih dari 40º /50º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang
lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut
lebih dari 60º - 70º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan
menurunnya harapan hidup.
Menurut bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi:12
a. Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan
karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting
balance yang tidak baik.
b. Kurva S : lebih sering terjadi pada skoliosis idiopati, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, umumnya structural.
Skoliosis pada klasifikasi berdasarkan usia penderita terdiri atas tipe;
Infantile terjadi pada usia 0 hingga 3 tahun, Juvenile muncul di antara usia 4
hingga 9 tahun, dan Adolescent kelainannya muncul di antara usia 10 tahun
hingga akhir masa pertumbuhan tulang (16-17 tahun).
Kalsifikasi scoliosis berdasarkan penyebabnya, antara lain: 10
a. Nonstruktural
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula)
dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang belakang
1) Skoliosis postural : disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang
buruk
2) Spasme otot dan rasa nyeri yang dapat berupa:
Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiarik
Nyeri pada tulang belakang : dapat disebabkan oleh inflamasi
atau keganasan
Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh
apendisitis
3) Perbedaan panjang antara tungkai bawah
Actual shortening
Apparent shortening
Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek
Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih
panjang
b. Struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang
belakang
1) Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh
skoliosis
2) Osteopatik
Kongenital (didapat sejak lahir)
Terlokalisasi :
Kegagalan pembentukan tulang belakang
(hemivertebrae)
Kegagalan segmentasi tulang belakang
(unilateral bonny bar)
General
Osteogenesis imperfecta
Arachnodactily
Didapat
Fraktur dislokasi dari tulang belakang, trauma
Rickets dan Osteomalasia
Emfisema, Thoracoplasty
3) Neuropatik
Congenital
Spina bifida
Neurofibromatosis
Didapat
Poliomielitis
Paraplegia
Cerebral palsy
Friedreich’s ataxia
Syringomielia
Sedangkan menurut letaknya, dapat diklasifikasikan menjadi thoracal,
lumbal, atau kombinasi.13
2.7 Patofisiologi
Skoliosis diakibatkan salah satunya dari posisi tubuh yang salah misalnya
duduk dengan berulang-ulang, punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu
terangkat, menyandarkan tubuh pada posisi yang salah pada satu sisi tubuh, maka hal
tersebut kerja otot tidak akan pernah seimbang. Sikap tubuh yang tidak natural atau
tidak baik bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain peralatan kerja,
lingkungan kerja, jenis pekerjaan atau ketidaktahuan seseorang tentang sikap tubuh
yang optimal baik dalam pengertian statis maupun dinamis.12
Skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas penderita tidak mengeluh
sakit atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan
tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama maka
kerja otot tidak akan pernah seimbang.14
Hal ini akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang
belakang untuk menjaga keseimbangan, manifestasinya yang terjadi justru overuse
pada salah satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi
ketidak seimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh. Jika hal ini berlangsung
terus-menerus pada sistem musculoskeletal tulang belakang akan mengalami
bermacam-macam keluhan antara lain nyeri otot, keterbatasan gerak, dari tulang
belakang, back pain, kontraktur otot, dan menumpuknya masalah yang lebih serius
seperti gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan dan system
kardiovaskuler.2
Pembengkokan yang disebabkan karena salah sikap terjadi pada masa anak-
anak antara umur 6-17 tahun dan dapat disebabkan karena kebiasaan yang salah,
terutama dalam sikap duduk di sekolah. Ketegangan otot pada vertebra salah satu sisi
dapat meningkatkan derajat lengkungan ke arah lateral atau skoliosis.12
3.9 Diagnosa
Anamnesis
Pada anamnesis akan didapatkan keluhan sepeti pada manifestasi klinis
skoliosis.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Terdapat ciri- ciri penting, yaitu:14
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.
2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Salah satu bahu ada yang letaknya
lebih tinggi.
3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
menonjol daripada yang lain.
4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.
5. Badan miring ke salah satu sisi
6. Untuk skoliosis yang Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang
mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah
bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda
hairy patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang).
7. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.
8. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :
Kepala agak menunduk ke depan
Punggung lurus dan tidak mobile
Pangggul yang tidak sama tinggi
Palpasi
Pada palpasi dapat kita raba apakah terdapat krepitasi, adanya tanda-tanda
inflamasi dan ada tidaknya gibus.
Pemeriksaan Penunjang
X-Ray
Foto polos harus diambil pada posisi posterior dan lateral penuh terhadap tulang
belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva
dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser.
Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-
anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang
kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat
simetri vertebra diperoleh kembali.5
Pemeriksaan Spesifik
a. “The Adam’s Forward Bending test”
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah
dan telapak tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri
ketinggian iga atau otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi
badan yang berkaitan dengan kurvatura lateral. Skoliosis torakalis kanan akan
menunjukkan lengkung konveks ke kiri pada daerah torak yang merupakan tipe
kurva idiopatik yang umum. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang
tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih.
Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada
mungkin terlihat. Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi
kebengkokannya saja tetapi tidak dapat menentukan secara tepat kelainan
bentuk tulang belakang. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk
menilai kekuatan, sensasi atau reflex.16
b. Metode Cobb
Test ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan dari tulang belakang .
Caranya:
1. Cari ruas tulang yang paling miring di bagian atas kurva dan menarik garis
sejajar dengan ujung ruas tulang belakang.
2. Cari ruas tulang yang paling miring di bagian bawah kurva dan menarik
garis sejajar dengan ujung ruas tulang belakang.
3. Buat garis siku dari garis yang dibuat pada point pertama dan point kedua.
4. Sudut yang terbentuk antara dua garis paralel tersebut adalah sudut Cobb.
Sudut Cobb adalah ukuran kelengkungan tulang belakang yang membantu
dokter untuk menentukan jenis pengobatan diperlukan. Sudut Cobb sebesar 10
derajat dianggap sebagai sudut minimum untuk menentukan angulasi Skoliosis.
Sebuah kurva skoliosis 10 sampai 15 derajat biasanya tidak memerlukan
pengobatan/ perawatan kecuali pemeriksaan rutin dengan dokter ortopedi
sampai pasien telah melalui pubertas dan kelengkungan tulang belakang tidak
bertambah parah setelah pubertas.
Jika kurva scoliosis adalah 20 sampai 40 derajat, dokter ortopedi
umumnya akan menganjurkan pemakaian brace untuk menjaga tulang belakang
dari pertambahan sudut lengkungan. Ada beberapa jenis brace yang ditawarkan,
di antaranya untuk dipakai selama 18 sampai 20 jam sehari, yang lain hanya
pada saat malam hari. Brace yang dianjurkan untuk dipakai akan tergantung
pada gaya hidup pasien, dan tingkat keparahan dari kurva.
Interpretasi kurva :
1. Mild: Curve <10-15 derajat
2. Moderate: Curve 20-50 derajat
3. Severe: Curve >45-50 derajat
c. Metode Risser
Resiko terjadinya progresivitas kurva ditentukan oleh jenis kelamin,
umur (skeletal maturity) dan besar sudut awal serta bentuk kurva itu sendiri.
Semakin muda umur pasien saat ditemukannya deformitas (time of onset),
semakin tinggi terjadinya progresivitas kurva.
Skeletal maturity dapat dilihat dari sudah menutupnya growth plate,
sedangkan growth plate pada spine ini tidak mudah untuk dilihat dari gambaran
radiologi. Joseph C. Risser (1958) pertama kali menjelaskan tentang risser sign,
merupakan tanda untuk menggambarkan tingkat ossifikasi iliac apophysis.
Risser menembukan bahwa ossifikasi iliac apophysis terjadi bersamaan dengan
spinal skeletal maturity, sehingga tingkat ossifikasi iliac apophysis dapat
digunakan sebagai indikasi bahwa pertumbuhan spine telah berhenti atau
belum. Tanda ini merupakan informasi penting dalam menejemen scoliosis.
Risser sign merupakan ukuran radiologi berdasarkan ossifikasi iliac
apophysis, dimana dibagi menjadi empat kuadran. Osifikasi dimulai dari bagian
lateral iliac apophysis dan berkembang ke bagian medial. Risser sign dimulai
dari grade 0 yang artinya belum ada ossifikasi sampai grade 4 dimana pada
semua keempat kuadran apofisis memperlihatkan ossifikasi “capping”. Ketika
iliac apophysis sudah fusi secara lengkap (grade 5) artinya skeletal maturity
pada pasien sudah lengkap.
d. Scoliometer (inclinometer)
Scoliometer (inclinometer) adalah sebuah alat untuk mengukur sudut
kurva pada tulang belakang pada procesus spinosus yang asimetris. Cara
pengukuran dengan inclinometer dilakukan pada pasien dengan posisi
membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah
tergantung pada lokasi kurvatura scoliosis, sebagai contoh kurva dibawah
vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding
kurvapada thorokal.Kemudian letakkan inclinometer pada apeks kurva, biarkan
inclinometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada
screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh labih besar
dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat adanya rib hump. Ini
disebabkan karna adanya rotasi pada daerah vertebra thorakal, dan ini juga
dapat menunjukan kelengkungan vertebra. Perlu dicatat hal ini hanya
menunjukan adanya kelainan pada spine akan tetapi tidak menunjukan tingkat
keparahan dan deformitas tersebut.17
2.10 Terapi
Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor.
Sebelum menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih
dahulu. Terapi disesuaikan dengan etiologi, umur skeletal, besarnya lengkungan, dan
ada tidaknya progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung
pada deteksi dini dari skoliosis.
Fisioterapi
1. Modalitas Fisik misalnya Cotrel traction
2. Terapi Latihan
Prinsip terapi latihan pada skoliosis adalah:18
Mengembangkan mobilitas sendi-sendi yang telah hilang
Meregangkan otot yang kontraktur
Meningkatkan kekuatan otot
Memutar balik dari rotasi deformitas vertebra
Mengembangkan muscular seluruh badan supaya mampu memelihara curve
yang telah dikoreksi
Memelihara keseimbangan dan keindahan sikap yang telah dikoreksi
semaksimal mungkin
Membuat kompensasi apabila koreksi tidak mungkin
Latihan peregangan sisi concave, Latihan elongasi trunk Latihan
peregangan otot leher, bahu atau hip, Latihan penguatan otot sisi convex,
Latihan deep breathing untuk meningkatkan fungsi paru, dapat dilakukan
bersamaan dengan latihan penguatan abdominal, stretching trunk, dan saat
stretching otot pectoralis , Latihan derotasi trunk, Sambil deep breathing
exercise dan lateral fleksi trunk (untuk meregangkan sisi concave), Latihan
Yoga disarankan melakukan derotasi vertebra.19
Macam-macam gerakan terapi latihan pada skoliosis adalah sebagai berikut:
Metode Klapp, Metode Woodcock, Metode X
Latihan dengan metode Klapp meliputi latihan peregangan dan penguatan
otot-otot punggung dengan menggunakan posisi kucing dan posisi berlutut
yang menyerupai hewan berkaki empat. Latihan ini merupakan bentuk terapi
dimana digunakan postur peregangan asimetris. Berbeda halnya dengan
latihan metode Woodcock yang menekankan latihan pada koreksi derotasi dan
perbaikan otot intrinsic tulang punggung. Menurut woodcock, tanpa latihan
derotasi, pertambahan kurva sulit dicegah. Latihan metode X merupakan
kombinasi latihan woodcock dan klapp. Latihan ini mudah digunakan, dapat
dikerjakan setiap hari, dan tidak memerlukan tempat latihan khusus. Pada
metode X latihan dilakukan dengan posisi berdiri disertai fleksi trunkus, sudut
fleksi trunkus tergantung pada puncak kurvatura.
Orthotik
Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan
skeletal yang tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut antara lain :
Penyangga Milwaukee
Milwaukee brace atau Cervico Torakal Lumbo Sacral Orthosis (CTLSO)
merupakan brace yang memberikan sanggahan pada pelvis dan koreksi dengan
deformitas rotatorik secara statik. Indikasi penggunaan Milwaukee Brace meliputi
skoliosis tahap awal yang sedang berkembang dan mendekati sudut kurvatura 20o .
Kurvatura yang melebihi 50o bukan merupakan kandidat yang tepat untuk
penggunaan Milwaukee Brace
Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi
alat ini mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong
dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 23 jam
sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti objektif yang
nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang belakang
selanjutnya.12
Penyangga Boston
Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau
torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai
skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas
yang tidak dikehendaki oleh pasien.12
Pemakaian Boston brace paling efektif pada skoliosis dengan puncak kurva di
T6 sampai L3. Boston brace merupakan bentuk ortosis yang fleksibel, dengan tujuan
untuk mengurangi hambatan fisik dan meningkatkan tingkat kepatuhan pasien
menggunakan ortosis tersebut.20
2.11 Komplikasi
Skoliosis adalah penyakit 3 dimensi yang sangat komplek walaupun prinsipnya
berasal dari kurva ke arah lateral yang kemudian membuat vertebra berputar.
Perputaran vertebra merubah bentuk dan volume dari rongga thorak maupun rongga
abdominal. Sehingga berujung pada organ di dalamnya misalnya berkurangnya
sistem kerja kardiopulmonal dan dapaat menimbulkan nyeri.15
Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul antara lain :
a. Gangguan jantung dan paru karena adanya perubahan struktur rib cage
b. Gangguan punggung terkait dengan struktur terlibat misalnya spasme otot, saraf
terjepit yang menyebabkan nyeri, fatigue, ataupun muscle weakness.
c. Deformitas berat
d. Memperburuk penampilan
e. Penyakit sendi degeneratif
2.12 Prognosis
Prognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas.
Derajat kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak
mengalami progresif.12 Pada umumnya skoliosis tidak akan memburuk dalam waktu
yang singkat. Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan
menjadi lebih parah, sebab waktu perkembangan skoliosis juga menjadi lebih lama.
Semakin besar sudut, semakin besar skoliosis kemungkinan akan memburuk.21
Adapun kondisi yang dapat memperburuk scoliosis adalah:
a. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperberat beban terhadap tulang belakang
disamping memengaruhi keberhasilan pemakaian brace dan latihan.
b. Usia
Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan gangguan
ini akan menjadi semakin parah jika tidak diperbaiki.
c. Sudut kurva
Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan mengalami perburukan
apabila tidak dilakukan tindakan.
e. Lokasi
Skoliosis di bagian tengah atau bawah tulang punggung kemungkinan menjadi
buruk ketimbang skoliosis di bagian atas karena beban berat badan di bagian
bawah lebih besar.
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. PT
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 14 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Katholik
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Naikoten
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bahu kanan dan kiri tidak sama tinggi.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Kesadaran : CM, GCS E4V5M6
• Tinggi Badan : 150 cm
• Berat Badan : 48 kg
• IMT : 21,3 (normoweight)
Tanda Vital
• Tekanan Darah : 120 / 80 mmHG
• Frekuensi nadi : 76 x/menit, reguler, kuat angkat
• Frekuensi napas : 20 x/menit, reguler
• Suhu aksiler : 36⁰C
• VAS skor :3
Kepala / leher
• Anemis (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-), pembengkakan KGB (-/-) trakea tepat di
tengah (+)
Toraks
Jantung : S1S2 reguler, bising jantung(-)
Paru : Gerakan pernafasan simetris kiri=kanan, suara pernafasan
vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Flat (+), nyeri tekan (-), timpani (+), bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Inspeksi
Thorax : deviasi prosessus spinosus v.thorakolumbal (+) ke arah kanan,
tampak bahu kanan lebih tinggi, asimetris skapula (skapula kanan tampak lebih
tinggi)
Pelvis : pelvis tampak asimetris (hip kiri lebih tinggi)
Ekstremitas bawah : panjang tungkai simetris kanan dan kiri
Anggota gerak atas
Motorik Kanan Kiri
Pergerakan : (+) (+)
Kekuatan : 5-5-5 5-5-5
Tonus : N N
Refleks Kanan Kiri
Refleks biceps : (+) (+)
Refleks triceps : (+) (+)
Refleks radius : (+) (+)
Refleks ulna : (+) (+)
Refleks Hoffmann : (-) (-)
Refleks Tromner : (-) (-)
Sensibilitas Kanan Kiri
Sensibilitas : (+) (+)
Perasaan nyeri : (+) (+)
Termal : (+) (+)
Diskriminasi dua titik : (+) (+)
Perasaan lokalis : (+) (+)
Posisi : (+) (+)
Anggota gerak bawah
Motorik Kanan Kiri
Pergerakan : (+) (+)
Kekuatan : 5-5-5 5-5-5
Tonus : N N
Refleks Kanan Kiri
Refleks Patella : (+) (+)
Refleks Achilles : (+) (+)
Refleks Babinsky : (-) (-)
Refleks Chaddock : (-) (-)
Refleks Schaefer : (-) (-)
Refleks Oppenheim : (-) (-)
Refleks Gordon : (-) (-)
Refleks Gonda : (-) (-)
Refleks Bing : (-) (-)
Refleks Mendel-Bechterew : (-) (-)
Refleks Rosolimo : (-) (-)
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
Tes Laseque : >70 >70
Sensibilitas Kanan Kiri
Sensibilitas : (+) (+)
Perasaan nyeri : (+) (+)
Termal : (+) (+)
Diskriminasi dua titik : (+) (+)
Perasaan lokalis : (+) (+)
Posisi : (+) (+)
Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
Cara berjalan : normal gait
Test Romberg : normal
Ataxia : negatif
Gerakan – gerakan abnormal
Tremor : (-)
Athetose : (-)
Myocloni : (-)
Chorea : (-)
Alat Vegetatif
Miksi : dalam batas normal
Defekasi : dalam batas normal
STATUS LOKALIS
Regio Lumbosakral
Inspeksi : Alignment vertebra deviasi, edema (-), kemerahan (-),
deformitas (-)
Palpasi : Nyeri tekan paravertebral (+), nyeri tekan sacroiliaca (-),
nyeri tekan piriformis (-)/(-), spasme otot paravertebral lumbal
(+),
Pemeriksaan neuromuskular
Ekstremitas Inferior
Pemeriksaan
Dekstra Sinistra
Atrofi Otot - -
Refleks Patologis - -
L2 (fleksor panggul) 5 5
L3 (ekstensor lutut) 5 5
L4 (dorsofleksor 5
5
pergelangan kaki)
L5 (ekstensor jempol kaki) 5 5
S1 (plantarfleksor 5
5
pergelangan kaki)
Tes Provokasi
Tes Nafziger : (-)
Tes Valsava : (-)
Tes Laseque : (-)/(-)
Tes Patrick : (-)/(-)
Tes Kontra Patrick : (-)/(-)
Tes Bragard : (-)/(-)
Tes Sicard : (-)/(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Polos
Interpretasi:
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
Paracetamol 3x500mg (po) p.r.n. nyeri
Non medikamentosa :
Fisioterapi
Evaluasi: - Postur tubuh
- Alignment vertebra
- Simetrisitas skapula dan pelvis
Program: - Traksi
- Infrared di regio thorakolumbal
- Back exercise
- TENS
Okupasi Terapi
Evaluasi: - Postur tubuh
- Kebiasaan mengangkat atau membawa beban berat menggunakan salah
satu sisi tubuh
- Kebiasaan bertumpu dengan menggunakan satu sisi tubuh (seperti
menulis, duduk dan berbaring)
Program: - Edukasi cara melakukan aktivitas harian dengan proper body mechanism
- Postural Training
- menggunakan korset pada penderita skoliosis
Ortotik Prostetik
Evaluasi: - Postur tubuh
Program: penggunaan alat bantu penyangga
Psikologi
Evaluasi : - Kontak, pengertian, dan komunikasi baik
- Semangat untuk melakukan terapi
Program :
- memberi dukungan mental pada pasien dan keluarga untuk menjalani pengobatan
- motivasi untuk berobat teratur
Sosial Medik
Evaluasi :
- Menilai kasur yang digunakan dan kursi
- Menilai cara penderita menggangkat dan membawa barang yang bertumpu pada
tulang belakang seperti kegiatan membawa tas dll
- Tidak ada masalah dalam biaya pengobatan
Program :
- Edukasi penderita untuk menggunakan kasur yang padat dan datar.
- Edukasi penderita untuk menggunakan kursi dengan punggung kursi berbentuk
huruf S.
- Edukasi penderita cara mengangkat dan membawa barang tanpa menimbulkan
nyeri dengan proper back mechanism
Edukasi
Waktu beraktivitas:
Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita jangan dulu mengangkat barang
terlalu berat pada satu sisi tubuh.
Dianjurkan untuk sementara waktu menggunakan korset.
Waktu berjalan:
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa.
Waktu duduk:
Bila duduk seluruh punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung
kursi.
Waktu tidur:
Sebaiknya menggunakan alas yang padat.
Sebaiknya tidur tidak miring pada satu sisi
Home program
Melakukan latihan-latihan dan edukasi di rumah:
- Menghindari mengangkat beban yang berat
- Back exercises
- Proper body mechanism : (cara berdiri, cara berjalan, cara duduk, cara tidur
yang benar)
BAB 4
PEMBAHASAN