Abstract
Osmoregulation was process to defend the body liquid of aquatic animal. Many factors give influenced to
osmoregulation, such as Biology factor, chemistry factor and physic factor. The practice about osmoregulation of
aquatic animal held on Wednesday, November 11st 2015 in teaching laboratory 2, biology department, faculty of
Mathematics and Natural Sciences, University of Andalas, Padang. This practice purpose were to find the indicators
of physiological changes due to nuisance animals Aquatic osmoregulation and to determine the physiological effects
of several chemical compounds (salts and detergents) in animals Aquatic form of fish. In this practice we put the
fish in the salt liquid with low concentration and high concentration, so the fish would adapted with salt liquid area.
Then we put the fish in the chemistry liquid (detergen) with low concentration and high concentration. Finally, the
fish can’t defend it live because the water is contamination with chemistry compound in detergen.
Keywords : Aquatic animal, Chemistry compounds, Osmoregulation, Salt liquid
120
100
80
60 I menit awal
40 1 menit terakhir
20
0
0,1 % 1%
Berdasarkan hasil praktikum di atas didapatkan kelincahan ikan dan proses buka tutup dari
bahwa, ikan pada air tawar hanya mampu operkulum ikan tersebut. Operkulum dan
beradaptasi dan bertahan hidup pada air garam mulutnya bergerak cepat namun pada
(NaCl) berkosentrasi 0,1% - 1%. Ikan yang pengamatan 1 menit awal dan 1 menit terakhir
berada pada kosentrasi 0,1% sampai 1% pada konsentrasi NaCl 1% terjadi bias yang
bersikap aktif, hal ini ditandai dengan adanya cukup tinggi dikarenakan perbedaan pengamat
operkulum yang mengamatinya, meskipun pada yang memiliki habitat pada air tawar, ada juga
garam berkonsentrasi rendah dengan gerakan yang hidup di air payau dengan kandungan
tercepat. Hal inilah yang dilakukan ikan untuk kadar garam antara 25%-30%. Secara fisiologis
mengisoosmotikkan keadaan tubuhnya dengan kadar garam atau salinitas (NaCl) yang
lingkungannya, perlakuan inilah yang disebut terkandung dalam air tersebut dapat
dengan usaha osmoregulasi. Begitu juga gerakan menghalang-halangi fungsi darah sebagai
awalnya yang aktif, dikatakan bahwa ikan ini pengedar zat asam (oksigen), akibatnya seluruh
cepat dalam beradaptasi dengan keadaan air jaringan tubuh ikan akan menderita kekurangan
bersalinitas. Hal ini tidak sesuai dengan literatur oksigen yang sangat dibutuhkan dalam
dari Rismunandar (1999), yang menyatakan pembakaran atau oksidasi, sehingga cepat atau
bahwa ikan air tawar biasanya hidup di air tawar lambat ikan dapat dipastikan akan mati. Di
yang tidak mengandung kadar garam. Walaupun samping itu meningkatnya kadar garam yang
ada kandungan kadar garam toleransinya relatif bersifat elektrolit seperti NaCl dalam darah ikan
rendah. Namun Amri dan Khaeruman (2002) akan mengurangi oksigen yang larut dalam
mempunyai pendapat yang berbeda dengan haemoglobin (Haryasaputra, 2000).
Rismunandar (1999), ia mengatakan bahwa ikan
20
15
10 1 menit awal
I menit akhir
5
0
0,1 % 1%
Berdasarkan pengamatan osmoregulasi hewan konsentrasi maka semakin sedikit frekuensi buka
menggunakan air yang bercampur detergen, tutup operkulum, ini dikarenakan air telah
semakin tinggi konsentrasi pergerakannya tercemar oleh senyawa kimia yang terkandung
semakin pasif dan juga semakin tinggi dalam detergen, detergen dapat melumpuhkan
ikan sampai ikan tersebut mati. Menurut DAFTAR PUSTAKA
Resosoedarmo (1987), deterjen adalah bahan
pembersih yang terbuat dari senyawa Amri dan Khaeruman. 2002. Menanggulangi
petrokimia. Bahan buangan berupa deterjen ini Penyakit pada Ikan Mas dan Koi.
dikatakan berbahaya karena deterjen yang AgroMedia Pustaka.Jakarta.
menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan Brotowidjoyo, M.D. 2001. Zoologi Dasar.
pH air hingga 10,6 -11 ppm, bahan antiseptik Erlangga. Jakarta.
yang terkandung di dalamnya juga dapat Campbell, Neil A. 2004. Biologi, Edisi Kelima,
mengganggu kehidupan organisme air bahkan Jilid III. Penerbit Erlangga, Jakarta.
dapat menyebabkan kematian. Sedangkan Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologi
Campbell (2004), mengatakan bahwa detergen Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
memiliki berat jenis yang lebih kecil daripada Kelautan.Universitas Hasanuddin.
air, sehingga detergen menutupi permukaan air. Makassar.
Karena detergen menutupi permukaan air, air Gross. C. De zeeuw J. dan Simpao T. 2001.
tidak dapat mengikat O2 dari udara. Kadar O2 di Awesome Osmosis. Marine Discovery.
air menjadi berkurang akibatnya ikan yang ada University of Arizona
di air menjadi kekurangan O2 dan akhirnya mati. Haryasaputra. 2000. Fisiologi Hewan. Fakultas
Pada pemberian detergen ikan mengeluarkan Peternakan Unud. Denpasar.
mukus atau lendir karena fungsi fisiologisnya Lesmana, Darti S. 2002. Kualitas Air untuk Ikan
sudah terganggu oleh pencemaran air dan lendir Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.
itu digunakan untuk mempertahankan diri dari Jakarta.
air yang tercemar, ini sesuai pendapat yang Nicol,J.A.C. 1967. The Biology of Marine
dinyatakan oleh Lesmana (2002) yang mana ia Animals 2nd Ed. Wiley interscience. New
menyatakan bahwa ikan akan mengeluarkan York.
mukus atau lendir jika ia sudah tercemar oleh Resosoedarmo, S. 1987. Pengantar Ekologi.
racun dan senyawa berbahaya lainnya. Mukus Remadja Karya. Bandung
tersebut berguna untuk mencegah tereduksinya Rismunandar, A. 1999. Perikanan Darat. Sinar
bagian-bagian tubuh oleh racun. Baru. Bandung
Witmann K.J dan Ariani A.P. 2000. Limnomysis
KESIMPULAN benedeni Czerniavsky : a pontocaption
missed new for the freshwater of France.
Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh Vie et milieu 50: 117-122. France.
dari praktikum ini adalah :
1. Semakin tinggi kadar NaCl di air maka
frekuensi buka tutup operkulum semakin
menurun.
2. Ikan air tawar bergerak pasif pada
deterjen konsentrasi tinggi untuk
menyesuaikan diri pada kondisi air.
3. Semakin tinggi konsentrasi detergen
dalam air maka frekuensi buka tutup
operkulum semakin rendah dan dapat
menyebabkan kematian pada ikan.