Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN STUDI PERMUKIMAN

RW 03 DESA MAJASARI KECAMATAN SOBANG


KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Geografi Permukiman yang


diampu oleh Drs. GM

Oleh :
Ainun Sholikhatul Fatimah
NIM. K5417001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan tentang “Studi Kasus
Kesulitan Belajar” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini memuat hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan dalam
pengambilan informasi mengenai kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
pada tingkat SMA dalam mata pelajaran geografi.
Penulis menyadari akan segala kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan
dalam penyusunan laporan Studi Kasus Kesulitan Belajar ini, maka penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.
Dan tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Naharus
Surur, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah geografi permukiman dan teman-
teman geografi angkatan 2017 yang telah memberikan bantuan untuk menunjang
penyelesaian penulisan laporan ini.
Semoga penulisan laporan ini dapat memenuhi fungsinya,

Surakarta, 10 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I LATAR BELAKANG DAN KAJIAN TEORI


A. Latar Belakang
B. Kajian Teori
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB III KESIMPULAN
BAB I
LATAR BELAKANG DAN KAJIAN TEORI

A. LATAR BELAKANG
Setiap tahun jumlah penduduk yang tinggal di permukaan bumi selalu
mengalami peningkatan, disebabkan oleh tujuan makhluk hidup yaitu
meneruskan keturunannya. Setiap keturunan baru akan terus membutuhkan
tempat tinggal sebagai kebutuhan utama selain makanan dan pakaian.
Wilayah RW 08 yang dikaji dalam laporan ini merupakan salah satu rukun
warga (RW) yang ada di Desa Majasari Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak,
Banten. Selama sembilan tahun terakhir, wilayah tersebut mengalami
perkembangan permukiman. Meningkatnya perkembangan permukiman di
wilayah RW 08 dengan lahan yang tetap tersebut kemudian dilakukan
pengkajian dengan tujuan : mengetahui persebaran dan tingkat kepadatan
permukiman di RW 08 Ds. Majasari Kec. Sobang, Lebak, Banten selama
sepuluh tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2017 serta faktor yang
mempengaruhi perkembangan permukiman di wilayah tersebut.
Metode ini menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini adalah: (1) pengumpulan data primer yang dilakukan
melalui interpretasi Citra Ikonos Desa Majasari tahun 2008, 2013 dan tahun
2017 yang diambil menggunakan software Google Earth, (2) pengumpulan data
sekunder yang diambil dari Instansi Pemerintah terkait.

B. KAJIAN TEORI
Permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukan
suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari
terjemahan kata settlements yang mengandung pengertian suatu proses
bermukim.
Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:
 Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal/hunian dan sarana pembinaan keluarga.
 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung (kota dan desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan. Rumah merupakan bagian yang tidak dapat dilihat
sebagai hasil fisik yang rampung semata, melainkan merupakan proses
yang berkembang dan berkaitan dengan mobilitas sosial-ekonomi
penghuninya dalam suatu kurun waktu.
Menurut Siswono, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan permukiman yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak
geografis, kependudukan, sarana dan prasarana, ekonomi dan keterjangkauan
daya beli, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, kelembagaan, dan
peran serta masyarakat.
1. Faktor geografi
Letak geografis suatu permukiman sangat menentukan
keberhasilan pembangunan suatu kawasan. Permukiman yang letaknya
terpencil dan sulit dijangkau akan sangat lambat untuk berkembang.
Topografi suatu kawasan juga berpengaruh, jika topografi kawasan
tersebut tidak datar maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk
berkembang. Lingkungan alam dapat mempengaruhi kondisi
permukiman, sehingga menambah kenyamanan penghuni permukiman.
2. Faktor Kependudukan
Perkembangan penduduk yang tinggi, merupakan permasalahan
yang memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan
permukiman. Jumlah penduduk yang besar merupakan sumber daya dan
potensi bagi pembangunan, apabila dapat diarahkan menjadi manusia
pembangunan yang efektif dan efisien. Tetapi sebaliknya, jumlah
penduduk yang besar itu akan merupakan beban dan dapat
menimbulkan permasalahan bila tidak diarahkan dengan baik.
Disamping itu, penyebaran penduduk secara demografis yang tidak
merata, merupakan permasalahan lain berpengaruh terhadap
pembangunan perumahan.
3. Faktor Kelembagaan
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan
perumahan adalah perangkat kelembagaan yang berfungsi sebagai
pemegang kebijaksanaan, pembinaan, dan pelaksanaan baik sektor
pemerintah maupun sektor swasta, baik di pusat maupun di daerah.
Secara keseluruhan perangkat kelembagaan tersebut belum merupakan
suatu sistem terpadu. Menurut UU No. 5 Tahun 1979, Pemda
memegang peranan dan mempunyai posisi strategis dalam pelaksanaan
pembangunan perumahan. Namun unsur-unsur perumahan di Tingkat
Daerah yang melaksanakan program khusus untuk koordinasi, baik
dalam koordinasi vertikal maupun horisontal dalam pembangunan
perumahan, masih perlu dimantapkan dalam mempersiapkan
aparaturnya. Termasuk didalamnya adalah kebijaksanaan yang
mengatur kawasan permukiman, keberadaan lembaga-lembaga desa,
misalnya LKMD, Karang Taruna, Kelompok wanita dan sebagainya.
4. Faktor Swadaya dan Peran Serta Masyarakat
Dalam rangka membantu golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah, menengah, tidak tetap, perlu dikembangkan
pembangunan perumahan secara swadaya masyarakat yang dilakukan
oleh berbagai organisasi non-pemerintah. Dalam hal ini dapat
dinyatakan bahwa masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap serta
amat rendah dan tidak berkemampuan tersebut mampu membangun
rumahnya sendiri dengan proses bertahap, yakni mula-mula dengan
bahan bangunan bekas atau sederhana, kemudian lambat laun diperbaiki
dengan bangunan permanen bahkan ada pula beberapa rumah yang
sudah bertingkat. Faktor swadaya dan peran serta masyarakat atau aspek
sosial tersebut juga meliputi kehidupan sosial masyarakat, kehidupan
bertetangga, gotong royong dan pekerjaan bersama lainnya.
5. Sosial dan Budaya
Faktor sosial budaya merupakan faktor internal yang
mempengaruhi perkembangan permukiman. Sikap dan pandangan
seseorang terhadap rumahnya, adat istiadat suatu daerah, kehidupan
bertetangga, dan proses modernisasi merupakan faktor-faktor sosial
budaya. Rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh dan berlindung
terhadap bahaya dari luar, tetapi berkembang menjadi sarana yang dapat
menunjukkan citra dan jati diri penghuninya.
6. Ekonomi dan Keterjangkauan Daya Beli
Aspek ekonomi meliputi yang berkaitan dengan mata
pencaharian. Tingkat perekonomian suatu daerah yang tinggi dapat
meningkatkan perkembangan permukiman. Tingkat perekonomian
suatu daerah akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Makin
tinggi pendapatan sesorang, maka makin tinggi pula kemampuan orang
tersebut dalam memiliki rumah. Hal ini akan meningkatkan
perkembangan permukiman di suatu daerah. Keterjangkauan daya beli
masyarakat terhadap suatu rumah akan mempengaruhi perkembangan
permukiman. Semakin murah harga suatu rumah di daerah tertentu,
semakin banyak pula orang yang membeli rumah, maka semakin
berkembanglah permukiman yang ada.
7. Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana dari suatu perumahan dan
permukiman dapat mempengaruhi perkembangan permukiman di suatu
wilayah. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dapat
memudahkan penduduknya untuk beraktivitas sehari-hari. Semakin
lengkap sarana dan prasarana yang tersedia maka semakin banyak pula
orang yang berkeinginan bertempat tinggal di daerah tersebut.
8. Pertanahan
Kenaikan harga lahan sebagai akibat penyediaan kelangkaan
lahan untuk permukiman, menyebabkan timbulnya slum dan squatter.
9. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
meningkatkan perkembangan perumahan dan permukiman. Dengan
diciptakannya teknologi-teknologi baru dalam bidang jasa konstruksi
dan bahan bangunan maka membuat pembangunan suatu rumah akan
semakin cepat dan dapat menghemat waktu. Sehingga semakin banyak
pula orang-orang yang ingin membangun rumahnya. Hal ini akan
meningkatkan perkembangan permukiman.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
B. PEMBAHASAN
Pada laporan ini, studi kasus dilakukan di RW 08 Desa Majasari,
Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak. Rekaman citra google earth yang
digunakan yaitu tahun 2008, 2013 dan 2017.
Berikut ini adalah koordinat pada titik 1-4 yang mewakili wilayah RW
08 Dukuh Sruwo Kulon :
-Koordinat pada titik 1 yaitu 7039’33,13”S dan 109033’54,70”T
-Koordinat pada titik 2 yaitu 7039’24,07”S dan 1090 34’9,18”T
-Koordinat pada titik 3 yaitu 7039’33,31”S dan 1090 34’9,26”T
-Koordinat pada titik 4 yaitu 7039’33,62”S dan 1090 33’53,97”T
Dalam studi kasus di RW 08 Desa Majasari, Kecamatan Sobang,
Kabupaten Lebak, kondisi permukiman yang dilihat yaitu tahun 2008, 2013,
dan 2017. Luas wilayah RW 08 adalah 124.431 m2. Panjang jalan yang ada di
RW 08 yaitu 1179 m.
Berikut ini jumlah bangunan dari 3 jenjang tahun:
-Pada tahun 2008 terdapat jumlah bangunan sebanyak rumah.
-Pada tahun 2013 terdapat jumlah bangunan sebanyak rumah.
-Pada tahun 2017 terdapat jumlah bangunan sebanyak rumah.
Rentang waktu dari T1 ke T2 adalah 5 tahun dan T2 keT3 adalah 4 tahun.
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat kepadatan bangunan yaitu
:
Tingkat kepadatan bangunan : jumlah bangunan

luas wilayah

Tingkat kepadatan bangunan pada tahun 2008 (T1) yaitu :

82 = 0,00065/m2

124.431 m2

Tingkat kepadatan bangunan pada tahun 2013 (T2) yaitu :

84 = 0,00067/m2

124.431 m2
Tingkat kepadatan bangunan pada tahun 2017 (T3) yaitu :

88 = 0,0007/m2

124.431 m2

Berdasarkan hasil perhitungan, kepadatan penduduk dari T1, T2 dan T3


yaitu terdapat kenaikan namun sangat kecil. Dari T1 (2008) ke T2 (2013)
mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,00002/m2. Sedangkan dari T2 (2013) ke
T3 (2017) mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,00003/m2.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman yang terjadi di
Kecamatan Laweyan adalah : (1) faktor pertumbuhan penduduk, dimana
selama sepuluh tahun terakhir pertumbuhan penduduk di kecamatan tersebut
mengalami peningkatan, (2) faktor aksesibilitas dan transportasi, dimana pola
yang terbentuk adalah mengelompok maka semakin tinggi kepadatan jalannya,
sehingga transportasi yang tersedia semakin baik, (3) faktor lingkungan atau
penarik sehingga penduduk memilih untuk tinggal di Kecamatan Laweyan
adalah mencari tempat tinggal yang menyenangkan, mendekati pusat kegiatan
pendidikan, mencari tempat yang lebih luas karena harga tanah yang masih
murah, mendekati tempat bekerja, dan Ingin berdiri sendiri

BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai