com/2011/02/23/aspek-psikososial-dari-depresi-sedang-dengan-
gejala-psikosomatik/
– Afek depresif
– Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala Lainnya :
f. Tidur terganggu
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya
dua minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Berdasarkan PPDGJ III, Pedoman Diagnostik Episode Depresif Ringan terdiri dari :
F32.0 Episode Depresif Ringan
– Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya
– Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresif
ringan
– Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga.
– Episode depresif biasanya haarus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika
gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis
dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
– Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan
rumah tangga kecuali paada taraf yang sangat terbatas.
– Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
PSIKOSOMATIK
Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan
sosial. Gangguan psikosomatis adalah faktor psikologis yang merugikan, mempengaruhi kondisi
medis pasien. Faktor psikologis tersebut dapat berupa gangguan mental, gejala psikologis, sifat
kepribadian atau gaya mengatasi masalah, dan prilaku kesehatan yang maladaptif. Seseorang jika
emosinya menumpuk dan memuncak maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan
kekacauan dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu secara
berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu berjuang menekan
perasaannya. Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi kesehatan fisiknya. Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik
dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah. Yang sakit
sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.
1. Munculnya gejala sistem tersebut berkaitan dengan waktu dan stimulus lingkungan yang secara
psikologis bermakna bagi pasien
Pada umumnya penderita dengan gangguan psikosomatis dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 4
1. terdapat keluhan tentang fisik, akan tetapi tidak terdapat penyakit fisik dan kelainan organik yang dapat
menyebabkan keluhan tersebut
2. terdapat kelainan organik tetapi yang primer yang menyebabkannya adalah faktor psikologis
3. terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala lain yang timbul bukan sebab penyakit organik itu,
akan tetapi karena faktor psikologis. Faktor psikologis ini mungkin timbul akibat penyakit organik seperti
kecemasan.
—-Lewis memberikan beberapa kriteria khusus untuk diagnosis gangguan psikosomatis yaitu:
1. Gejala-gejala yang didapat mempunyai permulaan, akibat, manifestasi dan jalannya yang sangat
mencurigakan akan adanya gangguan psikosomatik.
2. Dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan penyakit organik yang dapat menyebabkan
gejala-gejala.
3. Adanya suatu stres atau konflik yang menyulitkan penderita.
4. Reaksi penderita terhadap stres ini banyak hubungannya dengan gejala-gejala yang dikeluhkannya, yaitu
bahwa gejala-gejala itu secara psikosomatik merupakan manifestasi fisik dari konflik atau penyelesaian
masalah yang tidak memuaskan.
5. Terjadinya stres harus memiliki korelasi antara waktu dan timbulnya keluhan, bertambah beratnya penyakit
yang ada.
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk
mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .
2. Status Emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan,
otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan
tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas,
kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
Kebutuhan interpersonal akan inklusi, control dan afeksi kadang saling tumpang tindih dan
berkesinambungan.
Merupakan kebutuhan untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan
orang. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, kebutuhan inklusi dapat dipenuhi dengan memberi
informasi dan menjawab semua pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab perawat dalm memberi
perawatan dan mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien.
Kebutuhan akan kontrol :
Berhubungan dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara hubungan yang memuaskan
dengan orang lain dengan memperhatikan kekuasaan, pembuatan keputusan dan otoritas.
Contoh: Saat orang melepaskan tanggung jawab pribadinya dan menjadi pasien yang sangat terikat
dan tidak berdaya yang selalu meminta petunjuk dari semua orang mengenai apa yang harus
dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dibalik prilaku itu tersembunyi ansietas, bermusuhan dan
kurang percaya terhadap orang lain atau diri sendiri. Intervensi keperawatan yang membantu pasien
menerima tanggung jawab untum membuat keputusan mengenai perawatan pasien yang menunjang
pemulihan control.
Kebutuhan Afeksi :
Seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling menerima berdasarkan saling
menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab secara emosional, pribadi,
sahabat, dan intimasi.
Pengertian:
a. Kepekaan emosiaonal
adalah Respons emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan
eksternal sesorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.
c. Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari
keterikatandengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.
Ketidakadaan yang persisten respons emosional terhadap kehilangan . ini dapat terjadi pada awal
proses berkabung dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau keduanya.
Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
Suatu kesedihan atau perasaan berduka berkepanjangan. Dapat digunakan untuk menunjukkan
berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f. Mania
3. Konsep Diri
• KD adalah Semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
• Berkembang secara bertahap, saat bayi mulai mengenal dan membedakan diri dengan orang
lain.
Komponen KD :
2. Ideal diri
• Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis → sejauh mana prilaku memenuhi ideal
diri.
• Pola sikap, prilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
5. Identitas Diri
• Kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan
sintesis dari semua aspek dari KD sebagai suatu kesatuan yang utuh.
2. Budaya
5. Stresor
Stresor (perkawinan, pekerjaan baru, ujian, ketakutan, PHK, dll), jika koping tidak efektif → depresi,
menarik diri dan kecemasan.
6. Identitas jelas.
1). Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa
peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode
gangguan mood. Satu teori menjelaskan bahwa stress yang menyertai episode pertama akan
menyebabkan perubahan fungsional neurotransmitter dan sistem pemberi tanda intra neuronal yang
akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk
menderita gangguan mood selanjutnya.
2). Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus
sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat
mengalami depresi, walaupun tipetipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik
mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
3). Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu hubungan antara
kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada
diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi
merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. E.Bibring menekankan
pada kehilangan harga diri . Bibring mengatakan depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan
sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya.
Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya,
akan mengakibatkan mereka putus asa.
4). Ketidakberdayaan yang dipelajari : Didalam percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang
dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya
menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar
bahwa mereka tidak berdaya. Pada penderita depresi, kita dapat menemukan hal yang sama dari
keadaan ketidak berdayaan tersebut.
5). Teori Kognitif : Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Dia
mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu:
b). Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh,
pemalas, tidak berharga.
c). Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi adalah reaksi
seseorang terhadap pengalaman hidup yang menyedihkan misalnya, kehilangan orang yang dicintai,
kemunduran finansial, kehilangan pekerjaan, atau penyakit fisik yang serius. Meyer mengatakan pada
depresi, harus dicari hubungan antara pengalaman hidup pasien dengan peristiwa yang menjadi
penyebab