Anda di halaman 1dari 6

Osmoregulasi Hewan Aquatik

Osmoregulation of Aquatic Animal

Muhammad Faisal1)*), Tomi Kasayev2), Nurheka3), Meyllisa Eka Putri4)


1)
NIM 1310422008, KELOMPOK 1C, Praktikum Fisiologi Hewan
2)
NIM 1210423008, KELOMPOK 1C, Praktikum Fisiologi Hewan
3)
NIM 1310421085, KELOMPOK 1C, Praktikum Fisiologi Hewan
4)
NIM 1310421111, KELOMPOK 1C, Praktikum Fisiologi Hewan
*)
Koresponden: faisal1310422008@gmail.com

Abstract
Osmoregulation was process to defend the body liquid of aquatic animal. Many factors give influenced to
osmoregulation, such as Biology factor, chemistry factor and physic factor. The practice about osmoregulation of
aquatic animal held on Wednesday, November 11st 2015 in teaching laboratory 2, biology department, faculty of
Mathematics and Natural Sciences, University of Andalas, Padang. This practice purpose were to find the indicators
of physiological changes due to nuisance animals Aquatic osmoregulation and to determine the physiological effects
of several chemical compounds (salts and detergents) in animals Aquatic form of fish. In this practice we put the
fish in the salt liquid with low concentration and high concentration, so the fish would adapted with salt liquid area.
Then we put the fish in the chemistry liquid (detergen) with low concentration and high concentration. Finally, the
fish can’t defend it live because the water is contamination with chemistry compound in detergen.
Keywords : Aquatic animal, Chemistry compounds, Osmoregulation, Salt liquid

PENDAHULUAN keseimbangan osmotiknya dalam mengatur dan


berfungsi dengan normal sesuai dengan
Kehidupan makhluk hidup dipengaruhi oleh kebutuhannya, salinitas dalam suatu perairan
beberapa faktor yaitu faktor fisika, kimia dan pada media yang berbeda juga akan
biologis. Salah satu faktor yang mendukung mempengaruhi proses metabolisme untuk
kehidupan makhluk hidup terutama sekali pertumbuhannya. Salinitas merupakan salah satu
makhluk hidup yang hidup di air adalah kadar faktor pembatas dalam kehidupan hewan
salinitas. Tinggi rendah salinitas di perairan akuatik. Osmoregulasi terjadi pada hewan
tawar, payau ataupun laut akan mempengaruhi perairan karena adanya tekanan osmosis antara
jenis-jenis atau keberadaan makhluk hidup yang larutan di dalam tubuh dan di luar tubuh.
ada di perairan tersebut. Terkait kadar salinitas, Sehingga osmoregulasi adalah upaya yang
tekanan osmotik dari ikan juga dapat dilakukan hewan air untuk mempertahankan
mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Ikan kondisi air dan ion-ion yang terdapat dalam
mempunyai ambang batas yang jika telah tubuh dan lingkungannya melalui sel yang
melebihi batas dalam osmoregulasi akan bersifat permeabel. Pengaturan osmoregulasi ini
mengalami stres bahkan kematian (Witmann dan sangat mempengaruhi metabolisme tubuh hewan
Ariani, 2000). perairan dalam menghasilkan energi (Nicol,
Perubahan salinitas juga dapat 1967).
mempengaruhi permeabilitas dinding sel ketika Gross, Zeeuw dan Simpao T (2001),
salinitas mengalami perubahan. Pada saat itu mengatakan bahwa proses osmoregulasi yang
ikan akan mengalami kecenderungan untuk terjadi adalah pengaturan konsentrasi ion-ion
mampu atau tidaknya ikan untuk melakukan bukan konsentrasi cairan tubuh, dimana proses
ini membutuhkan energi. Bila ikan air tawar mengurangi jumlah air yang masuk ke dalam
dimasukkan dalam medium air laut maka yang tubuhnya. Kedua, memasukkan garam-garam
akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum)
ikan dari medium dan juga berusaha atau mempertahankan zat terlarut dalam
mengeluarkan sebagian garam-garam dari dalam tubuhnya (Lesmana, 2002).
tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan
proses ini, maka sel-sel ikan akan pecah (turgor) METODE PRAKTIKUM
dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan Waktu dan tempat
cairan atau biasa disebut dehidrasi. Sedangkan
menurut Fujaya (2004), menyatakan bahwa Praktikum fisiologi hewan dengan objek
organ-organ yang berperan dan berfungsi pada osmoregulasi hewan akuatic dilaksanakan pada
proses osmoregulasi yaitu insang, pada insang hari Rabu, 11 November 2015 di Laboratorium
sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah Teaching 2, Jurusan Biologi, Fakultas
sel-sel chloride yang terletak pada dasar Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
lembaran-lembaran insang, yang kedua adalah Universitas Andalas, Padang.
ginjal, ginjal melakukan dua fungsi utama.
Pertama, mengekskresikan sebagian besar Alat dan bahan
produk akhir metabolisme tubuh, Alat yang digunakan yaitu wadah ikan,
dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh stopwatch, timbangan, kertas label, air kran.
dan yang ketiga adalah usus. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu larutan
Untuk memelihara air dan konsentrasi NaCl konsentrasi 0,1 % dan 10 %, detergen
larutan cairan tubuh konstan yang berbeda dengan konsentrasi 0,1 % dan 10 % serta ikan
dengan lingkungannya, antara hewan air laut, air air tawar (6-10cm).
tawar, dan hewan darat sangatlah berbeda.
Kelompok hewan yang berbeda menggunakan Cara kerja
organ yang berbeda. Variasi zat-zat yang Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi Ikan.
diregulasi sangat banyak dan juga melibatkan
senyawa-senyawa seperti hormon, vitamin dan Disediakan larutan garam dengan konsentrasi
larutan yang signifikan terhadap perubahan nilai berbeda (0,1 % dan 1%) dengan volume masing-
osmotik. Pada dasarnya regulator masing larutan 1000 ml. Dimasukan seekor ikan
hiperosmotik menghadapi dua masalah yang masih hidup kedalam larutan pertama (0,1
fisiologik, pertama air cenderung masuk ke %) dan dicatat kondisi awal (1 menit pertama)
dalam tubuh hewan, sebab konsentrasi zat ikan. Dibiarkan selama 5 menit lalu diamati
terlarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari kembali kondisi akhir (1 menit terakhir dalam 5
pada dalam mediumnya, kedua zat terlarut menit) ikan tersebut di dalam larutan. Setelah
cenderung keluar tubuh sebab konsentrasi di selesai ikan diangkat dan ditempatkan di dalam
dalam tubuh. Di samping itu pembuangan air air air biasa untuk memulihkan kondisinya.
sebagai penyeimbang air masuk juga membawa Pemulihan ini berlangsung selama 5 menit.
zat terlarut di dalamnya. Lebih tinggi dari pada Setelah 5 menit dalam air biasa pindahkan ikan
di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas tersebut ke dalam larutan garam konsentrasi
dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan air tinggi (1%) lalu dicatat kondisi awal (1 menit
yang ada dalam tubuh (melalui urin dan feses) pertama) ikan tersebut dan kondisi akhirnya (1
sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus menit terakhir dalam 5 menit) 5 menit
melakukan dua hal berikut. Pertama,
perlakuan. Dibandingkan hasil pengamatan pada selesai ikan diangkat dan ditempatkan di dalam
kedua perlakuan tersebut. air biasa untuk memulihkan kondisinya.
Pemulihan ini berlangsung selama 5 menit.
Efek Detergen Terhadap Osmoregulasi Ikan Setelah 5 menit dalam air biasa dipindahkan
ikan tersebut ke dalam larutan detergen
Disediakan larutan detergen dengan konsentrasi konsentrasi tinggi (1%) lalu dicatat kondisi awal
berbeda (0,1 % dan 1%) dengan volume masing- (1 menit pertama) ikan tersebut dan kondisi
masing larutan 1000 ml. Dimasukan seekor ikan akhirnya (1 menit terakhir dalam 5 menit)
yang masih hidup kedalam larutan pertama (0,1 setelah 5 menit perlakuan. Dibandingkan hasil
%) dan dicatat kondisi awal (1 menit pertama) pengamatan pada kedua perlakuan tersebut.
ikan. Dibiarkan selama 5 menit lalu diamati Pengamatan efek salinitas terhadap
kembali kondisi akhir (1 menit terakhir dalam 5 osmoregulasi ikan.
menit) ikan tersebut di dalam larutan. Setelah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi Ikan.
Tabel 1. Pengamatan Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi Ikan
Kondisi ikan
Parameter pengamatan 0,1 % 1%
Awal Akhir Awal Akhir
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kondisi ekor Normal Normal Normal Normal
Kondisi mata Normal Normal Normal Normal
Frekuensi buka tutup
119x 109x 73x 109x
operculum per menit
Pengeluaran sekret - - - -

120
100
80
60 I menit awal
40 1 menit terakhir
20
0
0,1 % 1%

Grafik 1. Pengamatan Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi Ikan

Berdasarkan hasil praktikum di atas didapatkan kelincahan ikan dan proses buka tutup dari
bahwa, ikan pada air tawar hanya mampu operkulum ikan tersebut. Operkulum dan
beradaptasi dan bertahan hidup pada air garam mulutnya bergerak cepat namun pada
(NaCl) berkosentrasi 0,1% - 1%. Ikan yang pengamatan 1 menit awal dan 1 menit terakhir
berada pada kosentrasi 0,1% sampai 1% pada konsentrasi NaCl 1% terjadi bias yang
bersikap aktif, hal ini ditandai dengan adanya cukup tinggi dikarenakan perbedaan pengamat
operkulum yang mengamatinya, meskipun pada yang memiliki habitat pada air tawar, ada juga
garam berkonsentrasi rendah dengan gerakan yang hidup di air payau dengan kandungan
tercepat. Hal inilah yang dilakukan ikan untuk kadar garam antara 25%-30%. Secara fisiologis
mengisoosmotikkan keadaan tubuhnya dengan kadar garam atau salinitas (NaCl) yang
lingkungannya, perlakuan inilah yang disebut terkandung dalam air tersebut dapat
dengan usaha osmoregulasi. Begitu juga gerakan menghalang-halangi fungsi darah sebagai
awalnya yang aktif, dikatakan bahwa ikan ini pengedar zat asam (oksigen), akibatnya seluruh
cepat dalam beradaptasi dengan keadaan air jaringan tubuh ikan akan menderita kekurangan
bersalinitas. Hal ini tidak sesuai dengan literatur oksigen yang sangat dibutuhkan dalam
dari Rismunandar (1999), yang menyatakan pembakaran atau oksidasi, sehingga cepat atau
bahwa ikan air tawar biasanya hidup di air tawar lambat ikan dapat dipastikan akan mati. Di
yang tidak mengandung kadar garam. Walaupun samping itu meningkatnya kadar garam yang
ada kandungan kadar garam toleransinya relatif bersifat elektrolit seperti NaCl dalam darah ikan
rendah. Namun Amri dan Khaeruman (2002) akan mengurangi oksigen yang larut dalam
mempunyai pendapat yang berbeda dengan haemoglobin (Haryasaputra, 2000).
Rismunandar (1999), ia mengatakan bahwa ikan

Efek Detergen Terhadap Osmoregulasi Ikan


Tabel 2. Pengamatan efek detergen terhadap osmoregulasi ikan
Kondisi ikan
Parameter pengamatan 0,1 % 1%
Awal Akhir Awal Akhir
Gerakan Aktif Pasif Pasif Pasif
Kondisi ekor Normal Pendarahan Pendarahan Pendarahan
Kondisi mata Normal Normal Normal Normal
Frekuensi buka tutup
20x 10x 10x -
operculum per menit
Pengeluaran sekret lendir lendir lendir lendir

20

15

10 1 menit awal
I menit akhir
5

0
0,1 % 1%

Grafik 2. Pengamatan efek detergen terhadap osmoregulasi ikan

Berdasarkan pengamatan osmoregulasi hewan konsentrasi maka semakin sedikit frekuensi buka
menggunakan air yang bercampur detergen, tutup operkulum, ini dikarenakan air telah
semakin tinggi konsentrasi pergerakannya tercemar oleh senyawa kimia yang terkandung
semakin pasif dan juga semakin tinggi dalam detergen, detergen dapat melumpuhkan
ikan sampai ikan tersebut mati. Menurut DAFTAR PUSTAKA
Resosoedarmo (1987), deterjen adalah bahan
pembersih yang terbuat dari senyawa Amri dan Khaeruman. 2002. Menanggulangi
petrokimia. Bahan buangan berupa deterjen ini Penyakit pada Ikan Mas dan Koi.
dikatakan berbahaya karena deterjen yang AgroMedia Pustaka.Jakarta.
menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan Brotowidjoyo, M.D. 2001. Zoologi Dasar.
pH air hingga 10,6 -11 ppm, bahan antiseptik Erlangga. Jakarta.
yang terkandung di dalamnya juga dapat Campbell, Neil A. 2004. Biologi, Edisi Kelima,
mengganggu kehidupan organisme air bahkan Jilid III. Penerbit Erlangga, Jakarta.
dapat menyebabkan kematian. Sedangkan Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologi
Campbell (2004), mengatakan bahwa detergen Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
memiliki berat jenis yang lebih kecil daripada Kelautan.Universitas Hasanuddin.
air, sehingga detergen menutupi permukaan air. Makassar.
Karena detergen menutupi permukaan air, air Gross. C. De zeeuw J. dan Simpao T. 2001.
tidak dapat mengikat O2 dari udara. Kadar O2 di Awesome Osmosis. Marine Discovery.
air menjadi berkurang akibatnya ikan yang ada University of Arizona
di air menjadi kekurangan O2 dan akhirnya mati. Haryasaputra. 2000. Fisiologi Hewan. Fakultas
Pada pemberian detergen ikan mengeluarkan Peternakan Unud. Denpasar.
mukus atau lendir karena fungsi fisiologisnya Lesmana, Darti S. 2002. Kualitas Air untuk Ikan
sudah terganggu oleh pencemaran air dan lendir Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.
itu digunakan untuk mempertahankan diri dari Jakarta.
air yang tercemar, ini sesuai pendapat yang Nicol,J.A.C. 1967. The Biology of Marine
dinyatakan oleh Lesmana (2002) yang mana ia Animals 2nd Ed. Wiley interscience. New
menyatakan bahwa ikan akan mengeluarkan York.
mukus atau lendir jika ia sudah tercemar oleh Resosoedarmo, S. 1987. Pengantar Ekologi.
racun dan senyawa berbahaya lainnya. Mukus Remadja Karya. Bandung
tersebut berguna untuk mencegah tereduksinya Rismunandar, A. 1999. Perikanan Darat. Sinar
bagian-bagian tubuh oleh racun. Baru. Bandung
Witmann K.J dan Ariani A.P. 2000. Limnomysis
KESIMPULAN benedeni Czerniavsky : a pontocaption
missed new for the freshwater of France.
Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh Vie et milieu 50: 117-122. France.
dari praktikum ini adalah :
1. Semakin tinggi kadar NaCl di air maka
frekuensi buka tutup operkulum semakin
menurun.
2. Ikan air tawar bergerak pasif pada
deterjen konsentrasi tinggi untuk
menyesuaikan diri pada kondisi air.
3. Semakin tinggi konsentrasi detergen
dalam air maka frekuensi buka tutup
operkulum semakin rendah dan dapat
menyebabkan kematian pada ikan.

Anda mungkin juga menyukai